Professional Documents
Culture Documents
Nama Praktikan :
Aditya R.A
NIM
Ilmu Kelautan D / Kelompok 2
Nama Asisten :
Marwa Irfan H. 26020115120061 Astiya Luxfi R. 26020115120033
Wita Kristianti S. 26020115120007 Evi Lutfiyani 26020115130121
Azelia Nur A. 26020115130146 Ika Alviani F. 26020115140135
Putri Hutari G. 26020115120016 Rizky Rifatma J. 26020115140143
1 PENDAHULUAN
2 TINJAUAN PUSTAKA
5 PENUTUP
TOTAL
Mengetahui,
Koordinator Asisten, Asisten,
Mengesahkan,
Koordinator Dosen Praktikum
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena hanya dengan rahmat dan hidayah-
Nya hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Resmi Bahan Hayati Laut ini untuk memenuhi
syarat mata kuliah Bahan Hayati Laut. Laporan Resmi Bahan Hayati Laut ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memahami Ekstraksi Maserasi, Uji Toksisitas dengan BSLT dan Uji Fitokimia Sampel Bahan
Hayati Laut.
Penulis mengucapkan Terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahan Hayati Laut,
Asisten Bahan Hayati Laut, Orang Tua, Search Engine, Academia dan teman teman Ilmu Kelautan
yang telah memberi kesempatan, dukungan dan motivasi dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini. Laporan Resmi Bahan Hayati Laut ini penulis akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang penulis miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan. Semoga penyusunanLaporan Resmi Bahan Hayati Laut ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, terutama kepada penulis.
Penulis,
Aditya R.A
NIM. 26040117130107
I. PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
1. Paham dan mengerti kegunaan bahan hayati laut dan pengolahannya.
2. Mengetahui kandungan dalam sampel bahan yang diujikan.
3. Dapat melakukan sendiri uji metabolit sekunder sederhana pada sampel
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Ekatraksi
Ekstraksi adalah langkah pertama untuk memisahkan produk alami yang diinginkan dari
bahan baku. Metode ekstraksi meliputi ekstraksi pelarut, metode distribusi, penekanan dan
sublimasi sesuai dengan prinsip ekstraksi. Ekstraksi pelarut adalah metode yang paling banyak
digunakan. Ekstraksi produk alami berlangsung melalui tahap-tahap berikut: pelarut menembus ke
dalam matriks padat; zat terlarut larut dalam pelarut; solusi tersebar keluar dari matriks padat; zat
terlarut yang dikumpulkan dikumpulkan. Faktor apa pun yang meningkatkan difusi dan kelarutan
dalam langkah-langkah di atas akan memfasilitasi ekstraksi. Pelarut ekstraksi, ukuran partikel
bahan baku, rasio pelarut-padatan, suhu ekstraksi dan lama ekstraksi akan mempengaruhi efisiensi
ekstraksi (Zhang et al., 2018).
Pemilihan pelarut sangat penting untuk ekstraksi pelarut. Selektivitas, kelarutan, biaya dan
keamanan harus dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut. Berdasarkan hukum kesamaan dan
intermiscibilitas (seperti suka larut), pelarut dengan nilai polaritas dekat dengan polaritas zat
terlarut cenderung berkinerja lebih baik dan sebaliknya. Alkohol (EtOH dan MeOH) adalah pelarut
universal dalam ekstraksi pelarut untuk investigasi fitokimia. Secara umum, semakin halus ukuran
partikel, semakin baik hasil ekstraksinya. Efisiensi ekstraksi akan ditingkatkan oleh ukuran partikel
kecil karena peningkatan penetrasi pelarut dan difusi zat terlarut. Namun, ukuran partikel yang
terlalu halus akan menyebabkan absorpsi zat terlarut dalam jumlah besar dan kesulitan dalam
penyaringan berikutnya (Zhang et al., 2018).
2.3.1. Jenis – jenis Ekstraksi
Tabel 3. Pelarut organik terdaftar dalam Peraturan untuk Pencegahan Keracunan Pelarut Organik
(Nagasawa et al., 2011)
2.4.1. N-heksana
Bahan kimia yang terbuat dari minyak mentah yang dicampur dengan pelarut untuk sejumlah
kegunaan. Menghirup n-heksana menyebabkan kerusakan saraf dan kelumpuhan lengan dan kaki.
Sebagian besar n-heksana yang digunakan dalam industri dicampur dengan bahan kimia serupa
yang disebut pelarut. Penggunaan utama untuk pelarut yang mengandung n-heksana adalah untuk
mengekstraksi minyak nabati dari tanaman seperti kedelai. Pelarut ini juga digunakan sebagai
bahan pembersih di industri percetakan, tekstil, furnitur, dan pembuat sepatu. Jenis lem khusus
yang digunakan dalam industri atap dan sepatu serta kulit juga mengandung n-heksana. Beberapa
produk konsumen mengandung n-heksana, seperti bensin, lem cepat kering yang digunakan dalam
berbagai hobi, dan semen karet (Ghouri dan Usman, 2017).
N-Hexane menguap dengan sangat mudah ke udara di mana ia terurai dalam beberapa hari.
Sebagian besar n-heksana yang tumpah di air mengapung di permukaan tempat ia menguap ke
udara. Jika n-heksana tumpah di tanah, sebagian besar menguap sebelum dapat meresap ke dalam
tanah. n-Hexane tidak terkonsentrasi oleh tanaman, ikan, atau hewan. Beberapa spesies jamur telah
dilaporkan nematofag dan antiprotozoan. Penelitian ini melaporkan sifat antiplasmodial dan
sitotoksik dari ekstrak n-heksan dari jamur yang dapat dimakan Pleurotus ostreatus dan isolasi
sterol dari ekstrak (Afieroho et al., 2018).
2.4.2. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3/ CH3COOC2H5.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan, tak
berwarna tetapi memiliki aroma yang khas. Menurut Sankeshwari et al. (2018), etil asetat
merupakan pelarut polar menengah yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis.
Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu
kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam
air mengandung basa atau asam. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa yang
menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis yang digunakan adalah asam sulfat
(H2SO4), karena berlangsungnya reaksi. Reaksi kebalikan hidrolisis yaitu, esterifikasi ficher.
Untuk memperoleh hasil rasio yang tinggi biasanya digunakan asam kuat dengan proposi
stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat
yang tidak dapat di reaksi lagi dengan etanol.
2.4.3. Methanol
Metanol adalah senyawa Alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus Kimia CH3OH, dengan
berat molekul 32. Titik didih 640 -650 C (tergantung kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930
(juga tergantung kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan bening, berbau seperti
alkohol, dapat bercampur dengan air, etanol, chloroform dalam perbandingan berapapun,
hygroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang berwarna biru (Sankeshwari et
al., 2018).
4.1. Hasil
4.1.1. Ekstraksi
7
6
5
8
4
3
10
0
P. 1 P. 2 P.3 P.4 Total
Grafik 7. Grafik Hasil LC50 Azadirachta indica dengan pelarut etil asetat
0
P. 1 P. 2 P.3 P.4 Total
4.2. Pembahasan
Praktikum ini menggunakan sampel Daun Mimba yang diuji ekstraknya.
Ekstraksi adalah langkah pertama untuk memisahkan produk alami yang diinginkan
dari bahan baku. Metode ekstraksi meliputi ekstraksi pelarut, metode distribusi,
penekanan dan sublimasi sesuai dengan prinsip ekstraksi. Ekstraksi pelarut adalah
metode yang paling banyak digunakan. Ekstraksi produk alami berlangsung melalui
tahap-tahap berikut: pelarut menembus ke dalam matriks padat; zat terlarut larut dalam
pelarut; solusi tersebar keluar dari matriks padat; zat terlarut yang dikumpulkan
dikumpulkan.
Metode ekstraksi menggunakan maserasi, perendaman sampel menggunakan
pelarut organik pada temperatur ruangan. Metode maserasi memiliki berbagai
kelebihan disamping kekurangannya. Dilihat dari sisi ekonomis metode maserasi dapat
menggunakan pelarut hanya air meskipun juga tergantung pada bahan yang akan
diekstrak. Penggunaan suhu metode maserasi juga hanya sebats suhu ruangan dan
dengan tekanan atmosfir saja. Berdasar pada hal tersebut maserasi sangat mudah
dilakukan. Penggunaan metode maserasi terhadap ekstraksi daun mimba ditujukan
untuk mengurai resiko kerusakan hasil ekstraksi sehingga diperoleh hasil yang
maksimal, meski demikian ekstraksi ini memerlukan waktu minimal 1x24 jam. Meski
demikian metode maserasi memiliki kekurangan seperti metode ini dilakukan dalam
jangka waktu yang lama dan berulang untuk beroleh hasil yang maksimal.
Pada saat praktikum menggunakan metode maserasi tunggal dan bukan maserasi
bertingkat. Hal ini karena maserasi bertingakt berpengaruh pada hasil ekstraksi yang
diperoleh, pengaruh sampel yang dipakai dan metode saat pemisahan hasil ekstrak
dengan pelarut. Pengaruh sampel pada metode maserasi adalah karena sampel IK-D
Shift 1 masih dalam kondisi lembab, sehingga digunakan satu pelarut (n-heksan) dan
maserasi tunggal. Pelarut n-heksan digunakan ketika daun lembab karena pada saat
hasil ekstraksi akan membentuk dua fraksi antara air dalam daun mimba dengan
pelarutnya sehingga tidak menyatu dengan pelarut. Metode yang digunakan dalam
pemisahan larutan yaitu rotary evaporator, pemisahan ini akan lebih mudah dilakukan
bila dengan maserasi tunggal sedangkan masersi bertingkat perlu dipisahkan kembali
antar pelarut dengan metode perkolasi.
Salah satu metode awal yang sering dipakai untult mengamati toksisitas senyawa
dan inerupakan metode penapisan untuk aktivitas antikanker senyawa kimia dalam
ekstrak tanaman adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini ditujukan
terhadap tingltat mortalitas larva udang Artemia salina L. yang disebabkan oleh ekstrak
uji. Hasil yang diperoleh dihitung sebagai nilai LC50 ekstrak uji, yaitu jumlah dosis atau
konsentrasi ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian larva udang sejumlah 50%
setelah masa inkubasi 24 jam.
Hasil dari kelompok 2 konsentrasi 1000 ppm merupakan yang paling tosik,
ditandai dengan jumlah artemia yang mati paling banyak dan kenaikan sangat
signifikan. Berbeda dengan hasil kelompok lain dengan konsentrasi 100 ppm yang
menunjukkan jumlah kematian lebih banyak dari konsentrasi 200 ppm. Ini terjadi
karena meski kadar tosiknya lebih rendah tetapi tingkat keenceran larutannya yang
rendah sehingga dapat memudahkan larutan senyawa mudah masuk dalam tubuh
artemia. Sehingga meski kadar toksik sedikit tapi tersebar merata dan dapat lebih
banyak membunuh artemianya. Hasil dari konsentrasi 200 ppm total kematian artemia
hanya berjumlah 1 ekor artemia, sedangkan pada konsentrasi 500 ppm diperoleh
jumlah kematian artemia sebanyak 6 ekor.
Berdasarkan hasil uji BSLT terhadap daun mimba oleh tiga pelarut menunjukan
hasil yang berbeda-beda. Toksisitas tertinggi diperoleh dari pelarut etil asetat
sedangkan terendah diperoleh oleh pelarut metanol. Berdasarkan analisis terhadap jenis
pelarut, seharusnya metanol merupakan yang paling toksik dikarenakan dapat
menangkap lebih banyak senyawa. Hal ini berhubungan dengan sifat senyawa yang
saling tersambung dan perlu analisis lebih lanjut senyawa yang berpengaruh terhadap
potensi antikanker.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa keberadaan suatu senyawa mempengaruhi
hasil BSLT. Ekstrak dengan triterpenoid dan streoid tidak memiliki hasil toksisitas
tinggi. Dapat dilihat pada uji BSLT pelarut metanol memiliki kematian paling sedikit
dari semua pelarut. Disimpulkan dari hasil BSLT bahwa etil asetat dan n-heksan
memiliki petensi antikanker tinggi. Toksisitas tertinggi diperoleh dari senyawa anatara
triterpen, steroid dan saponin. Hal ini dilihat dari perbedaan hasil uji fitokimia. Berbeda
dengan hasil metanol dari teripang, hasil metanol daun mimba yang senyawanya tidak
hanya triterpen dan steroid melainkan ada pula saponin yang pada hasil uji sampel
mimba tidak ditemukan. Dibandingkan hasil BSLT rata-rata dari teripang memiliki
potensi antikanker paling tinggi yang artinya saponin berpengaruh jika berhubungan
dengan triterpen dan steroid yang menghasilkan toksisitas tinggi.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Teknik Maserasi dan Ekstraksi
1. Ekstraksi maserasi menggunakan pelarut organik dilakukan dengan cara
memotong sampel kecil-kecil lalu direndam dengan pelarut organik selama
1x24 jam.
2. Pemekatan sampel menggunakan Rotary Evaporator dilakukan dengan suhu,
tekanan dan putaran tertentu sesuai dengan sampel yang digunakan
5.1.2. Uji toksisitas dengan Metode BSLT
1. Uji BSLT dilakukan dengan mencampurkan ekstrak sampel kedalam botol vial
yang berisi hewan uji Artemia salina, lalu dihitung jumlah hewan uji yang mati.
2. Nilai LC50 yang didaptkan dari ekstrak Daun Mimba dengan pelarut metanol,
etil asetat dan n-hexana masing-masing menunjukkan bahwa nilai LC50 2983,5
(sangat tidak toksik), 287,172 (toksik) dan 939,1734 (kurang toksik).
5.1.3. Uji Fitokimia
1. Senyawa kimia yang didapatkan dari sampel Daun Mimba berdasarkan uji
fitokimia adalah senyawa jenis flavonoid, triterpenoid dan steroid
2. Uji fitokimia dilakukan dengan penambahan larutan pereaksi kedalam ekstrak
sampel berdasarkan senyawa yang ingin diketahui. Untuk senyawa steroid
ditambahkan larutan H2SO4 6 M dan Kloroform. untuk senyawa flavonoid
ditambahkan HCL. Untuk senyawa triterpenoid ditambahkan larutan H2SO4
dan kloroform.
5.2. Saran
1. Praktikan diharap datang lebih awal agar tidak mengganggu jadwal yang telah
ditentukan
2. Laboratorium praktikum seharusnya di Gedung J yang lebih lengkap.
3. Sebaiknya praktikan belajar lebih dahulu sebelum melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Krishnan N. M., Swetansu P., Prachi J., Prakhar G., Rakshit C., Srividya V., Sa D.,
Arun K. H., PG Bharath K., Jayalakshmi N., Linu V., Naveen K. V., Kunal
D., Krishna R. dan Binay P. 2012. A Draft Of The Genome and Four
Transcriptomes Of a Medicinal And Pesticidal Angiosperm Azadirachta
indica. BMC Genomics 13:464
Olowa L. F. dan Olga M. N. 2013. Brine Shrimp Lethality Assay of the Ethanolic
Extracts of Three Selected Species of Medicinal Plants from Iligan City,
Philippines. Int. Res. J. Biological Sci. 2(11):74-77
Gupta A. K., Nilesh K. A. , Nishant S., Manoj C., Yogendra S. R. dan Avineesh S.
2013. Phytochemical Screening and Antimicrobial Assessment of Leaves of
Adhatoda vasica, Azadirachta indica and Datura stramonium. UK Journal of
Pharmaceutical and Biosciences 1(1):42-47
Zhang L., Dan Z.. dan Qing-Feng Z. 2018. Purification Of Total Flavonoids From
Rhizoma Smilacis Glabrae Through Cyclodextrin-Assisted Extraction And
Resin Adsorption. Food Sci Nutr. 7:449–456
Jacob A., dan Jibu T. 2019. Therapeutic Potential Of Dietary Flavonoids Against Viral-
Borne Infections: A Review. Drug Invention Today. 11(2)
Ncube S., Goitsemang L., Ewa C. dan Luke C. 2017. Development And Optimisation
Of A Novel Three-Way Extractiontechnique Based On A Combination Of
Soxhlet Extraction, Membrane Assisted Solvent Extraction And A
Molecularly Imprinted Polymer Using Sludge Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons As Model Compounds. J Sep Sci. 41:918–928
Sankeshwari R. M., Anil V. A., Kishore B. dan Kirankumar H. 2018. Soxhlet versus
Cold Maceration: Which Method Gives Better Antimicrobial Activity to
Licorice Extract against Streptococcus mutans?. Journal of the Scientific
Society. 45:67‑71
Qing‑Wen Zhang, Li‑Gen L. dan Wen‑Cai Y. 2018. Techniques For Extraction And
Isolation Of Natural Products: A Comprehensive Review. Chinese Medicine.
13:20
Afieroho O. E., Xavier S. N., Chiazor P. O., Osamuyi H. F., Elizabeth C. C., Olutayo
M. A., Michelle I., Heinrich C. H., Rui Wm. K., Kio A. A. Antiplasmodial
Activity of the n-Hexane Extract from Pleurotus ostreatus (Jacq. ex. Fr) P.
Kumm. Turk J Pharm Sci. 16(1):37-42
Conand, C., Gamboa, R. dan Purcell, S. Holothuria atra, Lollyfish. The IUCN Red List
of Threatened Species. : T180421A1628832
Saad D. Y., Ahmed A. B. dan Ahmed A. M. 2016. Antiseptic Effect Of Sea Cucumber
(Holothuria atra) Against Multi-Organ Failure Induced By Sepsis: Molecular
And Histopathological Study. Experimental And Therapeutic
Medicine.12:222-230
Narwiyani S.. 2010. Lethal Concentration 50yo (LC-50) Empat Isolat Edwardsiella
Tarda pada Ikan Air Tawar di Indonesia. Sain Vet. 28(2)
Shimizu Y., Satoshi T., Minoru K., Yuji T., Masaki F., Anna K., Tatsuya N.,
Hideki W. dan Min G. 2018. Steroid Sulfatase Promotes Invasion Through
Epithelial-Mesenchymal Transition And Predicts The Progression Of Bladder
Cancer. Experimental And Therapeutic Medicine. 16:4463-4470
Grenda K., Julien A., David H., José A. F. G., dan Maria G. R. 2018. Tannin-based
Coagulants from Laboratory to Pilot Plant Scales for Coloured Wastewater
Treatment. BioResources. 13(2):2727-2747
Thom V. T., Nguyen H. T., Dang V. D., Dang T. T., Nguyen T. H., Dinh D. L., Bui T.
T., Pham T. H., Duong T. L. H. 2018. Antithrombotic Activity and Saponin
Composition of the Roots of Panax bipinnatifidus Seem. Growing in Vietnam.
Pharmacognosy Research
Güy N., Soner C. dan Keziban A. 2018. Role Of Ag And Tannin Modification On
Photocatalytic And Antibacterial Properties Of Zno Nanoplates. Journal Of
Science. 2147-835
Nagasawa Y., Hirohiko U., Satoru O., Hajime S., Kenji I., Jiro M., Sonoko S., Fumiko
O., Shiro T., Tetsuya K. dan Masayuki I. Organic Solvent Use in Enterprises
in Japan. Industrial Health. 49:534–541
Nocentinia A., Alessandro B., Paola G., Bruno C. , Antimo G. dan Claudiu T. S. 2018.
Steroids Interfere With Human Carbonic Anhydrase Activity By Using
Alternative Binding Mechanisms. Journal Of Enzyme Inhibition And
Medicinal Chemistry. 33(1):1453-1459
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Gambar 12. Pemotongan daun mimba Gambar 13. Penimbangan daun mimba
Gambar 16. Penuangan hasil rendaman Gambar 17. Hasil rotary evaporator
ke dalam botol sampel
Gambar 18. Hasil evaporasi sebelum Gambar 19. Hasil evaporasi setelah
ditambahkan larutan penguji penambahan larutan penguji