You are on page 1of 11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 2


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. HAID....................................................................................................................... 3-4
1. Pengertian Haid ................................................................................................. 3
2. Waktu Haid ....................................................................................................... 4
B. NIFAS ..................................................................................................................... 4-5
1. Pengertian Nifas ................................................................................................ 4
2. Waktu Nifas ...................................................................................................... 5
C. ISTIHADHAH ........................................................................................................ 5-7
1. Pengertian Istihadhah ....................................................................................... 5
2. Waktu Istihadhah .............................................................................................. 6
3. Cara Ibadah Bagi Mustahadhah ........................................................................ 7
D. LARANGAN SAAT HAID DAN NIFAS ............................................................. 7-9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang darah yang ada ditubuh wanita, kita akan banyak membahas
tentang darah, diantaranya darah bersih dan darah kotor. Darah yang biasa keluar dari
vagina perempuan ada 3 macam yaitu: haidl, nifas, dan istihadloh. Masalah ini sangat
penting dimengerti oleh semua wanita, laki-laki yang sudah beristri, juga para mu’alim,
para da’i dan kita semua. Sebab, masalah ini sangat erat hubungannya dengan ibadah
fardlu ‘ain, seperti: sholat dan puasa, dan semua wanita melakukannya.
Seharusnya wanita yang berumur 9 tahun sudah mengerti tentang hal ini atau
suaminya. Sebab umur 9 tahun wanita mungkin sudah mengalami haidl dan
kenyataannya anak-anak yang baru tamat MI atau SD sudah banyak yang haidl atau
istihadloh. Padahal masih banyak orang yang sudah dewasa (suami, istri) yang sama
sekali belum mengerti masalah ini, bahkan masih banyak yang belum mengerti cara-cara
mandi besar yang benar, sholat, dan puasa yang wajib di qodloi. Ada yang sudah belajar
namun masih banyak yang salah. Hal ini sangat membutuhkan perhatian kita semua.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian haid dan waktunya?
2. Apa pengertian nifas dan waktunya?
3. Apa pengertian istihadhoh, waktu, dan cara beribadah saat istihadhoh?
4. Apa larangan bagi wanita haid dan nifas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian haid dan waktunya.
2. Untuk mengetahui pengertian nifas dan waktunya.
3. Untuk mengetahui pengertian, waktu, dan cara ibadah bagi wanita istihadhoh.
4. Untuk mengetahui apa saja larangan bagi wanita haid dan nifas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAID

1. Pengertian Haid
Pengertian haid secara harfiah berasal dari kata ‫ حيضا‬- ‫ حاض – يحيض‬yang artinya
mengalir. Secara istilah haid adalah darah yang keluar dari Rahim wanita yang sudah
mencapai umur 9 tahun hijriyah kurang sedikit, tidak di karenakan penyakit atau sebab
setelah melahirkan .Dan yang di maksud kurang sedikit umur 9 tahun hijriyah kurang
tidak genap 16 hari 16 malam. Jadi kalau mengeluarkan darah sudah termasuk haid.1
Apabila darah tersebut memenuhi 3 syarat bagi darah haid, yakni:
a) Tidak kurang 24 jam/1 hari 1 malam
b) Tidak lebih dari 15 hari
c) Bertempat pada waktu mungkin/bisa haid
Contoh:
Pada umur 9 tahun kurang 20 hari mengeluarkan darah selama sepuluh
hari, maka 8 hari lebih sedikit awal itu istihadloh, kemudian 6 hari kurang sedikit
yang akhir itu darah haid.

Secara klinis haid adalah merupakan hasil kerja sama yang sangat komplek
antara otak, indung telur (ovarium) dan rahim (endoterium). Menstruasi merupakan
pelepasan lapisan endomentrium.

2. Waktu Haid

a) Masa keluarnya darah haid2


Darah haid itu keluar paling sedikit satu hari satu malam, yakni 24 jam
falakiyyah (istiwa’) baik 24 jam itu secara terus menerus ataupun putus-
putus. Jadi 24 jam itu boleh tidak keluar mulai awal sampai 24 jam, tetapi
kumpulan dari darah yang terputus putus dalam beberapa hari, asal tidak lebih 15
hari 15 malam. Kalau darah itu ada 24 jam tetapi melampui 15 hari 15 malam,
maka sebagian dari darah itu dihukumi darah istikhadloh. Paling lamanya adalah
15 hari 15 malam. Sedangkan umumnya adalah 6 atau 7 hari.
Warna darah haid tidak harus merah, dan darah warna merah juga belum
disebut darah haid. Karena menghukumi darah itu disebut darah haid, terdapat

1
Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalatul Mahaidl, Surabaya: Al Miftah,hlm.13
2
Saifudin Zuhri, Buku Pintar Haidl,Mojokerto:Al Maba,hlm.26-32

3
syarat-syarat yang harus diperhatikan. Dalam memahami darah haid harus
memahami warna, sifat dan waktu lamanya mengeluarkan darah haid.

Warna darah haid ada 5 macam:


1) Hitam (warna ini paling kuat)
2) Merah
3) Abu-abu (antara merah dan kuning)
4) Kuning
5) Keruh (antara kuning dan putih)
Maka kalau ada cairan keluar dari farji (lubang kemaluan) tetapi warnanya
bukan salah satu dari warna yang 5 tersebut, seperti cairan putih yang keluar
sebelum dan sesudah haid, atau ketika sakit keputihan maka jelas ini bukan haid
tetapi sama dengan kencing, oleh karena itu jika keluar terus menerus maka tetap
diwajibkan sholat, dengan cara yang telah ditentukan dalam masalah istihadloh.
Sedangkan sifat sifat darah (selain warna)ada 4 macam:
1) Kental
2) Berbau
3) Kental sekaligus berbau
4) Tidak kental dan tidak berbau

b) Masa suci diantara 2 haid


Masa suci diantara dua haid itu paling sedikit 15 hari, jika tidak keluar darah
dan sudah mencapai 15 hari, lalu keluar lagi, jelas ini merupakan darah haid,
apabila memenuhi syarat syarat darah haid tersebut diatas, walaupun belum tiba
tanggal kebiasaanya. Umumnya masa suci itu 23 atau 24 hari, batas maksimal
(paling lama) tidak terbatas.
Contoh:
Mengeluarkan darah pada tanggal 1 sampai 7, setelah itu suci dan
pada tanggal 30 keluar lagi sampai tanggal 7 dan suci, tanggal 22 keluar
lagi sampai tanggal 25.
Tanggal : 1-7…(masa suci)...30-7…(masa suci)...22-25

3. NIFAS3

1. Pengertian Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah melahirkan, walaupun
anak yang dilahirkan belum berwujud manusia atau masih berupa alaqah (darah kental)
atau (segumpal darah).

3
Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalatul Mahaidl, Surabaya: Al Miftah,hlm. 84-85

4
Darah yang keluar setelah melahirkan itu disebut darah nifas jika jarak
antara melahirkan dan keluar darah tidak melebihi 15 hari 15 malam. Jika melebihi 15
hari 15 malam, maka darah yang keluar disebut darah haid jika
memenuhi syarat syarat haid. Jika tidak memenuhi darah haid, maka disebut darah
fasad atau istihadloh.
Jika setelah melahirkan tidak langsung mengeluarkan darah tetapi bersih (naqo’)
terlebih dahulu, lalu mengeluarkan darah , maka diperinci sebagai berikut:
Kalau keluarnya darah tadi sebelum melebihi 15 hari maka tetap termasuk darah nifas,
lalu masa diantara melahirkan dan keluarnya darah tersebut dihitung NIFAS (nifas ada
dan laa hukman) artinya: sebanyak-banyak nifas yang 60 hari itu dihitung mulai
melahirkan, meskipun tidak keluar darah, akan tetapi sebelum keluarnya darah
dihukumi suci. Tetapi kalau keluarnya darah setelah melebihi 15 hari maka ini darah
haid kalau memenuhi syarat haid. Jadi tidak ada sama sekali nifas.

2. Waktu Nifas
Nifas itu paling sedikit setetes darah artinya asal ada darah yang keluar meskipun
sedikit sudah dinamakan nifas. Pada umumnya lama nifas 40 hari dan paling lama 60
hari.
Oleh karena itu kalau darah nifas berlangsung melebihi 60 hari, maka termasuk
istihadlah di dalam nifasnya. Yakni sebagian nifas, sebagian darah rusak (istihadhoh)
dan sebagian haid. Namun apabila tidak melebihi 60 hari, maka seluruhnya darah nifas
meskipun bermacam-macam darah dan tidak sama dengan adatnya.

4. ISTIHADLOH

1. Pengertian Istihadloh
Istihadloh secara bahasa mempunyai arti mengalir, dan secara istilah syar’i
adalah darah penyakit yang keluar dari farji (lubang kemaluan) wanita yang tidak sesuai
dengan ketentuan haid dan nifas. Istihadloh ialah darah yang keluar di luar hari-hari
haid dan nifas, tidak di jalan sehat (suatu penyakit).

2. Waktu Istihadloh4
Dari pengertian bahwa selain darah haid dan nifas berarti darah istihadloh, kita
bisa membuat sebuah kesimpulan, bahwa di antara yang termasuk darah istihadloh
adalah:
a) Darah Sebelum Usia 9 Tahun
Bila seorang anak perempuan yang mengalami keluar darah dari
kemaluannya seperti darah haid, padahal usianya belum lagi masuk usia haid,
yakni belum 9 tahun menurut hitungan tahun qamariyah, maka dia bukan sedang

4
BAB ISTIHADHAH” 2016 (https://haanadza24-wordpress-com.cdn.ampproject.org/2014/06/10/bab-
istihadhah/amp/?-, diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 18.33)

5
mendapat haid. Sebab secara ketentuan syariah, darah itu bukan darah haid. Darah
itu tidak lain adalah darah istihadloh.
b) Darah Setelah Usia Haid (50-70 tahun)
Demikian pula dalam pandangan para ulama yang memberikan batasan
maksimal usia haid, bila darah masih keluar di atas usia tersebut, dihitung bukan
sebagai darah haid. Sebagaimana disebutkan di bab yang lalu, menurut versi
mazhab Al Hanafiyah, batas usia haid buat seorang perempuan maksimal sampai
ketika berusia 50 tahun saja.
Sehingga darah yang keluar setelah melewati usia tersebut bukan lagi darah
haidh, melainkan darah istihadhah. Demikian juga menurut versi mazhab Al
Malikiyah, dalam pandangan mereka, bila perempuan di atas usia 70 tahun masih
mengeluarkan darah yang mirip dengan darah haid, terhitung bukan darah haid,
melainkan darah istihadhah.
c) Darah di Masa Suci
Bila darah masih saja keluar setelah masa haid (13-15 hari) terlewat, maka
darah itu pun juga bukan termasuk darah haid. Dan kalau bukan darah haid,
berarti darah itu adalah darah istihadhah.
d) Darah sebelum melahirkan
Darah atau cairan apa pun yang keluar sebelum proses kelahiran bayi juga
termasuk darah istihadhah. Karena pengertian darah nifas hanyalah darah yang
keluar pada saat kelahiran atau setelah itu. Bila sebelum kelahiran telah ada darah
yang keluar, entah apa pun nama dan istilahnya, disebut dengan darah istihadhah.
e) Darah Selewat Nifas
Seorang wanita yang masih mengalami keluar darah setelah masa nifas (40-
60 hari), sesuai dengan mazhab masing-masing, maka hukumnya sudah wajib
untuk shalat. Karena darah itu sudah bukan lagi darah nifas, melainkan darah
istihadhah.

3. Cara ibadah bagi mustahadloh5


Istihadloh itu tidak menghalangi pada perkara yang dilarang atau haram sebab
haid. Orang yang istihadloh itu hukumnya seperti orang yang suci, artinya ia tetap
melakukan kewajiban-kewajiban syar’i, seperti puasa, sholat, membaca al-qur’an dan
ibadah-ibadah yang menjadi kewajibanya, tetapi ia harus lebih hati-hati mengenai dan
menjaga darah yang keluar, darah jangan sampek mengenai atau mengotori bagian
selain jalan keluarnya. Kemudian karena hadats dan najisnya terus menerus maka jika
akan melakukan sholat fardhu harus melakukan 4 perkara terlebih dahulu,yaitu:
a) Farji (lubang kemaluan) dari najis yang keluar.
b) Menyumbat farji dengan kapas atau yang serupa, supaya darah tidak menetes
keluar. Oleh karena itu sumbatanya harus masuk pada bagian yang tidak wajib
dibasuh pada waktu istinja’.Yaitu bagian farji yang tidak kelihatan ketika wanita

5
Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalatul Mahaidl, Surabaya: Al Miftah,hlm.82

6
berjongkok. Oleh karena itu jika sumbatanya keluar bagian yang wajib dibasuh
atau istinja’ maka sholatnya tidak syah. Sebab membawa perkara kena najis.
Wajib menyumbat tadi kalau memang butuh disumbat dan tidak sakit serta tidak
sedang puasa. Kalau tidak butuh disumbat atau terasa sakit atau sedang puasa
maka tidak wajib menyumbatnya, bahkan kalau puasa wajib tidak menyumbat
diwaktu siang.
c) Membalut farji dengan celana dalam atau sejenisnya. Wajib membalut ini jika
membutuhkan dibalut dan tidak terasa sakit. Namun kalau tidak ingin dibalut atau
terasa sakit maka tidak wajib dibalut.
d) Bersuci dengan wudlu atau tayamum.
Semua perkara diatas wajib dijalankan setiap akan sholat fardlu dan sudah masuk
waktu shalat dilakukan dengan tertib dan segera dan setelah selesai bersuci supaya
cepat-cepat sholat. Kalau tidak segera sholat maka batal dan wajib mengulangi empat
perkara tadi seluruhnya, kecuali jika tidak segera sholat tadi disebabkan kemaslakhatan
sholat, misalnya: menjawab adzan, ijtihad arah kiblat, menutup aurat, maka tidak batal.
Kalau sudah menjalankan empat perkara tersebut tetapi belum sholat, tiba-tiba
mengalami hadats, maka wajib mengulangi seluruhnya.

4. LARANGAN BAGI WANITA HAID DAN NIFAS

Larangan-larangan bagi wanita yang sedang haidldan nifas, ada 9 perkara yaitu:
1. Sholat, baik fardlu maupun sunnah6.
Demikian juga haram melakukan sujud tilawah/ sujud syukur.

‫فإ ذا أقبلت حيضتك فدعى الصالة وإذا أدبرتت فاغسلى عنك الدم ثم صلي‬

"Jika haid datang maka tinggalkanlah sholat, dan jika berhenti maka bersihkan
darahnya, lalu sholat” (HR.Al-Bukhori, An-Nasa’i, dan Abu Dawud)

2. Berpuasa baik fardlu maupun sunnah.


Jika seorang wanita haid, maka ia tidak diwajibkan untuk berpuasa tapi ia wajib
menggantikan puasanya pada hari yang lain. Dalam hadist muttafaqun alaih, Aisyah
berkata:

}‫ وال نؤمر{ بقضاء الصالة‬،‫كنا نحيض علي عهدي رسول هللا ص م فكنا نؤمر بقضاء الصوم‬

“Kami haid pada masa Rosulullah, maka ketika itu kami diperintahkan untuk
mengqodlo puasa kami, tapi kami tidak diperintahkan untuk mengqodlo sholat kami”

6
Su’ad Ibrahim,Fiqih Ibadah Wanita,(Jakarta:Amzah,2011),cet 1,hlm 245

7
3. Membaca Al-Qur’an

)‫ال يقرا الجنب وال الحاض شيئا من القران (رواه الترمذي‬

Artinya: Tidak diperbolehkan bagi orang yang junub dan wanita yang sedang haidl
membaca sesuatu (ayat) dari Al-qur’an (HR, Turmudzi)

4. Menyentuh dan membawa mushaf (Al-Qur’an)

Firman Allah menyatakan:

‫انه لقران كريم في كتاب مكنون اليمسه اال المطهرين تنزيل من رب العالمين‬

Artinya:

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang mulia, pada kitab yang terpelihara
(lauhul Mahfudz), tidak boleh menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan,
diturunkan dari Tuhan semesta alam” (QS. Al-Waqia’ah: 77)

5. Diam atau lewat dalam masjid


Hadits Nabi menjelaskan:
)‫اني الاحل المسجد لحائض والجنب (رواه ابو داوود‬
Artinya: “Saya tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan orang yang
sedang junub” (HR. Abu Dawud).

6. Thawaf
7. Seorang wanita yang sedang haid haram untuk dijima’.
‫ فاذا تطهرن فاتوهن من حيث امركم‬،‫ قل هو اذى فاعتزلوا النساء في المحيض وال تقربوهن حتي يطهرن‬،‫ويسئلونك عن المحيض‬
‫هللا‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, haid itu adalah suatu kotoran, oleh
sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid. Dan jangan kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu.”(Q.S Al-Baqoroh:222)

8. Haram bersenang-senang dengan bagian badan yang ada di antara pusar dan lutut
perempuan.7
‫اصنعوا كل شيء اال النكاح‬

“Kalian boleh lakukan apa saja (terhadap istrimu yang sedang haid) kecuali bersetubuh”

7
Imron Abu Amar,Terjemah Fathul Qorib,Kudus:Menara Kudus.hlm.62-70

8
9. Thalaq8
Seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya apabila ia sedang haid. Karena Allah
berfirman,
‫يا ايهاالنبي اذا طلقتم النساء فطلقوهن لعدتهن واحصوا العدة‬

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu , maka hendaklah kamu ceraikan
mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) Iddahnya yang wajar.”(Q.S. At-
Thalaq:1)

BAB III
PENUTUP

8
Saleh Al-Fauzan,Fiqih Sehari-hari,Jakarta:Gema Insani, hlm.50-51

9
A. Kesimpulan
Darah yang keluar dari farji wanita itu ada 3 macam, yaitu: 1.haidl, 2. Nifas 3.
Istihadloh. Haidl adalah darah yang keluar dari farji seorang perempuan setelah umur 9
tahun, dengan keadaan sehat (tidak karena sakit) tetapi memang watak atau kodrat wanita,
dan tidak setelah melahirkan anak. Adapun darah yang keluar karena sakit maka
dinamakan darah istihdloh (seperti ketentuan dalam bab istihadloh). Dan darah yang keluar
setelah melahirkan dinamakan nifas.
Bila anak laki-laki atau pun perempuan mengalami hal tersebut, maka sudah wajib
sholat, puasa romadhon dan kewajiban-kewajiban syar’i. Maka hukum mempelajari
tentang haidl, nifas, dan istihadloh itu fadhu ‘ain bagi perempuan, fardhu kifayah bagi laki-
laki.

B. Saran
Kepada setiap perempuan agar selalu memperhatikan siklus haidnya, untuk
menghindari terjadimya gangguan-gangguan yang berhubungan dengan haid.
Seorang wanita yang mengalami masa haid seharusnya mengingat kapan waktu mulaidan
berhenti. Hal ini bertujuan agar ia mengetahui apakah dia berkewajiban mengqadha
sholatnya atau tidak. Selain itu, bagi wanita yang hamil juga mengetahui hukum-hukum
tentang nifas. Akhir kata tidak ada hasl pemikiran yang baik kecuali memberikan manfaat
bagi orang lain. Penulis berharap semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari
makalah ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

10
Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalatul Mahaidl, Surabaya: Al Miftah,hlm. 13,22,82,84,
85
Saifudin Zuhri, Buku Pintar Haidl,Mojokerto:Al Maba,hlm.26-32
Su’ad Ibrahim,Fiqih Ibadah Wanita,(Jakarta:Amzah,2011),cet 1,hlm 245
Saleh Al-Fauzan,Fiqih Sehari-hari,Jakarta:Gema Insani, hlm.50-51
Imron Abu Amar,Terjemah Fathul Qorib,Kudus:Menara Kudus.hlm.62-70
https://haanadza24-wordpress-com.cdn.ampproject.org/2014/06/10/bab-istihadhah/amp/?-,

11

You might also like