You are on page 1of 3

Pembuatan minyak nabati

Bahan baku : Kelapa Sawit

Bahan penolong
• proses degumming
asam sulfat, steam, absorbent, asam asetat glasial
•Netralisasi
alkali karbonat, solven NaOH
•Bleaching
karbon aktif

Metode yang banyak digunakan dalam pengambilan minyak adalah metode pengepresan
mekanik dan metode ekstraksi

Pengepresan Hidraulik
bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6kg/cm = 136 atm). Sedangkan
banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6%, tergantung dari
lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidraulik.

Pengepresan Berulir
ada pretreatment yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan
berlangsung pada temperatur 2400F (115,50C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2.
Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar antara 2,5 sampai 3,5 persen,
sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 %

Prinsip ekstraksi adalah dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak ataupun lemak.
Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 %. Pelarut
minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ektraksi dengan pelarut menguap
adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan n-
heksan. Jumlah pelarut menguap atau yang hilang tidak boleh lebih dari 5%.

Tahap Pemurnian Minyak


1. Degumming adalah suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari
fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak
bebas dalam minyak.
2. Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas (ALB) dari minyak
atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehinggga membentuk sabun (soap stock) dengan tujuan memurnikan minyak. Proses
Netralisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : netralisasi dengan NaOH
netralisasi minyak menggunakan natrium karbonat dilakukan di bawah suhu 500C, sehingga
seluruh asam lemak bebas yang bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun
dan asam karbonat, dengan reaksi sebagai berikut :

3. Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-
zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan cara fisika yang
menggunakan berbagai absorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif
(activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.
• Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi
komponen minor lainnya seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam berat. Selain
itu, pemucatan juga dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak seperti peroksida,
aldehida dan keton. Pada proses pemucatan hanya sedikit komponen yang dihilangkan.

Pemucatan Minyak menggunakan Adsorben


•Minyak dipanaskan pada suhu sekitar 105oC, selama 1jam.
•Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak mencapai suhu 70-80oC, dan jumlah
adsorben kurang lebih sebanyak 1,0-1,5 persen dari berat minyak.
•penyaringan dengan kain tebal atau dengan cara pengepresan dengan filter press.
•Minyak yang hilang karena proses tersebut kurang lebih 0,2-0,5 persen dari berat minyak
yang dihasilkan setelah proses pemucatan.
•Adsorben yang diguanakan berupa arcarbon aktif,

4. Deodorisasi bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam
minyak. Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang
vertikal. Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel
deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250oC pada tekanan 1
atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10 mmHg) sambil
dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap

5. Fraksionasi : untuk memisahkan fraksi cair yang mengandung olein (minyak) dan fraksi
padat stearin(lemak). Fraksionasi Tanpa Pelarut dengan cara Minyak dipanaskan sampai 700
C kemudian didinginkan dan suhu dipertahankan pada 500 C selama 24 jam.

6. Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari
trigliserida bertitik cair rendah. Minyak didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC
selama 24 jam. Pendinginan dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama
6-8 jam. Kemudian minyak disaring. sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan
produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri. Setelah menjalani
proses winterisasi, produk yang diperoleh adalah bentuk lemak baru yang terdiri dari
triglisserida yang komposisinya lebih seragam daripada campuran yang diperoleh dengan
jalan mencampur lemak asalnya.

Pembuatan Gula Bit


1. Persiapan Umbi Bit
Bit dipanen pada musim gugur dan awal musim dingin dengan menggali mereka keluar
dari tanah. Mereka biasanya diangkut ke pabrik dengan truk-truk besar karena jarak
transportasi yang terlibat lebih besar daripada di industri tebu. Karena bit datang dari
tanah mereka jauh lebih kotor dari tebu dan harus dicuci dan dipisahkan dari sisa daun
bit, batu dan material sampah lainnya sebelum pengolahan.

2. Ekstraksi
Tahap ini diawali dengan pengirisan umbi bit tipis-tipis. Ekstraksi berlangsung di dalam
sebuah diffuser. Dalam diffuser, irisan bit mengalami kontak dengan air panas dalam
waktu yang cukup lama, kurang lebih satu jam. Diffuser adalah tempat menampung
irisan bit dan kemudian dialirkan air panas dari arah berlawanan, dan terus diputar.
Lama kelamaan air panas akan menjadi larutan gula yang kental, yang kemudian kita
sebut jus. Jus ini juga mengandung substansi lain dari daging bit. Cairan hasil ekstraksi
ini mengandung 14% gula dan bubur residunya mengandung sekitar 1-2% gula, dan
total padatan 8-12%.

3. Pengempanan/Pengepresan
Irisan umbi bit setelah proses ekstraksi masih sangat basah dan masih mengandung
gula yang masih dapat dimanfaatkan. Untuk itulah diperlukan proses pengempanan/
pengepresan. Proses ini berlangsung dalam kempa-kempa ulir untuk memeras jus bit
sebanyak-banyaknya. Jus hasil pengempasan kemudian dicampurkan dengan jus hasil
ekstraksi diffuser.

4. Karbonatasi
Tahap ini bertujuan untuk membersihkan jus bit dari padatan yang menyebabkannya
menjadi keruh. Pada tahap ini, warna juga akan ikut menghilang. Karbonatasi dilakukan
dengan menambahkan kapur (kalsium hidroksida) ke dalam jus dan mengalirkan
gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Karbondioksida akan
bereaksi dengan kapur membentuk partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang
bergabung dengan berbagai padatan. Gumpalan-gumpalan tersebut akan
mengumpulkan sebanyak mungkin materi pengotor jus bit (materi non gula), sehingga
dengan menyaring kapur berarti kita juga menyaring materi non gula dari jus bit. Setelah
proses ini, jus bit siap untuk proses penghilangan warna. Namun pada umumnya proses
penghilangan warna telah terjad bersamaan dengan proses karbonatasi ini.

5. Pendidihan dan Pengkristalan


Tahap ini merupakan tahap akhir pembuatan gula bit. Pada tahap ini jus bit hasil
karbonatasi dimasukkan ke dalam panci yang besar untuk dididihkan dan diuapkan.
Pada saat jus siap untuk dikristalkan, ditambahkan sejumlah bubuk gula untuk memicu
pembentukan kristal setelah Kristal dihasilkan, kemudian campuran dari kristal-kristal
dan cairan induk diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Kristal gula bit
harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Bit sebagai bahan baku gula
memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan dengan gula putih dari tebu

You might also like