You are on page 1of 23

DEPARTEMEN ILMU LAPORAN KASUS

KESEHATAN MASYARAKAT MEI 2019


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

KEDOKTERAN KELUARGA
HEALTH AND NUTRITION CLINIC

OTITIS EKSTERNA DIFUS

Disusun Oleh
MUTIA ILYAS
C014172136

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : MUTIA ILYAS


NIM : C014172136
Periode Kepaniteraan : 8 APRIL – 2 JUNI 2019
Judul Laporan Kasus : OTITIS EKSTERNA DIFUS

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik


kedokteran keluarga Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin di Health and Nutrition
Clinic.

Makassar, Mei 2019


Mengetahui,

Pembimbing

dr. Alifia Ayu Delima

1
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. PB
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Jl. Pampang 2
Agama : Islam
No. BPJS : 0001193882725

B. ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri telinga kanan
Riwayat perjalanan penyakit
Nyeri di telinga kanan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan terasa kadang menurun.
Riwayat pasien pernah berenang 2 minggu yang lalu dan kemasukan air di
telinga kanan. Saat itu pasien datang periksa ke klinik ditemukan sekret
pada telinga kanan. Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat keluar
cairan dari dalam telinga disangkal. Riwayat pusing disangkal. Riwayat
batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat pada penyakit telinga sebelumnya (-), riwayat tonsilofaringitis (+)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota
keluarga pasien.

Riwayat Pengobatan
Demacolin 2x1

2
Dexamethasone 2x1
B com tab 1x1

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Sakit sedang / Gizi baik / Kompos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mm/Hg
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 88 x/menit
Kepala : rambut hitam, lurus, sulit dicabut
Mata
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm ODS
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Telinga :

Status Lokalis:
Telinga:
Gambar :

Bagian Telinga Telinga kiri Telinga kanan


Deformitas (-), hiperemis Deformitas (-), hiperemis
Aurikula
(-), edema (-) (-), edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Daerah preaurikula fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
tekan tragus (-) tekan tragus (+)
Daerah Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),

3
retroaurikula fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
tekan (-) tekan (-)
Serumen (-), edema (-), Serumen (-), edema (+),
Meatus akustikus hiperemis (-), furunkel (-), hiperemis (+), furunkel (-
otorea (-) ), sekret (+)
Membran timpani Sulit dinilai Sulit dinilai

Hidung : rhinorrhea tidak ada, epistaksis tidak ada


Mulut : stomatitis tidak ada, perdarahan ginggiva tidak ada
Bibir : tidak kering
Lidah : lidah kotor tidak ada
Tenggorokan : hiperemis
Tonsil : T0/T0
Leher
Kaku kuduk : tidak ada
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

Paru
Inspeksi : simetris kiri sama dengan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : vokal fremitus kiri sama dengan kanan, nyeri tekan tidak
ada, massa tumor tidak ada
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki tidak ada, whezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas atas jantung ICS II sinistra
batas kanan jantung ICS VI linea parasternalis dextra
batas kiri jantung ICS V linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni reguler, murmur tidaka ada
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas

4
Auskultasi : peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : nyeri tekan ada pada regio epigastrium, lien tidak teraba,
hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas : hangat, deformitas tidak ada, edema tidak ada
Kulit : tidak ada kelainan

C. RESUME
Nyeri di telinga kanan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan terasa kadang menurun.
Riwayat pasien pernah berenang 2 minggu yang lalu dan kemasukan air di
telinga kanan. Saat itu pasien datang periksa ke klinik ditemukan sekret
pada telinga kanan. Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat keluar
cairan dari dalam telinga disangkal. Riwayat pusing disangkal. Riwayat
batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga disangkal. Riwayat pada penyakit
telinga sebelumnya (-), riwayat tonsilofaringitis (+). Tidak ada riwayat
gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota keluarga pasien. Riwayat
Pengobatan Demacolin 2x1, Dexamethasone 2x1, B com tab 1x1

Keadaan umum : sakit sedang / gizi baik / kompos mentis


Tekanan darah : 100/70 mm/Hg
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 88 x/menit
Telinga :
-Nyeri tekan pada tragus telinga kanan (+)
-Meatus akustikus: sekret (+), edema (+), hiperemis (+)

D. DIAGNOSIS
Otitis Eksterna Difus
E. ANJURAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT
a. Promotif: menjelaskan tentang penyakit otitis eksterna difus

5
b. Preventif:
Pasien harus menjaga agar telinganya tidak kemasukan air
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan
cotton bud terlalu sering.
c. Kuratif:
Pada saat datang control pasien tidak diberikan obat, pasien dirujuk ke
dokter spesialis THT
d. Rehabilitatif: -
F. PROGNOSIS: dubia ad bonam
G. KONSELING
Mengedukasi pasien bahwa:
 Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.
Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi
membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga
kebersihan liang telinga. Pasien dianjurkan untuk sementara
menghentikan aktivitas berenang dan menjaga telinga agar tetap selalu
kering. Pembersihan liang telinga dengan mengorek-ngorek telinga
dengan benda asing seperti cotton bud tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan trauma atau iritasi.

6
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma
local dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma
local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan
eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).1 Istilah
otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian
luar. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
dan proteus, atau jamur.4
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna
sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor
pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang
merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984)
menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang
telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk
(1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit yang terutama timbul pada
musim panas dan merupakan bentuk otitis eksterna yang paling umum. Terjadinya
kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi
kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Embirologi dan Anatomi Telinga Luar

Gambar. Anatomi Telinga

Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan
liang telinga (canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan
telinga dalam oleh membran timpani. aurikula dan 1/3 lateral liang telinga tediri
dari kartilago elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah
kecil jaringan subkutan yang ditutupi oleh kulit dan adneksanya. Hanya lobulus
pinna yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak.

Gambar. Perkembangan Aurikula


Aurikula berasal dari enam tonjolan mesenkim, tiga tonjolan dari arkus
brankial pertama dan lainnya dari arkus brankial kedua. Pada kehamilan yang
normal tonjolan mesenkim kartilaginosa bersatu membentuk aurikula. Aurikula
akan berpindah posisi menjadi lebih tinggi yaitu dari posisi semula dekat
comissura lateralis oris ke area temporal dengan pertumbuhan selektif dari
mandibula.
Kanalis akustikus eksterna merupakan derivat dari celah brankial pertama
ektodermantara mandibula (I) dan lengkung hyoid (II). Epitel yang melapisi celah
ini bertemu dengan endoderm dari lengkung faringeal pertama yang kemudian
membentuk membran timpani dan menjadi batas medial dari kanalis akustikus

8
eksterna. Jaringan ikat yang berasal dari mesoderm ditemukan antara ektoderm
dan endoderm dan kemudian menjadi lapisan fibrosa membran timpani. Karena
embriologinya yang berasal dari ektoderm, kanalis akustikus eksternus, termasuk
permukaan lateral membran timpani, dilapisi oleh epitel skuamosa.
Proses kanalisasi lengkap terjadi pada minggu ke-12 kehamilan, pada saat
itu kanalis akustikus eksternus telah dilapisi oleh jaringan epitel. Kemudian akan
terjadi rekanalisasi pada minggu ke-28 kehamilan.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi
kulit. Bentuk kartilago ini unik dan harus diusahakan untuk mempertahankan
bangunan ini karena dapat menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada
permukaan luar daun telinga melekat erat pada kartilago di bawahnya beserta
jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk perikondrium. Sebaliknya, kulit
permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati. Keadaan
daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan penyebab
timbulnya sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga yaitu
trauma, kontak langsung dengan cuaca, dan infeksi.

Gambar. Liang Telinga. a. bagian kartilaginosa. b. bagian osseus

Pengumpulan cairan akibat proses-proses tersebut seperti adanya pus dan


hematom mengakibatkan terpisahnya perikondrium dari kartilago. Bila proses ini

9
tidak segera diatasi maka akan terjadi nekrosis kartilago karena terganggunya
perfusi nutrisi dari pembuluh darah perikondrium.
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar,
40% dari CAE, adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan
subkutan diantara kulit dan kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa
lebih tebal dari bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang
banyaknya bervariasi tiap individu namun ikut membantu menciptakan suatu
sawar dalam liang telinga. Bagian dalam, 60% dari CAE, adalah bagian osseus
terutama dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang sangat tipis
antara kulit, periosteum dan tulang.
Anatomi bagian ini sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat
dalam tubuh dengan kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan
subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan
sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Terdapat penyempitan
pada petemuan bagian kartilaginosa dan bagian osseus kanalis akustikus eksternus
yang disebut isthmus. Panjang kanalis akustikus eksternus pada orang dewasa
rata-rata 2,5 cm. Karena posisi membran timpani yang miring, maka bagian
posterosuperior kanalis akustikus eksternus lebih pendek 6 mm dari bagian
anteroinferior. Kanalis akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah
superior dan posterior dari lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga
mengarah ke hidung sehingga pada pemeriksaannya aurikula perlu ditarik ke
superior, lateral dan posterior untuk meluruskan kanalis akustikus eksternus.
Bagian lateral kanalis akustikus eksternus dibatasi oleh meatus. Bagian
medial dibatasi oleh membran tympani dan bagian squamosa tulang temporal
yang menjadi barier yang baik terhadap penyebaran infeksi bila membran tersebut
utuh. Bila terjadi perforasi membran tympani infeksi dapat menyebar kembali dan
terus menyebar dari telinga tengah ke kanalis akustikus eksternus. Tympanic ring
yang berbentuk seperti tapal kuda dan bagian squamosa tulang temporal
memisahkan kanalis akustikus eksternus dengan fossa cranial media, yang jarang
terjadi penyebaran infeksi secara langsung ke intracranial.
Batas posterior kanalis akustikus eksternus adalah kavum mastoid.
Beberapa pembuluh darah masuk ke kanalis akustikus eksternus, khususnya

10
sepanjang sutura tympanomastoid. Infeksi dapat menyebar secara hematogen
melalui segmen mastoid ini. Dari posterior ke bagian kartilaginosa kanalis
akustikus eksternus terdapat jaringan ikat tebal mastoid yang dapat menyebabkan
infeksi sekunder.
Batas superior kanalis akustikus eksternus adalah fossa infratemporal dan
basis kranii.infek yang meluas sampai ke atap kanalis akustikus eksternus dapat
meluas ke strukturr ini. Batas anteriornya adalah kelenjar parotis dan
temporomandibular junction.
Pada kanalis akustikus eksternus terdapat tiga mekanisme pertahanan
pelindung yaitu tragus dan antitragus, kulit degan lapisan serumen, dan isthmus.
Tragus dan antitragus membentuk barier parsial terhadap benda asing
makroskopik. Kulit pada bagian kartilaginosa memiliki banyak sel rambut dan
kelenjar apokrin seperti halnya kelenjar seruminosa. Ketiga struktur adeneksa ini
bersama-sama memberikan fungsi proteksi dan biasa disebut unit
apopilosebaseous. Eksfoliasi sel-sel epitel skuamosa ikut berperan dalam
pembentukan materi sebagai lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis
ini. Gabungan berbagai bahan ini membentuk suasana asam dengan pH 6, yang
berfungsi mencegah infeksi.migrasi sel epitel yang terlepas juga membentuk suatu
mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar.

Gambar. Unit Apopilosebaseus pada Kanalis Akustikus Eksternus

11
Invaginasi epidermis membentuk dinding terluar dari folikel rambut dan
tangkai rambut membentuk dinding bagian dalam. Saluran folikularis merupakan
ruangan antara kedua struktur ini. Alveoli dari kelenjar sebasea dan apokrin
kosong sampai dengan pendek, duktus ekskretorius yang lurus, dan bemuara ke
saluran folikularis. Sumbatan pada salah satu bagian dari salah satu sistem
kelenjar ini merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi.
Kanalis akustikus eksternus yang normal memiliki struktur proteksi dan
pembersihan sendiri. Lapisan serumen berangsur-angsur berjalan pada salurannya
yaitu setelah bagian isthmus ke bagian lateral kanalis akustikus eksternus dan
kemudian keluar dari telinga. Pembersihan kanalis akustikus eksternus yang
berlebihan, baik karena alat maupun sebagai suatu tindakan, dapat mengganggu
barier pelindung primer dan dapat memicu terjadinya infeksi. Variasi individu
pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan konsistensi produksi serumen dapat
menjadi predisposisi terjadinya penumpukan serumen pada beberapa orang.

2. 2. Vaskularisasi Telinga Luar


Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri
temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan cabang
dari arteri karotis eksterna.
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena
temporalis superfisiali dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu
membentuk vena retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu
di vena jugularis, pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun
demikian juga menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius mastoid.

2. 3. Persarafan dan alitan limfatik telinga luar


2. 3. 1. Persarafan daun telinga dan kanalis akustikus eksternus
Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal
dari persarafan kranialis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang
aurikulotemporal N. Trigeminus (V), N.

12
Fasialis (VII), dan N. Vagus (X)., dan juga N. Aurikularis magna dari
pleksus servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik telinga, yaitu pada bagian
anterior, superior, dan posterior aurikula dipersarafi N. Fasialis (VII).
Tabel. Persarafan Aurikula

Nerve Derivation Region Supplied


Greater auricular Cervical plexus Permukaan medial dan permukaan
C2.3 lateral bagian posterior
Lesser occipital Cervical plexus Bagian superior dari permukaan
C2.3 Medial
Auricular Vagus Concha , antihelix, sebagian
eminentia concha (permukaan
medial)
Auriculotemporal Mandibular (N. V3) Tragus, crus of helix, perbatasan
Helix
Facial (N. VII) Kemungkinan menyuplai sebagian
kecil dari akar konka
Gambar. Wilayah persarafan Aurikula

2. 3. 2. Aliran Limfatik Telinga

Aliran limfatik kanalis akustikus eksternus merupakan saluran yang


penting pada penyebaran infeksi. Bagian anterior dan posterior terdapat aliran
limph dari kanalis akustikus eksternus menuju ke limfatik pre-aurikular didalam
kelenjar parotis dan kelenjar getah bening leher profunda bagian superior.
Bagian inferior kanalis akustikus eksternus aliran limphnya menuju ke
kelenjar getah bening infra aurikular dekat angulus mandibularis. Sedangkan
bagian posterior menuju ke kelenjar getah bening post aurikular dan kelenjar
getah bening leher profunda superior.

13
B. Definisi Otitis Eksterna
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas ( hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit
sehingga menyumbat saluran folikel.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang
telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan 3,5 .

C. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai
tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik
Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis
eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44 %) otitis
eksterna sirkumskripta.
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab
dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari
otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini yang mengatakan
bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa
keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari
liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna

D. Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa
bakteri gram negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur sereti Jamur
golongan Aspergillus atau Candida sp. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis 4,9.

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 6,7

14
 Derajat keasaman (pH)
Ph pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi
basa maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan
oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.
 Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.
 Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor
predisposisi terjadinya otitis eksterna.
 Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit
liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.

E. Klasifikasi Otitis Eksterna


Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas:
 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari


folikel rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri
stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar.
Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit
(biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa
nyeri makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang
pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun
telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada
1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
1. Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi
dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada

15
stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan
rivanol 0,1%.
2. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid,
eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg
BB.
3. Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg
qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor
sistemik yaitu adanya penyakit diabetes mellitus.
 Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas.
Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli,
dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang
batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama
dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul).
Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang
berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-
kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.
Berdasarkan perjalanan waktu, otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Otitis eksterna akut :
 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
 Otitis eksterna difus
2. Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul) adalah otitis eksterna
lokal yang bermula dari infeksi folikel rambut dan menimbulkan
furunkel (bisul)10 pada sepertiga luar dari liang telinga luar (meatus

16
akustikus eksterna). Otitis eksterna difus adalah otitis eksterna yang
dapat disebabkan bakteri (pseudomonas, stafilokokus, proteus) atau
jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga luar (meatus
akustikus eksterna).
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama
dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya
sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.
F. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan /
nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
pseudomonas (41%), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan
bakteroides (11%). Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :

17
 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis
eksterna.

Gambar. Patofisiologi Otitis Eksterna

G. Gejala Klinik
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.1
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.1

18
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat
lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang
deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam
telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.1

H. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan
ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada
besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.

19
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada
pasien, ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
 Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan
liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani
dapat tidak tampak.
 Pada folikulitis akan didaptkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous
MAE.
 Nyeri tragus (+)
 Tidak adanya partikel jamur
 Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4

I. Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung
obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa
disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua
kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen
sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotic yang paling efektif
terhadap pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti
glikol propilen yang telah diasamkanbahan kimia lain, seperti gentian violet 2%
dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang
telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70%
untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer

20
secara rutin tiga kali seminggu. Juga harus diingatkan agar tidak
menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering 2.

J. Komplikasi
 Perikondritis
 Selulitis
 Dermatitis aurikularis.4

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring


dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available
from : www.usudigitallibrary.com. Accessed : 2011, April 16.
2. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala
dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
3. Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed : April 16th 2011.
4. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
Accessed : 2011 April 16.
5. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
6. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
Accessed : 2011 April 16.
7. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi
Keenam, Jakarta : Gaya Baru.
8. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal.
59. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

22

You might also like