You are on page 1of 25

Paper

Peran Orang Tua dan Guru Untuk Mencegah Terjadinya

Gangguan Kepribadian Pada Masa Dewasa

Oleh :
Marnie Christine Ondang
17014101113
Masa KKM : 25 Februari 2019 – 24 Maret 2019

Pembimbing :
dr. Herdy Munayang, MA

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Paper yang berjudul

“Peran Orang Tua dan Guru Untuk Mencegah Terjadinya Gangguan Kepribadian

Pada Masa Dewasa”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada Maret 2019

Oleh:

Marnie Christine Ondang


17014101113
Masa KKM : 25 Februari 2019 – 24 Maret 2019

Pembimbing :

dr. Herdy Munayang, MA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

A. Definisi............................................................................................... 3
B. Klasifikasi Gangguan Kepribadian..................................................... 3
C. Etiologi............................................................................................... 5
D. Macam-Macam Gangguan Kepribadian............................................. 7
E. Peran Oang Tua dan Guru Untuk Mencegah Gangguan
Kepribadian........................................................................................ 18

BAB III PENUTUP............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 22

1
BAB I

PENDAHULUAN

Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja,

dewasa hingga lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam

menghadapi suatu masalah. Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian

yang dilakukan seseorang memiliki pola tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri

atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini dikenal sebagai karakter atau

kepribadian. Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang

merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam

kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan.1

Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan

dan pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau

konstitusional yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru

stabil sesudah anak berusia beberapa tahun. Perkembangan kepribadian

merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor: konstitusi (genetik, temperamen),

perkembangan dan pengalaman hidup (lingkungan keluarga, budaya).1,2

Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis.

Prevalensinya diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh populasi dan

durasinya dapat berlangsung selama beberapa dekade. Orang dengan gangguan

kepribadian umumnya dicap menjengkelkan, menganggu dan bersifat parasit dan

secara umum dianggap memiliki prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah

dari seluruh pasien psikiatrik memiliki gangguan kepribadian, yang seringkali

komorbid dengan kondisi Aksis I. Gangguan kepribadian merupakan faktor

predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain (contoh penyalahgunaan zat, bunuh

1
diri, gangguan afektif dan gangguan cemas) di mana hal ini mengganggu hasil

pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan menderita ketidakmampuan (cacat)

personal, morbiditas dan mortalitas pasien. 1,2

Dari penelitian yang dilakukan oleh John dimana ia menggunakan treatment

psikoterapi dengan metode 10 bagian. 10 bagian psikoterapi ini harus

menggunakan 3 buah instrument yang sudah ditetapkan. Metode ini membuka

wawasan pasien dengan metode penggunaan sebuah kasus yang menghasilkan

hasil yang baik pada pasien.2,3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kepribadian adalah totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai

kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya. Kepribadian

bersifat relatif stabil dan dapat diramalkan. Gangguan kepribadian adalah suatu

varian kepribadian yang tidak fleksibel dan maladaptif serta menyebabkan

gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif. 1,2

Individu dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptif, tidak

fleksibel serta mendarah daging yang berhubungan dan mengesankan lingkungan

dan dirinya sendiri. Gejala gangguan kepribadian yaitu aloplastik (mampu

mengadaptasi dan mengubah lingkungan eksternal) dan egosintonik (dapat

diterima oleh ego), serta tidak merasa cemas dengan perilaku maladaptifnya

karena tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan oleh masyarakat

sebagai gejalanya. Individu mungkin menyangkal masalahnya, dianggap tidak

termotivasi untuk melakukan pengobatan, menolak bantuan psikiatrik dan

dianggap tidak mempan terhadap pemulihan. 1,2

B. Klasifikasi Gangguan Kepribadian1,2

1. Kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan

skizotipal. Individu dengan gangguan kepribadian tersebut seringkali

tampak aneh dan eksentrik.

2. Kelompok B terdiri dari gangguan kepribadian dissosial, ambang

(borderline), histrionik dan narsistik. Individu dengan gangguan

3
kepribadian tersebut seringkali tampak dramatik, emosional dan tidak

menentu.

3. Kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan

obsesif-kompulsif.

4. Gangguan kepribadian yang tidak ditentukan yaitu gangguan kepribadian

pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif.

Individu dengan gangguan kepribadian yang tergolong kelompok C dan

gangguan kepribadian yang tidak ditentukan seringkali tampak cemas atau

ketakutan. Seseorang bisa memiliki satu atau lebih gangguan kepribadian dan

masing-masing gangguang kepribadian tersebut harus didiagnosis dan dikode

pada aksis II menurut DSM-IV. 1,2

Pada pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa ke III (PPDGJ-III)

gangguan kepribadian khas dibagi menjadi : 3,4

F60 Gangguan kepribadian khas

F60.0 Gangguan kepribadian paranoid

F60.1 Gangguan kepribadian skizoid

F60.2 Gangguan kepribadian disossional

F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil

.30 Tipe impulsif

.31 Tipe ambang

F60.4 Gangguan kepribadian histrionik

F60.5 Gangguan kepribadian anankastik

F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

F60.7 Gangguan kepribadian dependen

4
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya

F60.9 Gangguan kepribadian YTT

C. Etiologi

Faktor Genetik

Faktor genetik memiliki peran dalam terjadinya gangguan kepribadian. Gangguan

kepribadian kelompok A lebih sering ditemukan pada saudara biologis dari pasien

skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol. Banyak ditemukan saudara dengan

gangguan kepribadian skizotipal pada mereka yang memiliki riwayat keluarga

skizofrenia. Pada kelompok B, gangguan kepribadian dissosial berhubungan

dengan penyalahgunaan alkohol, individu dengan gangguan kepribadian ambang

memiliki banyak saudara dengan gangguan mood serta ada hubungan yang kuat

antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan somatisasi. 3,4

Faktor Temperamental

Faktor temperamental berhubungan dengan gangguan kepribadian pada

masa dewasa. Sebagai contoh, anak-anak yang secara temperamental ketakutan

mungkin mengalami gangguan kepribadian menghindar. 3,4

Gangguan kepribadian mungkin berasal dari ketidaksesuaian antara

temperamen orang tua dan cara membesarkan anak. Contohnya adalah seorang

anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang juga seorang pencemas maka anak

tersebut lebih rentan mengalami gangguan kepribadian dibandingkan dengan anak

yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang tenang. Kultur yang memaksakan agresi

mungkin secara tidak disadari berperan dalam terjadinya gangguan kepribadian

paranoid dan dissosial. Lingkungan fisik juga mungkin memiliki peran, contohnya

5
yaitu seorang anak kecil yang aktif mungkin tampak hiperaktif jika tinggal di

apartemen kecil yang tertutup tetapi tampak normal di ruang kelas yang besar

dengan lapangan yang berpagar. 3,4

Faktor Biologis

Hormon dan neurotransmitter memiliki peran pada gangguan kepribadian.

Individu dengan sifat impulsif seringkali menunjukkan peningkatan kadar

testosteron, 17-estradiol dan estrone. Pada primata bukan manusia ditemukan

bahwa androgen meningkatkan sifat agresif dan perilaku seksual. Monoamin

oksidase (MAO) trombosit juga berperan. Pelajar dengan MAO trombosit yang

rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu dalam aktivitas sosial

dibandingkan pelajar dengan MAO trombosit yang tinggi. Serotonin adalah

neurotransmitter yang menurunkan depresi dan impulsivitas. Metabolit serotonin

yaitu 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) ditemukan rendah kadarnya pada

orang yang berusaha bunuh diri serta pada pasien yang impulsif dan agresif.

Adanya disfungsi sistem saraf pusat berisiko terjadinya gangguan kepribadian,

khususnya gangguan kepribadian dissosial dan ambang. 3,4

Faktor Psikoanalitik

Cap kepribadian yang unik pada masing-masing individu sangat ditentukan

oleh mekanisme pertahanan karakteristik orang tersebut. Masing-masing

gangguan kepribadian memiliki kelompok mekanisme pertahanan yang

membantu klinisi mengenali tipe patologi karakter yang ada. Sebagai contoh,

orang dengan gangguan kepribadian skizoid berhubungan dengan penarikan diri.


3,4

6
Jika mekanisme pertahanan berfungsi baik, penderita dengan gangguan

kepribadian mampu mengatasi perasaan kecemasan, depresi, kemarahan, malu

atau bersalah. Penderita sering memandang perilakunya sebagai egosintonik yang

berarti perilaku penderita tersebut tidak menimbulkan penderitaan pada diri

penderita meskipun dapat merugikan orang lain. Penderita mungkin tidak mau

melakukan terapi karena mekanisme pertahanan mereka penting dalam

pengendalian hal yang tidak menyenangkan dan mereka tidak berminat untuk

menghilangkan mekanisme pertahanan tersebut. Sebagai contoh, banyak orang,

khususnya mereka yang dicap skizoid, menggunakan pertahanan fantasi mereka

secara berlebihan. Mereka mencari penghiburan dan kepuasan dalam diri mereka

sendiri dengan menciptakan kehidupan khayalan, khususnya teman khayalan, di

dalam pikiran mereka sendiri. Mereka seringkali tampak menjauhkan diri, tetapi

sebenarnya hal tersebut terjadi karena mereka mengalami ketakutan akan

keintiman. 3,4

D. Macam-Macam Gangguan Kepribadian

a. Gangguan Kepribadian Paranoid

Ganguan kepribadian paranoid ditandai dengan ketidakpercayaan terhadap

orang lain bahwa orang lain berniat buruk kepadanya, berniat pervasif, awitan

dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks. Pasien dengan gangguan

kepribadian paranoid mempunyai kecurigaan terus-menerus dan berlebihan bahwa

orang disekitarnya memilki motif jahat. Mereka menolak bertangguang jawab atas

perasaan mereka sendiri dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain.

Mereka sering kali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah.5

7
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini merupakan mekanisme

pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif

merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan

dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan

objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasisosial, orang dengan kepribadian

paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan

ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif- behavioral, orang

dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu

membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak.3,5

Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki

kemampuan untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap

orang lain, selain itu mereka pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan

dengan dunia nyata, dengan kata lain berada dalam kesadaran saat mengalami

kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan. Penderita akan merasa

sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di dalam

lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan

bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan

dimanfaatkan oleh orang lain.2

Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh pengalaman

masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa

mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa

percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari

berkembangnya gangguan ini.4

b. Gangguan Kepribadian Skizoid

8
Gangguan kepribadian skizoid ditandai dengan tidak adanya keinginan dan

tidak menikmati hubungan sosial, mereka tidak memiliki teman dekat. Orang

dengan gangguan ini tampak tidak menarik karena tidak memiliki kehangatan

terhadap orang lain dan cenderung untuk menjauhkan diri. Jarang sekali memiliki

emosi yang kuat, tidak tertarik pada seks dan aktivitas-aktivitas yang

menyenangkan. Mereka mungkin menjalani kehidupan mereka sendiri dan

hubungan dengan orang lain sangat kecil. Riwayat kehidupan orang tersebut

mencerminkan minat sendirian dan pada keberhasilan pekerjaan yang

tidak kompetitif dan sepi yang sukar ditoleransi oleh orang lain. Kehidupan

seksual mereka mungkin hanya semata-mata dalam fantasi, dan mereka mungkin

menunda kematangan seksualitas tanpa batas waktu tertentu. Mampu

menanamkan sejumlah besar energi afektif dalam minat yang bukan manusia,

seperti matematika dan astronomi, dan mereka mungkin sangat tertarik pada

binatang. Walaupun terlihat mengucilkan diri, tapi pada suatu waktu ada

kemungkinan orang tersebut mampu menyusun, mengembangkan dan

memberikan suatu gagasan yang asli dan kreatif. 5,6

c. Gangguan Kepribadian Dissosial (Antisosial)

Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau

kriminal. Gangguan ini lebih pada ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial

yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien.

Gangguan ini muncul sebelum usia 15 tahun yang ditandai dengan perilaku nakal,

lari dari rumah, sering berbohong, mencuri, membakar, atau merusak dengan cara

lain. Pola tindakan ini berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan tidak

memiliki tanggung jawab, bekerja tidak konsisten, melawan hukum, agresif,

9
gegabah, impulsif, dan gagal dalam merencanakan sesuatu. Pasien umunya tidak

memiliki rasa malu, miskin emosi baik emosi positif maupun negatif dan

memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya. Kurang mengalami

kecemasan sehingga tidak belajar dari kesalahannya. Karena tidak memiliki emosi

positif, ia menjadi orang yang tidak memiliki tanggung jawab terhadap orang lain.

Menurut teori biologis, gangguan ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :5,6

a. Kelebihan kromosom Y (laki-laki),menyebabkan pola XYY bukan

XY yang normal pada kromoson 23 tetapi teori ini tidak diterima.

b. Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-laki.

c. Adanya keabnormalan pada otak

d. Karena kurang belajar dan perhatian yang neuropsikologis,

e. Faktor keturunan.

Sedangkan menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan oleh :

a. Kondisi keluarga yang disharmoni dan ketidak konsistenan dalam

pengasuhan anak.

b. Orang tua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku

anak yang tidak benar.

c. Orang tua yang tidak menunjukkan afeksi.

d. Pendidikan yang didapat kurang memadai.

e. Adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial

yang ayahnya antisosial.

Juga adanya penelitian korelasional yang menunjukkan bahwa banyak

pasien dengan antisosial yang depresif dan cemas. Hanya saja belum ditemukan

apakah itu penyebab atau dampak dari gangguan kepribadian antisosial.7

10
d. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

Individu dengan kepribadian ini memperhatikan sifat yang lain dari perilakunya

sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah agresivitas terhadap stres yang kecil

saja tanpa mempertimbangkan akibatnya. Segera sesudahnya penyesalan akan

kejadian itu tatapi hanya sebentar. Pada waktu kejadian itu ia tidak dapat

menguasai dirinya, sebab mungkin karena ledakan afektif terjadi disorganisasi

pada persepsi, penilaian, dan pemikirannya. Emosinya sangat tidak stabil.

Terdapat dua varian khas yang berkaitan dengan impulsivitas dan kurangnya

kontrol diri yaitu : 5,6

1. Tipe impulsive

Ciri khas yang dominan adalah ketidakstabilan emosional dan

kekurangan pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan

perilaku menganca lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap

kritik orang lain.

2. Tipe ambang

Ciri khas ketidakstabilan emosional yaitu gambaran diri pasien, tujuan

dan preferensi internalnya (termasuk seksual) sering kali tidak jelas atau

terganggu. Biasanya terdapat perasaan kosong yang kronis.

Kecenderungan terlibat dalam pergaulan yang erat dan tidak stabil dapat

menyebabkan krisis emosional yang berulang dan mungkin disertai

dengan usaha yang berlebihan untuk menghindarkan dirinya

ditinggalkan dan serangkaian ancaman bunuh diri atau tindakan

11
membahayakan diri (meskipun hal ini dapat terjadi tanpa pencetus yang

nyata).7

e. Gangguan Kepribadian Histrionik

Gangguan kepribadian histrionik ditandai oleh perilaku yang bermacam-

macam, dramatik, ekstovert pada orang yang meluap-luap dan emosional, seringkali

terdapat ketidakmampuan untuk mempertahankan hubungan yang mendalam dan

berlangsung lama. Pasien dengan gangguan kepribadian hitrionik menunjukkan

perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka cenderung memperbesar pikiran

dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar lebih penting dibandingkan

kenyataannya. Perilaku menggoda sering ditemukan baik pada pria maupun

wanita. Pada kenyataannya, pasien histrionik mungkin memiliki

disfungsi psikoseksual, wanita mungkin anorgasmik dan pria cenderung

mengalami impotent. Mereka mungkin mengeluarkan impuls seksual mereka

untuk menentramkan diri mereka dan untuk menunjukkan bahwa mereka menarik

bagi jenis kelamin yang lain. Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada

habisnya. Ditinjau dari teori psikoanalisa, gangguan ini dapat muncul karena

adanya parental seductiveness khususnya ayah terhadap anak perempuan. Orang

tua yang mengatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kotor tapi tidak sesuai

dengan perilaku yang ditunjukkan dimana perilaku menunjukkan bahwa seks itu

adalah hal yang menyenangkan dan diinginkan.7

f. Gangguan Kepribadian Anankastik

Gangguan kepribadian anakastik disebut juga gangguan kepribadian Obsesif

kompulsif. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif terlalu

12
berfokus pada ketertiban dan kesempurnaan (perfeksionis dan infleksibilitas yang

pervasif). Mereka harus melakukan segala sesuatu dengan benar dan hal ini sering

mengganggu produktivitas mereka. Mereka cenderung terjebak dalam rincian dan

kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka menetapkan standar yang tinggi

dan tidak masuk akal untuk diri mereka sendiri dan orang lain, dan cenderung

sangat kritis terhadap orang lain. Mereka menghindari bekerja di tim, percaya

orang lain terlalu ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindar membuat

keputusan karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang bermurah hati

menganai waktu dan uang. Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan

emosi, kaku, terlalu fokus pada sesuatu yang detail dan pengabdian yang

berlebihan dalam bekerja. Pasien dengan ganguan kepribadian histrionik

menanggapi kritik secara buruk atau tampak acuh tak acuh terhadap kritik.

Persahabatan mereka sering rapuh karena mereka tidak mampu menunjukkan

empati dan berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka

sendiri. 5,6,7

g. Gangguan Kepribadiann Cemas (Menghindar)

Orang dengan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan

yang ekstrim terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan diri dari kehidupan

sosial. Sebenarnya mereka tidak asosial karena menunjukkan keinginan yang kuat

untuk berteman tetapi mereka malu, mereka memerlukan jaminan yang kuat dan

penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim. Orang dengan gangguan ini menginginkan

hubungan dengan orang lain yang hangat dan aman tetapi kerena perasaan ketakutan

mereka akan penolakan mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar

13
orang lain, seringkali komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan

atau ejekan. Saat berbicara dengan seseorang, mereka mengekspresikan

ketidakpastian dan tidak memiliki kepercayaandiri dan mungkin berbicara dalam

cara yang merendahkan diri sendiri. Pada umumnya sifat dari orang dengan

gangguan kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori

kognitif behavioral, pasien sangat sensitive terhadap penolakan karena adanya pengalaman

masa kanak-kanak,misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang tua.6

h. Gangguan Kepribadian Dependen

Orang dengan gangguan kepribadian dependen, menempatkan kebutuhan

mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Mereka meminta orang lain untuk

mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak

memiliki kepercayaan diri dan mungkin mengalami rasa tidak nyaman yang kuat

jika sedang sendirian. Gangguan kepribadian dependen ditandai oleh

ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan gangguan ini

tidak mampu untuk mengambil keputusan tanpa nasehat dan pertimbangan

yang banyak dari orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan

untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan

kepribadian dependen. Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena

adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat

melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan anaknya.7

i. Gangguan Kepribadian Khas Lainnya

Gangguan Kepribadian Narsistik

14
Orang dengan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya rasa kepentingan dan perasaan

kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan penting.

Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah sekali jika adaorang yang

berani mengkritik mereka, atau mereka mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap

kritik. Yang mencolok adalah perasaan akan kebesaran nama mereka. Persahabatan mereka

rapuh dan mereka dapat menyebabkan orang lain marah karena mereka menolak mematuhi

aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukkan empati, dan mereka berpura-

pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Pasien memiliki harga diri yang

rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah

pekerjaan adalah stress-stress yang sering dihasilkan oleh pasien dengan narsistik karena

perilakunya. Menurut pandangan psikoanalitik tradisonal, gangguan histrionok dan narsistik

merupakan variensi histeria. Dan bila dilihat dari sudut pandang psikoanalisis yang kognitif,

kedua gangguan ini (gangguan histrionik dan gangguan narsistik) adalah akibat dari

ketidakmampuan memfokuskan diri pada yang detail atau yang khusus, jadi dalam memahami

situasi dan problem dilakukan secara global.6,7

j. Gangguan Kepribadian Yang Tidak Tergolongkan

Kategori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi kepribadian yang

tidak memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian spesifik. Contohnya adalah

adanya ciri-ciri lebih dari satu gangguan kepribadian spesitik yang tidak

memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan kepribadian (kepribadian

campuran) tetapi bersama-sama menyebabkan penderitaan yang bermakna secara

klinis atau gangguan dalam satu atau lebih fungsi penting (misalnya, sosial atau

pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan jika klinis menganggap bahwa

15
suatu gangguan kepribadian spesifik yang tidak dimasukkan kedalam klasifikasi

ini adalah sesuai. Contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan

gangguan kepribadian depresif.6

Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif

Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh obstruksionisme

(senang menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan

tidak efisien. Perilaku tersebut adalah manifestasi dari agresi yang mendasari,

yang diekspresikan secara pasif. Pasien gangguan kepribadian pasif-agresif secara

karakteristik adalah suka menunda-nunda, tidak menerima permintaan untuk

kinerja yang optimal, tidak bersedia meminta maaf, dan cenderung untuk mencari

kesalahan pada diri orang lain walaupun pada orang tempat mereka bergantung,

tetapi mereka menolak untuk melepaskan mereka sendiri dari hubungan

ketergantungan. Mereka biasanya tidak memiliki ketegasan tentang kebutuhan dan

harapan mereka. Orang dengan gangguan ini tidak memiliki kepercayaan pada diri

sendiri dan biasanya pesimistik akan masa depan. Mereka memendam rasa

amarah dan permusuhan yang diekspresikan dengan cara tidak langsung tapi

menggunakan cara yang menyakitkan. Tidak sensitive terhadap kritik dan selalu

menganggap dirinya benar. Dari sudut kognitif-behavioral, pasif-agresif

berkembang dari kepercayaan bahwa ekspresi terbuka dan kemarahan adalah

berbahaya. Menuntut orang lain harus tahu apa yang diinginkan, tanpa

ia memintanya.5,6

Gangguan Kepribadian Depresif

16
Orang dengan gangguan kepribadian depresif adalah orang yang pesimistik,

anhedonik, terikat pada kewajiban, meragukan diri sendiri dan tidak gembira

secara kronis. Penyebab gangguan kepribadian depresif tidak diketahui, tetapi

faktor yang terlibat dalam gangguan distimik dan gangguan depresif berat

mungkin bekerja. Teori psikologis melihat adanya kehilangan pada awal

kehidupan, pengasuhan orang tua yang buruk, super ego yang menghukum, dan

perasaan ekstrim. Deskripsi klasik tentang kepribadian depresif diajukan tahun

1963 oleh Arthur Noyes dan Laurence Kolb Mereka merasakan kegembiraan

kehidupan yang normal tapi hanya sedikit, dan cenderung kesepian dan serius,

tampak sedih, patuh, pesimistik dan rendah diri. Mereka rentan untuk

mengekspresikan penyesalandan perasaan ketidakberdayaan dan putus asa.

Mereka seringkali teliti, perfeksionistik, sangat berhati-hati, asyik dengan

pekerjaan, merasa bertanggung jawab dengan tajam, dan mudah berkecil hati di

kondisi yang baru. Mereka ketakutan akan celaan, cenderung menderitadalam

kesepian dan kemungkinan mudah menangis, walaupun biasanya tidak di hadapan

orang lain. Suatu kecenderungan untuk merasa ragu-ragu, tidak dapat mengambil

keputusandan berhati-hati menghianati perasaan ketidak amanan yang melekat.

Terdapat 7 kelompok sifat depresif :6,7

1. Tenang introvert, pasif, tidak sombong;

2. Bermuram durja, pesimistik,serius, dan tidak dapat merasakan

kegembiraan;

3. Mengkritik diri sendiri, menyalahkan dirisendiri, dan menghina diri

sendiri;

4. Bersifat ragu-ragu, kritik orang lain, sukar untuk memaafkan;

17
5. Berhati-hati, bertanggung jawab dan disiplin diri;

6. Memikirkan hal yang sedih dan merasa cemas;

7. Asyik dengan peristiwa negatif, perasaan tidak berdaya dan kelemahan

pribadi.7

E. Peran Orang Tua dan Guru Untuk Mencegah Gangguan Kepribadian

Peran Guru

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar

mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. 6,7

Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas,

tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.

Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran,

melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. 6,7

Peran guru dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya tampil lagi

sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini,

melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager

belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru

masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong

siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan

mencapai prestasi setinggi-tingginya. 6,7

18
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap

memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat

digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling

modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap,

sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan

merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat

tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau

teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah

kehidupannya. 6,7

Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi

bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda

sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau proses belajar

mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada

gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di

sekolah. 6,7

Peran Orang Tua

Banyak aktivitas atau cara untuk mencegah anak dari ganggaun kepribadian

seperti mengajak anak untuk melakukan pendekatan dan beribadah keapada Tuhan

Yang Maha Esa, melakukan hobi yang mereka senangi, berolahraga,

mendengarkan tanpa menghakimi dan memberi dukungan postif dan informasi

yang tepat, menerapkan konsep disiplin yang konsisten pada anak, berkomunikasi

yang baik dan efektif antara anak dan orang tua, mendampingi anak ketika

menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil keputusan bagi anak. 6,7

19
Oleh karena itu, sudah waktunya orang tua sebagai sumber pertama yang

mengetahui tentang perkembangan dan pertumbuhan sang anak dan harus

memberikan proteksi untuk mencegah gangguan mental pada anak. Semua untuk

meminimalisirkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti bunuh diri, psikosomatis

dan gangguan mental lainnya agar kita bisa optimal dan sehat selalu dalam

menjalankan berbagai aktivitas. Dan juga apabila orang tua menemukan tanda-

tanda gangguan kepribadian bisa segera dikonsultasikan kepada dokter ahli

kejiwaan.6,7

20
BAB III

PENUTUP

Siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian.

Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat

diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis

(hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu

adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga

tergantungdari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).

Dalam pengobatan perlu diingat bahwa sifat-sifat gangguan kepribadian

khas termasuk dalam pola seumur hidup dan penderita tidak mempunyai motivasi

dasar untuk berubah. Tetapi dapat memfokus pada spek kerugian akibat perilaku

itu. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik melalui

psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan

teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian. Selain

daripada terapi individual yang berlangsung lama, ada baiknya bila penderita dimasukka ke

dalam terapi kelompok sehingga ia dapat belajar cara-cara yang baru mengenai hubungan antar

manusia. Ia memerlukan model atau contoh untuk dapat diambil pelajaran. Ia memerlukan juga

orang-orang yang dapat ia melakukan identifikasi serta orang-orang yang secara tetap dapat

memberi umpanbalik kepadanya tentang akibat perilakunya pada orang lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock B, Sadock V. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of

Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2017


2. Willy F. Maramis dan Albert A. Maramis. 2009. Catatan ilmu kedokteran

jiwa. Edisi 2. Pusat penertibitan dan percetakan UNAIR. Surabaya.


3. Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. 2010. Buku Ajar Psikiatri.

Badan Penerbit FK UI. Jakarta.


4. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari

PPDGJ III, Jakarta.


5. Antisocial Personality Disorder among Prison Inmates: The Mediating Role

of Schema-Focused Therapy. International Journal of Emergency Mental

Health and Human Resilience. 2015;17(1):327-332.


6. Wiley J. Complex Case Emotional processing in a ten-session general

psychiatric treatment for borderline personality disorder: a case study.

Personality and Mental Health. 2015;9:73-78.


7. Jeffrey S, Rathus, Spencer A, et al. Psikologi abnormal jilid dua edisi

kelima. 2002. Jakarta : Erlangga.

22

You might also like