You are on page 1of 4

1.

Tatalaksana Otitis Media Akut


A. Farmakologi 1

Pengobatan OMA tergantung dari stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi


pengobatan terutama untuk membuka kembali tuba Eustachius, untuk itu diberikan
dekongestan nasal (HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak < 12 tahun, dan
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik bagi yang berumur > 12 tahun). Disamping itu
dapat diberikan antibiotika untuk infeksinya. Sesuai prevalensi organisme penyebab otitis
media akut, maka terapi terpilihnya adalah amoksisilin (80 – 90 mg/kg BB/hari) yang
dibahagi dua dosis untuk 10 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-100
mg/KgBB per hari dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/KgBB per hari, dibagi
dalam 3 dosis atau eritromisin 40 mg/KgBB/hari.Terapi terpilih lainnya ialah penisilin.
Bila pasien alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin (40 mg/kg BB/hari).

Pada stadium hiperemis pengobatan diberikan antibiotika, analgetika untuk nyeri, serta
dekongestan nasal dan antihistamin atau kombinasi keduanya. Antibiotic yang dianjurkan
adalah golongan ampisilin atau penisilin.

Pada stadium supurasi disamping diberikan terapi seperti pada stadium hiperemis,
idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan
miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret
keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari. Harus dihindarkan masuknya
air ke dalam liang telinga sampai penyembuhan sempurna, karena dapat disertai
kontaminasi mikroorganisme.

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak
ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan
tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrana timpani.
Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada
keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.Bila 3 minggu setelah
pengobatan sekret masih tetap banyak ,kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA
berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah leboh dari 3 minggu, maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar
lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif kronis.

B. Pembedahan

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pasr tensa membrane timpani, agar terjadi
drenase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan
pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini harus dilakukan secara a-vue
(dilihat langsung), anak harus tenang, dan dapat dikuasai sehingga membrane timpani
dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior inferior.tindakan
ini harus memakai lampu kepala, corong telinga yang sesuai dengan ukuran telinga dan
pisau khusus yang digunakan berukuran kecil dan steril. Komplikasi miringotomi yang
mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma liang telinga luar, dislokasi tulang
pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma pada n.fasialis, trauma pada bulbus
jugulare. 1
2
2. Komplikasi Otitis Media Akut
Pada Otitis Media Akut, komplikasi yang terjadi dapat berupa gangguan pendengaran yang
bersifat ringan dapat terjadi akibat efusi telinga tengah yang persisten, biasanya konduktif
dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran sensorineural dapat juga terjadi sebagai
komplikasi dari Otitis Media Akut, tetapi jarang sekali terjadi. Sebelum ada antibiotik,
OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang
berat seperti meningitis dan abses otak. Sekarang setelah ada antibiotik semua komplikasi
itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK. 3
3. Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada bayi
dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian
ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-
lain. 3
1. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.
2. Guideline penyakit tht di Indonesia. 2007:hal.55.
3. Umar.S, Prevalensi dan factor risiko otitis media akut pada anak-anak di kotamadya
Jakarta timur.Tesis,Fakultas kedokteran program pendidikan dokter spesialis Bidang
Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Jakarta,2013,1-30.

You might also like