You are on page 1of 8

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018

VALUASI EFEKTIVITAS PEMERIKSAAN PALPASI NADI KAKI UNTUK


MENDETEKSI ANGIOPATI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

Euodia Pramesthi Widya Kristiani


Mulyadi
Minar Hutauruk

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : euodia_christiany@yahoo.com

Abstract : Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that can lead to complications of
diabetic foot ulcers, one which is caused by angiopati. Currently, the gold standard used for
angiopathic examination is the vascular doppler to determine the value of Ankle-Brachial
Index. An angiopathy examination can be performed using palpation technique of dorsalis
pedis (DP) and posterior tibial (PT) as an alternative examination for angiopathy detection.
The purpose of this study was to evaluate the validity of palpation examination of DP and PT
in the risk stage of diabetic foot injury angiopathy. Methods This study used the cross-sectional
observational quantitative concept, compared pulse palpation with auscultation technique
using ABI vascular doppler. The sampling technique using judgement sampling technique
involved 30 samples.Results of this study involved 30 respondents without diabetic foot ulcer.
The sensitivity on the right DP was 93%, accuracy was 93%. Sensitivity on the right PT was
92%, accuracy was 93%. Sensitivity on the left DP was 96%, accuracy was 96%. Sensitivity on
the left PT was 82% left leg and accuracy was 83%. Conclusion of this study confirms that
palpation techniques on the DP and PT pulse has high sensitivity and accuracy.
Keywords : Diabetic foot, dorsalis pedis pulse, posterior tibial pulse, palpation, angiopathy

Abstrak : Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang bisa memicu timbulnya
komplikasi luka kaki diabetes, yang salah satunya disebabkan oleh angiopati. Saat ini, golden
standard yang digunakan untuk pemeriksaan angiopati adalah doppler vaskular untuk menilai
Ankle-Brachial Index. Pemeriksaan angiopati bisa dilakukan menggunakan teknik palpasi nadi
dorsalis pedis (DP) dan posterior tibialis (PT) sebagai alternatif pemeriksaan untuk deteksi
angiopati.Tujuan penelitian ini untuk evaluasi validitas pemeriksaan palpasi DP dan PT dalam
mendeteksi risiko luka kaki diabetes angiopati. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan
kuantitatif observasional cross-sectional, membandingkan teknik palpasi nadi dengan teknik
auskultasi menggunakan doppler vaskular ABI. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik judgement sampling sebanyak 30 sampel.Hasil penelitian ini melibatkan 30 responden
tanpa luka kaki diabetes. Validitas palpasi nadi di kaki kanan DP menghasilkan tingkat
sensitivitas 93%, akurasi 93%, kaki kanan PT sensitivitasnya 92%, akurasinya 93%. Palpasi
kaki kiri DP menghasilkan tingkat sensitivitas 96%, akurasi 96%, kaki kiri PT sensitivitasnya
82% dan akurasinya 83%. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan palpasi
nadi DP dan PT memiliki tingkat sensitivitas dan akurasi yang tinggi.
Kata Kunci : Kaki diabetes, nadi dorsalis pedis, nadi posterior tibialis, palpasi,angiopati
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 

PENDAHULUAN menegakkan diagnosis dibanding metode


Penyakit Diabetes Melitus (DM) invasif lainnya. Menurut Alexiadou dan
sampai saat ini masih menjadi salah satu Doupis (2012), pemeriksaan angiopati
masalah kesehatan utama yang sering kita dapat dilakukan dengan tehnik palpasi pada
jumpai. Angka kejadiannya terus nadi dorsalis pedis (DP) dan posterior
meningkat dari waktu ke waktu. Menurut tibialis (PT). Palpasi nadi DP dan PT
data dari International Diabetic Federation merupakan indikator yang baik dalam
(IDF) menunjukkan angka kejadian menilai keadekuatan sirkulasi ke kaki
Diabetes Melitus di dunia selama 3 tahun (Sibbald, et al., 2012). Selain itu, National
berturut-turut yaitu 7.2% (2013), 8.3% Diabetes Programme (2014) telah
(2014), 8.8% (2015). Prevalensi diabetes menggunakan teknik palpasi nadi DP dan
menurut IDF 2015 yaitu 1 dari 11 orang PT dalam instrumennya untuk menilai
dewasa menderita diabetes. Sedangkan risiko kaki diabetes pada penderita DM.
menurut data World Health Organization Dari penelitian yang dilakukan oleh
(2016) memperkirakan 422 juta orang Yuliani, et.al. (2017) menunjukkan hasil
hidup dengan diabetes di tahun 2014. palpasi DP dan PT dengan hasil sensitivitas
Indonesia menjadi salah satu negara 0.63-0.95 dan spesifisitas 0.73-0.95.
dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus Alat pemeriksaan doppler vaskular
terbanyak di urutan ke-7 sePasifik Barat di guna menentukan ABI belum tersedia di RS
tahun 2015 sebanyak 10 juta orang (IDF, Siloam Manado, sehingga dari hasil
2015). Dari temuan Riset Kesehatan Dasar wawancara dengan perawat di Unit Rawat
(Riskesdas) tahun 2013, kasus terdiagnosis Jalan dan Rawat Inap ruangan 5.2.,
Diabetes Melitus di Indonesia meningkat termasuk 2 perawat luka, menggunakan
dari 1.1% (2007) ke 2.1% (2013). Sulawesi palpasi nadi kaki untuk mendeteksi awal
Utara menjadi salah satu provinsi dengan adanya masalah aliran peredaran darah di
penderita DM terbanyak urutan ketiga di kaki atau Peripheral Artery Disease (PAD),
Indonesia dengan 2.4% terdiagnosis khususnya pada pasien DM tipe 2. Setelah
dokter, dimana prevalensi tertinggi di itu, perawat melaporkan ke spesialis atas
Tomohon (4.8%), Manado (3.2%), dan hasil temuannya dan diperkuat oleh
Kepulauan Siau Tagulandang Sitaro spesialis dengan pemeriksaan
(3.0%). Ultrasonografi (USG) doppler vaskular
Menurut IDF, komplikasi mayor dari maupun Computed Tomography Angiografi
DM yang tidak terkontrol adalah penyakit (CTA) dengan harga yang cukup mahal.
retinopathy diabetikum, penyakit jantung, Oleh karena itu penulis tertarik untuk
gangguan kehamilan, gangguan kesehatan melakukan penelitian mengenai validitas
mulut, gangguan kehamilan, kerusakan dan reliabilitas palpasi nadi DP dan PT
saraf dan luka kaki diabetes. Sedangkan, untuk mendeteksi angiopati pada penderita
pada kasus diabetes yang berkembang DM tipe 2 yang dilakukan oleh beberapa
menjadi luka kaki diabetes sebanyak 15% perawat di RS Siloam Manado dalam
(Bakker, 2005). Luka Kaki Diabetik mendeteksi dini adanya gangguan aliran
merupakan luka terbuka pada permukaan arteri perifer di kaki pada pasien DM tipe 2.
kulit yang disebabkan karena neuropati,
iskemik/angiopati, dan neuro-iskemik METODE
(Edmons, 2005). Desain penelitian ini menggunakan
Angiopati adalah penyempitan rancangan kuantitatif observasional dengan
pembuluh darah pada pasien DM, yang pendekatan cross-sectional. Populasi
dapat dideteksi menggunakan ABI (Aerden, terjangkau dalam penelitian ini adalah
et.al.,2011). Ankle-Brachial Index (ABI) semua penderita DM tipe 2 yang berobat di
merupakan golden standard dan memiliki Unit Rawat Jalan RS Siloam Manado
akurasi yang ditunjukkan dalam selama bulan Juni – September 2017
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 

sebanyak 101 pasien. Pada penelitian ini Wiraswasta 3 10.0


pengambilan sampel dilakukan dengan Guru 5 16.7
teknik judgement sampling dan diperoleh IRT 4 13.3
sampel sebesar 30 responden. Instrumen Pensiunan 10 33.3
Pekerjaan
dalam penelitian ini adalah lembar PNS 3 10.0
Petani 3 10.0
kuisioner dan lembar hasil pemeriksaan
Pegawai
fisik responden, dan pengolahan data 2 6.7
Swasta
melalui tahap editing, coding, entry data Total 30 100
dan cleaning. Analisia univariat Sumber : Data Primer 2017
menggunakan tabel distribusi dan bivariat
menggunakan rumus uji diagnostik tabel Berdasarkan data pada tabel 1 terdapat
2x2 (Sastroasmoro dan Ismael, 2011) 30 responden dan menunjukan bahwa
dengan membandingkan teknik palpasi nadi kelompok usia responden yang terbanyak
terhadap teknik auskultasi menggunakan yakni rentang usia dari 55-64 tahun yakni
doppler vaskular ABI (Hi.dop BT-200, berjumlah 11 responden dengan presentase
Bistos, Korea Selatan). 36.7% , sedangkan kelompok umur paling
HASIL dan PEMBAHASAN sedikit adalah rentang usia dari 35-44 tahun
Hasil penelitian diperoleh melalui yakni 3 responden dengan presentase
pengisian kuisioner oleh pasien mengenai 10.0%.
inisial, usia, jenis kelamin, pendidikan Distribusi berdasarkan jenis kelamin,
terakhir, pekerjaan, riwayat pengobatan dan jumlah terbanyak pada responden pria
jenis terapi DM, status GDS dan HbA1C sebanyak 16 responden dengan presentase
terbaru, riwayat lama DM, dan riwayat luka 53.3 % dan terendah ada pada responden
kaki DM. Telusur dokumen mengenai wanita sebanyak 14 responden dengan
diagnosis DM, hasil laboratorium HbA1C presentase 46.7%. untuk distribusi
terbaru. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk pendidikan yang tertinggi yakni S1 dengan
mengkaji antropometri, palpasi dan total 15 responden dengan presentase
auskultasi nadi perifer kaki. Kemudian data 50.0% sedangkan pendidikan terendah
dikumpulkan kemudian dilakukan Sekolah Dasar dan SMP dengan jumlah 3
pengolahan data yang disajikan dalam responden dengan presentase 10.0%.
bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel Distribusi pekerjaan responden yang
2x2 uji diagnostik. terbanyak yakni pensiunan dengan total 10
responden dengan presentase 33.3% ,
sedangkan pekerjaan paling sedikit pegawai
Analisis Univariat swasta dengan jumlah 2 responden dengan
1. Data Demografi Responden presentase 6.7%.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Data Demografi  
Variabel n % 2. Data Karakteristik DM
35-44 3 10.0 Tabel 2. Distribusi Responden Berda-sarkan
45-54 5 16.7 Antropometri, Terapi DM, Tipe Terapi DM,
Usia (Tahun) 55-64 11 36.7 Status Gula Darah, Riwayat DM, dan
65-74 7 23.3 Riwayat Luka Kaki
>74 4 13.3 Variabel n %
Jenis Pria 16 53.3 Underweight
2 6.7
Kelamin Wanita 14 46.7 (<18.50)
Sekolah Status Normal
3 10.0 16 53.3
Dasar BMI (18.50-24.99)
2
Pendidikan SMP 3 10.0 (kg/m ) Overweight
7 23.3
SMA 9 30.0 (25.00-29.99)
S1 15 50.0 Obese (>30.0) 5 16.7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 
Riwayat Terkontrol 30 100.0 HbA1C terdapat 4 responden tanpa disertai
Terapi Tidak hasil pemeriksaan HbA1C terbaru. Pada
0 0
DM Terkontrol kelompok lama menderita DM dengan
Oral 21 70.0 responden terbanyak yakni rentang 1-5
Tipe Insulin 6 20.0 tahun yakni berjumlah 15 responden
Terapi Oral dan
1 3.3 dengan presentase 50.0 % sedangkan
DM Insulin
Tanpa Obat 2 6.7
kelompok paling sedikit adalah <1 tahun
Normal (<139) 12 40.0 yakni sebanyak 3 responden dengan
GDS Tinggi (>140) 14 46.7 presentase 10.0 %. Pada distribusi riwayat
(mg/dL) Tidak ada hasil luka kaki DM, sebanyak 18 responden
4 13.3 dengan 60.0% belum pernah menderita luka
GDS
Normal (<5.6) 1 3.3 kaki DM, sedangkan 12 responden dengan
HbA1C Tinggi (>5.7) 25 83.3 40.0 % sudah pernah menderita luka kaki
(%) Tidak ada hasil DM.
4 13.3
HbA1C
Lama <1 3 10.0 Analisis Bivariat
Menderita 1-5 15 50.0 Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Palpasi Kaki
DM 6-10 7 23.3 Kanan Dorsalis Pedis dan Posterior Tibialis
(tahun) >10 5 16.7 dengan Doppler Vaskular ABI
Riwayat Tidak 18 60 Doppler Vaskular ABI
Luka Kaki Kanan
Ya 16 40 Tidak
Dorsalis Pedis Terdengar
Kaki DM Terdengar
Total 30 100 Teraba 25 0
Palpasi
Sumber : Data Primer 2017
Nadi Tidak
Teraba
2 3
Berdasarkan data pada tabel 2 terdapat Akurasi = 93 % Se = 92% Sp = 100%
30 responden dan lebih banyak responden Doppler Vaskular ABI
Kaki Kanan
yang berada pada kategori normal sebanyak Posterior Tibialis Terdengar
Tidak
16 responden dengan presentase 53.3% Terdengar
dibandingkan responden yang berada pada Palpasi
Teraba 25 0
kategori underweight yang berjumlah 2 Nadi Tidak
Teraba
2 3
responden dengan presentase 6.7% dengan Akurasi = 93% Se = 92 % Sp = 100%
riwayat terapi DM 100% terkontrol. Sumber : Data Primer 2017
Distribusi tipe terapi DM terbanyak
terapi DM jenis obat oral sebanyak 21 Tabel 3 menjelaskan hasil perhitungan
responden dengan presentase 70.0% uji diagnostik pada pemeriksaan palpasi
dibandingkan responden yang kaki kanan DP dengan auskultasi doppler
mengonsumsi obat oral dan insulin 1 vaskular ABI didapat dilihat bahwa nilai
responden, dengan 3.3%. Pada hasil GDS sensitivitasnya 92%, nilai spesifisitasnya
lebih banyak pada hasil tinggi (>140 100%, nilai akurasi 93%. Hasil perhitungan
mg/dL) sebanyak 14 responden dengan uji diagnostik pada pemeriksaan palpasi
presentase 46.7 dan lebih sedikit pada hasil kaki kanan PT dengan auskultasi doppler
normal (<140 mg/dL) sebanyak 12 vaskular ABI nilai sensitivitasnya 92%,
responden dengan presentase 46.7%. Pada nilai spesifisitasnya 100%, dan nilai akurasi
status GDS terdapat 4 responden tanpa 93%.
disertai hasil pemeriksaan GDS.
Hasil HbA1C sebanyak 25 responden
dengan presentase 83.3% menunjukkan
data tinggi dengan kadar HbA1C >5.7%
dan lebih sedikit pada hasil pemeriksaan
HbA1C normal (<5.6 %) hanya 1 responden
dengan presentase 3.3%. Pada status kadar
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Palpasi Kaki Menurut data WHO (2016) risiko DM
Kanan Dorsalis Pedis dan Posterior Tibialis tipe 2 ditentukan oleh interaksi faktor
dengan Doppler Vaskular ABI genetik dan metabolik dimana estimasi
Doppler Vaskular ABI global menunjukkan 1 dari 3 orang dewasa
Kaki Kiri
Tidak
Dorsalis Pedis Terdengar
Terdengar dengan overweight dan 1 dari 10 orang
Teraba 28 0 dewasa obesitas. Adanya pengaruh indeks
Palpasi massa tubuh terhadap diabetes disebabkan
Nadi Tidak
Teraba
1 1 oleh akurangnya aktivitas fisik serta
Akurasi = 96% Se = 96% Sp = 100% tingginya konsumsi karbohidrat, protein
Doppler Vaskular ABI dan lemak yang merupakan faktor risiko
Kaki Kiri
Tidak dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan
Posterior Tibialis Terdengar
Terdengar
meningkatnya Free Fatty Acid (FFA) dalam
Palpasi
Teraba 24 0
Tidak
sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan
Nadi 5 1 translokasi tranporter glukosa ke membrane
Teraba
Akurasi = 83% Se = 82% Sp = 100% plasma, dan menyebabkan terjadinya
Sumber : Data Primer 2017 resistensi insulin pada jaringan otot dan
adipose (Teixeria-Lemos, et.al., 2011
Tabel 4 menjelaskan hasil perhitungan uji dalam Trisnawati 2013) dan pada penelitian
diagnostik pada pemeriksaan palpasi kaki ini ditemukan 7 responden overweight dan
kiri DP dibandingkan dengan auskultasi 5 responden obesitas. Sedangkan hasil
doppler vaskular ABI nilai sensitivitasnya terbanyak diperoleh jumlah 16 responden
96%, nilai spesifisitasnya 100%, nilai dengan BMI normal, yang berarti mulai
akurasi 96%. Hasil perhitungan uji adanya kesadaran penderita DM tentang
diagnostik pada pemeriksaan palpasi kaki pentingnya menjaga berat badan ideal.
kiri PT dibandingkan dengan auskultasi Gangguan sirkulasi darah (angiopati),
doppler vaskular ABI nilai sensitivitasnya juga dipengaruhi oleh durasi atau lama sakit
82%, nilai spesifisitasnya 100%, nilai DM. Hal tersebut terjadi karena pada
akurasi 83%. seseorang yang menderita DM selama
bertahun-tahun, mengalami penyempitan
Pembahasan atau penyumbatan pembuluh darah akibat
Berdasarkan hasil data Riskesdas 2013, kekentalan darah karena tingginya kadar
pasien DM terbanyak rentang usia 55-74 glukosa dalam darah, khususnya pada
tahun, hal ini sejalan dengan hasil penelitian ekstremitas bawah (Hidayat dan Nurhayati,
yang telah dilakukan dan didapatkan hasil 2014 dalam Desri, et.al., 2017).
yang sama yaitu di rentang usia 55-74 tahun Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil
sebanyak 18 responden. Meningkatnya usia pasien menderita DM pada rentang 1-5
berpengaruh terhadap perubahan fisiologis tahun dengan sebagian besar pernah
yang akan menurun drastis pada usia di atas mendapatkan luka kaki DM. Menurut IDF,
40 tahun. Proses penuaan menyebabkan komplikasi mayor dari DM yang tidak
berkurangnya kemampuan sel beta terkontrol adalah penyakit retinopathy
pankreas dalam memproduksi insulin diabetikum, penyakit jantung, gangguan
sehingga menyebabkan peningkatan kadar kehamilan, gangguan kesehatan mulut,
glukosa darah (dikutip dari Sunjaya, 2009 gangguan kehamilan, kerusakan saraf dan
dalam Kale, et.al.,2015), akibat gula darah luka kaki diabetes. Sedangkan, pada kasus
yang tidak terkontrol adalah komplikasi diabetes yang berkembang menjadi luka
penyakit vaskular perifer yang kaki diabetes sebanyak 15% (Bakker,
menyebabkan perubahan aterosklerotik 2005). Dalam kurun waktu 5 tahun, tingkat
dalam pembuluh darah besar pada kekambuhan pasien dengan luka kaki DM
ekstremitas bawah (Price dan Wilson, 2012) meningkat sebesar 70% (IWGDF, 2015).
Oleh karena itu, penting bagi penderita DM
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 

untuk mengontrol kadar gula darahnya, DM dengan luka kaki diabetes. Sedangkan
yaitu dengan penggunaan obat secara rutin pada penelitian yang dilakukan oleh
dan perlu dilakukan skrining berkala pada Yuliani, et.al. (2017) diperoleh hasil
pasien dengan kecenderungan DM sensitivitas dalam rentang 63-95%. Akurasi
angiopati. Dalam penelitian ini, didapatkan palpasi ditentukan oleh pengalaman
mayoritas responden DM menjalani pemeriksa. Meskipun demikian palpasi
pengobatan teratur dengan menggunakan dorsalis pedis dan posterior tibialis bisa
obat oral. Hasil penelitian ini didukung dijadikan pemeriksaan subyektif manakala
dengan data yang dilaporkan oleh WHO ketiadaan dukungan alat pemeriksaan
(2016) mengenai obat-obatan yang tersedia obyektif (Mc.Gee dan Boyko, 2013 dikutip
pada fasilitas pelayanan kesehatan primer di dalam Yuliani, et.al., 2017). Perlu diketahui
Indonesia adalah obat oral metformin dan bahwa dari total dari 30 responden dalam
sulfonylurea, sedangkan suntikan insulin penelitian ini, didapatkan 5 responden yang
dilaporkan jarang terjadi secara umum. Hal terdeteksi gangguan sirkulasi darah,
tersebut menjadi salah satu alasan dibuktikan dengan absennya pulsasi nadi
mayoritas responden DM dalam penelitian pada pemeriksaan palpasi dan auskultasi
ini menggunakan obat oral. doppler vaskular ABI baik pada kedua nadi
Menurut Sibbald, et.al. (2012), DP dan PT, ataupun salah satunya.
keterabaan nadi dorsalis pedis (DP) dan Untuk spesifisitas diperoleh hasil
posterior tibialis (PT) merupakan indikator 100% yang berarti bahwa penggunaan
yang baik pada banyak pasien untuk menilai teknik palpasi nadi DP dan PT untuk
keadekuatan sirkulasi darah di kaki. Akan mendeteksi angiopati dapat dijadikan
tetapi pada beberapa kasus, nadi DP dan PT alternatif pemeriksaan untuk mendeteksi
yang terletak antara malleolus medial dan tidak adanya gangguan sirkulasi darah
tendon achilles bisa sulit dipalpasi karena (angiopati), khususnya pada kaki penderita
dipengaruhi oleh edema lokal atau DM. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
lemahnya amplitudo suatu nadi. Oleh dilakukan oleh Yuliani, et.al.(2017) dan
karena itu, pemeriksaan skrining angiopati Desri, et.al.(2017) dimana pada penelitian
pada pasien edema atau amplitudo nadi tersebut dihasilkan nilai spesifisitas dalam
lemah. Hal ini dibuktikan pada penelitian rentang 73-100%.
ini, dimana 5 pasien dengan tidak terabanya
nadi DP dan PT.
Berdasarkan hasil penelitian, SIMPULAN
menunjukkan bahwa teknik palpasi nadi DP Evaluasi nilai sensitivitas dan akurasi
dan PT untuk mendeteksi dini angiopati teknik palpasi nadi DP dan PT diperoleh
pada penderita DM terhadap auskultasi hasil yang baik dengan membandingkan
doppler vaskular ABI sebagai golden pada pemeriksaan auskultasi nadi
standard, menghasilkan nilai sensitivitas menggunakan doppler vaskular ABI dalam
teknik palpasi dalam rentang 82% – 96% mendeteksi angiopati pada penderita DM.
dan nilai akurasi dalam rentang 83-96%. Sedangkan nilai sensitivitas teknik palpasi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nadi DP dan PT diperoleh hasil yang baik
penggunaan teknik palpasi nadi DP dan PT dengan membandingkan pada pemeriksaan
dapat digunakan sebagai alternatif auskultasi nadi menggunakan doppler
pemeriksaan untuk mendeteksi adanya vaskular ABI dalam mendeteksi tidak
angiopati pada seorang penderita DM. Hal adanya angiopati pada penderita DM.
ini sejalan dengan penelitian yang Sehingga pemeriksaan fisik teknik palpasi
dilakukan oleh Desri, et.al. (2017) dimana nadi DP dan PT efektif digunakan dalam
didapatkan hasil sensitivitas dalam rentang skrining adanya gangguan sirkulasi darah
14.3%-100% pada grup DM tanpa luka kaki (angiopati) pada penderita DM.
diabetes dan rentang 50-100% pada grup
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 

DAFTAR PUSTAKA http://iwgdf.org/guidelines /guidance-


for-prevention-2015/
Aerden, D., et al. (2011, April 21). Journal
: The Ankle Brachial Index and the Kale, Era Dorihi dan Emelia E. Akoit.
Diabetic Foot : Troublesome (2015, Desember 2). Analisis Risiko
Marriage. NCBI. October 1, 2017. Luka Kaki Diabetik Pada Penderita
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ DM di Poliklinik DM dan Penyakit
21514102 Dalam. November 8, 2017. Jurnal Info
Kesehatan.
Alexiadou, K. dan John Doupis. (2012, https://www.poltekkeskupang.
April 20). Management of Diabetic ac.id/informasi/download/
Foot Ulcer. November 10, 2017.NCBI. category/25-jurnal1-
https://www.ncbi. 2015.html?download=165:hal-1005-
nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC350811 1018-analisis-risiko-luka-kaki-
1/ diabetik-pada-penderita-dm-di-
poliklinik-dm-dan-penyakit-dalam-
Bakker. K. et al. (2005, November). 2005: era-dorihi-kale1-emilia-erningwati-
The International Diabetes Federation akoit-2
Focuses on the Diabetic Foot.
https://link.springer.com/article National Diabetes Programme. (2011,
/10.1007%2 Fs11892-005-0051- October). Model of Care for The
y?LI=true Diabetic Foot. November 18, 2017 dari
http://www.hse.ie/eng/services/publica
Desri, Natalia Yesi, et.al.(2017). Evaluasi tions/Clinical-Strategy-and-
Validitas dan Reliabilitas Palpasi Nadi Programmes/Model-of-Care-for-the-
Dorsalis Pedis dan Posterior Tibialis Diabetic-Foot-.pdf
untuk Mendeteksi Angiopati Pada
Penderita Diabetes Melitus. Makasar :
Hasanuddin Student Jurnal. Oktober 1, Price, S.A. dan Wilson L.M. (2012).
2017. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
http://repository..unhas.ac.id:4002/dig Penyakit Edisi 6, Vol.2. Jakarta : EGC
ilib/gdl.php?mod=browse&op=read&
id=nataliayes34187&PHPSESSID=1a Riset Kesehatan Dasar.(2013). Riset
94e70433ed56829741a5b0708ed2b7 Kesehatan Dasar Dalam Angka
Provinsi Sulawesi Utara. Oktober 1,
Edmons, M.E., et.al. (2005). Managing the 2017.
Diabetic Foot. Oxford : Blackwell http://terbitan.litbang.depkes.go.id/pe
Science nerbitan/index.php/lpb/catalog/book/1
28
International Diabetes Federation. (2015).
International Diabetes Federation Roza, Rizky Loviana, Rudy Afriat,
Diabetes Atlas 7th Edition. Zulkarnain Edward. (2015). Faktor
Oktober 1, 2017. Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum
www.diabetesatlas.org pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M.
International Working Group on the Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang.
Diabetic Foot.(2015). IWGDF Padang : Jurnal Kesehatan Andalas.
Guidance on the Prevention of Foot http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/j
Ulcer in At-Risk Patients with ka /article/view/229/ 223
Diabetes. November 10, 2017.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1 , Februari 2018
 

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael.


(2011). Dasar- dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi 4. Jakarta :
Sagung Seto.

Sibbald, G., et al. (2012, October 25).


Screening For The High-Risk Diabetic
Food : A 60-Second Tool. NCBI.
November 10, 2017.
http://journals.lww.com/aswcjournal/f
ulltext/2012/10000/Screening_for_the
_High_Risk_Diabetic_FootA.9.aspx

Trisnawati, Shara Kurnia dan Soedjiono


Setyorogo. (2013, Januari). Faktor
Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
II di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Desember 14,
2017.
http://www.academia.edu/download/4
0771315/jurnal_kesehatan_DM_epid_
non.PDF

World Health Organization. (2016). Global


Report On Diabetes. Oktober 1, 2017
dari http://who.int/diabetes/country-
profiles/idn_en.pdf?ua=1

Yuliani, et al. (2017). Check Up Diabetic


Foot, Deteksi Dini Risiko Luka Kaki
Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus
di Makassar : Uji Sensitivitas dan
Spesifisitas. Makassar : Hasanuddin
Student Journal. November 10, 2017.
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jt/
article/view/1427

You might also like