You are on page 1of 9

PENETAPAN HCG DENGAN TEKNIK

IMUNOKROMATOGRAFI

Nama : Hastya Tri Andini


NIM : B1A017081
Rombongan : II
Kelompok :2
Asisten : Hanif Tri Hartanto

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOBIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang


dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin.
Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan
epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. Kehamilan
akan ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG
disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode
immunokromatography merupakan cara yang paling efektif untuk mendeteksi
kehamilan dini (Harti et al., 2013). Penggunaan strip HCG urine test merupakan
suatu metode immunoassay untuk memastikan secara kualitatif adanya Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) didalam urine sebagai deteksi dini adanya
kehamilan (Prawirohardjo, 1976).
Metode tes kehamilan yang dilakukan adalah metode imunokromatografi
dengan menggunakan sampel berupa air seni. Alat yang digunakan untuk
pemeriksaan merupakan alat yang dijual secara bebas dan dapat dipergunakan
kapanpun dan oleh siapapun. Keuntungan strip uji kehamilan adalah bisa
dilakukan sendiri di rumah, prosedur pengujian yang mudah dilakukan, harga strip
yang relatif murah, jenis alat tes bervariasi, akurasi hasil uji yang tinggi (97 –
99%), serta dapat mendeteksi kehamilan lebih dini (Rao et al., 1981).
Tingkat sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal
untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak HCG
berlangsung sekitar 60 hari setelah periode haid terakhir. Pada minggu kesepuluh
kehamilan, pengeluaran HCG menurun sehingga tingkat sekresinya rendah yang
kemudian dipertahankan selama kehamilan. Turunnya HCG terjadi pada saat
korpus luteum tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan hormon-hormon steroid
karena plasenta sudah mulai mengeluarkan estrogen dan progesterone dalam
jumlah bermakna. Korpus luteum kehamilan mengalami regresi parsial seiring
dengan turunnya sekresi HCG (Saifuddin, 2002).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui adanya HCG pada urin
wanita hamil dengan menggunakan teknik imunokromatografi.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel urin


wanita hamil (2-3 bulan) dan urin wanita tidak hamil.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol film dan tes
strip.

B. Cara Kerja

1. Sampel urin wanita hamil dan urin wanita tidak hamil disiapkan dan
ditampung dalam botol film yang berbeda.
2. Test strip disiapkan.
3. Test strip dicelupkan pada masing-masing sampel dan dibaca hasilnya setelah
5 menit.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Hasil Positif Gambar 3.2 Hasil Negatif


Interpretasi: (+) Terbentuk zona merah pada daerah test dan kontrol.
(-) Terbentuk zona merah pada daerah kontrol.
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa hasil
uji terstrip urine wanita tidak hamil adalah negatif (-), sedangkan hasil testtrip
urine wanita hamil adalah positif (+). Hasil negatif (-) ditunjukkan oleh adanya
satu buah garis bewarna merah pada zona kontrol (di atas zona test = tidak hamil).
Apabila pada zona ini tidak terbentuk garis garis berarti reagen inaktif (rusak) atau
kadar HCG lebih kecil dari 50 IU/I. Hasil positif (+) ditunjukkan oleh adanya dua
buah garis berwarna merah pada zona test dan zona kontrol, artinya terdapat HCG
dengan kadar 50 IU/I (hamil). Hasil tersebut sesuai dengan referensi yang
menyatakan bahwa Human Chorionic Gonadotropic (HCG) adalah hormon yang
terdapat pada urine semasa kebuntingan pada manusia. Oleh sebab itu HCG hanya
dapat digunakan pada manusia saja, sedangkan pada hewan tidak dapat
digunakan. Dengan demikian uji kehamilan positif, apabila tidak terjadi
aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi. Identifikasi HCG ini
dapat dilakukan pada awal-awal kehamilan (Muhartono et al., 2015).
HCG adalah hormon yang mendukung perkembangan telur dalam ovarium
dan merangsang telur dalam pelepasan telur dalam ovulasi. Hormon HCG
tersusun atas glikoprotein yang dihasilkan oleh protoblast dan bakal plasenta
(Frandson, 1993). Hormon HCG merupakan bagian dari hormon plasenta yang
berfungsi untuk membantu deteksi kehamilan dini dan mempertahankan korpus
luteum kehamilan (Syaifuddin, 2013). HCG dikeluarkan oleh ginjal ibu dan dapat
dideteksi dalam darah dan urin, pada minggu-minggu awal kehamilan.
Keberadaan hormon inilah yang menjadi dasar test kehamilan. Peningkatan kadar
positif HCG tidak hanya pada kehamilan namun terdapat pada mola
hidatidiformis, korionepielioma, koriokarsioma (Kee, 2013). Peningkatan kadar
HCG paling tinggi adalah pada minggu ke 12-16 kehamilan (Kundarti et al.,
2015).
Kadar hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) berubah selama
kehamilan trimester pertama. Hormon ini adalah yang pertama kali dapat
dideteksi sekitar 11 hari setelah terjadinya pembuahan, tetapi hanya melalui test
darah. Setelah itu antara hari ke-12 sampai 14, hormon ini dapat dideteksi dengan
test urin. Kadar HCG selama kehamilan trimester pertama biasanya diukur dalam
satuan international unit per mili liter, atau IU/mL. Kadar ini akan mencapai
puncaknya antara minggu ke 9-12 kehamilan, sekitar 25.700 sampai 288.000
IU/mL. Dengan berakhirnya kehamilan trimester pertama, pada minggu 13 dan
14, kadar hormon HCG akan menurun, sampai sekitar 13.300-254.000 IU/mL.
Kadar Hormon HCG dapat diperkirakan didalam darah bukan hanya di dalam urin
saja, kadar hormon di dalam darah ibu selama kehamilan normal diperkirakan 5
mg/mL pada trimester pertama. Hormon ini dapat diukur dan dideteksi dalam
darah paling cepat 6 hari setelah konsepsi. Keberadaannya dalam urin pada awal
kehamilan adalah dasar bagi berbagai uji laboratorium untuk kehamilan (Ganong,
2008).
Imunokromatografi adalah metode yang dapat digunakan dalam
diagnostik. Metode ini menggunakan SPR mirip dengan sensor WM dalam
mendeteksi molekul pada chip dan berguna dalam analisis biokimia (Shimizu et
al., 2017). Dasar yang digunakan dalam metode ini adalah reaksi antigen-antibodi
dengan HCG sebagai antigen. Metode ini menggunakan alat yang bernama
teststrip. Pengecekan kualitatif menggunakan teststrip cukup mudah yakni dengan
mencelupkan ujung alat ke dalam urin, biasanya alat uji ini memiliki indikator
berupa dua buah garis. Waktu yang tepat untuk melakukan tes urin biasanya
adalah 4-5 hari atau 1 minggu setelah terlambat haid, karena sebagian besar
teststrip sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 50 IU/ml. Tes dilakukan
untuk mengetahui diagnosa kehamilan HCG pada darah dan urin wanita
(Prawirohardjo, 1976).
Mekanisme kerja testpack yang lebih rinci adalah urin yang diperiksa akan
bergerak dari zona yang satu ke zona yang lain, dimulai dari zona yang terdapat
mobile anti HCG1. Anti HCG1 akan ikut terbawa oleh urin ke zona anti HCG2.
Disinilah penentuan positif atau negatifnya suatu tes. Jika pada urin terdapat
molekul HCG, maka molekul ini yang sebelumnya sudah berikatan dengan anti-
HCG1 akan berikatan dengan anti-HCG 2 sehingga akan terbentuk warna atau
garis pada strip ataupun kaset pemeriksaan. Jika pada urin tidak terdapat molekul
HCG, maka anti-HCG 2 tidak akan terikat. Selanjutnya urin bergerak ke zona
anti-anti HCG. Pada zona ini, baik urin yang mengandung molekul HCG maupun
yang tidak, akan terbentuk warna ataupun garis. Hal ini dikarenakan anti-anti
HCG berikatan dengan anti-HCG1 yang ikut terbawa oleh urin. Zona ini disebut
control (Hanifa & Saifuddin, 2005).
Komposisi reagen yang terkandung dalam teststrip adalah antibodi
monoklonal anti HCG (sebagian zona test) yang diletakkan pada partikel lateks
berwarna merah dan sebagai zona kontrol adalah anti HCG dari IgG mouse.
Keunggulan dari teststrip adalah tes urin dapat dilakukan sendiri, alat test mudah
diperoleh pada supermarket ataupun apotik dengan harga terjangkau, jenis dan
merk teststrip bervariasi, dan akurasi tinggi (Rose, 2006).
Menurut Daniel (1999), ada dua macam cara untuk mendeteksi kehamilan,
yang pertama disebut metode Galli maininites merupakan metode yang digunakan
untuk mendeteksi kehamilan sebelum adanya test strip. Metode ini bekerja dengan
menyuntikkan urine wanita hamil ke katak Bufo jantan, yang apabila positif hamil
akan merangsang katak bufo untuk mengeluarkan sperma. Kedua, disebut metode
test strip yaitu mendeteksi kehamilan dengan mengukur kadar HCG urine
berdasarkan pembentukan kompleks antigen-antibodi. Reaksi positif yang
ditunjukkan dengan timbulnya dua garis merah pada testrip yang berarti
mengandung HCG, apabila ada wanita tidak hamil menunjukkan hasil negatif
yang ditandai munculnya satu garis merah pada teststrip yang berarti tidak
mengandung HCG.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum penetapan kadar HCG dengan


teknik imunokromatografi dapat diambil kesimpulan bahwa urin wanita hamil muda
mengandung HCG >50 IU/ml, ditunjukkan dengan terbentuknya dua buah garis
berwarna merah pada zona test dan zona kontrol (hasil positif), sedangkan uji HCG
pada wanita yang tidak hamil ditunjukkan oleh terbentuknya satu garis merah pada
zona kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Daniel, D. C., 1999. Human Biology Health, Homeostasis, and The Environment.
Canada: Jones and Barltet Toronto.
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta (ID) : EGC.
Hanifa, W. & Saifuddin, A. B., 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Harti, A. S., & Nurkusumawati, H., 2013. Pemeriksaan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara
Immunokromatografi. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. 4(1), pp. 1-4.
Kee, J. L., 2013. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta:
EGC.
Kundarti, F. I., Rahayu, D. E. & Utami, R., 2015. Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe
(Zingiber Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah pada Ibu
Hamil. Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), pp. 18-30.
Muhartono, Sukahor, A., Sibero H., & Widiarti I., 2015. Honey As An Alternative
Healing For Burns On White Rats (Rattus norvegicus) Strain Spraque
Dawley. International J. Res. Ayurveda Pharm., 6(1), pp. 101-104.
Prawirohardjo, S., 1976. Ilmu Kandungan Cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Rao, A., Jagannadha S. G., Kotagi, & Moudgal, N. R., 1981. Effect Of Human
Chorionic Gonadotropin On Serum Levels Of Progesterone And Estrogens In
The Pregnant Bonnet Monkev (Macaca Radiata). March, 3(1), pp. 83-88.

Rose, W., 2006. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta : Dian Rakyat.
Saifuddin., 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Shimizu, T., Tanaka, T., Uno, S., Ashiba, H., Fujimaki, M., Tanaka, M., Awazu, K.
and Makishima, M., 2017. Detection of antibodies against hepatitis B virus
surface antigen and hepatitis C virus core antigen in plasma with a
waveguide-mode sensor. Journal of bioscience and bioengineering, 123(6),
pp.760-764.
Syaifuddin., 2013. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

You might also like