Professional Documents
Culture Documents
ETIKA BISNIS
DISUSUN OLEH
DOSEN PEMBIMBING
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, saya panjatkan kepada ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Makalah ini bertemakan “Etika Bisnis dan Prinsip Etika dalam Bisnis” yang berisikan
hakekat etika bisnis, etika moral, klasifikasi, hak dan kewajiban, teori, dan prinsip otonomi,
kejujuran, dan keadilan. Makalah ini juga bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir saya
pada mata kuliah Etika Bisnis di semester ini.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi. Biasanya dimulai dari perencanaan
strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal, mampu meningkatkan motivasi pekerja, melindungi
prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula.
B. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud Etika dan Bisnis?
2. apa saja klasifikasi dan konsepsi Etika?
3. Apa yang dimaksud Prinsip otonomi, Prinsip Keadilan dan Prinsip Kejujuran?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika Bisnis.
Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika dalam berbisnis
2. Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar klien tidak berpindah ke
perusahaan lain
3. Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil penulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Klasifikasi Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan Dr. H. Budi Untung,
S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai adalah sikap dan perilaku manusia
dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana adanya. Nilai dan pola perilaku
manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada situasi dan kondisi yang telah membudaya
di masyarakat secara turun-temurun.
2. Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan norma dan
moralitas yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan
dinamika serta kondisi masyarakat. Adanya tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat
umum atau semua pihak dalam menjalankan kehidupannya.
3. Etika Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan dorongan oleh kewajiban untuk
berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari
akibat dan tujuan yang ditimbulakan oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu
aktivitas yang dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak
lain.
4. Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan yang dicapai oleh para pelaku
kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah
sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak
yang terkait, maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu :
Ø Egoisme : Egoisme yaitu etika yang baik menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain
mungkin tidak baik.
Ø Utilitarianisme : Utilitarianisme adalah etika yang baik bagi semua pihak, artinya semua pihak
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
5. Etika Relatifisme
Etika relatifisme adalah etika yang dipergunakan di mana mengandung perbedaan
kepentingan antara kelompok pasrial dan kelompok universal atau global. Etika ini hanya
berlaku bagi kelompok passrial, misalnya etika yang sesuai dengan adat istiadat lokal,
regional dan konvensi, sifat dan lain-lain. Dengan demikian tidak berlaku bagi semua pihak
atau masyarakat yang bersifat global.
E. Konsepsi Etika
Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah (Bertens, 2002): (i) ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak (moral) serta kesusilaan
hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah Laku seseorang terhadap orang lain, antara lain :
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan diangap baik bila tindakan ini
meningkatkan derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan
derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan. Dalam
implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat
memberikan kebaikan terbesar.
4. Etika Moralitas
Pada dasarnya, etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi
orang seperti apa. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap salah jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi,
namum moral pribadi akan berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika perilaku seseorang dalam
kehidupan pribadinya bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga akan
bermoral.
Dalam memecahkan masalah, kita tidak perlu binggung untuk memilih konsep mana
yang sebaiknya digunakan, sebab kita dapat menggunakan semua teori itu untuk menganalisis
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat hasil apa yang diberikan masing-
masing teori itu kepada kita.
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadikewajibannya dalam
dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral
yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena
semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini
salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya
adalah:
Ø Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan
mereka;
Ø Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasukpelayanan yang tinggi
dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
Ø Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatanpelanggan, demikian
juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijagakelangsungannyadan ditingkatkan terhadap
produk dan jasa perusahaan;
Ø Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,memasarkan dan
mengiklankan produk.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuranmerupakan modal
utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan
komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran.
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
Ø Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara prioritas saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur
melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi
pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan
tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
Ø Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik.
Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen
yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen
tersebut beralih ke produk lain.
Ø Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan.
Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti
tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan
yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
Ø Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan
negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan hukum
yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar Negara
bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan
bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku
secara sama bagi semua pelaku bisnis.
Ø Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan
yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan
hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian
tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
Ø Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang
merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan
ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan
ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
Kesimpulan
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat, Perusahaan meyakini
prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan
hukum dan peraturan yang berlaku, Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan
sikap yang profesional.
Beberapa poin yang bisa kita jadikan pelajaran:
· Dalam berbisnis kita juga harus mempunyai etika. Jika etika kita kurang baik maka orang
lain akan menilai anda secara negative.
· Jika dalam hal sehari – hari kita sudah terbiasa menerapkan etika yang baik maka akan
terbiasa atau terbawa hingga kita bekerja.
· Etika bisnis merupakan etika profesi yang mempunyai banyak kaitan dengan kegiatan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Untung Budi, S.H., M.M tahun 2012 “ HUKUM DAN ETIKA BISNIS”, CV Andi
Offset, Yogyakarta
http://ernitatanjung.blogspot.co.id/2015/10/tugas-kelompok-10-etika-bisnis_18.html
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan dan pengetahuan sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah ini pada waktunya.
Makalah ini bertjudul “Etika Bisnis Terdahap Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis”
yang berisikan hakekat etika bisnis, etika moral, hukum dan agama, klasifikasi dan konsepsi
agama serta prinsip otonomi, kejujuran, dan keadilan. Makalah ini juga bertujuan untuk
menyelesaikan tugas akhir saya pada mata kuliah Etika Bisnis di semester ini.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam realitasnya, bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas telah ada
dalam sistem dan struktur yang baku. Bisnis berjalan sebagai proses yang telah menjadi
kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan memenuhi
keinginan dan kebutuhan hidupnya. Sementara itu etika telah dipahami sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mandiri dan karenanya terpisah dari bisnis.
Etika adalah ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar atau
salah, yang baik atau buruk, yang bermanfaat atau tidak bermanfaat. Dalam kenyataannya,
bisnis dan etika dipahami sebagai dua hal yang terpisah bahkan tidak ada kaitan. Jika pun ada
malah di pandang sebagai hubungan negatif, di mana praktek bisnis merupakan kegiatan
yang bertujuan mencapai laba sebesar-besarnya dalam situasi persaingan bebas.
Disamping etika bisnis itu bersifat penting, ada juga hal yang patut diperhatikan oleh
perusahaan atau UKM yakni tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosisal adalah kegiatan
sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu sudah biasa dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu. Berbeda dengan Indonesia, disini
kegiatan CSR baru dimulai beberapa tahun belakangan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut.
PEMBAHASAN
Etika atau akhlak dalam bahasa arab yang artinya perangai atau kesopanan akhlaq
adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku. Berakar dari kata Khalaqa yang berarti
menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta, makhluk (yang diciptakan)
dan Khalq(penciptaan). Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat
normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan
oleh seorang individu.
Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas di mana ada usaha untuk mendapatkan
keuntungan Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang
tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya(barang atau jasa) termasuk profit,
namun dibatasi dalam cara memperolehan dan pendayagunaan harta (ada aturan halal dan
haram).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, etika bisnis Islam adalah kegiatan seorang
atau sekelompok orang dalam mencari keuntungan atau profit dengan menggunakan etika
Islam yang tujuan utama mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian Islam memposisikan
bisnis sebagai usaha manusia untuk mencari ridho Allah SWT. Bisnis Islami tidak bertujuan
jangka pendek, individual dan semata-mata hanya mencari keuntungan berdasarkan kalkulasi
matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang yaitu tanggung jawab
pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, negara, dan Allah SWT.
Etika bisnis Islam adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Jika setiap perilaku orang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai
tauhid, maka diharapkan perilakunya adakan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari Allah SWT yang
akan mencatat setiap amal pebuatan yang baik maupun yang buruk. Firman Allah dalam Al-
Quran surat Al-Zalzalah ayat 7-8,
8( ) َو َم ْن يَ ْع َم ْل مثْقَا َل ذَ َّرة ش ًَّرا يَ َره7( فَ َم ْن يَ ْع َم ْل مثْقَا َل ذَ َّرة َخي ًْرا يَ َره
Itqan adalah seseorang bekerja atau beraktivitas yang di dukung dengan ilmu,
ketrampilan, keahlian, skill (kemampuan), dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh dengan
perencanaan dan pelaksanaan yang baik dan terarah dengan hasil yang baik pula. Istilah
singkat Itqan adalah kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas atau profesional.
Itqan harus dipadukan dengan ihsan. Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu secara
optimal dan maksimal. Tidak boleh seorang muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan,
tanpa adanya pemikiran, dan tanpa adanya penelitian, kecuali sesuatu yang sifanya darurat.
Akan tetapi, pda umumnya dari hal yang kecil hingga yang besar harus dilakukan secara
ihsan, secara optimal, secara baik, benar, dan tuntas.demikian pula ketika kita melakukan
sesuatu itu dengan baik, benar, terencanadan teorganisasi dengan rapi, maka kita akan
terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu atau mengerjakan sesuatu.[4]
Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang harus dijadikan pedoman
para pebisnis untuk menjalankan usahanya, yakni.
3. Kehendak bebas, merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi
kebebasan itu tidak mrrugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu di buka lebar.
Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya
dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Berdasarkan prinsip kehendak bebas ini,
manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian termasuk menepati janji atau
mengingkarinya. Tentu saja seorang muslim yang percaya kepada kehendak Allah akan
memuliakan semua janji yang dibuatnya
4. Tanggungjawab (Responsibility). Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas
untu memenuhi keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan
tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Prinsip ini
menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggung
jawabatas semua yang dilakukannya.
5. Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran, kebenaran dalam konteks ini selain mengandung
makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengadung pula dua unsur yaitu kebajikan dan
kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap, dan perilaku
benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas
pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Adapun
kebajikan adalah sikap ihsan yang merupakan tindakan yang dapat memberi keuntungan
terhadap orang lain.
Tanggung jawab sosial adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dari kepentingan
publik eksternal. Perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan berdasarkan prinsip sukarela dan
kemitraan.
Di dalam tanggung jawab sosial, terdapat beberapa ruang lingkup yang harus
diketahui. Adapun ruang lingkup tanggung jawab sosial adalah sebagai berikut.
Bentuk tanggung jawab sosial terhadap karyawan didasarkan pada aktivitas manajemen
sumber daya manusia dalam melancarkan fungsi-fungsi bisnis seperti proses perekrutan,
penerimaan, pelatihan, promosi, dan pemberian kompensasi. Perilaku tanggung jawab
terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Suatu perusahaan dikatakan
memenuhi tanggung jawab hukum dan sosialnya apabila karyawannya diberi kesempatan
yang sama tanpa memandang faktor-faktor suku, jenis kelamin, atau faktor lainnya yang tidak
relevan. Perusahaan harus mengakui kewajibannya untuk melindungi kesehatan para
karyawannya dengan cara memberikan kesempatan untuk menyeimbangkan pekerjaan
dengan tekanan kehidupan dan preferensi hidup. Perusahaan yang mengabaikan tanggung
jawab itu akan menghadapi resiko kehilangan karyawan yang produktif dan bermotivasi
tinggi. Mereka juga membiarkan dirinya menghadapi tuntutan hukum.
Perusahaan bertanggung jawab terhadap para investor dengan cara mengelola sumber
daya investor dan memperlihatkan status keuangan para investor secara jujur. Perusahaan
harus menghindari tindakan yang tidak bertanggung jawab terhadap para investor dengan
cara memberikan keterangan yang menyimpang mengenai sumber daya.
Dalam bisnis Islam, tanggung jawab sebagai pengusaha dan pedagang muslim adalah
membayar zakat dan sedekah kepada yang berhak menerimanya, fakir miskin.
Adapun manfaat dari diterapkannya tanggung jawab sosial di dalam sebuah usaha
adah sebagai berikut.
· Meningkatkan Citra usaha. Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih
mengenal bisnis anda sebagai sebuah usaha yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi
masyarakat.
· Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi bisnis anda. Para investor saat
ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada UKM/perusahaan yang
telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan, lebih
memprioritaskan pemberian bantuan dana padaUKM/perusahaan yang melakukan CSR.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika bisnis Islam adalah kegiatan seorang atau sekelompok orang dalam mencari
keuntungan atau profit dengan menggunakan etika Islam yang tujuan utama mencari ridho
Allah SWT. Dengan demikian Islam memposisikan bisnis sebagai usaha manusia untuk
mencari ridho Allah SWT.
Etika bisnis Islam adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Jika setiap perilaku orang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai
tauhid, maka diharapkan perilakunya adakan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) dengan menerapkan prinsip Itqan dan Ihsan.
Prinsip etika bisnis Islam yang harus di pegang dan diterapkan adalah prinsip
kesatuan, prinsip keadilan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab, dan prinsip
kejujuran.
Tanggung jawab sosial adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dari kepentingan
publik eksternal. Perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan berdasarkan prinsip sukarela dan
kemitraan.
Ruang lingkup dari tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab terhadap
lingkungan, konsumen, karyawan, investor, dan umat. Manfaat dari tanggung jawab sosial
bisnis adalah meningkatkan citra usaha, memperkuat “Brand” usaha, mengembangkan kerja
sama dengan para pemangku kepentingan,membuka akses untuk investasi dan pembiayaan
bagi bisnis anda.
DAFTAR PUSTAKA
Beekun, Rafik Issa, 2004, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hafidhudin, Didin, dkk, 2008, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press
Yusanto, M. Ismail, 2002, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta: Gema Insani Press.