You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang
melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut garis fraktur
(transversal, spiral, oblik, segmental, komunitif), lokasi (diafise, metafise, epifise)
dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilingi (terbuka atau
compound dan tertutup). 1
Fraktur humerus adalah salah satu fraktur yang cukup sering terjadi. Insiden
terjadinya fraktur shaft humerus adalah 1-4% dari semua kejadian fraktur.2 Fraktur
shaft humerus dapat terjadi pada sepertiga proksimal, tengah dan distal humerus.1,3
Fraktur korpus humeri dapat terjadi semua usia. Pada bayi, humerus sering
mengalami fraktur pada waktu persalinan sulit, atau cedera non-accidental.
Fraktur ini dapat menyembuh dengan cepat dengan pembentukan kalus massif dan
tidak perlu perawatan. Pada orang dewasa, fraktur pada humerus tidak umum
terjadi. Terdapat beberapa jenis fraktur, tetapi dapat dirawat dengan cara yang
sama. Jika perawatan dilakukan dengan baik, maka tidak akan menimbulkan
masalah.3
Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur korpus humerus adalah cedera
nervus radialis.1-10 Biasanya hanya memar (neuropraksia) yang sembuh sempurna
secara spontan dalam waktu dua sampai empat minggu. Tetapi kadang-kadang
terjadi kerusakan yang permanen.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Humerus

1
Gambar 2.1 Anatomi Os Humerus

Humerus atau tulang pangkal lengan ada sepasang dan berbentuk tulang
panjang dan terletak pada brachium. Humerus berartikulasi dengan scapula di
proksimal dan dengan radius ulna di distal. Humerus dapat dibagi menjadi 3
bagian, yaitu proksimal humeri, shaft humeri dan distal humeri.4

Proksimal humeri
Pada proksimal humeri, terdapat caput humeri yang setengah bulat dan
dilapisi oleh tulang rawan. Caput humeri merupakan bagian humerus yang
berartikulasi dengan kavitas glenoidalis yang merupakan bagian scapula. Arah
caput humeri serong mediosuperior dan sedikit posterior. Caput humeri
dipisahkan dengan struktur di bawahnya oleh collum anatomicum. 4
Didapatkan dua tonjolan tulang yang disebut tuberculum majus dan
tuberculum minor. Tuberculum majus mengarah ke lateral dan melanjutkan diri ke
distal sebagai crista tuberculi majoris. Tuberculum minor mengarah ke anterior
dan melanjutkan diri sebagai crista tuberculi minoris. Di antara kedua tuberculum

2
serta crista tuberculi dibentuk sulcus intertubercularis yang dilapisi tulang rawan
dan dilalui tendon caput longum m. bicipitis. 4

Shaft humeri
Shaft humeri memiliki penampang melintang berbentuk segitiga.
Permukaan shaft humeri dapat dibagi menjadi facies anterior medialis, facies
anterior lateralis dan facies posterior. Pertemuan facies anterior medialis dengan
facies posterior membentuk margo medialis. Margo medialis ke arah distal makin
menonjol dan tajam sebagai crista supracondilaris medialis. Pertemuan facies
anterior lateralis dengan facies posterior membentuk margo lateralis. Margo
lateralis ini juga ke arah distal makin menonjol dan tajam sebagai crista
supracondilaris lateralis. 4
Dipertengahan sedikit proksimal facies anterior lateralis didapatkan
tuberositas deltoidea. Di posterior dari tuberositas deltoidea dan di facies posterior
humeri didapatkan sulcus nervi radialis (sulcus spiralis) yang berjalan
superomedial ke inferolateral. Foramen nutricium didapatkan dekat margo
medialis dan merupakan lubang masuk ke canalis nutricium yang mengarah ke
distal. 4

Distal humeri
Distal humeri lebih tipis dan lebar dibandingkan dengan shaft humeri.
Margo medialis yang melanjutkan diri sebagai crista supracondilaris medialis
berakhir sebagai epicondilus medialis. Demikian pula margo lateralis yang
melanjutkan diri sebagai crista supracondilaris lateralis berakhir sebagai
epicondilus lateralis. Epicondilus medialis lebih menonjol dibandingkan
epicondilus lateralis serta di permukaan posterior epicondilus medialis didapatkan
sulcus nervi ulnaris. 4
Diantara kedua epicondilus didapatkan struktur yang dilapisi tulang rawan
untuk artikulasi dengan tulang-tulang antebrachii. Struktur ini mempunyai sumbu
yang sedikit serong terhadap sumbu panjang shaft humeri. Struktur ini disebut
trochlea humeri di medial dan capitulum humeri di lateral. Trochlea humeri

3
dilapisi oleh tulang rawan yang melingkar dari permukaan anterior sampai
permukaan posterior dan berartikulasi dengan ulna. Di proksimal trochlea baik di
permukaan anterior maupun di permukaan posterior didapatkan lekukan sehingga
tulang menjadi sangat tipis. Dipermukaan anterior disebut fossa coronoidea dan di
permukaan posterior disebut fossa olecrani. 4
Capitulum humeri lebih kecil dibandingkan trochlea humeri, dilapisi
tulang rawan setengah bulatan dan tidak mencapai permukaan posterior.
Capitulum humeri berartikulasi dengan radius. Di permukaan anterior capitulum
humeri didapatkan fossa radialis. 4

Otot-otot yang berhubungan dengan pergerakan dari tulang humerus


meliputi mm. biceps brachii, coracobrachialis, brachialis dan triceps brachii.
Selain itu humerus juga sebagai tempat insersi mm. latissimus dorsi, deltoideus,
pectoralis mayor, teres mayor, teres minor, subscapularis dan tendon insersio mm.
supraspinatus dan infraspinatus 4

M. Latissimus Dorsi
Otot ini besar dan berbentuk segitia. Batas posterior trigonum lumbale
dibentuk oleh m. latissimus dorsi. Bersama m. teres mayor, otot ini membentuk
plica axillaris posterior, serta ikut membentuk dinding posterior fossa axillaris.
Otot ini berorigo pada processi spinosi vertebrae thoracales VII – sacrales V dan
crista iliaca. Dan berinsersi pada sulcus intertubercularis humeri. Otot ini
berfungsi untuk ekstensi, adduksi dan endorotasi pada artikulasi humeri. 4

M. Deltoideus
Otot yang tebal dan letaknya superficial ini berorigo di tepi anterior dan
permukaan superior sepertiga bagian lateral clavicula, tepi lateral permukaan
superior acromion, serta tepi inferior spina scapulae. Insersi pada tuberositas
deltoidea humeri. Otot ini diinervasi oleh n. axillaris. Otot ini berfungsi untuk
abduksi artikulasi humeri, bagian anterior untuk fleksi dan endorotasi artikulasi
humeri, sedang bagian posterior untuk ekstensi dan eksorotasi artikulasi humeri. 4

4
M. Supraspinatus
Bagian medial fossa supraspinatus merupakan origo otot ini dan insersinya
di tuberculum majus humeri. Otot ini mendapat inervasi dari n. suprascapularis.
Otot ini berfungsi untuk abduksi artikulasi humeri. Otot ini bersama mm.
infraspinatus, teres minor et subscapularis membentuk rotator cuff, yang berfungsi
mempertahankan caput humeri tetap pada tempatnya dan mencegahnya tertarik
oleh m. deltoideus menuju acromion. 4

M. Infraspinatus
Mm. deltoideus et trapezius berada di superficial dari sebagian otot ini.
Origonya di dua pertiga bagian medial fossa infraspinatus dan permukaan inferior
spina scapulae. Tendo insersinya juga menyatu dengan capsul artikulasi humeri
dan berinsersi pada tuberculum majus humeri. Otot ini diinervasi oleh n.
suprascapularis. Otot ini berfungsi untuk eksorotasi artikulasi humeri. Bagian
superior untuk abduksi dan bagian inferior untuk adduksi artikulasi humeri. 4

M. Subscapularis
Otot ini membentuk dinding posterior fossa axillaris. Origonya di fossa
subscapularis. Tendo insersinya berjalan di anterior dan melekat pada capsula
artikulasi humeri serta tuberculum minor humeri. Otot ini diinervasi oleh n.
subscapularis. Otot ini berfungsi untuk endorotasi artikulasi humeri. 4

M. Teres Minor
Otot ini mungkin sulit dipisahkan dengan m. infraspinatus. Otot ini
berorigo pada tepi lateral fossa infraspinata dan tendo insersinya mula-mula
melekat pada capsula articularis humeri, kemudian melekat pada tuberculum
minor humeri. Otot ini diinervasi oleh n. axillaris. Otot ini berfungsi untuk
eksorotasi artikulasi humeri. 4

M. Teres Mayor

5
Otot ini berorigo di facies dorsalis scapulae dekat angulus inferior.
Berinsersi di labium medial sulcus intertubercularis humeri di inferior dari tempat
insersi m. subscapularis. Inervasi otot ini berasal dari n. subscapularis. Bersama
m. latissimus dorsi, otot ini berfungsi untuk adduksi artikulasi. 4

M. Biceps Brachii
Otot yang berorigo di scapula ini, memiliki dua caput yaitu caput longum
et brevis. Caput brevis berorigo bersama dengan m. coracobrachialis di processus
coracoideus. Sedang caput longum berorigo di tuberositas supraglenoidalis.
Ketika melalui sulcus intertubercularis humeri, tendo origonya di fiksasi oleh
ligamentum transversum humeri. Insersi otot ini pada tuberositas radii. Sebagian
tendo insersinya, sebagai lacertus fibrous, berinsersi di fascia antebrachii dan ulna.
Fungsi caput longum m. biceps brachii untuk fleksi artikulasi humeri et cubiti,
sedangkan caput brevisnya untuk supinasi artikulasi radioulnaris. 4

M. Coracobrachialis
Otot ini berorigo di processus coracoideus. Otot ini ditembuw oleh n.
musculocutaneus dan insersi di sepertiga distal medial humeri. Otot ini berfungsi
untuk fleksi dan adduksi artikulasi humeri. 4

M. Brachialis
Otot ini berorigo di dua pertiga distal fascia anteromedial et anterolateral
humeri dan insersi pada capsula artikulasi cubiti, processus coronoideus et
tuberositas ulna. Otot ini berfungsi untuk fleksi artikulasi cubiti. 4

M. Triceps Brachii
Otot ini berada di regio brachii dorsalis. Otot ini memiliki tiga caput dan
tersusun dalam dua lapisan. Caput longum et lateralis menempati lapisan
superficial, sedang caput medial menempati lapisan profundus. Caput longumnya
berorigo pada tuberositas infraglenoidalis. Dalam perjalanannya ke inferior, caput

6
ini memisahkan hiatus axillaris medialis dari hiatus axillaris lateralis. Origo lateral
et medial dipisahkan oleh sulcus n. radialis humeri. Caput lateral berorigo di
facies posterior humeri di superior dari sulcus ini, sedang caput medial berorigo di
inferiornya. Insersinya di bagian posterior permukaan superior olecranon, fascia
antebrachii dan capsula articularis cubiti. Inervasi otot ini berasal dari n. radialis.
Fungsi dari caput longum m. triceps brachii untuk ekstensi dan adduksi
artikulasi humeri, sedangkan caput lateral et medial untuk ekstensi artikulasi
cubiti. 4

Persarafan yang berjalan pada regio brachii adalah saraf axillaris, medianus dan
ulnaris
N. Axillaris (C5-C6)
Awalnya saraf ini berjalan sejajar dengan n. radialis. Setinggi inferior m.
subscapularis memisahkan diri dari n. radialis dan berada di lateralnya, kemudian
berjalan ke posterior bersama a. circumflexa humeri posterior melewati hiatus
axillaris lateralis. Selanjutnya saraf ini berjalan di inferior dari tepi inferior m.
teres minor dan menginervasinya. Ketika mencapai sisi posteromedial collum
chirurgicum humeri, n axillaris member cabang n. cutaneus brachii lateralis untuk
menginervasi kulit di superficial m. deltoideus. Akhirnya melanjutkan diri ke
anterior sekeliling sisi lateral collum chirurgicum humeri untuk menginervasi m.
deltoideus. 4

N. Musculocutaneus (C5-C7)
Merupakan cabang fasciculus lateralis pleksus brachialis. M.
coracobrachialis ditembus oleh saraf ini. N. musculocutaneus menginervasi otot-
otot fleksor regio brachii (mm. biceps brachii et brachialis), kulit sisi lateral regio
antebrachii dan arilkulasi cubiti. Selanjutnya saraf ini muncul di lateral dari m.
biceps brachii sebagai n. cutaneus antebrachii lateralis.4

N. Medianus (C5-T1)

7
Di sisi anterolateral dari a. axillaris, saraf ini terbentuk dari pertemuan
radiks lateralisnya yang merupakan cabang fasciculus lateralis plexus brachialis
dan radiks medialis, yang merupakan cabang fasciculus medialis plexus
brachialis. Selanjutnya berjalan bersama a. axillaris dan lanjutannya, yaitu a.
brachialis. Saraf ini menyilang di anterior a. brachialis untuk berada di medial dari
arteri ini di dalam fossa cubiti. N. medianus bersama a. brachialis berjalan di
permukaan anterior m. brachialis menuju fossa cubiti. 4

N. Radialis (C5-T1)
Cabang terbesar dari pleksus brachialis ini awalnya berjalan di posterior
dari a. axillaris dan di anterior dari m. subscapularis. Saraf ini menginervasi kulit
di sisi posterior regio brachii, antebrachii et manus, otot-otot ekstensor regio
brachii et antebrachii, artikulasi cubiti dan beberapa artikulasi di regio manus.4

N. Ulnaris (C7-T1)
Saraf ini berjalan ke inferior di posteromedial dari a. brachialis, jadi sejajar
dengan n. medianus. Kira-kira di pertengahan region brachii, n. ulnaris menjauhi
a. brachialis dan n. medianus untuk berjalan ke poter oinferior menembus septum
intermusculare medial bersama a. collateralis ulnaris proksimal menuju sisi
medial m. triceps brachii. Akhirnya berada di sisi posterior epicondylus medialis
humeri. 4

Vaskularisasi regio brachii dijelaskan pada bagian berikut:


Arteri brachialis merupakan lanjutan a. axillaris, dimulai dari tepi inferior
m. teres mayor. Arteri ini melanjutkan diri ke fossa cubiti dan di sini berakhir
sebagai dua cabang terminal, yaitu aa. Ulnaris et radialis. Cabang-cabangnya yang
berada di regio ini adalah aa. Profunda brachii, collaterales ulnares proksimal et
distalis. 4
Arteri profunda brachii berjalan ke posterior bersama n. radialis. Di sini
lateral regio brachii arteri ini berakhir sebagai dua cabang terminalnya, yaitu a.

8
collateralis radialis, yang berjalan ke anterior bersama n. radialis dan a.
collateralis media, yang menuju sisi posterior epicondylus lateralis humeri. 4
Arteri collateralis ulnaris proksimalis berawal dipertengahan regio brachii
dan berjalan bersama n. ulnaris menuju sisi posterior epicondylus medialis
humeri. 4
Arteri collateralis ulnaris distalis awalnya sedikit di superior dari artikulasi
cubiti dan berjalan di posterior dari n. medianus, kemudian cabang-cabangnya
menuju sisi anterior dan posterior epicondylus medialis humeri. 4 Vena brachialis
mengikuti arterinya dan kira-kira di dua pertiga proksimal regio ini v. basilica
berjalan superficial terhadap a. brachialis. 4

2.2 Fraktur Humerus

2.2.1 Definisi

Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang


humerus yang terbagi atas :1
1. Fraktur Collum Humerus
2. Fraktur Batang Humerus
3. Fraktur Suprakondiler Humerus
4. Fraktur Interkondiler Humerus

2.2.2 Klasifikasi
Berikut klasifikasi fraktur diafisis humerus menurut Ortopaedics Trauma
Association (OTA);9,12
 Tipe A: fraktur sederhana (simple fracture)
 A1: spiral
 A2: oblik (>30°)
 A3: transversa (<30°)
 Tipe B: fraktur baji (wedge fracture)
 B1: spiral wedge
 B2: bending wedge
 B3: fragmented wedge
 Tipe C: fraktur kompleks (complex fracture)

9
 C1: Spiral
 C2: Segmental
 C3: Ireguler (significant comminution)

Gambar 5. Tipe A = fraktur sederhana. A1 = fraktur spiral (.1 pada sepertiga proksimal, .2 pada sepertiga

tengah, dan .3 pada sepertiga distal), A2 = fraktur oblik, A3 = fraktur transversa. 12

Gambar 6. Tipe B = fraktur baji (wedge fracture). B1 = fraktur baji spiral (spiral wedge fracture), B2 =

bending wedge fracture, A3 = fragmented wedge fracture.12

10
Gambar 7. Tipe C = complex fracture. C1 = fraktur spiral kompleks, C2 = fraktur segmental kompleks, C3 =

fraktur ireguler.12

Berdasarkan arah pergeserannya, fraktur humerus dibagi menjadi;


1. Fraktur sepertiga proksimal humerus
Fraktur yang mengenai proksimal metafisis sampai insersi m. pectoralis
mayor diklasifikasikan sebagai fraktur leher humerus. Fraktur di atas insersi
pectoralis mayor menyebabkan fragmen proksimal abduksi dan eksorotasi
rotator cuff serta distal fragmen bergeser ke arah medial. Fraktur antara
insersi m. pectoralis mayor dan deltoid umumnya terlihat adduksi pada akhir
distal dari proksimal fragmen dengan pergeseran lateral dan proksimal dari
distal fragmen.2,9,12
2. Fraktur sepertiga tengah dan distal humerus
Jika fraktur terjadi di distal dari insersi deltoid pada sepertiga tengah korpus
humerus, pergeseran ke medial dari fragmen distal dan abduksi dari fragmen
proksimal akan terjadi.2,9,12

Gambar 8. Lokasi fraktur dan arah pergeseran fragmen. (dari kiri ke kanan) Fraktur diatas
insersi pectoralis mayor, fraktur antara insersi pectoralis mayor dan deltoid, fraktur
di bawah insersi deltoid.12

11
Secara ringkas dapat penjelasan posisi fragmen fraktur dapat dilihat pada table 2.1
berikut:9
Tabel 8. Tabel posisi fragmen fraktur.9

Lokasi fraktur Fragmen proksimal Fragmen distal


Diatas insersi Abduksi, eksorotasi oleh Medial, proksimal oleh
pectoralis mayor rotator cuff deltoideus dan pectoralis
mayor
Antara pectoralis Medial oleh pectoralis, teres Lateral, proksimal oleh
mayor dan tuberositas mayor dan latissimus dorsi deltoideus
deltoideus
Distal tuberositas Abduksi oleh deltoideus Medial, proksimal oleh
deltoideus biceps dan triceps brachii

GAMBARAN KLINIS
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.1-12
2. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.1-12

12
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur.1-12
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.1-12
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.1-12
6. Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis dan
arteri brakialis. Saat pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi
pergelangan tangan atau ekstensi jari-jari tangan.1-12

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.7
 Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis
fraktur (transversa, spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat
terbaca jelas). Radiografi humerus AP dan lateral harus dilakukan.
Sendi bahu dan siku harus terlihat dalam foto. Radiografi humerus
kontralateral dapat membantu pada perencanaan preoperative.
Kemungkinan fraktur patologis harus diingat. CT-scan, bone-scan dan
MRI jarang diindikasikan, kecuali pada kasus dengan kemungkinan
fraktur patologis. Venogram/anterogram menggambarkan arus
vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang lebih
kompleks.9

C. PENATALAKSANAAN

13
1. Konservatif
Pada umumnya, pengobatan patah tulang shaft humerus dapat
ditangani secara tertutup karena toleransinya yang baik terhadap angulasi,
pemendekan serta rotasi fragmen patah tulang. Angulasi fragmen sampai
300 masih dapat ditoleransi, ditinjau dari segi fungsi dan kosmetik. Hanya
pada patah tulang terbuka dan non-union perlu reposisi terbuka diikuti
dengan fiksasi interna.6,7,9
Dibutuhkan reduksi yang sempurna disamping imobilisasi; beban pada
lengan dengan cast biasanya cukup untuk menarik fragmen ke garis tengah.
Hanging cast dipakai dari bahu hingga pergelangan tangan dengan siku
fleksi 90° dan bagian lengan bawah digantung dengan sling disekitar leher
pasien. Cast (pembalut) dapat diganti setelah 2-3 minggu dengan pembalut
pendek (short cast) dari bahu hingga siku atau functional polypropylene
brace selama ± 6 minggu.6,7,9

Gambar 9. Penatalaksanaan pada fraktur shaft humerus dengan konservatif. 7

Pergelangan tangan dan jari-jari harus dilatih gerak sejak awal.


Latihan pendulum pada bahu dimulai dalam 1 minggu perawatan, tapi

14
abduksi aktif ditunda hingga fraktur mengalami union. Fraktur spiral
mengalami union sekitar 6 minggu, variasi lainnya sekitar 4-6 minggu.
Sekali mengalami union, hanya sling (gendongan) yang dibutuhkan hingga
fraktur mengalami konsolidasi.7,9
Pengobatan non bedah kadang tidak memuaskan pasien karena pasien
harus dirawat lama. Itulah sebabnya pada patah tulang batang humerus
dilakukan operasi dan pemasangan fiksasi interna yang kokoh. 7,9
Berikut beberapa metode dan alat yang digunakan pada terapi
konservatif:
 Hanging cast
Indikasi penggunaan meliputi pergeseran shaft tengah fraktur
humerus dengan pemendekan, terutama fraktur spiral dan oblik.
Penggunaan pada fraktur transversa dan oblik pendek menunjukkan
kontraindikasi relatif karena berpotensial terjadinya gangguan dan
komplikasi pada saat penyembuhan. Pasien harus mengangkat tangan
atau setengah diangkat sepanjang waktu dengan posisi cast tetap untuk
efektivitas. Seringkali diganti dengan fuctional brace 1-2 minggu
pasca trauma. Lebih dari 96% telah dilaporkan mengalami union.9
 Coaptation splint
Diberikan untuk efek reduksi pada fraktur tapi coaptation splint
memiliki stabilitas yang lebih besar dan mengalami gangguan lebih
kecil daripada hanging arm cast. Lengan bawah digantung dengan
collar dan cuff. Coaptation splint diindikasikan pada terapi akut
fraktur shaft humerus dengan pemendekan minimal dan untuk jenis
fraktur oblik pendek dan transversa yang dapat bergeser dengan
penggunaan hanging arm cast. Kerugian coaptation splint meliputi
iritasi aksilla, bulkiness dan berpotensial slippage. Splint seringkali
diganti dengan fuctional brace pada 1-2 minggu pasca trauma. 9
 Thoracobranchial immobilization (velpeu dressing)
Biasanya digunakan pada pasien lebih tua dan anak-anak yang
tidak dapat ditoleransi dengan metode terapi lain dan lebih nyaman

15
jadi pilihan. Teknik ini diindikasikan untuk pergeseran fraktur yang
minimal atau fraktur yang tidak bergeser yang tidak membutuhkan
reduksi. Latihan pasif pendulum bahu dapat dilakukan dalam 1-2
minggu pasca trauma. 9
 Shoulder spica cast
Teknik ini diindikasikan pada jenis fraktur yang mengharuskan
abduksi dan eksorotasi ektremitas atas. Kerugian teknik ini meliputi
kesulitan aplikasi cast, berat cast dan bulkiness, iritasi kulit,
ketidaknyamanan dan kesusahan memposisikan ektremitas atas. 9
 Functional bracing
Memberikan efek kompresi hidrostatik jaringan lunak dan
mempertahankan aligment fraktur ketika melakukan pergerakan pada
sendi yang berdekatan. Brace biasanya dipasang selama 1-2 minggu
pasca trauma setelah pasien diberikan hanging arm cast atau
coaptation splint dan bengkak berkurang. Kontraindikasi metode ini
meliputi cedera massif jaringan lunak, pasien yang tidak dapat
dipercaya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan asseptabilitas
reduksi. Collar dan cuff dapat digunakan untuk menopang lengan
bawah; aplikasi sling dapat menghasilkan angulasi varus (kearah
midline). 9

2. Tindakan operatif
Pasien kadang-kadang mengeluh hanging cast tidak nyaman,
membosankan dan frustasi. Mereka bisa merasakan fragmen bergerak dan
hal ini kadang-kadang cukup dianggap menyusahkan. Hal penting yang
perlu diingat bahwa tingkat komplikasi setelah internal fiksasi pada humerus
tinggi dan sebagian besar fraktur humerus mengalami union tanpa tindakan
operatif.7,9
Meskipun demikian, ada beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan, diantaranya:
 Cedera multiple berat

16
 Fraktur terbuka
 Fraktur segmental
 Fraktur ekstensi intra-artikuler yang bergeser
 Fraktur patologis
 Siku melayang (floating elbow) – pada fraktur lengan bawah
(antebrachii) dan humerus tidak stabil bersamaan
 Palsi saraf radialis (radial nerve palsy) setelah manipulasi
 Non-union7,9
Fiksasi dapat berhasil dengan;
1. Kompresi plate and screws
2. Interlocking intramedullary nail atau pin semifleksibel
3. External Fixation
Plating menjadikan reduksi dan fiksasi lebih baik dan memiliki
keuntungan tambahan bahwa tidak dapat mengganggu fungsi bahu dan siku.
Biar bagaimanapun, ini membutuhkan diseksi luas dan perlindungan pada
saraf radialis. Plating umumnya diindikasikan pada fraktur humerus dengan
kanal medulla yang kecil, fraktur proksimal dan distal shaft humerus,
fraktur humerus dengan ekstensi intraartikuler, fraktur yang memerlukan
eksplorasi untuk evaluasi dan perawatan yang berhubungan dengan lesi
neurovaskuler, serta humerus non-union.7,9
Interlocking intramedullary nail diindikasi pada fraktur segmental
dimana penempatan plate akan memerlukan diseksi jaringan lunak, fraktur
humerus pada tulang osteopenic, serta pada fraktur humrus patologis.
Antegrade nailing terbentuk dari paku pengunci yang kaku (rigid
interlocking nail) yang dimasukkan kedalam rotator cuff dibawah kontrol
(petunjuk) fluoroskopi. Pada cara ini, dibutuhkan diseksi minimal namun
memiliki kerugian, yaitu menyebabkan masalah pada rotator cuff pada
beberapa kasus yang berarti. Jika hal ini terjadi, atau apabila nail keluar dan
fraktur belum mengalami union, penggantian nailing dan bone grafting
mungkin diperlukan; atau dapat diganti dengan external fixator. 7,9
Retrograde nailing dengan multiple flexible rods dapat menghindari
masalah tersebut, tapi penggunaannya lebih sulit, secara luas kurang
aplikatif dan kurang aman dalam mengontrol rotasi dari sisi yang fraktur. 7,9

17
External fixation mungkin merupakan pilihan terbaik pada fraktur
terbuka dan fraktur segmental energy tinggi. External fixation ini juga
prosedur penyelamatan yang paling berguna setelah intermedullary nailing
gagal. 6 Indikasi umumnya pada fraktur humerus dengan non-union infeksi,
defek atau kehilangan tulang, dengan luka bakar, serta pada luka terbuka
dengan cedera jaringan lunak yang luas. 7,9

KOMPLIKASI
 Komplikasi Awal
 Cedera vaskuler
Jika ada tanda-tanda insufisiensi vaskuler pada ekstremitas,
kerusakan arteri brakhialis harus disingkirkan. Angiografi akan
memperlihatkan tingkat cedera. Hal ini merupakan kegawatdaruratan,
yang memerlukan eksplorasi dan perbaikan langsung ataupun cangkok
(grafting) vaskuler. Pada keadan ini internal fixation dianjurkan.7,9
 Cedera saraf
Radial nerve palsy (wrist drop dan paralisis otot-otot ekstensor
metacarpophalangeal) dapat terjadi pada fraktur shaft humerus,
terutama fraktur oblik pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus.
Pada cedera yang tertutup, saraf ini sangat jarang terpotong, jadi tidak
diperlukan operasi segera.7-9
Pergelangan tangan dan telapak tangan harus secara teratur
digerakkan dari pergerakan pasif putaran penuh hingga
mempertahankan (preserve) pergerakan sendi sampai saraf pulih. Jika
tidak ada tanda-tanda perbaikkan dalam 12 minggu, saraf harus
dieksplorasi. Pada lesi komplit, jahitan saraf kadang tidak memuaskan,
tetapi fungsi dapat kembali dengan baik dengan pemindahan tendon.7-9
Jika fungsi saraf masih ada sebelum manipulasi lalu kemudian
cacat setelah dilakukan manipulasi, hal ini dapat diasumsikan bahwa
saraf sudah mengalami robekan dan dibutuhkan operasi eksplorasi.7,9
 Infeksi

18
Infeksi luka pasca trauma sering menyebabkan osteitis kronik.
Osteitis tidak mencegah fraktur mengalami union, namun union akan
berjalan lambat dan kejadian fraktur berulang meningkat.
Jika ada tanda-tanda infeksi akut dan pembentukan pus, jaringan
lunak disekitar fraktur harus dibuka dan didrainase. Pilihan antibiotik
harus disesuaikan dengan hasil sensitivitas bakteri.
External fixation sangat berguna pada kasus ini, namun jika
intramedullary nail sudah terlanjur digunakan dan terfiksasi stabil, nail
tidak perlu dilepas

 Komplikasi Lanjut
 Delayed Union and Non-Union
Fraktur transversa kadang membutuhkan waktu beberapa bulan
untuk menyambung kembali, terutama jika traksi digunakan berlebihan
(penggunaan hanging cast jangan terlalu berat). Penggunaan teknik
yang sederhana mungkin dapat menyelesaikan masalah, sejauh ada
tanda-tanda pembentukkan kalus (callus) cukup baik dengan
penanganan tanpa operasi, tetapi ingat untuk tetap membiarkan bahu
tetap bergerak. Tingkat non-union dengan pengobatan konservatif pada
fraktur energi rendah kurang dari 3%. Fraktur energi tinggi segmental
dan fraktur terbuka lebih cenderung mengalami baik delayed union dan
non-union.7-9
Intermedullary nailing menyebabkan delayed union, tetapi jika
fiksasi rigid dapat dipertahankan tingkat non-union dapat tetap dibawah
10%.9
 Joint stiffness
Joint stiffness sering terjadi. Hal ini dapat dikurangi dengan
aktivitas lebih awal, namun fraktur transversa (dimana abduksi bahu
nyeri disarankan) dapat membatasi pergerakan bahu untuk beberapa
minggu.7
Tambahan, pada anak-anak, fraktur humerus jarang terjadi. Pada
anak-anak di bawah 3 tahun kemungkinan kekerasan pada anak perlu

19
difikirkan. Fraktur dirawat dengan bandage sederhana pada lengan
hingga ke badan untuk 2-3 minggu. Pada anak yang lebih tua
memerlukan plaster splint pendek.7

20
BAB III
LAPORAN KASUS

Status Pasien:
Nomor Ruangan : Ruang 11
Hari/Tanggal Masuk Ruangan : Sabtu, 4 Mei 2019
Dokter Penanggung Jawab Pasien : dr. Kurniawan S, Sp.OT

Identitas:
Nama : Lim Tjeng Wha
Tanggal Lahir : 11 Januari 1948
Nomor RM : 063378
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Buddha

Anamnesa Penyakit:
Keluhan Utama : Nyeri pada lengan kanan atas dan tungkai
kanan bawah
Telaah : Pasien wanita berusia 71 tahun datang ke
IGD RS Putri Hijau dengan keluhan nyeri
lengan kanan atas dan tungkai bawah kanan
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku
sebelumnya pasien ditabrak oleh sepeda
motor saat berjalan kaki pada tanggal 24
april 2019 pkl. 07.30 WIB di Pasar Simpang
Limun, kemudian Os dalam keadaan pingsan
di bawa ke RS Mitra Medika Amplas.
Menurut keterangan keluarga, pasien
menderita patah tulang pada lengan dan
tungkai sebelah kanan yang kemudian

21
dilakukan pemasangan pen pada tungkai
bawah pasien. Pasien sempat dirawat satu
minggu di RS Mitra Medika dan kemudian
dipulangkan. Setelah 3 hari dirawat di
rumah, pasien merasakan nyeri pada lengan
dan tungkai kanannya semakin memberat
terutama pada lengan kanan atas. Kemudian
pasien dibawa ke RS Putri Hijau. BAK dan
BAB dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi


Riwayat Pemakaian Obat : Obat anti hipertensi
Riwayat Kebiasaan : -

OBJECTIVE
TANDA VITAL
Keadaan Umum : Tampak Lemah
Sensorium/GCS : Compos mentis/15
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 89 x/i
Pernafasan : 24x/i
Temperatur : 36°C

STATUS GENERALISATA
1. Kepala : Normocephali
2. Mata : Pupil : Isokor (+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Refleks cahaya : (+/+)
3. Telinga : Bentuk normal, oedem (-)
4. Hidung : Bentuk normal, hiperemis (-), deviasi
septum (-)
5. Mulut : Bentuk normal, sianosis (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-)

22
7. Thorax (Paru)
Inspeksi : Simetris, bentuk normal
Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler
8. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Gallop (-), murmur (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Distensi abdomen (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : Peristaltik normal

10. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


11. Ekstremitas
Superior : Tampak terpasang elastic bandage pada
lengan atas sebelah kanan
Inferior : Tampak terpasang perban pada tungkai
bawah sebelah kanan

Pemeriksaan Orthopaedic:
Look
 Pemendekan pada tangan dan kaki sebelah kanan
 Pada cruris dextra terdapat bekas luka operasi

Feel
Nyeri tekan (+), krepitasi (-)

Move
ROM sangat terbatas

DIAGNOSIS SEMENTARA:
Close Fracture Humerus Dextra + Post orif cruris dextra

Anjuran:
 Darah rutin
 Kimia Klinik

23
 Kadar Gula Darah
 Foto X-Ray Humerus dan Cruris Dextra AP dan Lateral

Hasil pemeriksaan:
 Pemeriksaan darah rutin, dilakukan pada tanggal 4 Mei 2019
HEMATOLOGI
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Hemoglobin 9.7 g/dl 13 - 16
2 Leukosit 26.640 /µl 5 -10.10
3 Trombosit 367.200 /µl 150.000-450.000
4 Hematokrit 27.9 % 40-48
5 Eritrosit 2.98 /µl 4.50 - 6.50. 106
6 MCV 93.6 fL 81.0-99.0
7 MCH 32.6 pg 27.0 - 31.0
8 MCHC 34.8 g/dl 31.0 - 37.0
9 RDW 14.9 % 11.50 - 14.50
A Limfosit 5.19 % 15.20 - 43.30
B Monosit 4.62 % 5.50 – 13.70
C Neutrofil 89.14 % 43.50– 73.50
D Eosinofil 1.01 % 0.80-8.10
E Basofil 0.04 % 0.20-1.50

COAGULATION
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Masa Perdarahan 2' 15'' Menit 1–6
2 Masa pembekuan 6'' Menit 1 – 10

DIABETIC
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
1 Glukosa ad random 110 mg/dL <200

 Foto polos Femur AP/L dextra 15 April 2019

24
Kesan :
- Tampak fiksasi eksterna regio humerus dextra proksimal
hingga distal dengan kedudukan baik
- Fraktur 1/3 medial os humerus dextra
- Jaringan lunak tampak normal
- Sela dan permukaan sendi tampak baik

Kesimpulan :
Fiksasi eksterna regio humerus dextra

25
Kesan :
- Terpasang fiksasi interna berupa 1 buah plat dan 8 buah screw
region tibia proksimal dextra dengan kedudukan baik
- Fraktur 1/3 proksimal os tibia dan os fibula
- Jaringan lunak tampak normal
- Sela dan permukaan sendi tampak baik

Kesimpulan :
Fiksasi interna regio tibia proksimal dextra

Diagnosa Kerja : Close Fraktur Humerus Dextra + Post ORIF cruris dextra

26
Tindakan lanjut :
- Cek darah rutin
- KGD
- CT-BT
- Foto X-Ray humerus AP/L
- Foto X-Ray humerus AP/L

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasein datang ke IGD RS Putri Hijau dengan keluhan nyeri
lengan kanan atas dan tungkai bawah kanan sejak 1 minggu yang lalu.
Sebelumnya os ditabrak oleh sepeda motor saat berjalan kaki yang terjadi pada
((tanggal/bulan/tahun)), )), kemudian Os dalam keadaan pingsan di bawa ke RS
Mitra Medika Amplas. Menurut keterangan keluarga os, os menderita patah tulang
tangan dan kaki kemudian dilakukan pemasangan pen pada tungkai bawah os. Os
sempat dirawat selama beberapa hari dan kemudian dipulangkan. Setelah 3 hari
dirawat rumah, os merasakan keluhan semakin memberat terutama pada lengan
kanan atas. Kemudian os dibawa ke RS Putri Hijau. BAK dan BAB dalam batas
normal.

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dari inspeksi tampak terpasang


elastic bandage pada lengan kanan atas. Pada perabaan bagian lengan kanan atas
dijumpai nyeri, dan tidak dijumpai krepitasi. Pada lengan kanan atas, Range Of
Motion terganggu. Dilakukan pemeriksaan foto x-ray humerus dextra AP/L
tampak fiksasi eksterna regio humerus dextra proksimal hingga distal dengan
kedudukan baik, fraktur 1/3 medial os humerus dextra, jaringan lunak tampak
normal, serta sela dan permukaan sendi tampak baik
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dari inspeksi tampak terpasang
gips pada tungkai kanan bawah. Pada perabaan bagian tungkai kanan bawah
dijumpai nyeri, dan tidak dijumpai krepitasi. Pada tungkai kanan bawah, Range
Of Motion terganggu. Dilakukan pemeriksaan foto x-ray cruris dextra AP/L
tampak terpasang fiksasi interna berupa 1 buah plat dan 8 buah screw region tibia
proksimal dextra dengan kedudukan baik, fraktur 1/3 proksimal os tibia dan os
fibula, jaringan lunak tampak normal, serta sela dan permukaan sendi tampak baik

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah tindakan operatif dengan


pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) pada humerus dextra.

28
BAB V
KESIMPULAN

Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang


humerus. Salah satu gejala dari fraktur adalah nyeri pada lokasi fraktur yang
berlangsung terus menerus dan dapat berkurang dengan tindakan imobilisasi.
Selain itu gejala lain yang sering dijumpai adalah deformitas, pemendekan tulang,
dan krepitasi.

Penanganan pada kasus fraktur dapat dilakukan dengan cara


konservatif maupun operatif. Sebagian besar fraktur humerus akan
menyambung kembali dengan sendirinya tetapi diperlukan penanganan yang
tepat pada fraktur baik terbuka maupun tertutup. Meskipun demikian, ada
beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan, diantaranya:
cedera multiple berat, fraktur terbuka, fraktur segmental, fraktur ekstensi
intra-artikuler yang bergeser, fraktur patologis, siku melayang (floating
elbow) – pada fraktur lengan bawah (antebrachii) dan humerus tidak stabil
bersamaan, palsi saraf radialis (radial nerve palsy) setelah manipulasi, dan
non-union.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C.2007. Pengantar Bedah Ortopedi. PT. Yarsef Watampone : Jakarta.


Hal 380-395.
2. Hermansyah, MD; Fraktur Shaft Humerus (.ppt) (online) 2009.
(http://www.google.com//fraktur-shaft-humerus-hermansyah-MD.pdf.) diakses
tanggal 19 Mei 2009.
3. King Maurice; 1987; Fracture of the Shaft of the Humerus In: Primary
Surgery Volume Two: Trauma; Oxford University Press; UK; p. 233-235
4. Santoso M.W.A, Alimsardjono H dan Subagjo; 2002; Anatomi Bagian I,
Penerbit Laboratorium Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga; Surabaya
5. Anonymous. Fraktur Patah Tulang (online). 2009.
(http://perawatpskiatri.blogspot.com/search/label, diakses tanggal 11 April
2009).
6. Wim de Jong & Sjamsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke 2
.EGC : Jakarta .
7. Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
Widya Medika: Jakarta.

8. Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Medika Aesculapius


FKUI : Jakarta

9. Kenneth J, dkk. 2002. Fractures Of The Shaft Of The Humerus In Chapter 43:
Orthopedic; In: Handbook of Fracture second edition. Wolters Klunser
Company : New York

10. Bernard Bloch. 1996. Fraktur dan Dislokasi. Yayasan essentica Medica
:Yogyakarta p. 1028-1030

30
11. Elis Harorld, 2006, Part 3: Upper Limb, The Bones and Joint of the Upper
Limbs; In: Clinical Anatomy Eleventh Edition (e-book); Blackwell
Publishing; Oxford University; p 169-170

31

You might also like