Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok 7 / THP A
Berlianta Deby Puspita Wardani 161710101021
Aisyah Dara Millenia 161710101027
Aditya Bagas Maulana 161710101063
Shania Listyana Putri 161710101049
Budiarti Sentono Putri 161710101103
Air limbah di Indonesia baik yang berasal dari domestik maupun industri
sampai saat ini masih menjadi masalah yang serius. Proses pengolahan air limbah
secara biologis dapat dilakukan secara aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik
(tanpa udara), atau kombinasi aerobik dan anaerobik. Pengolahan air limbah
secara biologis dengan udara (aerobik) biasanya digunakan untuk air limbah
dengan beban BOD yang tidak terlalu besar sedangkan air limbah dengan beban
BOD yang sangat tinggi menggunakan proses biologis secara anaerob. Di dalam
proses pengolahan air limbah khususnya yang mengandung polutan senyawa
organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktifitas
mikroorganisme (proses biologis) untuk menguraikan senyawa polutan organik
tersebut dan mikroorganisme yang digunakan dibiakkan secara tersuspensi di
dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara
lain proses lumpur aktif standar/konvensional (Standard Activated Sludge), Step
Aeration, Contact Stabilization, Extended Aeration, Oxidation Ditch, dan lainnya.
Salah satu metode pengolahan limbah secara mikrobiologis yang akan dibahas
yaitu Oxidation Ditch (oksidasi sistem parit).
Menurut istilah, oxidation ditch adalah bak berbentuk parit yang
digunakan untuk mengolah air limbah dengan memanfaatkan oksigen (kondisi
aerob). Sistem parit oksidasi terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang
berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi
limbah. Saluran atau parit tersebut menerima limbah yang telah disaring dan
mempunyai waktu tinggal hidraulik (hidraulic rention time) mendekati 24 jam.
Proses ini umumnya digunakan untuk pengolahan limbah domestik untuk
komunitas yang relatif kecil dan memerlukan luas lahan yang cukup besar.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk mengetahui
pengolahan limbah cair secara biologis dengan metode Oxidation Ditch secara
aerob.
BAB 2. ISI
1. Air limbah diskrin dulu dengan coarse screen dan dikominusi dengan
comminutor agar
ranting dan sampah menjadi berukuran kecil dan dapat disisihkan.
2. Setelah itu air limbah dialirkan ke dalam grit chamber untuk menyisihkan
pasirnya.
3. Tahap selanjutnya adalah primary settling tank yang berfungsi
mengendapkan partikel yang lolos dari grit chamber. Efluen settling tank ini
selanjutnya masuk ke parit oksidasi. Pada setiap unitnya, air limbah selalu
mengalami pengenceran (dilusi) otomatis ketika kembali mengalir melewati
bagian inlet. Faktor dilusi ini bisa mencapai nilai 20 s.d 30 sehingga nyaris
teraduk sempurna meskipun bentuk baknya mendukung aliran plug flow,
yakni hanya teraduk pada arah radial saja dengan aliran yang searah
(unidirectional). Influennya serta merta bercampur dengan air limbah
yang sudah dioksigenasi dan mengalami fase kekurangan oksigen.
Pengulangan ini berlangsung terus-menerus selama pengoperasian parit
oksidasi.
2.5 Perhitungan
b. PerhitunganVolumeTampung
Perhitungan volume tamping atau dimensi yang diperlukan dari setiap
kolam oksidasi digunakan untuk memilih dan menentukan kolam oksidasi.
Dengan penentuan volume maka akan dapat ditentukan juga waktu tinggal air di
dalam kolam oksidasi. Volume kolam oksidasi dapat ditentukan sebagai berikut.
θC Y Q (S0 − S)
𝑉𝑂𝐷 =
𝑥
Keterangan:
θc = 10 hari
Y = 0,8 [mg VSS / mg BOD]
VSS = volatile suspended solids)
Q = volume aliran air [m³/hari]
S0 = kadar BOD masuk [mg/l]
S = kadar BOD keluar [mg/l]
x = 4500 mg/l (Mixed Liquor Volatile Suspended Solids, MLVSS)
Untuk kolam oksidasi 1:
10 . 0,8 . 500 (4000 – 2000)
𝑉1 = = 1,778 𝑚3
4500
Untuk kolam oksidasi 2:
10 . 0,8 .500 (2000 − 50)
𝑉2 = = 1,773𝑚3
4500
Desain kolam oksidasi dengan struktur yang efisien dan pertimbangan
estetika maka dapat ditentukan jumlah kolam oksidasi sama dengan dua unit dan
memiliki dimensi yang sama. Hasil perhitungan volume di atas yaitu :
( P x L x D ) = ( 43,2 x 12,0 x 4,0 ) m
Jika diperhitungkan dengan batas atas dari permukaan air yang diisi air
limbah sekitar 20 cm di bawah batas atas kolam, maka kemampuan tamping dari
tiap kolam yaitu :
V = 43,2 x 12,0 x 3,8 = 1.970 m3 .
Sedangkan waktu tinggal air dengan besar arus Q = 500 m3/hari yaitu :
τ = 1.970 / 500 = 3.94 hari.
c. Perhitungan Kebutuhan Oksigen Ditentukan Berdasarkan Jumlah BOD
Menurut total perhitungan yang telah dilakukan diawal maka yang akan
dihilangkan dalam kolam oksidasi yaitu sebesar:
(1000 + 975) kg BOD/hari.
Untuk tiap kg BOD diperlukan 2 kg oksigen atau O2 agar terjadi reaksi oksidasi
sehingga jumlah kg O2 per hari yang diperlukanyaitu :
O2 = 2 kg O2/kg BOD x (1.000 + 975) kg BOD/hari
O2 = 3950 kg O2/hari.
Oksigen yang diperlukan pada ipal ini akan dipasok oleh system dengan Low
Speed Surface Aerators. Daya keseluruhan yang dibutuh kan untuk menghasilkan
jumlah O2 dalam kg yang diperhitungkan dengan cara seperti diatas yaitu:
η 𝑂2
PAerator =
α. h/d
1𝑥4016
𝑃𝐴𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 =
1,8𝑥24
= 186 kW atau 250 HP
Keterangan:
O2 = jumlahoksigendiperlukan [kg/hari]
h = safety factor = 2
α = efisiensi transfer oksigen= 1,2 – 2,4 [kg O2/kW.jam]
h/d = 24 jam/hari
DAFTAR PUSTAKA
Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse 4th
Edition. New York: McGraw Hill.
Oei, T. S dan Susanto, H. 2014. Desain Instalasi Pengolah Air Limbah Industri
Minuman Teh Dengan Menggunakan Sistem Aerobik. Jakarta. Fakultas
Teknik Universitas Katolik Indonesia.