Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRACT
Soil can be enriched with fertilizer or other organic ameliorant. In this study, effect of the
variations of organic ameliorant addition to seedlings growth of Ki menyan (Styrax
benzoin Dyrand), Trembesi (Samania samans Jack (Merril)) and Ki bawang (Melia
excelsa) has been analyzed.
ABSTRAK
Tanah dapat diperkaya dengan pupuk atau penyubur organik lainnya. Pada studi kali ini,
pengaruh variasi penambahan amelioran organik terhadap pertumbuhan anakan Ki
menyan (Styrax benzoin Dyrand), Trembesi (Samania saman Jack (Merril)) dan Ki
bawang (Melia excelsa) telah dianalisis.
anakan atau pohon yang tumbuh disekitarnya. Tanah merupakan sumber unsur
tumbuh dan berpegangnya akar tanaman (Atmojo, 2003). Tanah sebagai media
tumbuh memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda tergantung dari
pengelolaan tanah tersebut maupun kondisi alami tanah. Tanah yang miskin
unsur hara akan kurang sesuai jika dijadikan sebagai media tanam, karena unsur
hara berupa unsur organik dan mineral sangat diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Kondisi tanah yang miskin hara dapat diatasi dengan penambahan
bahan organik atau mineral dengan penambahan pupuk organik, arang, cuka
kayu ataupun pupuk organik mikoriza. Arang yang didapat dari proses
karbonisasi kayu ataupun biomassa kaya akan kandungan karbon (C) yang
merupakan salah satu unsur hara penting yang dapat meningkatkan kualitas
tanah. Arang yang memiliki pori dan bersifat adsorben merupakan karakteristik
yang menguntungkan untuk menjerap air di dalam tanah. Saat ini penambahan
arang sebagai pupuk organik dikenal dengan pupuk organik arang. Bahan
organik lainnya yang juga dapat merangsang pertumbuhan tanaman adalah cuka
kayu. Cuka kayu merupakan destilat cair hasil kondensasi asap selama proses
Gusmailina, & Pari, 2011; Oramahi & Diba, 2013). Penggunaan bahan organik
seperti arang dan cuka kayu pada media tanam berupa tanah dapat mengurangi
penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida kimiawi yang dapat
mikoriza. Pupuk ini berasal dari cendawan mikoriza yang biasanya bersimbiosis
2006).
berupa pupuk organik arang (POA), arang serbuk gergaji (ASG), cuka kayu (CK),
pupuk organik mikoriza (POM) dan pupuk organik arang mikoriza (POAM) yang
A. Bahan
(Styrax benzoin Dyrand), Trembesi (Samania samans Jack (Merril)) dan Ki bawang
(Melia excelsa). Bahan lainnya yang digunakan antara lain: media tanam berupa
tanah, polybag, tablet pupuk organik arang, arang serbuk gergaji, cuka kayu,
tablet pupuk organik mikoriza, tablet pupuk organik arang mikoriza, air.
B. Metode
macam perlakuan pada media tanam berupa tanah yaitu : (p) tanah saja (kontrol)
; (q) POA 10%; (r) POA 10% + ASG 5 %; (s) POA 10% + ASG 10%; (t) tablet POAM;
(u) tablet POM; (v) tablet POM + ASG 5%; (w) CK 1%; (x) CK 1% + ASG 5%; (y) CK
ulangan. Pengamatan dilakukan selama 6 bulan pada anakan ketiga jenis anakan.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur diameter dan tinggi anakan pada
4 Kemenyan
Trembesi
2
Ki bawang
0
p q r s t u v w x y z
Jenis Perlakuan
(dalam B. Inggris?)
bagi penambahan diameter tiga jenis anakan. Pada Ki menyan, perlakuan r memberikan
penambahan diameter paling besar yaitu 5,09 cm. Perlakuan r adalah penambahan
amelioran organik POA 10% + ASG 5 %. Pada jenis Trembesi, perlakuan u dengan
7,04 cm. Pada jenis Ki bawang, perlakuan s yakni penambahan POA 10% dan ASG 10%
30
25
20
Kemenyan
15
Trembesi
10
Ki bawang
5
0
p q r s t u v w x y z
Jenis Perlakuan
memberikan respon penambahan tinggi yang berbeda bagi ketiga jenis anakan. Pada
jenis Ki menyan dan Trembesi, perlakuan r yaitu penambahan POA 10% dan ASG 5%
sebesar 21,67 cm dan 29,17 cm. Untuk jenis Ki bawang penambahan POA 10% dan ASG
10% (perlakuan s) memberikan respon terbaik bagi penambahan tinggi sebesar 21,50
cm.
penambahan amelioran organik berupa arang (dalam bentuk POA dan ASG) memberikan
respon positif dengan ditandai penambahan tinggi dan diameter anakan. Arang yang
merupakan produk karbonisasi dari biomassa mengandung kadar karbon (C) yang tinggi
dan juga nutrisi mikro dan makro yang diperlukan bagi tumbuhan. Namun demikian,
komposisi nutrisi yang dikandung pada arang sebagai biochar sangat dipengaruhi oleh
karakteristik bahan alam arang itu sendiri dan proses pirolisis dalam menghasilkan arang
(Yin Chan & Xu, 2009). Pari, Mahpudin dan Jajuli (2012) menyebutkan bahwa kadar
karbon dari arang serbuk gergajian kayu campuran yang dibuat dengan tungku dan
tungku berbentuk bak memiliki kadar karbon (C) terikat yang berbeda, yakni masing-
masing sebesar 68,29 % dan 75,70%. Perbedaan kadar karbon ini diduga dari perbedaan
habitat yang cocok untuk pertumbuhan mikroba (Lehman 2009 dalam Hagner, 2013).
memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas tanah pada lahan tanam jagung dan
padi gogo hasil pembukaan lahan tebang dan bakar. Parameter kualitas tanah yang
diamati berupa berat volume dan unsur K yang tersedia di dalam tanah. Hasil studi
penambahan biochar pada perbaikan tanah sistem agrikultur tanaman sereal barley di
menurunkan keberadaan Pb dan Cd pada serat tanaman barley yang banyak digunakan
untuk diet. Hasil studi ini tentu saja sangat menguntungkan jika dilihat dari keamanan
bahan makanan dari cemaran logam berbahaya. Hagner, Penttinen, Tiilikkala, dan Setälä
(2013) mempelajari efek biochar terhadap pencucian glifosat di dalam tanah. Glifosat
sering digunakan sebagai herbisida pada lahan pertanian. Hasil studi menunjukkan
bahwa penambahan biochar pada pot yang diisi dengan tanah dan tanaman, lalu diberi
dapat digunakan sebagai adsorben glifosat yang efeknya dapat berbahaya bagi
ekosistem akuatik.
pupuk organik arang mikoriza (POAM), yakni perlakuan t dan u, memberikan respon
yang lebih kecil pada diameter dan tinggi jika dibandingkan dengan penambahan
amelioran organik berupa arang dalam bentuk pupuk organik arang (POA) dan arang
penambahan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan POM untuk
jenis Trembesi dan Ki bawang. Namun pada Ki menyan, penambahan POM memberikan
respon diameter yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan POAM. Pada
respon tinggi, penambahan POAM memberikan penambahan tinggi yang lebih besar
dibandingkan penambahan POM untuk jenis Ki bawang dan Ki menyan. Namun pada
jenis Trembesi, penambahan POM memberikan respon penambahan tinggi yang lebih
berupa mikoriza memberikan pengaruh nyata bagi pH dan status fosfat tanah andisol
dan hasil tanaman jagung. Mikoriza pada akar diketahui mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi untuk tanaman seperti fosfat (P), seng (Zn), nitrat, acmonium, potassium dan besi
(Cu). Akar yang bersimbiosis dengan mikoriza akan memilik jaringan adsorbsi di dalam
tanah yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak bersimbiosis dengan
mikoriza (Cavagnaro et al., 2015). Oleh karena itu, penambahan mikoriza sebagai pupuk
organik dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kemampuan tanaman dalam mengambil unsur hara mikro dan makro di dalam tanah
juga dipengaruhi oleh struktur perakaran, eksudat akar dan mikroflora rhizospora
(Dhawi et al., 2015). Penambahan mikoriza sebagai pupuk hayati dapat meningkatkan
serapan hara dan ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah, meningkatkan
toleransi tanaman terhadap kekeringan dan menstabilkan agregat tanah (Balai Besar
penambahan tinggi dan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan amelioran
organik lainnya seperti arang dan mikoriza. Pada perlakuan penambahan CK 1% dan 2%
(perlakuan w dan y), respon penambahan diameter dan tinggi yang lebih besar ada pada
penambahan CK dengan konsentrasi lebih besar yaitu 2%. Namun pada perlakuan
penambahan CK dan ASG 5% (perlakuan x dan z), respon penambahan diemeter dan
tinggi justru lebih besar pada penambahan CK sebesar 1% dan ASG 5% (perlakuan x).
kayu/ sebetan mengandung unsur hara berupa C organik sebesar 6,12 - 7,35%; N total
sebesar 0,62 -0,67%; P2O5 total 0,24 -0,31%; dan K2O total sebesar 0,31 -0,36%.
Kandungan unsur hara tersebut merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan bagi
perakaran tanaman dan aktivitas mikrobial tanah (Wei et al., 2009 dan Zulkarani et al.,
2011 dalam Hagner, 2013). Aktivitas mikrobial tanah yang meningkat diketahui akan
berpengaruh terhadap sifat kimia tanah seperti peningkatan ketersediaan unsur hara
yang disebabkan oleh peningkatan kapasitas pertukaran kation (KPK) dan kelarutan
unsur fosfat di dalam tanah (Putri, 2006). Hagner et al. (2013) menyebutkan kombinasi
media tanam. Glifosat yang merupakan bahan herbisida yang berbahaya jika ikut
terlarut di dalam air tanah dan berpotensi mengakibatkan cemaran ekosistem akuatik.
karbonisasi dan bahan bakunya sendiri. Wu, Zhang, Hou, Zheng, Deng, Liu dan Tang
25% pada suhu karbonisasi berkisar antara 350°C-450°C. Proporsi komponen utama
pada CK berupa senyawa asam , fenol, alkohol dan keton juga tergantung pada bahan
baku CK itu sendiri. Wu et al. (2015) menyebutkan CK dari tangkai kapas lebih banyak
mengandung alkohol, sedangkan CK dari serbuk gergaji pohon cemara Cina tinggi akan
kandungan senyawa keton dan CK dari serbuk gergaji bambu tinggi akan kandungan
Hasil analisis keragaman untuk respon diameter pada 3 jenis anakan seperti
pada Tabel 1.
signifikan terhadap respon diameter ketiga jenis anakan. Nilai R2 yang dicapai diatas 95%
jenis anakan yaitu Ki menyan, Trembesi dan Ki bawang. Untuk mengetahui perbedaaan
tiap perlakuan pada pertambahan diameter ketiga jenis anakan dilakukan uji lanjut
dengan uji t dan perhitungan koefisien determinan. Hasilnya seperti pada Tabel 2.
Pertambahan
diameter (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(The increasing of (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
diameter)/cm
p A 4 B 3 B 3
Pertambahan
diameter (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(The increasing of (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
diameter)/cm
w C 2 BC 2,5 C 2
(ß) untuk 11 perlakuan pada jenis Ki menyan sebesar -2,5258. Nilai ß yang negatif
diameternya semakin kecil. Pada jenis Trembesi dan Ki bawang nilai koefisien
dan 10,2500. Nilai positif menunjukkan semakin besar diameter awal maka
skor tiap perlakuan, maka perlakuan s (POA 10% dan ASG 10%) memberikan
respon paling baik bagi pertambahan diameter ketiga jenis anakan. Perlakuan z
(CK 2% dan ASG 5%) memberikan respon pertambahan diameter paling kecil
(peringkat dan skor terkecil) bagi ketiga jenis anakan. Rekapitulasi hasil uji t
Trembesi 6,7138 A 4
Ki bawang 5,8426 A 4
Keterangan (Remarks) : * Nilai rata-rata diameter awal di adjust pada 0,2717 cm (Average of initial diameter adjusted at
0,2717 cm)
pengaruh yang signifikan terhadap respon tinggi ketiga jenis anakan. Nilai R2
yang dicapai diatas 80% menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ASG, POM,
tinggi ketiga jenis anakan dilakukan uji lanjut dengan uji t dan perhitungan
Pertambahan
tinggi (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(Height (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
increasement)/cm
p C 4 E 1 DE 1,5
Pertambahan
tinggi (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(Height (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
increasement)/cm
r A 6 A 5 A 5
Keterangan (Remarks) :
Keterangan (Remarks) :
p= kontrol (control); q= POA 10% (charcoal organic fertilizer 10%); r= POA 10% + ASG 5% (charcoal organic fertilizer 10%+
sawdust charcoal 5%); s= POA 10% + ASG 10% (charcoal organic fertilizer 10% + sawdust charcoal 10%); t= tablet POAM
(organic fertilizer tablet of charcoal and mychorriza); u= tablet POM (organic fertilizer tablet of mychorriza); v= tablet
POM + ASG5% (organic fertilizer tablet of mychorriza + sawdust charcoal 5%); w= CK 1% (wood vinegar 1%); x= CK 1% +
ASG 5% (wood vinegar 1% + sawdust charcoal 5%); y= CK 2% (wood vinegar 2%); z= CK 2% + ASG 5% (wood vinegar 2% +
sawdust charcoal 5%).
1
Di-adjust pada rata-rata tinggi awal = 13,3032 cm (Adjusted at mean of initial height = 13,3032 cm)
2
Di-adjust pada rata-rata tinggi awal = 21,5151 cm (Adjusted at mean of initial height = 21,5151 cm)
3
Di-adjust pada rata-rata tinggi awal = 23,4697 cm (Adjusted at mean of initial height = 23,4697 cm)
4
Rata-rata dari 3 ulangan (Average of 3 replications)
ß = koefisien determinan (Determinant coefficient)
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa 11 macam perlakuan memberikan respon
tinggi yang berbeda-beda terhadap ketiga jenis anakan. Dengan melihat nilai koefisien
determinannya (ß), maka pada anakan Ki menyan semakin besar tinggi awal anakan nilai
bawang , semakin besar nilai tinggi awal anakan, nilai pertambahan tingginya semakin
besar. Jika dilihat dari grade dan score-nya, maka perlakuan r (POA 10% dan ASG 5%)
memberikan respon pertambahan tinggi yang paling baik (besar) bagi ketiga jenis
anakan, sedangkan perlakuan z (CK 2% dan ASG 5%) memberikan respon pertambahan
tinggi yang paling kecil bagi ketiga jenis anakan. Hasil penelitian Komarayati, Gusmailina
sebesar 156,33 cm. Komarayati et al. (2014) juga menyebutkan penambahan cuka kayu
(Anthocephalus cadamba). Adanya perbedaan respon ini diduga adanya faktor fisiologis
tanaman dan kandungan unsur hara yang terkandung di dalam cuka kayu yang ikut
Trembesi 15,1674 A 4
Ki bawang 11,3092 B 3
Keterangan (Remarks) : * Nilai rata-rata tinggi awal di adjust pada 19,4293 cm (Average of initial height adjusted at
19,4293 cm)
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa 11 perlakuan yang diujicobakan
pertumbuhan tanaman.
IV. KESIMPULAN
dan arang serbuk gergaji (ASG) 10% memberikan respon pertambahan diameter
yang paling baik bagi pertumbuhan anakan Ki menyan, Trembesi dan Ki bawang.
memberikan respon pertambahan diameter dan tinggi yang paling baik setelah
Atmojo, S.W. (2003). Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan
upaya pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian. 4 Januari 2003. Surakarta: Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. (2006). Pupuk organik dan
pupuk hayati. Editor: R.D.M, Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Rasti
Saraswati, Diah Setyorini, Wiwik Hartatik. Bogor: Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Cavagnaro, T., Bender, S.F., Asghari, H.R. dan van der Heijden, M.G.A. (2015). The
role of arbuscular mycorrhizas in reducing soil nutrient loss.
http://dx.doi.org/10.1016/j.tplants.2015.03.004
Dhawi, F., Datta, R, & Ramakrishna, W. (2015). Mycorrhiza and PGPB modulate
maize biomass, nutrient uptake and metabolic pathways in maize grown
in mining-impacted soil. doi 10.1016/j.plaphy.2015.10.028.
Hagner, M. (2013). Potential of the slow pyrolysis products birch tar oil, wood
vinegar and biochar in sustainable plant protection - pesticidal effects,
soil improvement and environmental risks. Dissertation. Finlandia: Faculty
of Biological and Environmental Sciences, University of Helsinki.
Hagner, M., Penttinen, O.P., Tiilikkala, K., & Setälä, H. (2013). The effects of
biochar, wood vinegar and plants on glyphosate leaching and
degradation. European Journal of Soil Biology, 58 (…), 1-7. Commented [D1]: Volume?
Jiménez, E.M., Fernàndez, J.M., Puschenreiter, M., Williams, P.N., & Plaza, C. Commented [NH2]: Memang hanya ada edisi jurnalnya saja, di
jurnal asli hanya begitu adanya
(2016). Availability and transfer to grain of As, Cd, Cu, Ni, Pb and Zn in a
barley agri-system: Impact of biochar, organic and mineral fertilizers.
Agriculture, Ecosystems, and Environment, 219(..), 171-178.
Komarayati, S., Gusmailina, & Pari, G. (2011). Produksi cuka kayu hasil modifikasi
tungku arang terpadu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(3), 234-247.
Komarayati, S., Gusmailina, & Pari, G. (2014). Pengaruh arang dan cuka kayu
terhadap peningkatan pertumbuhan dan simpanan karbon. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 32(4), 313-328.
Oramahi, H.A., & Diba, F. (2013). Maximizing the production of liquid smoke
from Bark of Durio by studying its potential compounds. Proceedia
Environmental Sciences, 17, 60-69.
Pari, G., Mahpudin, & Jajuli. (2012). Teknologi pembuatan arang, briket arang
dan arang aktif serta pemanfaatannya. Diunduh pada http://www.forda-
mof.org/files/arang-Gustam.pdf.
Putri, D.M.S. (2006). Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan Begonia
imperialis dan Begonia ‘bethlehem star’. Biodiversitasi, 7(2), 168-170.
Rostaliana, P., Prawito, P., & Turmudi, E. (2012). Pemanfaatan biochar untuk
perbaikan kualitas tanah dengan indikator tanaman jagung hibrida dan
padi gogo pada system lahan tebang dan bakar. NATURALIS-Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(3), 179-188.
Sufardi, Syakur, & Karnilawati. (2013). Amelioran organik dan mikoriza
meningkatkan status fosfat tanah dan hasil jagung pada tanah andisol.
Jurnal Agrista, 17(1), 1-11.
Wu, Q., Zhang, S., Hou, B., Zheng, H., Deng, W., Liu, D., & Tang, W. (2015). Study
on the preparation of wood vinegar from biomass residues by
carbonization process. Bioresource Technology, 179, 98-103.
Yin Chan, K., & Xu, Z. (2009). Biochar: Nutrient properties and their
enhancement. Dalam Buku Biochar Environmental Management, Science
and Technology. Editor: Johannes Lehman & Stephen Joseph. UK,
Earthscan.
Yusnaini, S. (2009). Keberadaan mikoriza vesikular arbuskular pada pertanaman
jagung yang diberi pupuk organik dan inorganik jangka panjang. J. Tanah.
Trop, 14(3), 253-260.