You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

beransur-ansur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses penurunan daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian

(Dewi,2014). Menua keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan mengalami kemunduran

fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penghilatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang yang tidak

proporsional (Nugroho, 2008).

Orang dengan lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan berjumlah 500 juta dengan usia rata-

rata 60 tahun, pada tahun 2025 akan menjapai 1,2 milyar. Amerika Serikat pertambahan orang lanjut

usia diperkirakan 1,000 orang, sedangkan di Indonesia jumlah lansia pada tahun 2006 menjadi ± 19

juta orang (Padila, 2013). Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang di

dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71

tahun. Jumlah proporsi lansia di indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2009

menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total popolasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun

2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015). Lansia berusia 65

tahun sering mengalami jatuh yang di sebabkan oleh peningkatan seriko jatuh, di ASIA khususnya

China sebesar 6-31%, Jepang sebesar 20%, sedangkan Chilie (Amerika Latin) ditemukan sebesar

34% peningkatan resiko jatuh yang berdampak pada kejadian jatuh di populasi lansia (WHO,2007).
Sekitar 40-60% kasus terjatuh sering dialami oleh lansia, Malaysia menempati peringkat 150

didunia dibandingkan Amerika Serikat di peringkat 80 dan peringkat 4 (kritis) di Thailand. Di Negara

maju, kejadian jatuh pada lansia sekitar 32% dalam waktu setahun dimana 20% membutuhkan

perhatian medis, dan kurang dari sepersepuluh kasus mengakibatkan cidera patah tulang (Tan et al,

2014). Di indonesia prevalensi cedera pada penduduk usia lebih dari 55 tahun mencapai 22%,

dimana 65% diantaranya dikarenakan jatuh (Riskesdes, 2013). Menurut stevens et al, 2012 lansia

yang mengalami jatuh diluar rumah sebanyak 52,3%, kurang dari separuh lansia yang jatuh

melaporkan ke pelayanan kesehatan.

Proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi, mental maupun fisik

biologis. Pada lanjut usia seseorang akan mengalami kehilangan otot, susunan syaraf, dan jaringan

sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit (Mujahidullah, 2012). Penyebab jatuh diakibatkan

beberapa keadaan yaitu kecelakaan atau lingkungan (31%), gaya berjalan, gangguan keseimbangan

atau kelemahan (17%), pusing atau sakit kepala (13%), kebingungan (5%), hipotensi postural (3%),

gangguan penglihatan (2%), pingsan (0,3%), penyebab spesifik lain (15%), dan (5%) tidak diketahui

(Rubenstein, 2006).

Proses menua berdampak pada sistem muskuloskeletal yang menyebabkan penurunan tonus

otot, kekakuan dan erosi sendi menurunkan pergerakan sendi (Dewi, 2014). Sebanyak 30% Lansia

yang berumur 65 tahun beresiko jatuh setiap tahun dan persentasi ini meningkat menjadi 40%

setelah usia 75 tahun. Insiden jatuh dan beratnya komplikasi yang berasal dari jatuh meningkat

dengan bertambahnya usia. Bahaya lingkungan merupakan salah satu faktor resiko fisiologis, seperti

kelemahan otot, keseimbangan, gangguan penglihatan, penurunan taktil plantar, dan masalah kaki

karena lansia cenderung memiliki kaki yang pronated yang mempengaruhi sekitar 30% dari Lansia

yang terbukti menjadi faktor resiko independen untuk jatuh (Schwenk et al, 2013). Hilangnya otot

sekitar pergelangan kaki menunjukkan peran penting dalam keseimbangan dan kontrol postural
ditandai dengan kecepatan berkurang, irama, peningkatan variabilitas durasi langkah (Laubach et al,

2013).

Aktifitas fisik berupa latihan yang berfokus pada penguatan seperti foot and ankle exercise dapat

mencegah resiko jatuh pada lansia, seperti latihan penguatan pada pergelangan kaki (Schwenk et al,

2013). Proses menua pada lansia mengganggu kontrol keseimbangan sehingga mengakibatkan

lemahnya dorsifleksor pada pergelangan kaki dan fleksor plantar yang menyebabkan adanya

peningkatan resiko jatuh pada lansia yang berusia diatas 65 tahun (Dalal at al, 2014). Latihan ROM

memiliki kinerja dalam keseimbangan antara kaki dan kekuatan pergelangan kaki, latihan sederhana

yang berfokus pada kaki dan pergelangan kaki dapat secara positif mempengaruhi keseimbangan

pada lansia (Laubach et al, 2013). Kombinasi latihan fisik seperti keseimbangan dan kekuatan

mampu meningkatkan kemampuan fungsi keseimbangan, dan kognitif dan bahkan mengurangi

faktor resiko jatuh pada populasi lansia (Gschwind et al, 2014).

Foot And Enkle Exercie merupakan program latihan untuk lansia untuk meningkatkan

keseimbangan dengan melakukan latihan ketahanan secara teratur berguna untuk mencegah

penurunan fungsi otot yang terjadi akibat proses penuan dan latihan foot and Ankle berguna untuk

meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah dan meningkatkan kinerja fungsional serta

memberikan efek positif dan efektif meningkatkan pergelangan kaki ROM pada lansia (Long and

Laubach, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 Oktober 2017 di

posyandu Lansia Alpukat RW 04 Kelurahan Tanjungrejo Malang di dapatkan data sekitar 30 lansia

yang berusia 45-59 tahun tergolong pra-lansia dan usia 60 tahun keatas tergolong lansia. Seiring

dengan penurunan fungsi pada lansia maka gangguan kesehatan pun banyak terjadi diantaranya

resiko jatuh pada lansia. Hasil wawancara dengan ketua posyandu menyebutkan sekitar 50% lansia

mengalami resiko jatuh akibat kelemahan otot dan faktor usia. Kejadian jatuh tersebut disebabkan
oleh kelelahan, faktor lingkungan seperti kondisi lantai yang licin serta mempunyai riwayat terdahulu

yaitu asam urat. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui efektivitas foot and ankle

exercise terhadap resiko jatuh lansia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Efektivitas Foot and Ankle Exercise terhadap Resiko Jatuh pada lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat dirumuskan

permasalahan yaitu: “Apakah foot and ankle exersize efektif terhadap Pencegahan Risiko

Jatuh Pada Lansia di posyandu Lansia Alpukat RW 04 Kelurahan Tanjungrejo Malang”.

1.3 Tujuan Penelitihan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas foot and ankle exercise

Terhadap Pencegahan Risiko Jatuh Pada Lansia di posyandu Lansia Alpukat RW 04

Kelurahan Tanjungrejo Malang”

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi resiko jatuh lansia sebelum dilakukan intervensi foot and

ankle exercise

2. Mengidentifikasi resiko jatuh lansia setelah dilakukan intervensi foot and ankle

exercise
3. Menganalisis efektifitas intervensi foot and ankle exercise terhadap resiko jatuh

pada lansia di posyandu Lansia Alpukat RW 04 Kelurahan Tanjungrejo

Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan intervensi

Keperawatan Gerontik.

1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian

Sebagai praktek penelitian praktis komunitas tentang kesehatan lansia di lapangan

khususnya di posyandu Lansia Alpukat RW 04 Kelurahan Tanjungrejo Malang .

1.4.3 Manfaat Bagi Layanan Kesehatan

Setelah dilakukan penelitian diharapkan petugas kesehatan dapat memotivasi

masyarakat khususnya lansia agar melakukan latian foot and ankle exercise sebagai alternatif

untuk pencegahan resiko jatuh.

1.5 keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Michael Schwenk, PhD, Elise DeHaven Jordan, MSc, Bahareh

Honarvararaghi, MSc , Jane Mohler, PhD , David G. Armstrong, DPM, PhD, MD ,

Bijan Najafi, PhD (2013), yang berjudul “Effectiveness of Foot and Ankle Exercise Programs on

Reducing the Risk of Falling in Older Adults“. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji ulang

studi yang telah mengevaluasi efek dari program latihan FA untuk memperbaiki motorik
yang berhubungan dengan resiko jatuh. Penelitian ini adalah sebuah pencarian literatur

sistematis sebanyak 606 artikel dilakukan sesuai dengan data base pubmed, artikel di

masukkan berdasarkan kriteria inklusi : 1. Percobaan terkontrol acak 2. Program latihan

FA 3. Menggunakan hasil jatuh terkait resiko motorik ( kekuatan, keseimbangan,

flesibilitas dan kemampuan fungsional.. Dari 606 artikel yang di analisis ada 8 studi yang

masuk kriteria, 3 studi dikatagorikan sebagai program latihan kekuatan, seperti latiahan

menggenggam pada kaki yang dilakukan pada posisi dudk, 3 studi di evaluasi kekuatan

gabungan dan program berjalan, studi lainnya di evaluasi mencakup program latiahn FA

dirumah termasuk latiahan penguatan menggunakan karet gelang serta pemakain alas

kaki. Hasil dari penelitian ini secara keseluruhan, sistematis review dan meta-analisis

menunjukkan bahwa latihan FA efektif untuk meningkatkan kinerja keseimbangan dan

flesibiliti pergelangan kaki, dan signifikan untuk meningkatkan kekuatan serta

kemampuan fungsional.

2. Penelitian oleh Laurel Long, Kurt Jackson and Lloyd Laubach (2013), yang berjudul “A

Home-based Exercise Program for the Foot and Ankle to Improve Balance, Muscle Performance and

Flexibility in Community Dwelling Older Adults: A Pilot Study “. Tujuan dari penelitian ini

untuk mengevaluasi kelayakan program 6 minggu latiajan yang berfokus pada kaki dan

pergelangan kaki, perubahan terkait dalam keseimbangan, kinerja otot dan berbagai

gerakan pada lansia. Populasi yang digunakan lansia yang usia antara 60-90 tahun, yang

diukur pada tiga penilian yaitu pra-intervensi, dan pasca intervensi. Ukuran hasil dikur

menggunakan Mini-Balance Evaluasi Sistem Tes (Mini-Bestest), kecepatan, jangka waktu

Up and Go (TUG), kekuatan otot gastrocnemius dan berbagai dorsofleksi pergelangan

kaki. Hasil dari penelitian ini ada perbaikan yang signifikan dalam Mini- Bestest,
kecepatan gaya berjalan, TUG, kekuatan otot gastrocnemius dan dorsofleksi pergelangan

kaki dan tidak ada efek samping.

3. Penelitian oleh Vipra P Dalal1, Megha S Sheth, Neeta J Vyas (2014), yang berjudul “

Effect of Home-Based Ankle Mobility and Ankle Strengthening Exercises on Balance in Community

Dwelling Older adults “. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat efek dari 2 minggu

dilakukan mobilitas gabungan dan latihan penguatan untuk pergelangan kaki di rumah

pada keseimbangan dan rentang gerak (ROM) di masyarakat khususnya lansia. Peneliti

menggunakan metode Eksperimental, populasi yang digunakan adalah 30 sampel yang di

rekrut dari masyarakat yang berumur diatas 65 tahun baik laki-laki dan perempuan

dengan resiko jatuh dengan riwayat pusing, kondisi Neurologis, cedera pergelangan kaki.

Instrumen yang digunakan adalah Goniometer untuk mengukur Flesibilitas, Ankle

Plantar Flesi dan Dorsofleksi Rom di uji dengan menggunakan 180 derajat Goniometer.

Hasil penelitian menunjukan mobilitas pergelangan kaki dan latihan penguatan kaki di

Rumah menunjukan perbaikan yang signifikan di ROM dan keseimbangan dan

mempunyai progresif dan program penguatan efektif pada lansia dengan Resiko Jatuh

untuk meningkatkan ROM dan keseimbangan.

You might also like