You are on page 1of 10

Implementasi Kebijakan Pengendalian Penggunaan BBM Bersubsidi untuk

Kendaraan Dinas di Kota Semarang

Oleh:

Afina Putri Saffanah, Kismartini, Dewi Rostyaningsih

Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Diponegoro

Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269

Email : afinaps@gmail.com

ABSTRACT

Fuel Oil Control Policy refer to Regulation of the Minister of Energy and
Mineral Resources No. 1 2013 regarding control of the use of a particular fuel
oil. The fuel oil subsidy control program aims to stabilize the fuel oil
consumption, fuel oil subsidies are mainly so that in the future can still be
consumed. As we know that all our needs there is no escape from a fuel oil,
whether it be of processing or use. So with the fuel oil control is expected to
continue to meet the needs now and in the future.

The process of implementation of the policy of fuel oil control in achieving


the goal of factor supporting and inhibitors factors. Based on the theory of
George Edward III, factors that support and hinder form of Resources,
Bureaucratic Structure, Communication, and Disposition.

The factors supporting the implementation of the fuel oil control


include:human resources of the actors implementing sufficient resources to FUEL
the build-up would be adequate, there is a consistency of information from the
Government, the SOP has been understood by the executor, the coordination is
going well, behavior implementer policy is according to the role of each in
existing regulations. And inhibiting factors are not sufficient budget resources
needs of the users of official vehicles, the lack of readiness of the user service
vehicles in implementing existing regulations, the sanctions have not been applied
strictly.

Keyword : Policy, Fuel Oil, Implementation.

PENDAHULUAN sampai satu juta barel per hari, oleh


karena itu kita perlu mengendalikan
A. LATAR BELAKANG
penggunaan Bahan Bakar Minyak.

Bahan Bakar Minyak (BBM) Pemerintah berupaya

merupakan kebutuhan strategis bagi mengendalikan penggunaan Bahan

masyarakat di Desa maupun Kota Bakar Minyak melalui pembatasan

baik kebutuhan rumah tangga, sektor BBM bersubsidi / jenis BBM

industri maupun transportasi. Oleh tertentu. Upaya yang dilakukan

karena itu, jumlah transportasi yang pemerintah itu dimulai dengan

beredar sangat berpengaruh pada seluruh mobil dinas telah diwajibkan

daya beli masyarakat terhadap BBM. tidak boleh lagi menggunakan BBM

Semakin padat transportasi berarti bersubsidi.

semakin meningkat pula konsumsi Pemerintah bertekad

terhadap BBM, sedangkan bahan menekan penggunaan subsidi BBM,

bakar minyak itu sendiri terbatas selain mengantisipasi kelangkaan

persediaannya. Jumlah BBM yang BBM juga subsidi ini menyedot

terbatas memaksa kita untuk dapat anggaran yang cukup besar.

menghematnya. Mengupayakan diri Sehingga pemerintah menargetkan

untuk hemat dalam penggunaan dalam empat-lima tahun ke depan,

Bahan Bakar Minyak setidaknya tidak ada lagi subsidi BBM.

dapat menstabilkan kondisi minyak Anggaran itu akan digunakan untuk

bumi kita yang produksinya kini program yang lebih bermanfaat

terus merosot, pencapaiannya tidak untuk mendorong pertumbuhan


ekonomi dan membuka lapangan untuk Kendaraan Dinas terdapat pada
kerja, seperti proyek-proyek Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan
infrastruktur yang membutuhkan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun
biaya sangat besar. Usaha 2013 tentang Pengendalian
pengendalian penggunaan BBM Penggunaan BBM.
bertujuan untuk menjaga kestabilan
harga bahan baku dan komoditas
B. TUJUAN
guna menunjang pembangunan
nasional serta sebagai upaya terus Tujuan dari penelitian ini
menerus dalam menjaga besaran adalah:
volume Bahan Bakar Minyak.
1. Menganalisis implementasi
Kebijakan pengendalian
kebijakan pembatasan
penggunaan jenis BBM tertentu itu
penggunaan BBM bersubsidi
tercantum dalam Permen ESDM RI
untuk Kendaraan Dinas di
Nomor 01 tahun 2013 tentang
Kota Semarang.
Pengendalian Penggunaan BBM
2. Menganalisis faktor-faktor
yang merupakan penegasan atas
yang mempengaruhi
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun
implementasi kebijakan
2012 tentang Harga Jual Eceran dan
pembatasan penggunaan
Konsumen Penggunaan Jenis BBM
BBM bersubsidi.
tertentu, serta merupakan kelanjutan
dari Permen ESDM No.12/2012
C. TEORI
yang sebelumnya telah melarang
Wibawa, dkk., (1994: 15)
kendaraan dinas menggunakan
menjelaskan bahwa implementasi
premium, serta solar bagi kendaraan
kebijakan merupakan tindakan yang
perusahaan perkebunan dan
dilakukan oleh (organisasi)
pertambangan.
pemerintah dan swasta baik secara
Kemudian ketentuan- individu maupun secara kelompok
ketentuan mengenai pembatasan yang dimaksudkan untuk mencapai
penggunaan jenis BBM tertentu tujuan. (dalam Haedar Akib, 2010)
Implementasi kebijakan menekankan makna dari pada
pengendalian BBM subsidi dilihat generalisasi (Sugiyono, 2010).
melalui prinsip-prinsip dasar Subjek penelitian ini adalah mereka
implementasi kebijakan yang efektif yang dianggap paling tahu tentang
menurut Riant Nugroho, antara lain: permasalahan terkait penelitian ini
1. Ketepatan Kebijakan yang selanjutnya disebut informan.
2. Ketepatan Pelaksanaan Sumber Informasi didapat dari
3. Ketepatan Target sampel sebagai informan yang
4. Ketepatan Lingkungan ditentukan dengan teknik sampling
5. Ketepatan Proses tertentu. Dalam penelitian ini,
Efektivitas implementasi pengambilan sampel menggunakan
kebijakan pengendalian BBM subsidi nonprobability dengan teknik
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari purposive sampling, yaitu teknik
model implementasi George Edward pengambilan sampel sumber data
III, yaitu: dengan pertimbangan tertentu
1. Komunikasi (Sugiyono, 2012: 53-54).
2. Sumber Daya Pertimbangan tertentu ini, misalnya
3. Struktur Birokrasi orang-orang yang dianggap paling
4. Disposisi tahu tentang sesuatu yang diharapkan
oleh peneliti agar memudahkan
D. METODE peneliti untuk melakukan
Dalam penelitian ini, peneliti penjelajahan obyek/situasi sosial
menggunakan metode penelitian yang diteliti.
kualitatif. Peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan PEMBAHASAN
sampel sumber data dilakukan secara Proses pengendalian BBM
purposive dan snowbaal, teknik subsidi di Kota Semarang diukur dari
pengumpulan dengan triangulasi 5 (lima) dimensi ketepatan.
(gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih
1. Ketepatan Kebijakan Semarang sudah sesuai
Kebijakan pengendalian dengan Peraturan Menteri
penggunaan BBM subsidi dinilai ESDM no.1 tahun 2013.
mampu memecahkan masalah  Belum ada kesiapan dari
ketergantungan masyarakat pengguna kendaraan dinas
terhadap penggunaan BBM dalam pelaksanaan
bersubsidi yang mengakibatkan pengendalian BBM karena
anggaran APBN/APBD belum terlihat ukuran/bentuk
melampaui standar setiap kesiapannya.
tahunnya dengan keterbatasan  Kebijakan pengendalian
sumber daya minyak di bumi. BBM bersubsidi berakibat
menciptakan perubahan baru
2. Ketepatan Pelaksaanaan yang lebih baik dibidang lain.
 Belum semua Implementor
kebijakan sudah mengetahui 4. Ketepatan Lingkungan
dengan benar lembaga yang  Tidak ada interaksi khusus
menangani pengendalian antara lembaga perumus
BBM di Kota Semarang. kebijakan dengan aktor
 Aktor pelaksana yang pelaksana (pengguna
menangani kebijakan kendaraan dinas)
pengendalian BBM sudah pengendalian BBM
tepat dan sudah menjalankan bersubsidi di Kota Semarang,
tugas dengan baik sesuai pelaksana di Kota Semarang
dengan Tupoksi masing- hanya mematuhi peraturan
masing. yang ada.
 Belum semua respon publik
3. Ketepatan Target bersifat positif karena masih
 Target dan sasaran yang diketemukan penyelewengan
mengikuti pengendalian dari pihak pengguna
BBM subsidi untuk kendaraan dinas sehingga
kendaraan dinas di Kota
menimbulkan respon negatif
Faktor-faktor:
dari publik.
1. Sumber Daya
2. Komunikasi
5. Ketepatan Proses 3. Struktur Birokrasi
 Policy Acceptence, kebijakan 4. Disposisi

pengendalian BBM
bersubsidi dipahami sebagai Keefektivan implementasi:
bentuk upaya penghematan 1. Ketepatan Kebijakan
2. Ketepatan Pelaksanaan
energi.
3. Ketepatan Target
 Policy Adoption, pengguna 4. Ketepatan Lingkungan
5. Ketepatan Proses
kendaraan dinas menerima
kebijakan pengendalian BBM
subsidi sebagai kebutuhan di Faktor Pendukung:

masa depan. Pelaksana 1. Sumber daya manusia dari


mempersiapkan segala sisi aktor pelaksana
sesuatu yang dibutuhkan memadahi.
selama proses pengendalian 2. Sumber daya BBM
BBM subsidi. persediaannya mencukupi.
 Policy Readiness, belum ada 3. Ada konsistensi informasi
kesesuaian antara kesiapan dari pemerintah.
pelaksana kebijakan dengan 4. SOP sudah dipahami oleh
ketidaksiapan sasaran para pelaksana.
kebijakan. Jadi masih terjadi 5. Koordinasi berjalan dengan
penyelewengan dari oknum- baik dalam tataran pelaksana
oknum tertentu. di Kota Semarang.

Keefektivan ketepatan 6. Perilaku pelaksana kebijakan

implementasi pengendalian BBM sudah sesuai dengan peran

bersubsidi dipengaruhi beberapa masing-masing dalam

faktor: peraturan yang ada.


pelaksanaan kebijakan pengendalian
BBM. Pada kenyataannya, dalam
Faktor Penghambat:
implementasi pengendalian BBM
1. Sumber daya anggaran belum subsidi di Kota Semarang masih
mencukupi kebutuhan para diketemukan bentuk penyimpangan
pengguna kendaraan dinas. dari oknum tertentu. Walaupun
2. Kurangnya kesiapan dari sumber daya staff dan sumber daya
pengguna kendaraan dinas ketersediaan BBM subsidi juga telah
dalam melaksanakan mencukupi, tapi sumber daya
peraturan yang ada. anggaran yang tidak mencukupi
3. Kurangnya koordinasi antara kebutuhan pengguna kendaraan dinas
pemerintah pusat dan daerah. untuk anggaran penggunaan BBM
4. Sanksi belum diterapkan non subsidi menjadi kendala utama
secara tegas. disamping adanya disparitas harga
yang terlampaui tinggi antara BBM
subsidi dengan BBM non subsidi.
PENUTUP Kemudian apabila kejujuran dan
komitmen yang tinggi dalam
A. KESIMPULAN
melaksanakan tugas, wewenang, dan
Keefektifan implementasi fungsi, serta tanggung jawabnya
kebijakan pengendalian BBM dengan peraturan yang ditetapkan
didorong oleh adanya faktor-faktor tersebut tidak disertai dengan
pendorong di dalamnya. Kemudian pemberian sanksi tegas untuk
timbulnya permasalahan atau pelanggarnya, maka tidak ada efek
kendala dalam implementasi jera bagi oknum-oknum yang
pengendalian BBM subsidi di Kota melakukan kecurangan tersebut.
Semarang disebabkan oleh beberapa Dengan hal itu dapat disimpulkan
faktor yang menghambat. Adanya bahwa disposisi berupa wewenang
kesiapan dari para aktor ternyata pemberian sanksi tidak efektif.
tidak menutup kemungkinan akan Secara keseluruhan implementasi
terjadi penyimpangan dalam kebijakan pengendalian BBM subsidi
untuk kendaraan dinas di Kota BBM sehingga mereka
Semarang belum efektif. mempunyai kesiapan yang
matang dalam pelaksanaan
kedepannya.
B. SARAN
4. Dalam diposisi terdapat
1. Sumber daya anggaran perlu
wewenang pelaksana, wewenang
ditingkatkan, perlu diberikan
tersebut termasuk di dalamya
tambahan untuk kekurangan
adalah sanksi yang diterapkan.
anggaran yang dikeluhkan
Perlu diterapkannya sanksi yang
pengguna kendaraan dinas sudah
tegas. Selama ini pemerintah
tidak ada lagi dan dapat tercukupi
belum tegas memberikan sanksi
kebutuhannya untuk pembelian
kepada pihak yang melanggar
BBM non subsidi sehingga tidak
dan melakukan penyelewengan
ada lagi alasan karena anggaran
dengan tidak mematuhi peraturan
yang diberikan masih kurang.
pengendalian BBM subsidi
2. Struktur birokrasi dalam hal
tersebut. Seharusnya ada sanksi
koordinasi perlu ditingkatkan,
tegas yang diterapkan sehingga
memperbaiki koordinasi antara
penyimpangan tidak terulang.
Departemen Keuangan dengan
Pemerintah Daerah untuk DAFTAR PUSTAKA
megatasi kekurangan anggaran
Sumber Buku
pelaksanaan pengendalian BBM.
3. Meningkatkan kesadaran Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
masyarakat pengguna kendaraan Penelitian Suatu Pendekatan
dinas dengan cara sosialisasi Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
kembali akan pentingnya
Keban, Yeremias T. 2007.
pengendalian BBM subsidi
Pembangunan Birokrasi di
sebagai bentuk penghematan
Indonesia: Agenda Kenegaraan
bahan bakar minyak agar para
yang Terabaikan, Pidato
pengguna kendaraan dinas lebih
Pengukuran Guru Besar pada
memahami tujuan pengendalian
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Gadjah Akib, Haedar. 2010. Implementasi
Mada, Yogyakarta. Kebijakan: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana. Jurnal Ilmu
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Administrasi Publik. Volume 1
Pendidikan Pendekatan
No.1. Universitas Negeri
Kuanlitatif, Kualitatif, dan
Makassar
R&D. Bandung : Alfabeta.
Denhart, Janet V dan Robert B.
Sugiyono. 2012. Memahami
Denhart. 2003. The New
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Public Service: Serving, Not
Alfabeta.
Steering. M. E. Sharpe, New
Suwitri, Sri. 2011. Konsep Dasar York.
Kebijakan Publik. Semarang:
Denhart, Robert B. 2008. Theories of
Badan Penerbit Universitas
Public Organization. Thomson
Diponegoro.
& Wadsworth. USA. Fifth
Wahab, Solichin A. 2005. Analisis Edition.
Kebijakan dari Formulasi ke
Mazmanian, Daniel A and Paul A.
Implementasi Kebijakan, Bumi
Sabatier. 1983. Implementation
Aksara Jakarta.
and Public Policy, Scott
Widodo, Solichin. 2011. Analisis Foresman and Company, USA.
Kebijakan dan Formulasi ke
Sumber Internet:
Implementasi Kebijakan.
Jakarta: Bumi Aksara. Administrator. 2012. DPR Undang
Stakeholder Bahas Pembatasan
Moeleong, Lexy J. 2007. Metode
BBM Bersubsidi.
Penelitian Kualitatif. Bandung
http://esdm.go.id/berita/migas/
: Rosdakarya.
40-migas/5371-dpr-undang-
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy. stakeholder-bahas-pembatasan-
Jakarta: Gramedia. bbm-bersubsidi. Diunduh 29
November 2012.
Sumber Jurnal:
Badan Pemerintah Daerah Kota Suara Merdeka. (2012, 23 April).
Semarang. 2014. Dalam Pembatasan BBM Bersubsidi
http://semarangkota.go.id/porta Menuai Kritik.
l/index.php/article/details/visi- http://www.suaramerdeka.com/
dan-misidan v1/index.php/read/news/2012/0
http://semarangkota.go.id/porta 4/23/116303/Pembatasan-
l/index.php/article/details/kond BBM-Bersubsidi-Menuai-
isi-umum . Diunduh 22 Maret Kritik. Diunduh 26 Mei 2013
2014.
Sumber Lain:
Badan Pusat Statistik Kota
Peraturan Menteri ESDM RI Nomor
Semarang. 2014. Dalam
01 Tahun 2013 Tentang
http://semarangkota.bps.go.id/i
Pengendalian Penggunaan
ndex.php/en/keadaan-geografi .
Bahan Bakar Minyak.
Diunduh 23 Maret 2014.

Dinas Energi dan Sumber Daya


Mineral Provinsi Jawa Tengah.
2014. Dalam
http://www.esdm.jatengprov.go
.id/ . Diunduh 23 maret 2014.

Istibsaroh, Nur. (2013, 18 Agustus).


SPBU Mulai Dipasang
Pengendali BBM Bersubsidi.
http://www.antarajateng.com/d
etail/index.php?id=82956 .
Diunduh 12 januari 2014.

PT. Pertamina (Persero). 2013.


Dalam
http://www.pertamina.com/ .
Diunduh 19 Maret 2013.

You might also like