You are on page 1of 21

MAKALAH

ETIKA BISNIS

DISUSUN OLEH

DITA PITARIA UTARI (01031381621207)

DOSEN PEMBIMBING

EMYLIA YUNIARTIE, SE., M.SI,. AK

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, saya panjatkan kepada ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Makalah ini bertemakan “Etika Bisnis dan Prinsip Etika dalam Bisnis” yang berisikan
hakekat etika bisnis, etika moral, klasifikasi, hak dan kewajiban, teori, dan prinsip otonomi,
kejujuran, dan keadilan. Makalah ini juga bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir saya
pada mata kuliah Etika Bisnis di semester ini.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi. Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal, mampu meningkatkan motivasi pekerja, melindungi
prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula.

B. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud Etika dan Bisnis?
2. apa saja klasifikasi dan konsepsi Etika?
3. Apa yang dimaksud Prinsip otonomi, Prinsip Keadilan dan Prinsip Kejujuran?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika Bisnis.
Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika dalam berbisnis
2. Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar klien tidak berpindah ke
perusahaan lain
3. Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil penulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Etika Bisnis


Menurut Drs. O.P. Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas
asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral.
Karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas
etika bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang
umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan tentang tepat
atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-sistem ekonomi, struktur bisnis.
Contoh praktek etika bisnis yang dihubungkan dengan moral :
Uang milik perusahaan tidak boleh diambil atau ditarik oleh setiap pejabat perusahaan untuk
dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan dengan etika bisnis. Memiliki uang dengan cara
merampas atau menipu adalah bertentangan dengan moral. Pejabat perusahaan yang sadar
etika bisnis, akan melarang pengambilan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi,
Pengambilan yang terlanjur wajib dikembalikan.

B. Definisi Etika & Bisnis


Menurut bahasa Yunani, kata etika berawal dari kata ethos yang memiliki arti sikap,
perasaan, akhlak, kebiasaan, watak. Sedangkan Magnis Suseno berpendapat bahwa etika
merupakan bukan suatu ajaran melainkan suatu ilmu.
Kata kedua adalah bisnis, yang diartikan sebagai suatu usaha. Jika kedua kata tersebut
dipadukan, yaitu etika bisnis maka dapat didefinisikan sebagai suatu tata cara yang dijadikan
sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan berbisnis. Dimana dalam tata cara tersebut
mencakup segala macam aspek, baik dari individu, institusi, kebijakan, serta perilaku
berbisnis.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat, Perusahaan
meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja
unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

C. Etiket Moral, Hukum dan Agama


Dari asal katanya Ethics atau Etika berarti moral sedangkan Ethiquetle atau Etiket berarti
sopan santun.
Ciri-ciri Etiket
Ø Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara
yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta
ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
Ø Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, maka maka etiket tidak
berlaku.
Ø Etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dala suatu kebudayaan, bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.

D. Klasifikasi Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung,
S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia
dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola perilaku
manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya
di masyarakat secara turun-temurun.
2. Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan norma dan
moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan
dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat
umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
3. Etika Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk
berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari
akibat dan tujuan yang ditimbulakan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu
aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak
lain.
4. Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku
kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah
sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak
yang terkait, maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu :
Ø Egoisme : Egoisme yaitu etika yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain
mungkin tidak baik.
Ø Utilitarianisme : Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya semua pihak
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
5. Etika Relatifisme
Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung perbedaan
kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya
berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal,
regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak
atau masyarakat yang bersifat global.

E. Konsepsi Etika
Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah (Bertens, 2002): (i) ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan
hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah Laku seseorang terhadap orang lain, antara lain :

1. Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan diangap baik bila tindakan ini
meningkatkan derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan
derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan. Dalam
implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat
memberikan kebaikan terbesar.

2. Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)


Pada dasarnya, tipe analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam
analisis biaya-keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga keuntungannya. Hanya
proyek-proyek yang perbandingan keuntungan terhadap biayanya paling tinggi saja yang
akan diwujudkan.

3. Etika Kewajiban dan Etika Hak


Etika kewajiban (duty ethics) menyatakan bahwa ada tugas-tugas yang harus
dilakukan tanpa mempedulikan apakah tindakan ini adalah tindakan terbaik. Sedangkan, etika
hak (right-ethics) menekankan bahwa kita semua mempunyai hak moral, dan semua tindakan
yang melanggar hak ini tidak dapat diterima secara etika, Etika kewajiban dan etika hak
sebenarnya hanyalah dua sisi yang berbeda dari satu mata uang yang sama. Kedua teori ini
mencapai akhir yang sama; individu harus dihormati, dan tindakan dianggap etis bila
tindakan itu mempertahankan rasa hormat kita kepada orang lain. Kelemahan dari teori ini
adalah terlalu bersifat individu, hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam penerapannya
sering terjadi bentrok antara hak seseorang dengan orang lain.

4. Etika Moralitas
Pada dasarnya, etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi
orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap salah jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi,
namum moral pribadi akan berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam
kehidupan pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan
bermoral.
Dalam memecahkan masalah, kita tidak perlu binggung untuk memilih konsep mana
yang sebaiknya digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu untuk menganalisis
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat hasil apa yang diberikan masing-
masing teori itu kepada kita.

F. Prinsip Otonomi, Kejujuran, dan Keadilan


Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas dari
kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya
adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.

1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadikewajibannya dalam
dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral
yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena
semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini
salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya
adalah:
Ø Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan
mereka;
Ø Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasukpelayanan yang tinggi
dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Ø Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatanpelanggan, demikian
juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijagakelangsungannyadan ditingkatkan terhadap
produk dan jasa perusahaan;
Ø Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,memasarkan dan
mengiklankan produk.

2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuranmerupakan modal
utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan
komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran.
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
Ø Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara prioritas saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur
melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi
pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan
tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Ø Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik.
Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen
yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen
tersebut beralih ke produk lain.
Ø Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan.
Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.

3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti
tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan
yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
Ø Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hukum
yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar Negara
bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan
bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku
secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Ø Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan
yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan
hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian
tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Ø Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang
merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.

4. Prinsip Hormat terhadap Diri Sendiri


Prinsip ini menekankan bahwa setiap manusia harus memperlakukan dirinya dengan
hormat, melakukan sesuatu yang bernilai pada dirinya. Kita wajib untuk menghormati
martabat kita sendiri. Pertama, kita tidak boleh membiarkan diri kita dipaksa untuk
melakukan sesuatu. Yang kedua, kita jangan membiarkan diri kita terlantar.
Hubungan atara prinsip sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri adalah
bahwa prinsip keadilan dan hormat terhadap diri sendiri merupakan syarat dari prinsip
kebaikan, dan prinsip sikap baik merupakan dasar dari prinsip keadilan, bahwa seseorang
berbuat baik maka ia menjunjung tinggi keadlian.

G. Hak dan kewajiban Bisnis


Dalam menjalankan etika bisnis, setiap karyawan maupun direksi harus mengetahui pasti
hak dan kewajiban mereka, hak dan kewajiban mereka tergantung oleh keahlian dan tugasnya
masing-masing, pengertian hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk
melakukan sesuatu yang telah itentukan oleh undang-undang. Misalnya, hak mendapat
pendidikan dasar, hak mendapt rasa aman. Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan
atau dilaksanankan. Jika tidak dilaksanankan dapat mendatangkan sanksi bagi yang
melanggarnya. Jadi pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang.

H. Teori Etika Lingkungan


1) Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai
pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan
alam, baik secara langsung atau tidak langung.
2) Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan
seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik
yang hidup maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda abiotis
lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya, kewajiban dan tanggung jawab moral
tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama
juga berlaku terhadap semua realitas ekologis.
3) Teori Egosentris
Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris
didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang
dirasa baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik
untuk masyarakat.Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan
manusia sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting “netral”.
4) Teori Biosentrisme
Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga
komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia. Mencakup
alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup (biotic community),
Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni, the life centered theory (hidup sebagai pusat), yang
dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor, land ethic (etika bumi), dikemukakan
oleh Aldo Leopold, dan equal treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer
dan James Rachel.
5) Etika Homosentris
Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini
mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku
lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia.
Etika homosentris sama dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris
mendasarkan penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu pada tujuan dan akibat tindakan itu
bagi individu, maka etika utilitarianisme ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu
berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang.
6) Etika Ekosentris
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini,
lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran etis
ekologi tingkat tinggi yakni deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif
untuk memecahkan dilema etis ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting
adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen
ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab
moralnya sendiri.
7) TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan
lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada
teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan
manusia dengan lingkungan.
8) Etika Antroposentris
Antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan
kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.
Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara
khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan
kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang
ditujukan untuk generasi penerus manusia.
Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup
manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :
Ø Manusia terpisah dari alam,
Ø Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
Ø Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya
Ø Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia
Ø Norma utama adalah untung rugi.
Ø Mengutamakan rencana jangka pendek.
Ø Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin
Ø Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi

I. Prinsip Etika di Lingkungan Hidup


Sebagai pegangan dan tuntunan bagi prilaku kita dalam berhadapan dengan alam , terdapat
beberapa prinsip etika lingkungan yaitu :
1. Sikap Hormat terhadap Alam : Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar
bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.
2. Prinsip Tanggung Jawab : Tanggung jawab ini bukan saja bersifat individu melainkan
juga kolektif yang menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan
tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan isinya.
3. Prinsip Solidaritas : Yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solider, perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan makluk hidup lainnya sehigga mendorong
manusia untuk menyelamatkan lingkungan.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian : Prinsip satu arah , menuju yang lain tanpa
mengaharapkan balasan, tidak didasarkan kepada kepentingan pribadi tapi semata-mata
untuk alam.
5. Prinsip “No Harm” : Yaitu Tidak Merugikan atau merusak, karena manusia mempunyai
kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan
mau merugikan alam secara tidak perlu
6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam : Ini berarti , pola konsumsi dan
produksi manusia modern harus dibatasi. Prinsip ini muncul didasari karena selama ini
alam hanya sebagai obyek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia.
7. Prinsip Keadilan : Prinsip ini berbicara terhadap akses yang sama bagi semua kelompok
dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya
alam dan pelestarian alam, dan dalam ikut menikmati manfaat sumber daya alam secara
lestari.
8. Prinsip Demokrasi : Prinsip ini didsari terhadap berbagai jenis perbeaan keanekaragaman
sehingga prinsip ini terutama berkaitan dengan pengambilan kebijakan didalam
menentukan baik-buruknya, tusak-tidaknya, suatu sumber daya alam.
9. Prinsip Integritas Moral : Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan
prilaku moral yang terhormat serta memegang teguh untuk mengamankan kepentingan
publik yang terkait dengan sumber daya alam.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat, Perusahaan meyakini
prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan
hukum dan peraturan yang berlaku, Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional.
Beberapa poin yang bisa kita jadikan pelajaran:
· Dalam berbisnis kita juga harus mempunyai etika. Jika etika kita kurang baik maka orang
lain akan menilai anda secara negative.
· Jika dalam hal sehari – hari kita sudah terbiasa menerapkan etika yang baik maka akan
terbiasa atau terbawa hingga kita bekerja.
· Etika bisnis merupakan etika profesi yang mempunyai banyak kaitan dengan kegiatan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Kuswahyudi, 2008, Etika Kita Untuk Lingkungan Hidup, Surabaya

Dr. H. Untung Budi, S.H., M.M tahun 2012 “ HUKUM DAN ETIKA BISNIS”, CV Andi
Offset, Yogyakarta

Ernawan, Erni. 2011. Business Ethics. Penerbit: Alfabeta. Bandung

http://ernitatanjung.blogspot.co.id/2015/10/tugas-kelompok-10-etika-bisnis_18.html
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan dan pengetahuan sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah ini pada waktunya.
Makalah ini bertjudul “Etika Bisnis Terdahap Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis”
yang berisikan hakekat etika bisnis, etika moral, hukum dan agama, klasifikasi dan konsepsi
agama serta prinsip otonomi, kejujuran, dan keadilan. Makalah ini juga bertujuan untuk
menyelesaikan tugas akhir saya pada mata kuliah Etika Bisnis di semester ini.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam realitasnya, bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas telah ada
dalam sistem dan struktur yang baku. Bisnis berjalan sebagai proses yang telah menjadi
kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan memenuhi
keinginan dan kebutuhan hidupnya. Sementara itu etika telah dipahami sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mandiri dan karenanya terpisah dari bisnis.

Etika adalah ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar atau
salah, yang baik atau buruk, yang bermanfaat atau tidak bermanfaat. Dalam kenyataannya,
bisnis dan etika dipahami sebagai dua hal yang terpisah bahkan tidak ada kaitan. Jika pun ada
malah di pandang sebagai hubungan negatif, di mana praktek bisnis merupakan kegiatan
yang bertujuan mencapai laba sebesar-besarnya dalam situasi persaingan bebas.

Disamping etika bisnis itu bersifat penting, ada juga hal yang patut diperhatikan oleh
perusahaan atau UKM yakni tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosisal adalah kegiatan
sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu sudah biasa dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu. Berbeda dengan Indonesia, disini
kegiatan CSR baru dimulai beberapa tahun belakangan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa itu etika bisnis?

2. Apa dasar dan prinsip dari etika bisnis?

3. Apa itu tanggung jawab sosial?

4. Apa saja ruang lingkup dalam tanggung jawab sosial?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis Islam

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika atau akhlak dalam bahasa arab yang artinya perangai atau kesopanan akhlaq
adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku. Berakar dari kata Khalaqa yang berarti
menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta, makhluk (yang diciptakan)
dan Khalq(penciptaan). Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat
normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan
oleh seorang individu.

Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas di mana ada usaha untuk mendapatkan
keuntungan Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang
tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya(barang atau jasa) termasuk profit,
namun dibatasi dalam cara memperolehan dan pendayagunaan harta (ada aturan halal dan
haram).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, etika bisnis Islam adalah kegiatan seorang
atau sekelompok orang dalam mencari keuntungan atau profit dengan menggunakan etika
Islam yang tujuan utama mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian Islam memposisikan
bisnis sebagai usaha manusia untuk mencari ridho Allah SWT. Bisnis Islami tidak bertujuan
jangka pendek, individual dan semata-mata hanya mencari keuntungan berdasarkan kalkulasi
matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang yaitu tanggung jawab
pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, negara, dan Allah SWT.

2. Dasar Etika Bisnis Islam

Etika bisnis Islam adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Jika setiap perilaku orang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai
tauhid, maka diharapkan perilakunya adakan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari Allah SWT yang
akan mencatat setiap amal pebuatan yang baik maupun yang buruk. Firman Allah dalam Al-
Quran surat Al-Zalzalah ayat 7-8,

8( ‫) َو َم ْن يَ ْع َم ْل مثْقَا َل ذَ َّرة ش ًَّرا يَ َره‬7( ‫فَ َم ْن يَ ْع َم ْل مثْقَا َل ذَ َّرة َخي ًْرا يَ َره‬

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia


akan melihat (balasan)nya.(7). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(8)”

Itqan adalah seseorang bekerja atau beraktivitas yang di dukung dengan ilmu,
ketrampilan, keahlian, skill (kemampuan), dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang baik dan terarah dengan hasil yang baik pula. Istilah
singkat Itqan adalah kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas atau profesional.
Itqan harus dipadukan dengan ihsan. Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu secara
optimal dan maksimal. Tidak boleh seorang muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan,
tanpa adanya pemikiran, dan tanpa adanya penelitian, kecuali sesuatu yang sifanya darurat.
Akan tetapi, pda umumnya dari hal yang kecil hingga yang besar harus dilakukan secara
ihsan, secara optimal, secara baik, benar, dan tuntas.demikian pula ketika kita melakukan
sesuatu itu dengan baik, benar, terencanadan teorganisasi dengan rapi, maka kita akan
terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu atau mengerjakan sesuatu.[4]

3. Prinsip Etika Bisnis Islam

Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang harus dijadikan pedoman
para pebisnis untuk menjalankan usahanya, yakni.

1. Kesatuan (Unity), adalah sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang


memadukan keseluruhan aspek-apek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik,
dan sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan
teraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama,
ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini, maka etika dan
bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat
penting dalam sistem Islam.

2. Keseimbangan (keadilan), dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam


mengaharuskan untuk berbuat adil, tidak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah: 8. Keseimbangan atau keadilan
menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan
harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta
mencerminkan keseimbangan yang harmonis. Dengan demikian keseimbangan, kebersamaan,
kemoderatan merupakan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun
entitas bisnis.

3. Kehendak bebas, merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi
kebebasan itu tidak mrrugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu di buka lebar.
Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya
dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Berdasarkan prinsip kehendak bebas ini,
manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian termasuk menepati janji atau
mengingkarinya. Tentu saja seorang muslim yang percaya kepada kehendak Allah akan
memuliakan semua janji yang dibuatnya

4. Tanggungjawab (Responsibility). Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas
untu memenuhi keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan
tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Prinsip ini
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggung
jawabatas semua yang dilakukannya.

5. Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran, kebenaran dalam konteks ini selain mengandung
makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengadung pula dua unsur yaitu kebajikan dan
kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap, dan perilaku
benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas
pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Adapun
kebajikan adalah sikap ihsan yang merupakan tindakan yang dapat memberi keuntungan
terhadap orang lain.

B. Tanggung Jawab Sosial Dalam Bisnis

1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dari kepentingan
publik eksternal. Perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan berdasarkan prinsip sukarela dan
kemitraan.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility(CSR) adalah


suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk
tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya
adalah konsumen, karyawan, pemegang saham,komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena
itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi,
terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan
atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari
keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang.

Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan


terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya.

2. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial

Di dalam tanggung jawab sosial, terdapat beberapa ruang lingkup yang harus
diketahui. Adapun ruang lingkup tanggung jawab sosial adalah sebagai berikut.

· Tanggung jawab terhadap lingkungan

Tanggung jawab sosial terhadap lingkungan merupakan kepedulian suatu perusahaan


dalam mengendalikan operasionalnya agar tidak merugikan masyarakat dan lingkungan
sekitar, tetapi seharusnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Bentuk-bentuk
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan yang harus diperhatikan adalah kepedulian atas
polusi udara, polusi air, polusi tanah, pembuangan limbah beracun, daur ulang dan
sebagainya.

· Tanggung jawab terhadap konsumen


Tanggung jawab sosial terhadap konsumen pada umumnya terbagi atas dua kategori,
yaitu menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan harga-harga secara adil.
Perusahaan pun harus memperhatikan hak-hak konsumen, dengan tidak menetapkan harga
yang tidak wajar, dan menjaga etika dalam hal periklanan. Suatu perusahaan yang tidak
bertanggung jawab terhadap pelanggannya akan kehilangan kepercayaan dalam bisnisnya.

· Tanggung jawab terhadap karyawan

Bentuk tanggung jawab sosial terhadap karyawan didasarkan pada aktivitas manajemen
sumber daya manusia dalam melancarkan fungsi-fungsi bisnis seperti proses perekrutan,
penerimaan, pelatihan, promosi, dan pemberian kompensasi. Perilaku tanggung jawab
terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Suatu perusahaan dikatakan
memenuhi tanggung jawab hukum dan sosialnya apabila karyawannya diberi kesempatan
yang sama tanpa memandang faktor-faktor suku, jenis kelamin, atau faktor lainnya yang tidak
relevan. Perusahaan harus mengakui kewajibannya untuk melindungi kesehatan para
karyawannya dengan cara memberikan kesempatan untuk menyeimbangkan pekerjaan
dengan tekanan kehidupan dan preferensi hidup. Perusahaan yang mengabaikan tanggung
jawab itu akan menghadapi resiko kehilangan karyawan yang produktif dan bermotivasi
tinggi. Mereka juga membiarkan dirinya menghadapi tuntutan hukum.

· Tanggug jawab terhadap investor

Perusahaan bertanggung jawab terhadap para investor dengan cara mengelola sumber
daya investor dan memperlihatkan status keuangan para investor secara jujur. Perusahaan
harus menghindari tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap para investor dengan
cara memberikan keterangan yang menyimpang mengenai sumber daya.

· Tanggung jawab terhadap umat

Dalam bisnis Islam, tanggung jawab sebagai pengusaha dan pedagang muslim adalah
membayar zakat dan sedekah kepada yang berhak menerimanya, fakir miskin.

3. Manfaat Tanggung Jawab Sosial

Adapun manfaat dari diterapkannya tanggung jawab sosial di dalam sebuah usaha
adah sebagai berikut.

· Meningkatkan Citra usaha. Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih
mengenal bisnis anda sebagai sebuah usaha yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi
masyarakat.

· Memperkuat “Brand” usaha. Melalui kegiatan memberikan productknowledge kepada


konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran
konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi
brand usaha anda.

· Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan.Dalam


melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi
harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat,
dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para
pemangku kepentingan tersebut.

· Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi bisnis anda. Para investor saat
ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada UKM/perusahaan yang
telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan, lebih
memprioritaskan pemberian bantuan dana padaUKM/perusahaan yang melakukan CSR.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika bisnis Islam adalah kegiatan seorang atau sekelompok orang dalam mencari
keuntungan atau profit dengan menggunakan etika Islam yang tujuan utama mencari ridho
Allah SWT. Dengan demikian Islam memposisikan bisnis sebagai usaha manusia untuk
mencari ridho Allah SWT.

Etika bisnis Islam adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Jika setiap perilaku orang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai
tauhid, maka diharapkan perilakunya adakan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) dengan menerapkan prinsip Itqan dan Ihsan.

Prinsip etika bisnis Islam yang harus di pegang dan diterapkan adalah prinsip
kesatuan, prinsip keadilan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, dan prinsip
kejujuran.

Tanggung jawab sosial adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dari kepentingan
publik eksternal. Perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan berdasarkan prinsip sukarela dan
kemitraan.

Ruang lingkup dari tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab terhadap
lingkungan, konsumen, karyawan, investor, dan umat. Manfaat dari tanggung jawab sosial
bisnis adalah meningkatkan citra usaha, memperkuat “Brand” usaha, mengembangkan kerja
sama dengan para pemangku kepentingan,membuka akses untuk investasi dan pembiayaan
bagi bisnis anda.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2009, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung: Alfabeta.


Aziz, Abdul, 2013, Etika Bisnis Perspektif Islam, Bandung: Alfabeta.

Beekun, Rafik Issa, 2004, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hafidhudin, Didin, dkk, 2008, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press

Yusanto, M. Ismail, 2002, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta: Gema Insani Press.

http://azzaqun.blogspot.co.id/2014/07/makalah-tanggung-jawab-sosial.html di akses pada


tanggal 10 mei 2016 pukul 16.32

You might also like