Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
beransur-ansur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses penurunan daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian
(Dewi,2014). Menua keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan mengalami kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penghilatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang yang tidak
Orang dengan lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan berjumlah 500 juta dengan usia rata-
rata 60 tahun, pada tahun 2025 akan menjapai 1,2 milyar. Amerika Serikat pertambahan orang lanjut
usia diperkirakan 1,000 orang, sedangkan di Indonesia jumlah lansia pada tahun 2006 menjadi ± 19
juta orang (Padila, 2013). Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang di
dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71
tahun. Jumlah proporsi lansia di indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2009
menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total popolasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun
2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015). Lansia berusia 65
tahun sering mengalami jatuh yang di sebabkan oleh peningkatan seriko jatuh, di ASIA khususnya
China sebesar 6-31%, Jepang sebesar 20%, sedangkan Chilie (Amerika Latin) ditemukan sebesar
34% peningkatan resiko jatuh yang berdampak pada kejadian jatuh di populasi lansia (WHO,2007).
Sekitar 40-60% kasus terjatuh sering dialami oleh lansia, Malaysia menempati peringkat 150
didunia dibandingkan Amerika Serikat di peringkat 80 dan peringkat 4 (kritis) di Thailand. Di Negara
maju, kejadian jatuh pada lansia sekitar 32% dalam waktu setahun dimana 20% membutuhkan
perhatian medis, dan kurang dari sepersepuluh kasus mengakibatkan cidera patah tulang (Tan et al,
2014). Di indonesia prevalensi cedera pada penduduk usia lebih dari 55 tahun mencapai 22%,
dimana 65% diantaranya dikarenakan jatuh (Riskesdes, 2013). Menurut stevens et al, 2012 lansia
yang mengalami jatuh diluar rumah sebanyak 52,3%, kurang dari separuh lansia yang jatuh
Proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi, mental maupun fisik
biologis. Pada lanjut usia seseorang akan mengalami kehilangan otot, susunan syaraf, dan jaringan
sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit (Mujahidullah, 2012). Penyebab jatuh diakibatkan
beberapa keadaan yaitu kecelakaan atau lingkungan (31%), gaya berjalan, gangguan keseimbangan
atau kelemahan (17%), pusing atau sakit kepala (13%), kebingungan (5%), hipotensi postural (3%),
gangguan penglihatan (2%), pingsan (0,3%), penyebab spesifik lain (15%), dan (5%) tidak diketahui
(Rubenstein, 2006).
Proses menua berdampak pada sistem muskuloskeletal yang menyebabkan penurunan tonus
otot, kekakuan dan erosi sendi menurunkan pergerakan sendi (Dewi, 2014). Sebanyak 30% Lansia
yang berumur 65 tahun beresiko jatuh setiap tahun dan persentasi ini meningkat menjadi 40%
setelah usia 75 tahun. Insiden jatuh dan beratnya komplikasi yang berasal dari jatuh meningkat
dengan bertambahnya usia. Bahaya lingkungan merupakan salah satu faktor resiko fisiologis, seperti
kelemahan otot, keseimbangan, gangguan penglihatan, penurunan taktil plantar, dan masalah kaki
karena lansia cenderung memiliki kaki yang pronated yang mempengaruhi sekitar 30% dari Lansia
yang terbukti menjadi faktor resiko independen untuk jatuh (Schwenk et al, 2013). Hilangnya otot
sekitar pergelangan kaki menunjukkan peran penting dalam keseimbangan dan kontrol postural
ditandai dengan kecepatan berkurang, irama, peningkatan variabilitas durasi langkah (Laubach et al,
2013).
Aktifitas fisik berupa latihan yang berfokus pada penguatan seperti foot and ankle exercise dapat
mencegah resiko jatuh pada lansia, seperti latihan penguatan pada pergelangan kaki (Schwenk et al,
2013). Proses menua pada lansia mengganggu kontrol keseimbangan sehingga mengakibatkan
lemahnya dorsifleksor pada pergelangan kaki dan fleksor plantar yang menyebabkan adanya
peningkatan resiko jatuh pada lansia yang berusia diatas 65 tahun (Dalal at al, 2014). Latihan ROM
memiliki kinerja dalam keseimbangan antara kaki dan kekuatan pergelangan kaki, latihan sederhana
yang berfokus pada kaki dan pergelangan kaki dapat secara positif mempengaruhi keseimbangan
pada lansia (Laubach et al, 2013). Kombinasi latihan fisik seperti keseimbangan dan kekuatan
mampu meningkatkan kemampuan fungsi keseimbangan, dan kognitif dan bahkan mengurangi
Foot And Enkle Exercie merupakan program latihan untuk lansia untuk meningkatkan
keseimbangan dengan melakukan latihan ketahanan secara teratur berguna untuk mencegah
penurunan fungsi otot yang terjadi akibat proses penuan dan latihan foot and Ankle berguna untuk
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah dan meningkatkan kinerja fungsional serta
memberikan efek positif dan efektif meningkatkan pergelangan kaki ROM pada lansia (Long and
Laubach, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 Oktober 2017 di
posyandu Lansia Alpukat RW 04 Kelurahan Tanjungrejo Malang di dapatkan data sekitar 30 lansia
yang berusia 45-59 tahun tergolong pra-lansia dan usia 60 tahun keatas tergolong lansia. Seiring
dengan penurunan fungsi pada lansia maka gangguan kesehatan pun banyak terjadi diantaranya
resiko jatuh pada lansia. Hasil wawancara dengan ketua posyandu menyebutkan sekitar 50% lansia
mengalami resiko jatuh akibat kelemahan otot dan faktor usia. Kejadian jatuh tersebut disebabkan
oleh kelelahan, faktor lingkungan seperti kondisi lantai yang licin serta mempunyai riwayat terdahulu
yaitu asam urat. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui efektivitas foot and ankle
exercise terhadap resiko jatuh lansia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Efektivitas Foot and Ankle Exercise terhadap Resiko Jatuh pada lansia”.
permasalahan yaitu: “Apakah foot and ankle exersize efektif terhadap Pencegahan Risiko
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas foot and ankle exercise
ankle exercise
2. Mengidentifikasi resiko jatuh lansia setelah dilakukan intervensi foot and ankle
exercise
3. Menganalisis efektifitas intervensi foot and ankle exercise terhadap resiko jatuh
Malang.
Keperawatan Gerontik.
masyarakat khususnya lansia agar melakukan latian foot and ankle exercise sebagai alternatif
1. Penelitian oleh Michael Schwenk, PhD, Elise DeHaven Jordan, MSc, Bahareh
Bijan Najafi, PhD (2013), yang berjudul “Effectiveness of Foot and Ankle Exercise Programs on
Reducing the Risk of Falling in Older Adults“. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji ulang
studi yang telah mengevaluasi efek dari program latihan FA untuk memperbaiki motorik
yang berhubungan dengan resiko jatuh. Penelitian ini adalah sebuah pencarian literatur
sistematis sebanyak 606 artikel dilakukan sesuai dengan data base pubmed, artikel di
flesibilitas dan kemampuan fungsional.. Dari 606 artikel yang di analisis ada 8 studi yang
masuk kriteria, 3 studi dikatagorikan sebagai program latihan kekuatan, seperti latiahan
menggenggam pada kaki yang dilakukan pada posisi dudk, 3 studi di evaluasi kekuatan
gabungan dan program berjalan, studi lainnya di evaluasi mencakup program latiahn FA
dirumah termasuk latiahan penguatan menggunakan karet gelang serta pemakain alas
kaki. Hasil dari penelitian ini secara keseluruhan, sistematis review dan meta-analisis
kemampuan fungsional.
2. Penelitian oleh Laurel Long, Kurt Jackson and Lloyd Laubach (2013), yang berjudul “A
Home-based Exercise Program for the Foot and Ankle to Improve Balance, Muscle Performance and
Flexibility in Community Dwelling Older Adults: A Pilot Study “. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengevaluasi kelayakan program 6 minggu latiajan yang berfokus pada kaki dan
pergelangan kaki, perubahan terkait dalam keseimbangan, kinerja otot dan berbagai
gerakan pada lansia. Populasi yang digunakan lansia yang usia antara 60-90 tahun, yang
diukur pada tiga penilian yaitu pra-intervensi, dan pasca intervensi. Ukuran hasil dikur
kaki. Hasil dari penelitian ini ada perbaikan yang signifikan dalam Mini- Bestest,
kecepatan gaya berjalan, TUG, kekuatan otot gastrocnemius dan dorsofleksi pergelangan
3. Penelitian oleh Vipra P Dalal1, Megha S Sheth, Neeta J Vyas (2014), yang berjudul “
Effect of Home-Based Ankle Mobility and Ankle Strengthening Exercises on Balance in Community
Dwelling Older adults “. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat efek dari 2 minggu
dilakukan mobilitas gabungan dan latihan penguatan untuk pergelangan kaki di rumah
pada keseimbangan dan rentang gerak (ROM) di masyarakat khususnya lansia. Peneliti
rekrut dari masyarakat yang berumur diatas 65 tahun baik laki-laki dan perempuan
dengan resiko jatuh dengan riwayat pusing, kondisi Neurologis, cedera pergelangan kaki.
Plantar Flesi dan Dorsofleksi Rom di uji dengan menggunakan 180 derajat Goniometer.
Hasil penelitian menunjukan mobilitas pergelangan kaki dan latihan penguatan kaki di
mempunyai progresif dan program penguatan efektif pada lansia dengan Resiko Jatuh