You are on page 1of 23

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN BMI PADA PASIEN DM-2

DENGAN GDS PADA USIA 45-56 TAHUN DI CIPUTRA


HOSPITAL JAKARTA BARAT

SKRIPSI

YOGA SUGEMA
1610211038

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEDOKTERAN
2019
Contents
BAB I.............................................................................................................................5

PENDAHULUAN.........................................................................................................5

I.1 Latar Belakang......................................................................................................5

I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................6

I.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................6

I.4 Manfaat Penelitian................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7

II.1 Aktifitas Fisik......................................................................................................8

II.1.1 Definisi Aktifitas Fisik.................................................................................8

II.1.2 Klasifikasi Aktifitas Fisik.............................................................................8

II.2 Body Mass Index (BMI).....................................................................................8

II.2.1 Definisi Body Mass Index (BMI).................................................................8

II.2.2 Perhitungan BMI..........................................................................................9

II.3.1 Definisi Diabetes Melitus.............................................................................9

II.3.2 Klasifikasi...................................................................................................10

II.3.3 Faktor Resiko..............................................................................................11

II.3.3 Gejala Klinis...............................................................................................13

II.4 Kerangka Teori..................................................................................................14

II.5 Kerangka Konsep..............................................................................................16

II.6 Hipotesis............................................................................................................16

BAB III........................................................................................................................17

METODE PENELITIAN............................................................................................17
III.1 Jenis Penelitian.................................................................................................17

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................17

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................................17

III.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi..............................................................18

III.5 Teknik Pengambilan Sampel............................................................................18

III.6 Jumlah Sampel.................................................................................................19

III.7 Variabel Penelitian...........................................................................................20

III.8 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................20

III.9 Definisi Operasional........................................................................................20

III.10 Instrumen Penelitian......................................................................................21

III.11 Pengolahan dan Analisis Data........................................................................21

III.12 Alur Penelitian...............................................................................................23

III.13 Rancangan Penelitian.....................................................................................24


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Setiap pergerakan tubuh akibat aktifitas otot otot skelet yang membutuhkan energi
atau kalori yang lebih besar dari pada pengeluaran energi pada saat istirahat disebut
aktifitas fisik (Pascatello et al, 2014 ; Kristianti et al, 2012)
Aktifitas fisik terbagi atas aktifitas ringan, sedang, dan berat. Aktifitas yang
termasuk aktifitas ringan yaitu segala sesuatu yang menggerakan tubuh, sama dengan
aktifitas sehari-hari meliputi berjalan kaki dan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan
untuk aktifitas fisik yang sedang merupakan kegiatan yang membutuhkan gerakan
otot yang terus menerus dengan intesitas seperti melakukan bersepeda, berlari kecil
dan berjalan cepat aktifitas ini dapat mencegah resiko terjadinya penyakit tidak
menular seperti penyakit pembuluh darah, diabetes, kanker dan lainnya. Untuk
klasifikasi Aktifitas fisik berat sendiri adalah pergerakan tubuh yang memerlukan
banyak gerakan otot dan terjadi pembakaran kalori yang besar seperti berenang naik
gunung, dan angkat beban (Linder, 1992 ; Kristianti et al, 2002)
Ukuran yang digunakan untuk menilai proporsionalitas perbandingan antara
tinggi dan berat seseorang disebut Body Mass Index (BMI). BMI sendiri sering
digunakan untuk menilai seseorang itu obesitas atau tidak, sehingga dapat menilai
dan mengetahui katagori tubuh seseorang digolongkan kurus, normal dan obesitas
(kegemukan). (Syukra Alhamda, 2015)
Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut
(Depkes RI, 2009).
Kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya disebut Diabetes
melitus. (Henderina, 2010).
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia
dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti
kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).
Penelitian ini dilakukan di Ciputra Hospital jakarta barat, dikarenakan
tingginya prevalensi penyakit diabetes melitus tipe dua di DKI jakarta menurut
departemen kesehatan salah satu yang tertinggi di indonesia dan jakarta barat
merupakan daerah terpadat kedua dijakarta. Sampai saat ini belum terdapat
penelitian terkait aktivitas fisik , BMI terhadap Diabetes melitus tipe 2 dalam
katagori umu 45-56 tahun di Ciputra Hospital.

I.2 Rumusan Masalah


Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 di Jakarta salah satunya di Jakarta
Barat . hal ini dapat mempengaruhi tingkat kualitas kehidupan dijakarta barat
menurun dikarenakan kematian. Belum terdapat penelitian terkait di Ciputra Hospital.
Menurunnya kontak langsung dengan keluarga. Untuk dapat mengetahui pengaruh
hubungan aktifitas fisik dan BMI terhadap Diabetes melitus tipe 2 pada masyarakat
sekitar Ciputra Hospital jakarta barat, penulis melakukan penelitian ini.

I.3 Tujuan Penelitian


I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan aktifitas fisik dan BMI pada pasien Diabetes melitus
tipe 2 usia 45-56 tahun di Ciputra Hospital jakarta barat.

I.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran aktifitas fisik pada pasien Diabetes melitus tipe
2 usia 45-56 tahun di Ciputra Hospital.
2. Mengetahui skala BMI pada pasien Diabetes melitus tipe 2 usia 45-56
tahun di Ciputra Hospital.

3. Meganalisis hubungan antara aktifitas fisik dan BMI pada pasien


diabetes melitus tipe 2 dengan usia 45-56 tahun diCiputra Hospital.

4. Membantu dalam iptek Menambah referensi untuk pembaca

I.4 Manfaat Penelitian


I.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah yang dapat dijadikan
bahan acuan pembelajaran, menambah wawasan pengetahuan, membuktikan bukti
empiric, serta sebagai pencetus penelitian.
I.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi pembaca

Memberikan informasi mengenai hubungan antara aktifitas


fisik dan BMI dengan diabetus melitus tipe 2 kepada pembaca
sehingga dapat mencegah serta mengatasi diabetus melitus tipe 2.
2. Manfaat bagi fakultas kedokteran UPNVJ

Memberikan informasi terkait hubungan aktifitas fisik dan


BMI pada pasien diabetus melitus tipe 2, sehingga dapat dilakukan
skrining dini serta penanggulangan diabetes melitus tipe 2.
3. Manfaat bagi program studi
Menambah referensi penelitian ilmiah di bidang ilmu penyakit
dalam.
4. Manfaat bagi peneliti Mengetahui dan memahami metode ilmiah
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama
prosesi perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Aktifitas Fisik


II.1.1 Definisi Aktifitas Fisik
Setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau
pembakaran kalori didalam tubuh disebut aktifitas fisik (Kemenkes RI, 2015).
II.1.2 Klasifikasi Aktifitas Fisik
Berdasarkan tingkat intesitasnya, aktifitas fisik dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu
aktifitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang
terus menerus dilakukan minimal selama 10 menit sampai denyut nadi dan napas
meningkat lebih dari biasanya, contohnya ialah menimba air, mendaki gunung, lari
cepat, menebang pohon, mencangkul, dll. Sedangkan aktivitas fisik sedang apabila
melakukan kegiatan fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau
lebih dengan durasi beraktivitas minimal 150 24 menit dalam satu minggu. Selain
kriteria di atas maka termasuk aktivitas fisik ringan (WHO, 2015).

II.2 Body Mass Index (BMI)


II.2.1 Definisi Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai
proporsionalitas perbandingan antara tinggi dan berat seseorang. BMI sering
digunakan dokter untuk menilai seseorang itu obesitas atau tidak. Body Mass Index
(BMI) merupakan teknik untuk menghitung index berat badan, sehingga dapat
diketahui kategori tubuh kita apakah tergolong kurus, normal dan obesitas
(kegemukan). Body Mass Index (BMI) dapat digunakan untuk mengontrol berat
badan sehingga dapat mencapai berat badan normal sesuai dengan tinggi badan.
BMI adalah kalkulasi statistik yang dimaksudkan sebagai sarana untuk melakukan
penaksiran. BMI bisa diterapkan pada sekelompok orang untuk menentukan trend,
atau bisa juga diterapkan secara individual.Saat diterapkan pada individual, hanya
satu dari beberapa penaksiran yang digunakan untuk menentukan resiko terhadap
penyakit yang berhubungan dengan berat badan (underweight, overweight, atau
obese). (Syukra Alhamda, 2015)
II.2.2 Perhitungan BMI
Rumus dibawah yang digunakan untuk mengukur tinggi dan berat badan
dengan mengacu pada Body Mass Index (BMI) :

Kemudian untuk mengkategorikan klasifikasi berat badan, hasil hitung BMI 2


tersebut dapat dicocokkan pada Tabel Klasifikasi BMI menurut versi organisasi
kesehatan dunia, WHO yang disepakati tahun 2004 sebagai berikut :

II.3.1 Definisi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-
duanya (ADA, 2010). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina, 2010). Menurut PERKENI
(2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik
diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula
darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl.

II.3.2 Klasifikasi
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan
sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA) 2013 juga
menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun, namun
hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis,
memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap
tahun baik di negara maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014).
1) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali diabetes
tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul
sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia dan
sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan
berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).
2) Diabetes gestational Gestational
diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis selama kehamilan (ADA,
2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal)
(CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki
risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
3) Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta
mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom
hormonal yang 14 dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu
sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA, 2015).

II.3.3 Faktor Resiko


Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
dapat diubah dan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation (ADA) bahwa
DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga
dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor resiko yang
dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT >25kg/m2 atau lingkar perut >80cm
pada wanita dan >90 cm pada laki-laki, kurangnya aktifitas fisik, hipertensi,
dislipidemi dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis
kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat
kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
menjadi 200mg%.
Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh
pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes Mellitus
diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen
resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.
Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >
250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes
Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.
Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan
bayi > 4000gram.
Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat
jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan frekuensi
DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan
obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang
meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan
dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah
terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan
meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof
wiski, 240 ml wine atau 720 ml. Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM
Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat
berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis
kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.

II.3.3 Gejala Klinis


Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi
batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh
relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh
urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009)
Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi (PERKENI, 2011)
Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).

Tabel 1. Penelitian Terkait


No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel, Persamaan Hasil Penelitian
dan Tahun dan Perbedaan
Penelitian
1 Fuad Hariyanto Hubungan aktifitas Variabel Independen: Berdasarkan hasil
2013 fisik dengan kadar Aktifitas fisik penelitian mengenai
gula darah puasa Variable Dependen: hubungan aktifitas fisik
pada pasien diabetes Gula darah Puasa disimpulkan bahwa
melitus tipe 2 Perbedaan: tidak terdapat hubunga
dirumah sakit umum Hanya menggunakan antara aktifitas fisik
daerah kota cilegon satu variable dengan kadar gula
tahun 2013 independent saja. darah puasa pasien dm
Subjek penelitian tipe 2 di rs cilegon
Tempat pengambilan.
2 Gumilang Mega HUBUNGAN Variabel Independen: Terdapat hubungan
Paramitha 2014 AKTIVITAS FISIK Aktifitas fisik signifikan antara
DENGAN KADAR Variable Dependen: aktivitas fisik dengan
GULA DARAH Gula darah kadar gula darah puasa
PADA PASIEN Perbedaan: pada pasien diabetes
DIABETES Hanya melitus
Faktor resiko Diabetes menggunakan
tipe 2 melitus tipe 2.
MELITUS TIPE 2 satu variable
DI RUMAH SAKIT independent saja.
UMUM DAERAH Subjek penelitian
KARANGANYAR Tempat pengambilan
sample.

3 Mala Azitha, Hubungan Aktivitas Variabel Independen: Simpulan studi ini ialah
Dinda Aprilia, Fisik dengan Kadar Aktifitas fisik tidak terdapat
Yose Ramda Glukosa Darah Variable Dependen: hubungan yang
Ilhami Puasa pada Pasien Gula darah bermakna antara
Diabetes Melitus Perbedaan: aktivitas fisik dengan
yang Datang ke Poli Hanya menggunakan kadar glukosa darah
Klinik Penyakit satu variable puasa pada pasien
Dalam Rumah Sakit independent saja. diabetes melititus yang
M. Djamil Padang Subjek penelitian datang ke poliklinik
Tempat pengambilan rumah sakit M. Jamil
sample. Padang

II.4 Kerangka Teori

Jarang berolahraga genetik Asupan merokok


kalori
Aktifitas fisik rendah tinggi
rendah
Energi yang dikeluarkan rendah
Obesitas BMI tinggi

Kadar gula darah plasma tingi

Resistensi insulin
Keterangan.
Insulin dalam darah meningkat
Variabel yang tidak diteliti
Diabetes melitus tipe2

Variabel yang diteliti


Sumber :
Harrison, 2015;

Gambar 2. Kerangka Teori

II.5 Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen

Kadar gula darah sewaktu pasien diabetes


Akitivitas fisik dan BMI
melitus tipe 2
Gambar 3. Kerangka Konsep

II.6 Hipotesis
H1 : Terdapat hubungan Aktivitas fisik dan BMI dengan kadar gula darah
sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik korelasional yaitu
suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
(aktivitas fisik dan bmi) dengan variabel terikat (Kadar gula darah sewaktu pasien
diabetes melitus tipe 2) (Dahlan, 2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional dimana pengambilan variabel bebas dan variabel terikat dilakukan
pada satu waktu yang bersamaan.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Ciputra Hospital jakarta barat.

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi merupakan subjek atau obyek penelitian yang memiliki karakteristik
tertentu untuk dipelajari oleh peneliti dan ditarik menjadi suatu kesimpulan. Sampel
merupakan bagian dari karakteristik yang dimiliki populasi sehingga harus
representatif karena kesimpulan diberlakukan juga untuk populasi (Sastroasmoro,
2014).
III.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 pada
bulan oktober 2019.

III.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 di Ciputra
Hospital yang memenuhi kriteria inklusi.
III.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
III.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut..
Responden yang bersedia mengisi kuisioner penelitian.
Responden yang tidak sedang menjalani pengobatan metformin.
III.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Penderita DM tipe 1
Penderita diabetes gestasional
Pasien dengan indeks aktivitas berat

III.5 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik penelitian sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, yaitu
semua subyek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro,
2014).
III.6 Jumlah Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus.

P
2
(¿ ¿ 1−P 2)
n= 2
[Z 1−α / 2 √2 P ( 1−P ) +Z 1− β √ P1 ( 1−P1 ) + P2 (1−P 2)]
¿
2
( 1.64 √ 2(0.779)( 1−0.779 ) +0.84 √ 0.575 ( 1−0.575 ) +0.204 (1−0.204)) Dimana
(0.575−0.204)2
n : besar sampel
Z1-α/2 : nilai Z pada derajat kepercayaan tertentu (1.64)
Z1-β : nilai Z pada kekuatan uji tertentu (0.84)
P1 : Proporsi yang terdapat hubungan pada penelitian sebelumnya (0.575)
P2 : Proporsi tidak terdapat hubungan pada penelitian sebelumnya (0.204)
( P 1+ P 2 )
P :
2
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 21
responden dan akan ditambahkan 10% dari besar sampel dengan maksud untuk
mengatasi responden yang drop out sehingga jumlah responden pada penelitian ini
sebanyak 24 responden. Kemudian responden dikalikan dua menjadi 48 responden
yang dibutuhkan pada penelitian kali ini.
III.7 Variabel Penelitian
III.7.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah aktivitas fisik dan BMI.
III.7.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kadar gula darah sewaktu pada
pasien diabetes melitus tipe 2 diCiputra Hospital Jakarta Barat.

III.8 Teknik Pengumpulan Data


Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer diperoleh
melalui kuisioner, yaitu membagikan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh
responden.

III.9 Definisi Operasional


Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Diabetes melitus Suatu kelompok penyakit Rekam Ya Ordinal
tipe 2 metabolik dengan medik
karakteristik hiperglikemia Tidak
yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua dua nya

Aktifitas Fisik Kegiatan aktivitas Kuisioner Ringan = Ordinal


responden yang dilakukan baccke et al ≤ 6,5
sehari-hari oleh responden Sedang =
yang diukur dengan indeks 6,6 – 9,5
aktivitas backke Berat
> 9,5
BMI Ukuran yang digunakan Timbangan Underweight =
untuk menilai <18,5
proporsionalitas Normal =
perbandingan antara tinggi 18,5 – 24,99
dan berat seseorang disebut Overweight =
Body Mass Index (BMI). ≥25,00
Pre-obese =
25,00 – 29,99
Obese =
≥ 30,00
GDS Pemeriksaan glukosa darah Gluko Cek Normal =
yang dilakukan setiap waktu < 200mg/dl
sepanjang hari tanpa
memperhatikan makanan
terakhir yang dimakan dan
kondisi tubuh orang
tersebut.

III.10 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan untuk tiap variabel yaitu.
Skala pengukuran yang digunakan untuk Penelitian ini menggunakan kuesioner
Baecke yang membagi aktivitas fisik ke dalam 3 domain penting, yaitu indeks kerja,
indeks olahraga, dan indeks waktu luang. (Baecke, Baurema, & Frijters, 1982)
III.10.1 Alat
Alat yang digunakan:
Kertas kuisioner.
Alat tulis.
Timbangan
Gluko cek

III.11 Pengolahan dan Analisis Data


III.11.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat pada penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan aktivitas fisik
dan bmi dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
usia 45 – 56 tahun di Ciputra hospital Jakarta barat
III.11.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
aktivitas fisik dan bmi dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan usia 45 – 56 tahun di Ciputra hospital Jakarta barat. Analisis bivariat
yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan skala pengukuran,
normalitas data dan homogenitas varian. Seluruh variabel bersifat kategorik sehingga
dilakukan uji chi-square. Bila data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji
alternatif fisher. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS ver. 23.
III.12 Alur Penelitian
Alur penelitian ini terdapat pada gambar berikut.

Penyusunan Proposal

Sidang proposal

Persetujuan etik penelitian

Pengambilan data

Pengolahan data

Hasil dan pembahasan


Gambar 4. Alur Penelitian

Laporan penelitian

Sidang skripsi
III.13 Rancangan Penelitian

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional


“Veteran” Jakarta angkatan 2018

Kriteria Eksklusi
Kriteria
Responden setujuInklusi
untuk menjadi
subyek penelitian

Pengambilan Data

Pengisian Kuisioner

Analisis Data Hasil Penelitian

Uji Chi-square (bila data


berdistribusi normal

Uji Fisher(bila data tidak


berdistribusi normal)

Gambar 5. Rancangan Penelitian


Refrensi

1) Restyana, N. F. (2016). Diabetes Melitus Tipe 2. Indonesian Journal of


Pharmacy, 27(2), 74. https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74

2) Satriawibawa, I. W. E., & Saraswati, M. R. (2014). Prevalensi komplikasi Akut


Dan Kronis Pasien Diabetes Mellitus Tioe II Di Polikrinik Penyakit Dalam
RSUP Sanglah. E-Jurnal Medika Udayana, 3(Dm), 11–34. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/11930

3) Saskia, T. I. (2016). Pengertian Glukosa. Skripsi, halaman 7-43.

4) Utara, U. S. (1998). Bab 2 BMI, (m).

5) Takwa, F. A. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Fungsi Eksekutif


Mahasiswa FK UMM Angkatan 2016, 22–39.

You might also like