Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Pembimbing:
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesia berarti pembiusan, kata ini berasal dari bahasa Yunani, an-
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
(1)
Anestesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu anestesia umum dan
analgesia lokal. Pada analgesia lokal hilangnya rasa nyeri hanya pada sebagian
tubuh dan tidak disertai hilangnya kesadaran. Pada anestesia umum hilangnya rasa
nyeri terjadi pada seluruh tubuh disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
reversibel. (1,2)
per oral dan per-rektal. Yang paling sering dipakai adalah pemberian secara
inhalasi dan intravena. Obat anestetik yang diberikan secara inhalasi adalah eter,
halotan, enfluran, isofluran, sevofluran dan desfluran. Yang dapat diberikan secara
diberikan per rektal adalah diazepam, eter oil. Yang dapat diberikan secara oral
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur
intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh
otot. Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obat – obat ini akan diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target
organ masing –masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta
Selain itu batas keamanan pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping
yang sangat minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek
samping yang sangat minimal.Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek
yang diharapkan tanpa efek samping, bila diberikan secara tunggal. (3)
anestesi dikatakan lebih aman daripada general anestesi, tetapi tidak ada bukti
yang meyakinkan bahwa teknik yang satu lebih baik dari yang lain, sehingga
diberikan secara langsung ke dalam aliran darah, kedua hal tersebut yang menjadi
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANESTESIA UMUM
menguntungkan.
1. induksi anestesia;
berpotensiasi atau efek salahsatu obat dapat menutupi pengaruh obat yang
lain.
intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali
digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.
Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia
umum, pada pasien dewasa dan pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun.
tersebut sangat tergantung pada pabrik pembuat obatnya. Obat ini dikemas
dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan
D5W.
a) Mekanisme kerja
b) Farmakokinetik
protein plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu
relaksasi otot.
c) Farmakodinamik
Pada sistem saraf pusat
(titrate to effect).
dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah
e) Efek Samping
Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada
secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering
2. Tiopenton (5)
yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat
mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam
menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula.
Dosis yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek
masa kerja ultra singkat , tiopental merupakan obat terlazim yang dipergunakan
komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang beberapa terletak dibatang
b) Farmakokinetik
Absorbsi
intravena untuk induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak –
umur.
Distribusi
tubuh selanjutnya akan diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang
kaya akan vaskularisasi, secara perlahan akan mengalami difusi kedalam
jaringan lain seperti hati, otot, dan jaringan lemak. Setelah terjadi
Metabolisme
Ekskresi
c) Farmakodinamik
dan aliran darah sedangkan pada dosis yang tinggi akan menghasilkan
Sistem pernafasan
menurun terjadi penurunan frekwensi nafas dan volume tidal bahkan dapat
bronkospasme.
d) Dosis
menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil
e) Efek samping
memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap
akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat
pemberian melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan
3. Ketamin (4)
tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik
yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang.
Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam.
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan
“rapid acting non barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang
yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang
persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut
a) Mekanisme kerja
b) Farmakokinetik
Absorbsi
Distribusi
setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi, dan akan kembali
sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru
Metabolisme
Ekskresi
c) Farmakodinamik
mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu
intrakranial.
ketika operasi kurang lebih antara 0,7 sampai 2,2 µg/ml (sampai 4,0 µg/ml
Mimpi buruk
Sistem pernafasan
apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak.
Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M.
setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.3 Dosis obat untuk
menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 – 0,8 mg/kg IV atau 2
e) Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada
dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan
efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat
f) Kontra indikasi
4. Opioid (4)
Obat opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum, dan
Dalam dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak.
a) Mekanisme kerja
Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf
pusat dan jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , μ,Ќ,δ,σ.
nosiseptif.
b) Farmakokinetik
Absorbsi
analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 μg/Kg) dan dewasa (200-
800 μg).
Distribusi
otak, sehingga onset kerja lambat dan durasi kerja juga Iebih panjang.
Metabolisme
Ekskresi
Sistem pernafasan
meningkat dan respon terhadap CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2
depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas atau kelenturan otot nafas,
Sistem gastrointestinal
5. Benzodiazepin (5)
dan lorazepam tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene
Dizac), yang tidak menyebakan nyeri atau tromboplebitis tetapi hal itu
berhubungan bioaviabilitasnya yang rendah, midazolam merupakan
benzodiazepin yang larut air yang tersedia dalam larutan dengan PH 3,5.
a) Mekanisme kerja
b) Farmakokinetik
waktu paruh dari benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan
Clearance in ml/kg/min
Sistem Pernafasan
nafas mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien
d) Dosis
e) Efek samping
sedasi. Lorazepam dan diazepam dapat menyebabkan iritasi pada vena dan
mcg/kg/menit berikutnya.
a) Farmakodinamik
Ganglion otonom.
terjadi pada pemberian suksinilkolin. Pada dosis yang tinggi sekali, dapat
dan penurunan tekanan darah) yang cukup besar. Tetapi dosis d-Tc yang
Galamin pada dosis terapi memblok N. vagus di jantung pada reseptor mus-
Kardiovaskuler.
pemberian lV yang cepat dengan dosis besar. Kehilangan tonus otot rangka
Lain-lain.
dapat melepaskan K* dengan cepat dari dalam sel. Hal ini dapat
elektrolit. Obat-obat ini juga harus dihindarkan pada penderita dengan luka
bakar atau trauma jaringan lunak yang luas; mereka ini seringkali
bahan aktif dalam racun panah tidak menyebabkan keracunan jika daging
hewan yang mati terpanah itu dimakan oleh orang lndian. Namun
2/3 dari dosis d d-Tubokurarin diekskresi utuh dalam urin. Walaupun efek
beberapa gejala masih terlihat sampai 2-4 jam atau lebih. Distribusi,
masa kerja yang sama. Atrakurium dikonversi oleh esterase plasma dan
secara spontan menjadi metabolit yang kurang aktif ; hal ini menyebabkan
1. Anestetik umum.
dosis biasanya.
2. Antibiotik.
ACh dari ujung saraf motorik (karena berkompetisi dengan ion Ca) dan
kelat (chelate) dengan ion Ca. Hambatan ini juga dapat diantagonisasi
yang belum di-ketahui. Oleh karena itu, pada penderita yang sedang
kembali.
3. Kalsium antagonis.
tidak jelas apakah akibat hambatan penglepasan ACh dari ujung saraf
4. Antikolinesterase.
neuromuskuler.
5. Lain-lain.
d) Intoksikasi
Efek toksik yang ditimbulkan oleh obat golongan ini disebabkan dosis
berlebih atau sinergisme dengan berbagai macam obat. Yang paling sering
dialami ialah apne yang lerlalu lama, kolaps kardiovaskular dan akibat
(0,5-2 mg lV) atau edrofonium (10 mg lV, dapat diulangi bila perlu),
jantung dari otot yang lumpuh. Efek dari histamin yang dilepaskan dapat
Pelemas otot diberikan parenteral dan hampir selalu secara lV. Obat
golongan ini hanya digunakan oleh ahli anestesiologi dan klinisi lain yang
bedah ringan, obat ini diberikan sebagai dosis tunggal 6-9 mg lV pada
orang dewasa. Bila perlu, 1/2 dosis ini dapat diberikan lagi setelah 3-5
Metokurin yodida tersedia sebagai larutan 2mg/ml. Preparat ini 2 kali lebih
mg/kg lV, dan bila perlu dapat diulangi setelah 30-40 menit dengan dosis
gram, dan dalam larutan untuk suntikan lV yang mengandung 20, 50 atau
100 mg/ml. Untuk prosedur bedah yang singkat pada orang dewasa, dosis
mg/kg. Untuk prosedur yang lebih lama, obat ini diberikan sebagai infus
dengan dosis yang bervariasi antara 0,5- 5,0mg atau lebih per menit.
tersedia dalam vial berisi 10 mg. Dosis lV awal biasanya 0,08-0,1 mg/kg,
yang kerjanya cepat. Mula kerjanya cepat dan dimetabolisme oleh hati pada
PENUTUP
Anestesia berarti pembiusan, kata ini berasal dari bahasa Yunani, an-
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu anestesia umum dan
analgesia lokal. Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan
melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun
pelumpuh otot. Setelah berada didalam pembuluh darah vena, obat – obat ini akan
menuju target organ masing –masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamiknya masing-masing.
anestesi dikatakan lebih aman daripada general anestesi, tetapi tidak ada bukti
yang meyakinkan bahwa teknik yang satu lebih baik dari yang lain, sehingga