You are on page 1of 15

AKHLAK TERHADAP AL-QUR’AN

OLEH KELOMPOK 2 SERTIFIKASI II KELAS F :

EXSEL RAMADANI SIHITE 1700024222

DADANG PRANA TAMBUNAN 1700024178

M. REZA NIRWANA 1700024074

ZULFIKAR FAISHAL AKBARI 1700024

SINDY AFRISA PUTRI 1700024

ADRIAN MAULANA 1700024

DOSEN PENGAMPU: Eka Yuhendri,S.H.I.,M.H

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

TAHUN 2018/2019
BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci ummat islam yang di wahyukan Allah kepada
Muhammad melalui Malaikat jibril. Secara harfiah Qur’an berarti bacaan. Namun ummat
islam merujuk Al-Qur’an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalam komposisi,
bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan. Penurunan Al-Qur’an terjadi secara
bertahap atau beransur-ansur. Walau Al-Qur’an lebih banyak ditransfer melalui hafalan,
namun sebagai tambahan banyak pengikut islam pada masa itu yang menuliskannya pada
tulang, batu "batu dan dedaunan. Umat Islam percaya bahwa Al-Q ur’an yang ada saat ini
sudah selesai sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad, kemudian dikirim lagi ke
pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al-Qur’an tersebut.

Dengan kehidupan dizaman sekarang ini yang semakin majunya teknologi


menciptaan Al-Qur’an dalam bentuk elektronik. Permasalahan yang seperti inilah timbul
apakah perlakuan kita terhadap Al-Qur’an masih sama. Nyatanya dengan semakin
berkembangnya teknologi membuat umat ini semakin terpenrangah, sehingga menjauhkan
diri dari pedoman hidup umat ini. Maka dari itu, semakin berkembangnya zaman, semestinya
semakin berkembang juga kecintaan kita terhadap Al-Qur’an, lebih semangat lagi untuk
memperhatikannya, untuk menunaikan hak-haknya Al-Qur’an.

Dengan peradaban industrial ini bukan berarti cara kita atau akhlak kita berkembang
juga terhadap Al-Qur’an. Tetapi kita harus tetap mencontoh umat-umat terdahulu dalam
prilakunya terhadap Al-Qur’an. Maka diharapkan tulisan ini bisa membantu pembaca untuk
mengetahui dan memahami akhlak kita terhadap Al-Qur’an yang sebenarnya, yang
diajarkan oleh Nabi kita dan umat terdahulu. Serta tulisan dengan judul “Akhlak Terhadap
Al-Qur’an” ini diangkat untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Akhlak atau Sertifikasi II
Fakulta Hukum Universitas Ahmad Dahlan.
B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak terhadap al-Qur’an?


2. Apa saja bentuk-bentuk akhak terhadap al-Qur’an?
3. Bagaiman adab-adab terhadap al-Qur’an?

C. Tujuan

1. Mengetahui arti akhlak terhadap al-Qur’an.


2. Mengetahui bentuk-bentuk akhlak terhadap al-Qur’an.
3. Memahami adab-adab terhadap al-Qur’an.

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Terhadap Al-Qur’an


Maksud akhlak sendiri bisa dikatan sebagai prilaku atau tingkah laku
sesorang. Kata akhlak sendiri berasal dari Al-Qur’an dan As-sunnah. Akhlak berasal dari
bahasa Arab yakni akhlak yang merupakan bentuk jama’ dari “Khuluq”yang berarti as-
Sajiyah (perangai), at ̣-ṭabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-marū’ah (peradaban
yang baik), dan al-din (agama). Sedangkan menurut istilah, akhlak didefinisikan oleh
beberapa ahli sebagai berikut:
a) Al-Ghazali berpendapat bahwa, "segala sifat yang tertanam dalam hati yang
menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran
tanpa pertimbangan."
b) Ibnu Maskawih berpendapat kitabnya Tahdzibul Akhlaq bahwa akhlak adalah: "sikap
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan (terlebih dahulu)."
Dari definisi di atas, baik definisi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali mapun
Ibnu Miskawaih, keduanya menitikberatkan bahwa akhlak itu sesuatu yang instingtif dan
mekanik. Maksud dari instingtif dan mekanik adalah dalam pelaksanannya akhlak tak
membutuhkan petimbangan apapun yang itu dari hati.
Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia
dari awal diturunkan hinggan waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi
maupun di luar angkasa akibat kiamat besar. Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk
menyempurnakan akhlak. begitulah hadist Rasul yang disampaikan. Akhlak tidak hanyak
diberikan kepada sesama makhluk hidup, tetapi juga kepada Al-Qur’an, Al Kitabul
Kariim. Al-Qur’an secara bahasa berarti bacaan. oleh karena itu, salah satu bentuk
akhlak kita padanya adalah bagaimana kita bisa membaca Al Qur’an dengan beberapa
adab agar ketika tilawah atau membaca Al-Qur’an dapat memberi bekas pada
kita. Akhlak dalam Al-Qur’an pun sudah dijelaskan yang bebunyi :

‫َان لَقَ ْد‬


َْ ‫سو ِْل فِي لَكُمْ ك‬ َْ ْ‫س َنةْ أُس َوة‬
ُ ‫ّللاِ َر‬ َْ ‫ّللاَ َوذَ َْك َْر اْل ِخ َْر َواليَو َْم‬
َْ ‫ّللاَ يَر ُجو ك‬
َ ‫َان ِل َمنْ َح‬ ً ِ‫َكث‬
َْ ‫يرا‬

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah." (QS. Al-Aḥzab :21)

Maka dari ayat tersebut menjadi acuan kita untuk berakhlak. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa, akhak terhadap AlQur’an adalah suatu sikap atau prilaku yang baik
terhadap perlakuan kita kepada Al-Qur’an yang langsung timbul tulus dari hati nurani.
Akhlak sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Seperti yang kita ketahui
bahwasannya akhlak Rasulullah itu adalah Al-quran.

B. Bentuk-Bentuk Akhak Terhadap Al-Qur’an


1. Iman Kepada Al-qur’an
Ini adalah adab dan kewajiban terbesar. Beriman kepada al-Qur’ân artinya
meyakini segala beritanya, mentaati segala perintahnya, dan meninggalkan segala
larangannya. Karena Iman kepada kitab yang Allah turunkan merupakan salah satu
ushul (landasan) iman dan merupakan rukun iman yang enam. Iman yang dimaksud
adalah pembenaran yang disertai keyakinan bahwa kitab-kitab Allah haq dan benar dan
tidak ada kebatilan di dalamnya.
Iman kepada kitab Allah harus mencakup empat perkara :
a) Mengimani bahwa turunnya kitab-kitab Allah benar-benar dari sisi
Allah Ta’ala.
b) Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui namanya seeprti Al Quran yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Injil yang diturunkan kepada
Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi
Dawud ‘alaihis salaam. Sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, kita
mengimaninya secara global.
c) Membenarkan berita-beritanya yang benar, seperti berita mengenai Al Quran,
dan berita-berita lain yang tidak diganti atau diubah dari iktab-kitab terdahulu
sebelum Al Quran.
d) Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus, serta ridho dan tunduk
menerimanya, baik kita mengetahui hikmahnya maupun tidak.

2. Tilawah (Qira’atul Qur’an)


Pengertian Tilawah adalah pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan
dengan baik dan indah, Ayat ini ditunjukan untuk ayat Al-Qur’an karena di sini
terkandung makna mempercayai dan membaca apa yang dibaca dimana hal ini hanya
dapat di aplikasikan kepada Al-Qur’an sebagai kitab suci. Sesungguhnya membaca al-
Qur’ân merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Banyak sekali ayat-ayat dan
hadits-hadits shahîh yang menunjukkan hal ini. Namun sayang, banyak umat Islam di
zaman ini yang lalai dengan ibadah ini, baik karena sibuk dengan urusan dunia, karena
lupa, atau lainnya. Adapun keutamaan Tilawatil Qur’an :

a. Al-Qur’an adalah Kalamullah


a) Kitab yang Mubarak (diberkahi)
b) Menuntun ke jalan yang lurus.
c) Tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya

b. Membaca Al Qur’an adalah sebaik-baik amal perbuatan.


Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو‬


ُ‫علَّ َمه‬
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an” (At-
Tirmidzi dari Utsman bin Affan, hadits hasan shahih).
c. Al-Qur’an akan menjadi syafi’ (penolong) di hari Kiamat.

Rasulullah SAW bersabda,

َ ‫ص َحابِ ِهًا ْق َر ُءوا ْالقُ ْرآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬
‫ش ِفيع‬ ْ َ ‫ا ِِل‬
“Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia akan menjadi penolong pembacanya di hari
kiamat.” (Muslim dari Abu Umamah).

d. Beserta para malaikat yang mulia di hari Kiamat.


Sabda Nabi SAW,

ُ‫َاق لَه‬ َ ‫سفَ َرةِ ْال ِك َر ِام ْالبَ َر َرةِ َوالَّذِي يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َويَتَت َ ْعت َ ُع ِفي ِه َو ُه َو‬
ٌّ ‫علَ ْي ِه ش‬ ِ ‫ْال َما ِه ُر بِ ْالقُ ْر‬
َّ ‫آن َم َع ال‬
ِ ‫أ َ ْج َر‬
‫ان‬
“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan baik
dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua
pahala.” (Muttafaq Alaih dari Aisyah ra.)

e. Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an.


Sabda Nabi SAW,

‫ِّب َو َمث َ ُل‬


ٌ ‫ط ِي‬ َ ‫ط ْع ُم َها‬ َ ‫ِّب َو‬ٌ ‫ط ِي‬َ ‫َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِم ِن الَّذِي َي ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َك َمث َ ِل ْاِلُتْ ُر َّج ِة ِري ُح َها‬
‫ًال ُمؤْ ِم ِن الَّذِي ََل يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َك َمث َ ِل الت َّ ْمر‬
ْ َ ‫ط ْع ُم َها ُح ْل ٌو َو َمث َ ُل‬
َ ‫ةِ ََل ِري َح لَ َها َو‬
َّ ‫ق الَّذِي يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َمث َ ُل‬
‫الر ْي َحانَة‬ ْ ِ ‫ط ْع ُم َها ُم ٌّر َو َمثَل‬
ِ ِ‫ًال ُمنَاف‬ َ ‫ِّب َو‬ َ ‫ًُري ُح َها‬
ٌ ِ‫طي‬ ِ
َ ‫ْس لَ َها ِري ٌح َو‬
‫ط ْع ُم َها ُم ٌّر‬ َ ‫ق الَّذِي ََل َي ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َك َمث َ ِل ْال َح ْن‬
َ ‫ظلَ ِة لَي‬ ِ ‫ْال ُمنَا ِف‬
“Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan buah
utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang
tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an bagai raihanah (semacam
bunga kenanga), baunya harum namun rasanya manis. Dan perumpamaan orang
munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai buah handzalah (antawali), tidak ada
buahnya dan rasanya pahit.” (Muttafaq Alaihi)
f. Penyebab terangkatnya derajat suatu kaum.
Maka dengan tilawah Al-Qur’an dapat mengangkat derajat suatu kaum dengan
mengamalkannya, ini berdasarkan Sabda Nabi SAW yang berbunyi

‫ض ُع ب‬ ِ ‫َللاَ يَ ْرفَ ُع ِب َهذَا ْال ِكتَا‬


َ َ‫ب أ َ ْق َواما َوي‬ َّ ‫ِه آخ َِرينَ ًِ ِإ َّن‬
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan kitab ini dan akan
menjatuhkannya dengan kitab ini pula” (HR.Muslim dari Umar bin Khatthab).

g. Turunnya rahmah dan sakinah


Dalam hadist Nabi SAW bersabda,
‫ع َّز َو َج َّل‬ َّ ‫َاب‬
َ ِ‫َللا‬ َ ‫ع َّز َو َج َّل يَ ْق َر ُءونَ َويَت َ َعلَّ ُمونَ ِكت‬ َّ ‫ت‬
َ ِ‫َللا‬ ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬ ٍ ‫َما ِم ْن قَ ْو ٍم يَجْ ت َِمعُونَ فِي بَ ْي‬
َّ ‫الرحْ َمةُ َوذَ َك َر ُه ْم‬
ُ‫َللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه‬ َ ‫ت بِ ِه ْم ْال َم ََلئِ َكةُ َو‬
َّ ‫غ ِشيَتْ ُه ْم‬ ْ َّ‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم إِ ََّل َحف‬ َ َ‫يَتَد‬
ُ ‫ار‬
“Tidak ada satu kaum yang sedang membaca, mempelajari, dan mendiskusikan kitab Allah,
kecuali para malaikat akan menaungi mereka, dan rahmat Allah akan tercurah kepadanya,
dan sakinah (kedamaian) akan turun di atasnya, dan Allah akan sebutkan mereka pada
makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR.Ahmad dari Abu Hurairah).

h. Memperoleh kebajikan yang berlipat ganda.


Ini di dinyatakan dalam hadist Nabi SAW,

ٌ ‫ف َولَ ِك ْن أ َ ِل‬
‫ف‬ َ ‫سنَةٌ َو ْال َح‬
ٌ ‫سنَةُ ِب َع ْش ِر أ َ ْمثَا ِل َها ََل أَقُو ُل الم َح ْر‬ َ ‫َللاِ فَلَهُ ِب ِه َح‬
َّ ‫ب‬ِ ‫َم ْن قَ َرأ َ َح ْرفا ِم ْن ِكتَا‬
‫ف‬ ٌ ‫ف َو ََل ٌم َح ْر‬
ٌ ‫ف َو ِمي ٌم َح ْر‬ ٌ ‫َح ْر‬
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia akan memperoleh satu
hasanah (kebajikan), dan satu hasanah akan dilipat gandakan menjadi sepuluh. Aku tidak
katakan alif lam mim satu huruf, akan tetapi ali satu hurf, lam satu huruf, dan mim satu
huruf.” (At-Tirmidzi)

i. Bukti hati yang terjaga/melek.


Kita dapat memahami bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‫ت ْالخَر‬
ِ ‫آن َك ْالبَ ْي‬
ِ ‫ْس فِي َج ْوفِ ِه َش ْي ٌء ِم ْن ْالقُ ْر‬
َ ‫بًِ ِإ َّن الَّذِي لَي‬
ِ
“Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an, maka ia
bagaikan rumah rusak.” (At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas).
3. Mempelajari dan Mentadaburi Al-Qur’an
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’an antara lain dengan
hikmah agar manusia memperhatikan ayat-ayatnya, menyimpulkan ilmunya, dan
merenungkan rahasianya.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan:

‫ب‬ ْ ‫ار ٌك ِليَدَّب َُّروا آيَاتِ ِه َو ِليَتَذَ َّك َر أُولُو‬


ِ ‫األلبَا‬ َ َ‫اب أ َ ْنزَ ْلنَاهُ إِلَي َْك ُمب‬
ٌ َ‫ِكت‬
Ini adalah sebuah kitab yang penuh dengan berkah, Kamiturunkan kepadamu supaya
mereka memperhatikan ayat ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran. [Shâd/38:29]

4. Ittiba’
Ittiba’ (mengikuti )Setiap orang sangat membutuhkan rahmat Allah Azza wa
Jalla. Namun, apa sarana untuk meraih rahmat-Nya? Mengikuti al-Qur’ân itulah cara
mendapatkan rahmatAllah Azza wa Jalla.Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan
kebaikan yang besar bagi orang yang mengikuti kitab-Nya.
Dengan dalilnya

َ ‫اب أَ ْنزَ ْلنَاهُ ُم َب‬


َ‫ار ٌك فَاتَّبِعُوهُ َوات َّقُوا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ٌ َ‫َو َهذَا ِكت‬
Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia
dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,(QS. Al-An’aam/6:155)

5. Berhukum Dengan Al-Qur’an


Sesungguhnya kewajiban pemimpin umat adalah menghukumi rakyat dengan
hukum Allah Azza wa Jalla , yaitu berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah. Dan kewajiban
rakyat adalah berhukum kepada hukum Allah Azza wa Jalla .
Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ ‫صال َوالَّذِينَ آت َ ْينَا ُه ُم ْال ِكت‬


‫اب‬ َّ َ‫اب ُمف‬ َ َ ‫َّللاِ أ َ ْبت َ ِغي َح َك ًما َو ُه َو الَّذِي أ َ ْنزَ َل ِإلَ ْي ُك ُم ْال ِكت‬ َّ ‫أَفَغَي َْر‬
َ‫ق َفال ت َ ُكون ََّن ِمنَ ْال ُم ْمت َ ِرين‬ ِ ِّ ‫يَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ُمن ََّز ٌل ِم ْن َر ِب َِّك ِب ْال َح‬
Maka patutkah aku mencari hakim selaindaripada Allah, padahal Dialah yang telah
menurunkan kitab (al-Qur'ân) kepada kamudengan terperinci. Orang-orang yang telah
Kami datangkan kitab kepada mereka,mereka mengetahui bahwa al-Qur'ân itu
diturunkan dari Rabbmu dengan sebenarnya.Maka janganlah kamu sekali-kali
termasukorang yang ragu-ragu. [al-An’âm/6:114]

6. Meyakini Al-Qur’an Sebagai Satu-satunya Pedoman


Allah Azza wa Jalla yang menurunkan kitab al-Qur’ân, memiliki sifat-sifat
sempurna. Oleh karena itu, kitab suci-Nya juga sempurna, sehingga cukup di jadikan
sebagai pedoman untuk meraih kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Allah Azza wa
Jalla yang menurunkan kitab al-Qur’ân, memiliki sifat-sifat sempurna. Olehkarena itu,
kitab suci-Nya juga sempurna,sehingga cukup di jadikan sebagai pedoman untuk
meraihkebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Demikian juga al-Qur’ân cukupsebagai
bukti kebenaran Nabi Muhammad sebagai utusan Allah Azza wa Jalla kepadaseluruh
manusia dan jin.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ ‫علَي َْك ْال ِكت‬


‫اب يُتْلَى َعلَ ْي ِه ْم ِإ َّن ِفي ذَ ِل َك لَ َر ْح َمةً َو ِذ ْك َرى ِلقَ ْو ٍم‬ َ ‫أ َ َولَ ْم َي ْك ِف ِه ْم أَنَّا أ َ ْنزَ ْلنَا‬
َ‫يُؤْ ِمنُون‬
Dan apakah tidak cukup bagi merekabahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al
kitab (al –Qur`ân) sedang ia (al-Qur'ân) dibacakan kepadamereka? Sesungguhnya
dalam (al-Qur`ân) itu terdapat rahmat yang besardan pelajaran bagi orang-orang
yangberiman. [al-‘Ankabût/29: 51]

7. Mengamalkan Al-Qur’an

Orang yang mengamalkan,mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an termasuk


insan yang terbaik, bahkan ia akan menjadi Ahlullah (keluarga Allah). Rasulullah
Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda.

َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو‬


ُ‫علَّ َمه‬
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkanya” [HR Bukhari]

Tata cara mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an Yaitu dengan cara melakukan
hal" baik yang dianjurkan/diperintahkan oleh allah swt yang terdapat pada al-qur'an dan
juga dengan mengajarkan ilmu yang miliki kepada orang lain sehingga ilmu yang kita
miliki dapat bermanfaat bagi orang lain, serta mengajak orang" di sekitar kita untuk ikut
serta membaca al-qur;an serta mengamalkannya juga.

8. Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an atau biasa juga disebut Tahfidz Qur‟an. Ini terdiri dari
dua suku kata, yaitu Tahfidz dan Qur‟an, yang mana keduanya mempunyai arti yang
berbeda. yaitu tahfidz yang berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang
dari bahasa arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan
sedikit lupa.

Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal adalah


“proses mengulang sesuatu baik denganmembaca atau mendengar.” Pekerjaan apapun
jika seringdiulang, pasti menjadi hafal. Seseorang yang telah hafal Al-Qur‟an secara
keseluruhan di luar kepala, bisa disebut dengan juma‟ dan huffazhul Qur‟an.
Pengumpulan Al-Qur‟an dengan cara menghafal (Hifzhuhu) ini dilakukan pada masa
awal penyiaran agama Islam, karena Al-Qur‟an pada waktu itu diturunkan melalui
metode pendengaran.

Pelestarian AlQ-ur‟an melalui hafalan ini sangat tepat dan dapat


dipertanggungjawabkan, mengingat Rasulullah SAW tergolong orang yang ummi.Allah
berfirman QS. Al-a’raf 158: “Katakanlah.’Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang
beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah
dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

9. Memahami Al-Qur’an
Memahami Al-Quran hukumnya adalah wajib. Dalam ayat Al-Qur’an berikut
yangartinya:
“Maka mengapakah mereka tidak mau mentadabburi al-Qur’an? Apakah karena hati
mereka terkunci mati?” (QS Muhammad/47:24).
Ada beberapa tahapan agar kita mampu untuk memahami dan mampu berinteraksi
dengan Al-Quran.
a. Memperhatikan adab tilawah.
b. Membaca satu surat, satu juz, atau satu ruku’ dengan pelan- pelan, khusyu’, tadabbur
dan penuh penghayatan. Tidak mementingkan target dalam satu hari harus selesai satu
surat, satu juz atau beberapa lembar.
c. Memperhatikan dan merenungi satu ayat, diperdalam untuk mendapatkan arti yang
terkandung dalam ayat tersebut, dengan cara dibaca dengan penuh perasaan dan
penghayatan, mendengarkan dari bacaan orang lain atau kaset dan dilakukan
berulang-ulang sampai mendapat arti yang terkandung dalam ayat tersebut.
d. Mempelajari secara rinci, susunan kata, konteks kalimat, arti yang terkandung, sebab
turunnya (asbabun nuzul), i’rab sampai betul-betul memahami seluk-beluk ayat
tersebut dan berbagai sudut pandang.
e. Memahami korelasi ayat dengan kondisi sekarang.
f. Merujuk kepada yang dipahami oleh para salafus shalih terutama pemahaman para
shahabat. Hal ini dikarenakan mereka lebih ahli dibanding Profesor Al-Quran
terpintar saat ini pun, karena mereka mendapat petunjuk langsung dari Rasulullah
saw. Oleh karena itu, dari aspek kesopanan dan aspek ilmiah, kita harus lebih
mendahulukan pemahaman para shahabat. Hal ini untuk mencegah agar Al-Quran
tidak difahami sesuai dengan hawa nafsu kita.
g. Mempelajari pendapat para ahli tafsir yang memiliki bobot ilmiah.

C. Adab-Adab Terhadap Al-Qur’an


1. Hendaklah yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan
berniat ingin cari dunia atau cari pujian.
2. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut
tersebut bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan semisalnya.
3. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Namun jika membacanya
dalam keadaan berhadats dibolehkan berdasarkan kesepatakan para ulama.Ini berkaitan
dengan masalah membaca, namun untuk menyentuh Al-Qur’an dipersyaratkan harus
suci. Dalil yang mendukung hal ini adalah:
“Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk
penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang
yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam Al-Irwa’ no. 122).
4. Mengambil tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama
sangat anjurkan membaca Al-Qur’an di masjid.
Masjid adalah tempat yang bersih dan dimuliakan, juga ketika itu dapat meraih
fadhilah i’tikaf. Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang
yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat.
Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut sudah berniat untuk i’tikaf. Adab
seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan
orang awam (yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin
langka.” (At-Tibyan, hlm. 83).
5. Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk ketika itu dalam keadaan sakinah
dan penuh ketenangan.
6. Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut
jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca
ta’awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib.
Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,

‫لر ِج ِيم‬
َّ ‫ان ا‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫اَّللِ ِمنَ ال‬ َ ْ‫فَإِذَا قَ َرأ‬
َّ ِ‫ت ْالقُ ْرآَنَ فَا ْست َ ِع ْذ ب‬
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
7. Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat
At-Taubah).Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir
rahmanir rahim.
8. Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk
mentadabbur (merenungkan) setiap ayat yang dibaca. Perintah untuk mentadabburi Al-
Qur’an disebutkan dalam ayat,

‫ب أ َ ْقفَالُ َها‬ َ ‫أَفَ َال يَتَدَب َُّرونَ ْالقُ ْرآَنَ أ َ ْم‬


ٍ ‫علَى قُلُو‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”
(QS. Muhammad/47: 24)

ِ ‫اركٌ ِل َيدَّب َُّروا آ َ َيا ِت ِه َو ِل َيتَذَ َّك َر أُولُو ْاأل َ ْل َبا‬


‫ب‬ َ ‫اب أ َ ْنزَ ْلنَاهُ ِإلَي َْك ُم َب‬
ٌ َ ‫ِكت‬
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (QS. Shaad/38: 29)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan
tentang perintah untuk tadabbur banyak sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak
tentang anjuran tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama teladan (ulama salaf) yang
hanya membaca satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam
hingga datang Shubuh. Bahkan ada yang membaca Al-Qur’an karena saking
mentadabburinya hingga pingsan. Lebih dari itu, ada di antara ulama yang sampai
meninggal dunia ketika mentadabburi Al-Qur’an.” (At-Tibyan, hlm. 86)
BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Al-Qur’an meupakan kitab suci umat islam yang sangat mulia yang menjadi
pedoman hidup umat manusia yang terbukti akan kebenarannya dan tidak ada
keraguan didalamnya. Maka dari itu kita pun semestinya untuk berakhlak kepada
Qalam Ilahi tersebut dengan cara memuliakannya dan menunaikan segala hak-hak
kita kepada Al-Qur’an.
Supaya semua hak kita terhadap Al-Qur’an terpenuhi, kita harus memahami
dan paham akan bentuk-bentuk akhlak terhadap Al-Qur,an. Ada pun bentuk-bentuk
akhlak terhadap Al-Qur’an adalah:,Iman Kepada Al-qur’an ,Tilawah (Qira’atul
Qur’an) ,Mempelajari dan Mentadaburi Al-Qur’an,Ittiba’ ,Berhukum Dengan Al-
Qur’an ,Meyakini Al-Qur’an Sebagai Satu-satunya Pedoman ,Mengamalkan Al-
Qur’an,Menghafal Al-Qur’an, Memahami Al-Qur’an
Tidak cukup sampai disitu supay kemulian Al-Qur’an dapat kita petik, kita
pun wajib untuk menjada adab-adab kita terhadap Al-Qur’an. Dengan cara,Hendaklah
yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan berniat
ingin cari dunia atau cari pujian. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan
mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan
semisalnya.Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Mengambil tempat
yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat anjurkan
membaca Al-Qur’an di masjid. Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk
ketika itu dalam keadaan sakinah dan penuh ketenangan. Memulai membaca Al-
Qur’an dengan membaca ta’awudz. Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap
awal surat selain surat Bara’ah (surat At-Taubah).Memulai pertengahan surat cukup
dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir rahim. Hendaknya ketika membaca Al-
Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur (merenungkan)
setiap ayat yang dibaca
DAFTAR PUSTAKA

Adab membaca Al-Qur’an diringkas dari penjelasan Imam Nawawi dalam At-Tibyan,
hlm. 80-87.

https://hikmatun.wordpress.com/2007/01/03/dasar-dasar-untuk-memahami-al-quran/

https://muslim.or.id/1959-bagaimana-beriman-kepada-kitab-allah.html.

https://rumaysho.com/11261-8-adab-membaca-al-quran.html.

https://www.bacaanmadani.com/2017/10/pengertian-akhlak-dalil-macam-macam.html.

https://www.dakwatuna.com/2011/07/11/13141/keutamaan-tilawah-al
quran/#axzz5jIBCRBEv

ILyas, Y. (2015). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan


Islam(LPPI).

You might also like