You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CA PARU

Disusun oleh:

ARLAMBANG BANGUN PRAKOSO

114012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
CA PARU

A. PENGERTIAN
1. Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan
disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh.(Elizabeth J.
Corwin. 2009: 66)
2. Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasanyang
berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasistumor di paru).
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Kesimpulan: Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
yang terjadi di jaringan paru dan menyerang jaringan biologisdidekatnya serta
bermetastasis melalui sirkulasi darah dan limfatik.
.
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru:
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama, suatu hubungan statistik
yangdefinitive telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari 20 batang
perhari)dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).Perokok seperti ini
mempunyaikecendrungan 10 kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya
akankembali pada pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tar dari tembakau rokok.Yang
jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja pemecah
hematite(paru-paru hematite) dan orang-orang yang bekerja dengan asbestos
dandengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
3. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanyakarsinogen dari
industri dan uap diesel dalam atmosfer dikota.
4. Genetik
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,yakni:
a. Proton onkogen
b. Tumor suppressor gen
c. Gene encoding enzyme
C. PATOFISIOLOGI
Ada tiga langkah perkembangan kanker, yaitu insiasi, promosi dan
progresi.Insiasi atau tahap awal yang dimulai dengan sel-sel yang normal mengadakan
kontak dengan karsinogen.Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub- bronkus
menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen.Tahap kedua yaitu promosi, dengan adanya pengendapan karsinogenmaka
menyebabkan metaplasia, hiperplasia, dan displasia.Termasuk dalamfaktor-faktor
promosi yaitu rokok, penyalahgunaan alkohol, dan komponen makanan yang terus
menerus mempengaruhi sel-sel yang sudah mengadakan mutasi atau perubahan.Faktor-
faktor promotor ini menambah perubahan struktur sel, sehingga kecepatan mutasi
spontan juga bertambah.Selain itu jumlah sel-selyang tidak normal juga meningkat.
Pada tahap akhir yaitu progresi: bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hiperplasia, dan displasia menembus ruang pleura biasa timbul efusi pleura, dan bisa di ikuti
invasi langsung pada kostadan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari
salah satu cabang bronkus yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi
bronkus diikuti dengan supurasi dibagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptisis, dipsnea, demam dan dingin. Wheezing unilateral dapatterdengar pada
auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati.Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang rangka.
Karsinoma bronkhogenik berawal sebagai lesi mukosa kecil yang biasanya
padat dan berwarna abu-abu putih. Lesi dapat membentuk massa intra lumen,
menginvasi mukosa bronchus, atau membentuk massa besar yang mendorong parenkim paru di
dekatnya. Beberap tumor besar mengalami kavitasi akibat nekrosis sentral
atauterbentuknya focus perdarahan. Akhirnya, tumor ini dapat meluas ke
strukutur intrathoraks di dekatnya.Penyebaran yang lebih jauh dapat terjadi melalui
limfatik atau darah.Karsinoma bronkhogenik biasanya dibedakan menjadi karsinoma
paru-paru selkecil (SCLC), yaitu karsinoma oat cell.Sedangkan karsinoma paru-paru
sel tidak kecil (NSCLC), yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, dan
karsinoma sel besar.Karsinoma sel oat (oat cell), biasanya terletak di tengah di sekitar
percabangan utama bronchi.Tumor ini timbul dari sel-sel Kulchitsky, kompnen normal
dariepitel bronkus.Secara mikroskopis, tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil denganinti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit.Karsinoma oat cell memiliki
waktu pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan
semua karsinoma bronkogenik.
Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ-organ distal, sering dijumpai.Karsinoma sel skuamosa
berasal dari permukaan epitel bronkus.Perubahan epiteltermasuk metaplasia, atau
displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.
Tumor ini cenderung timbul di bagian tengah bronkus utama dan akhirnya menyebar
ke kelenjar hilus lokal, tetapi tumor ini lebih lambat menyebar keluar thoraks
dibandingkan dengan tipe histologik lain. Karsinoma sel mukosa seringkali disertai
batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses
akibat abstruksi dan infeksi sekunder.Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan
selular seperti kelenjar bronchus dandapat mengandung mucus.Biasanya timbul di
bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan denga jaringan
parut local pada paru-paru dan fibrosis interstitial kronik.Lesi seringkali meluas melalui
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukan
gejala-gejala sampai terjadi metastasis yang jauh.Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas
yang besar dan berdifferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam.Sel-sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.Secara keseluruhan,
NSCLC memiliki prognosis lebih baik daripada SCLC.Jika NSCLC (karsinoma sel
skuamosa atau adenokarsinoma) terdeteksi sebelum metastasis atau penyebaran lokal
dapat dicapai kesembuhan dengan lobektomi atau pneumonektomi.
Pathway
Asap tembakau Radiasi Genetik Polusi Udara

Adeno Karsinoma Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma Sel Bronkial Alveolar

Bronkus mengandung Perubahan epitel bronkus, Penimbunan Toksin


mukus metaplasia, dysplasia

Timbul pada bagian Bronkus besar Respon umum tubuh


perifer segmen bronkus menghasilkan sputum

Fibrasi intertisial Perubahan struktur alveoli Kehilangan fungsi silia

Lesi dan melebarnya Gangguan suplai O2 Peningkatan jumlah sekret


pembuluh darah

Kerusakan pertukaran gas Ketidakefektifan jalan napas


Nyeri

Kurang informasi / kurang interpretasi informasi

Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
- Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat
- Dahak berdarah, berubah warna dan maikn banyak
- Nafas sesak dan pendek -pendek
- Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas
- Kelelahan kronis
- Kehilangan selera makan atau turunnya berat badan
- Suara serak atau parau
- Pembengkakan di wajah atau leher

E. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk, dengan/
tanpa peningkatan produksi secret. Pergerakan dada bias asimetris apabila
terjadikomplikasi efusi pleura dengan hemoragi. Gejala-gejala umum seperti
anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat badan merupakan gejala lanjutan.
b) Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
c) Perkusi
Pada perkusi, didaptkan suaranormal sampai hipersonor.
d) Auskultasi
Didapatkan bunyi stridor lokal, wheezing unilateral didapatkan
apabilakarsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda
khas pada tumor bronchus.Penyebaran local tumor ke struktur mediastinum
dapatmenimbulkan suara serak akibat terserangnya saraf rekuren, terjadi
disfagiaakibat keterlibatan esophagus, dan paralysis hemidiafragma akibat
keterlibatansaraf frenikus.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama bisanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif,
batuk darah, dan sesak napas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit saat ini biasanya keluhan hamper sama dengan jenis
penyakit paru yang lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas.
Batuk merupakan gejala umum yang seringkali diabaikan oleh klien atau
dianggapsebagai akibat merokok atau bronkitis. Bila karsinoma bronkus
berkembang pada klien dengan bronchitis kronis, batuk akan timbul lebih sering
dan volumesputum bertambah.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan Ca paru beresiko
lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun masih belum dipastikan apakahhal
ini benar-benar karena faktor herediter atau karena faktor familial.
5. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Menyakan riwayat perokok pasien, pajanan asbestos. Pernahkah menjalani
radioterapi atau kemoterapi. Jika pasien bermaksud melakukan pneumonektomi/
lobektomi tanyakan fungsi paru dan penyakit kardio respiratorius lain.
6. Pengkajian Pola Gordon
a. Persepsi-Manajemen
Kesehatan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca paru. Tindakan yang
dilakukan pasien untuk mengurangi rasa sakit atau rasa nyeri.
b. Nutrisi
- Kebiasaan diet buruk (misal: rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet )
- Anoreksia, mual/ muntah
- Intoleransi makanan
- Perubahan pada berat badan
- Edema wajah/ leher, dada, punggung (destruksi vena kava); edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
- Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
c. Eliminasi
- Diarea yang hilang timbul
- Peningkatan jumlah atau frekuensi urin
d. Aktivitas dan Latihan
- Kelemahan
- Ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin
- Dispnea karena aktivitas
- Takikardia/ disritmia
- JVP (obstruksi vena kava)
- Nyeri dada, nyeri bahu/ tangan, nyeri tulang/ sendi, dan nyeri abdomen hilang
timbul
e. Seksualitas
- Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
- Amenorea/ impoten
f. Istirahat dan Tidur
Insomnia
g. Kebutuhan rasa nyaman
- Nyeri dada di mana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi
- Nyeri bahu/ tangan
- Nyeri tulang/ sendi
- Nyeri abdomen hilang timbul
h. Konsep Diri
Menolak kondisi yang berat/ potensial keganasan
i. Stres koping
- Perasaan takut
- Kegelisahan
j. Hubungan Peran
Kelemahan/ ketidakadekuatan sistem pendukung
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen Dada
Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga
untuk menilai doubling time-nya.Dilaporkan bahwa, kebanyakan kanker
parumempunyai doubling time 37-65 hari.Bila doubling time >18 bulan berartitumornya
benigna. Tanda-tanda tumor benigna lainnya adalah lesi berbentuk bulat
konsentris, solid dan adanya kalsifikasi yang tegas.
2. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhanseperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena tergentung dari:
a. Letak tomor terhadap bronkus
b. Jenis tumor
c. Teknik mengeluarkan sputum
d. Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan 3-5 hari berturut-turut
e. Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar)
Pada kanker yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik
dapatmemberikan hasil positif sampi 67-85% pada karsinoma sel skuamosa.
f. Pemeriksaan sitologi lain untuk mendiagnostik kanker paru dapat
dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supra
klavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.

G. PENATALAKSANAAN
1. Manajemen tanpa pembedahan
a. Terapi oksigen
Diberikan jika pasien mengalami hipoksemia, perawat dapat memberikan
oksigen via masker atau nasal sesuai dengan permintaan.
b. Terapi obat
c. Jika pasien mengalami bronkospasme dapat diberikan bronkodilator dan
kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema. Opiat
diberikan terutama untuk membantu mengurangi nyeri dan dyspnea.
d. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, dan
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Agenkemoterapi yang biasa
diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari:
1) Cyclophosphanide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine.
2) Etoposide dan cisplatin
3) Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin

e. Imunoterapi
Banyak pasien dengan kanker paru-paru mengalami gangguan imun. Agen
imunoterapi (cytokin) biasa diberikan.
f. Terapi radiasi
Indikasi:
1) Pasien dengan tumor paru-paru yang operable, tetapi berisiko jika dilakukan
operasi pembedahan.
2) Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosainoperable di
mana terdapat pembesran kelenjar getah bening padahilus ipsilateral dan
mediastinal.
3) Pasien kanker bronkus dengan oat cell
4) Pasien kambuahn sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Komplikasi:
a) Esofagitis, hilang satu minggu atau sepuluh hari sesudah pengobatan
b) Penumonitis: pada rontgen terlihat bayangan eksudat
sesudah penyinaran
g. Terapi laser
h. Torasentesis dan pleurodosis
1) Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker paru-paru
2) Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis dan
obstruksi kelenjar limfe mediastinal
3) Tujuan akhir : mencegah dan mengeluarkan cairan
2. Manajemen pembedahan
Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan
tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka yang fungsi jantung
paru yang baik.Tiga tipe reseksi paru mungkin dilakukan:
a. Lobektomi (satu lobus paru diangkat)
b. Lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus
besar direseksi)
c. Pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru)

 Pembedahan
a. Dikerjakan pada tumor dengan stadium I serta stadium II jenis karsinoma sel
skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan
(undifferentiated)
b. Dilakukan khusus pada stdium III secara individual yang mencakup tiga
kriteria:
1) Karakteristik biologis tumor
a) Hasil baik: tumor dari sel skuamosa dan epidermoid
b) Hasil cukup baik: adenokarsinoma dan karsinoma sel besar
tak terdifferensiasi.
c) Hasil buruk : oat cell
2) Letak tumor dan pembagian stadium klinik untuk menentukan
letak pembedahan terbaik
3) Keadaan fungsional penderita

H. KOMPLIKASI
1. Hemothorak
Penimbunan darah utuh (berbeda dengan efusi berdarah) di rongga pleura,
adalahsuatu penyulit rupture anurisma aorta intrathoraks yang hampir selalu
mematikan.Pada hemothoraks, berbeda dengan efusi pleura yang mengandung
darah, darahmembeku di dalam rongga pleura.
2. Pneumothorak
Keadaan terdapatnya udara atau gas lain dalam kantong pleura.
Kelainan ini dapatterjadi pada dewasa muda yang tampak sehat, biasanya laki-laki
tanpa penyakit paru (pneumothoraks simple atau spontan), atau akibat penyakit
thoraks atau paru (pneumothoraks sekunder), seperti emfisema atau fraktur iga.
Pneumothoraks sekunder terjadi pada rupture semua lesi yang terletak dekat
permukaan pleura sehingga udara inspirasi memperoleh akses ke rongga pleura.
Lesi pleura ini dapatterjadi pada emfisema, abses paru, tuberkolosis, karsinoma, dan banyak
proses lainnya. Alat bantu ventilasi mekanis dengan tekanan tinggi juga
dapatmenyebabkan pneumothoraks sekunder.Terdapat beberapa kemungkinan
penyulit pada pneumothoraks. Kebocoran katup bola dapat menimbulkan tension
pneumothoraks yang menggeser mediastinum.Kemudian, dapat terjadi gangguan sirkulasi
paru dan bahkan dapat menyebabkankematian. Jika kebocoran menutup dan paru
tida kembali mengembang dalam beberapa mingu (baik secara spontan maupun
melalui intervensi medis atau bedah), akan terjadi sedemikian banyak jaringan
parut sehingga paru tidak lagidapat mengembang secara penuh..Pada kasus ini
terjadi penimbunan cairanserosa dalam rongga pleura dan menyebabkan
hidropneumothoraks pada kolapsyang berkepanjangan paru menjadi rawan
terhadap infeksi, demikian juga rongga pleura jika komunikasi diantara rongga
pleura dan paru menetap.Oleh karena itu, empiema adalah penyulit penting pada
pneumothoraks (pioneumothoraks).Pneumothoraks sekunder cenderung kambuh
jika factor predisposisinya masih ada.
3. Abses Paru
Abses paru adalah suatu daerah local nekrosis supuratifa di dalam parenkim paru, yang
menyebabkan terbentuknya 1 atau lebih kavitas besar.
4. Emfisema
Emfisema ditandai dengan pembesaran permanen rongga udara yang terletak distal dari
bronkiolus terminal disertai desktruksi dinding rongga tersebut.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL


1. Pre operasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
trachea bronkial.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(hipoventilasi).
c. Nyeri berhubungan dengan tekanan tumor pada sekitar struktur dan erosi
jaringan.
2. Pasca operasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah
atauviskositas cairan.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan dan gangguan
saraf internal.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Preoperasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
trachea bronkial.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam mempertahankan
bersihan jalan napas. Kriteria hasil:
- Napas vesikuler
- Hilangnya dyspnea
- Mengeluarkan secret tanpa kesulitan.
Intervensi:
a. Catat perubahan upaya dan pola bernapas.
Rasional: Penggunaan otot interkostal atau abdominal dan pelebaran
nasalmenunjukan peningkatan upaya bernapas.
b. Catat karateristik batuk, produksi dan karateristik sputum.
Rasional: Karateristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab
gagal pernapasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah,
purulen.
c. Pertahankan posisi tubuh atau kepala tepat.
Rasional: Memudahkan jalan napas.
d. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
Rasional: Obat diberikan untuk menghilangan spasme bronkus,
Menurunkanviskositas secret.
e. Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
Rasional:Memungkinkan ekspansi paru maksimal dan membuang secret.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen


(hipoventilasi).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam menunjukan
perbaikansuplai oksigen. Kriteria hasil:
- RR 20x/menit
- Napas vesikuler
- Berkuranganya atau tidak adanya bunyi tambahan (krekels, mengi)
Intervensi:
a. Kaji status pernapasan, catat peningkatan frekuensi pernapasan atau pola
napas.
Rasional: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan
jalannapas.
b. Catat adanya bunyi tambahan, missal krekels, mengi.
Rasional: Bunyi napas dapat menurun, tidak sama pada area yang sakit.
Krekelsadalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebai akibat
peningkatan permiabilitas membrane alveolar-kapiler.Mengi adalah bukti
adanya tahanan atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mukus
atau edema serta tumor.
c. Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga posisiterlentang
sampai posisi miring.
Rasional: Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret.
d. Dorong atau bantu dengan latihan napas dalam
Rasional: Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi.
e. Berikan oksigen tambahan melalui nasal atau masker sesuai indikasi.
Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen
f. Awasi gambaran GDA dan kadar HB.
Rasional: Penurunan PaO2 dapat menunjukan kebutuhan untuk
dukunganventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan
penurunan kapasitas pembawa oksigen, menurunkan PaO2.

c. Nyeri berhubungan dengan tekanan tumor pada sekitar struktur dan erosi
jaringan. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
nyeri dapat diminimalisir. Kriteria hasil:
- Menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative
untuk mengurangi nyeri
- Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
- Mengenali factor-faktor yang meningkatkan dan melakukan
tindakan pencegahan nyeri.
Intervensi:
a. Tawarkan tindakan pengurang nyeri untuk membantu pengobatan nyeri
(tehnik relaksasi, massage punggung)
Rasional: dengan tehnik relaksasi dan massage punggung diharapkan
mampu meminimalisir nyeri yang dirasakan pasien
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat
dietrima
Rasional: mengikutsertakan tingkat nyeri dengan menanyakan seberapa
nyeri yangdirasakan pasien dalam memakai skala nyeri
c. Tingkatkan istirahat/tidur yang adekuat untuk memfasilitasi pengurangan
nyeri
Rasional: dengan istirahat dimampukan pasien mampu mengurangi nyeri
yangdirasakan pasien
d. Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meminimalisir nyeri
Rasional: dengan pengobatan mampu meminimalisir nyeri yang tak
tertahankan pada pasien kanker. Obat yang digunakan adalah obat yang
mengandung morfin.

2. Pasca operasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah
atauviskositas cairan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam secret dapat
dikeluarkan. Kriteria Hasil:
- Bunyi napas vesikuler.
- Cairan secret berkurang.
Intervensi:
a. Auskultasi dada untuk karateristik bunyi napas dan adanya secret
Rasional: Pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukan tertahannya
secret.
b. Bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
Rasional: memungkinkan ekspansi paru dan membuang secret.
c. Observasi jumlah dan karakter sputum atau aspirasi secret.
Rasional: Peningkatan jumlah secret awalnya normal dan harus menurun.
Rasional: Hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam bebas gejala
distress pernapasan. Kriteria Hasil:
- RR 20x/menit
- Napas vesikuler
Intervensi:
a. Catat frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernapasan. Observasi
penggunaanobat bantu, napas bibir.
Rasional: Pernapasan meningkat sebagai akibat nyeri.
b. Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tidak normal.
Rasional: Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang di
operasinormal.
c. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberikan
posisi, penghisapan dan penggunaan alat.
Rasional: Obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi
d. Ubah posisi dengan sering, letakan pada posisi terlentang sampai miring.
Rasional: Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret.
e. Dorong atau bantu dengan latihan napas dalam
Rasional: meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi.

c. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan dan gangguan
saraf internal.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam rasa nyeri
berkurang. Kriteria Hasil:
- Nyeri terkontrol.
- Pasien tampak rileks.
Intervensi:
a. Tanyakan pasien tentang nyeri, karateristik nyeri, dan insensitas pada skala
0-10.
Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien
Rasional: Dapat member petunjuk derajat nyeri.
c. Catat kemungkinan penyebab nyeri baik ptofisiologi dan psilkologi.
Rasional: Insisi poskerolateral lebih tidak nyaman untuk pasien
daripadainsisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas, dan
kehilangan dapat menggangu kemampuan mengatasinya.
d. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional: Takut atau masalah dapat meningkatkan tegangan otot
danmenurunkan ambang persepsi nyeri.
e. Berikan tindakan kenyamanan, dorong dan anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011.Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
Alih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar. Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku
Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 7.Jakarta : EGC.
Sudoto, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta.

You might also like