You are on page 1of 20

ANALISIS PENAMBAHAN AMELIORAN ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN TIGA JENIS ANAKAN

(The Analysis of Organic Ameliorant Addition


to The Growth of Three Seedlings)

Novitri Hastuti, Djeni Hendra , & R. Esa Pangersa Gusti

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan


Jl. Gunung Batu No.5 Bogor
Telp. 0251-8633378; Fax. 0251-8633413
E-mail: novienov3@yahoo.com

ABSTRACT

The growth of seedlings is strongly influenced by the nutrient content in the


plantation media. Nutrients can be enriched with fertilizer or other organic ameliorant.
In this study, effect of the variations of organic ameliorant addition to the growth of
seedlings of Ki menyan (Styrax benzoin Dyrand), Trembesi (Samania samans Jack
(Merril)) and Ki bawang (Melia excelsa) has been analyzed. The addition of organic
ameliorant was arranged into 11 different treatments, which are: (p) the land alone
(control); (q) charcoal organic fertilizer (POA) 10%; (r) POA 10% + charcoal sawdust
(ASG) 5%; (s) POA 10% + ASG 10%; (t) organic fertilizer tablet of charcoal and
mycorrhiza (POAM); (u) organic fertilizer tablet of mycorrhiza (POM); (v) POM + ASG 5%;
(w) wood vinegar (CK) 1%; (x) CK 1% + ASG 5%; (y) CK 2%; (z) CK 2% + ASG 5%. The
growth parameters observed were the increasing in diameter and height of seedlings for
6 months. The results showed the addition of organic ameliorant in form charcoal
organic fertilizers (POA) 10% and charcoal sawdust (ASG) 10% exhibited the highest
response to the increasing of diameter and the addition of organic ameliorant in form
POA 10% and ASG 5% was exhibited the highest response to the increasing of height for
seedling growth of Ki menyan, Trembesi and Ki bawang. The t test showed that Trembesi
gave the highest response to the increasing both of diameter and height after treatment
compared to Ki menyan and Ki bawang.

Key words: Ameliorant, organic, charcoal, wood vinegar, mychorriza.


ABSTRAK

Pertumbuhan anakan sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur hara di dalam


media tanamnya. Unsur hara dapat diperkaya dengan pemberian pupuk atau amelioran
organik lainnya. Pada studi kali ini dipelajari pengaruh variasi penambahan amelioran
organik pada pertumbuhan anakan jenis Ki menyan (Styrax benzoin Dyrand), Trembesi
(Samania samans Jack (Merril)) dan Ki bawang (Melia excelsa). Penambahan ameliorant
organic disusun dalam 11 macam perlakuan yaitu : (p) tanah saja (kontrol) ; (q) pupuk
organik arang (POA) 10%; (r) POA 10% + arang serbuk gergaji (ASG) 5 %; (s) POA 10% +
ASG 10%; (t) tablet pupuk organik arang mikoriza (POAM); (u) tablet pupuk organik
mikoriza (POM); (v) tablet POM + ASG 5%; (w) cuka kayu (CK) 1%; (x) CK 1% + ASG 5%;
(y) CK 2%; (z) CK 2% + ASG 5%. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah
pertambahan diameter dan tinggi anakan selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan
penambahan amelioran organik berupa pupuk organik arang (POA) 10% dan arang
serbuk gergaji (ASG) 10% memberikan respon pertambahan diameter yang paling baik
bagi pertumbuhan anakan Ki menyan, Trembesi dan Ki bawang. Penambahan amelioran
organik berupa POA 10% dan ASG 5% memberikan respon pertambahan tinggi yang
paling baik bagi pertumbuhan anakan Ki menyan, Trembesi dan Ki bawang. Hasil uji t
menunjukkan anakan Trembesi memberikan respon pertambahan diameter dan tinggi
yang paling baik setelah perlakuan dibandingkan Ki menyan dan Ki bawang.

Kata kunci: Amelioran, organik, cuka kayu, arang, mikoriza.

ABSTRACT

Soil can be enriched with fertilizer or other organic ameliorant. In this study, effect of the
variations of organic ameliorant addition to seedlings growth of Ki menyan (Styrax
benzoin Dyrand), Trembesi (Samania samans Jack (Merril)) and Ki bawang (Melia
excelsa) has been analyzed.

Key words: organic, ameliorant, seedlings, growth.

ABSTRAK

Tanah dapat diperkaya dengan pupuk atau penyubur organik lainnya. Pada studi kali ini,
pengaruh variasi penambahan amelioran organik terhadap pertumbuhan anakan Ki
menyan (Styrax benzoin Dyrand), Trembesi (Samania saman Jack (Merril)) dan Ki
bawang (Melia excelsa) telah dianalisis.

Kata kunci: organic, penyubur, anakan, pertumbuhan.


I. PENDAHULUAN

Media tanam berupa tanah sangat menentukan kualitas pertumbuhan

anakan atau pohon yang tumbuh disekitarnya. Tanah merupakan sumber unsur

hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, tanah sebagai tempat

tumbuh dan berpegangnya akar tanaman (Atmojo, 2003). Tanah sebagai media

tumbuh memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda tergantung dari

pengelolaan tanah tersebut maupun kondisi alami tanah. Tanah yang miskin

unsur hara akan kurang sesuai jika dijadikan sebagai media tanam, karena unsur

hara berupa unsur organik dan mineral sangat diperlukan bagi pertumbuhan

tanaman. Kondisi tanah yang miskin hara dapat diatasi dengan penambahan

bahan organik atau mineral dengan penambahan pupuk organik, arang, cuka

kayu ataupun pupuk organik mikoriza. Arang yang didapat dari proses

karbonisasi kayu ataupun biomassa kaya akan kandungan karbon (C) yang

merupakan salah satu unsur hara penting yang dapat meningkatkan kualitas

tanah. Arang yang memiliki pori dan bersifat adsorben merupakan karakteristik

yang menguntungkan untuk menjerap air di dalam tanah. Saat ini penambahan

arang sebagai pupuk organik dikenal dengan pupuk organik arang. Bahan

organik lainnya yang juga dapat merangsang pertumbuhan tanaman adalah cuka

kayu. Cuka kayu merupakan destilat cair hasil kondensasi asap selama proses

karbonisasi atau pembuatan arang diketahui mengandung asam asetat, metanol

dan senyawa fenol yang dapat dijadikan sebagai biopestisida (Komarayati,

Gusmailina, & Pari, 2011; Oramahi & Diba, 2013). Penggunaan bahan organik
seperti arang dan cuka kayu pada media tanam berupa tanah dapat mengurangi

penggunaan bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida kimiawi yang dapat

menyebabkan penceraman terhadap kualitas lingkungan. Disamping itu,

kesuburan tanah juga dapat ditingkatkan dengan keberadaan pupuk organik

mikoriza. Pupuk ini berasal dari cendawan mikoriza yang biasanya bersimbiosis

dengan akar tanaman. Cendawan mikoriza diketahui dapat meningkatkan

serapan hara, ketahanan tanaman terhadap penyakit yang terbawa di dalam

tanah, meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan dan meningkatkan

kestabilan agregat tanah (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian,

2006).

Studi kali ini bertujuan menganalisis penambahan amelioran organik

berupa pupuk organik arang (POA), arang serbuk gergaji (ASG), cuka kayu (CK),

pupuk organik mikoriza (POM) dan pupuk organik arang mikoriza (POAM) yang

disusun dalam berbagai dosis/konsentrasi terhadap kualitas pertumbuhan 3 jenis

pohon yaitu Ki bawang, Trembesi dan Ki menyan. Parameter pertumbuhan yang

diukur berupa diameter dan tinggi pohon.

II. BAHAN DAN METODE

A. Bahan

Bahan penelitian yang digunakan adalah 3 jenis anakan yaitu : Ki menyan

(Styrax benzoin Dyrand), Trembesi (Samania samans Jack (Merril)) dan Ki bawang

(Melia excelsa). Bahan lainnya yang digunakan antara lain: media tanam berupa
tanah, polybag, tablet pupuk organik arang, arang serbuk gergaji, cuka kayu,

tablet pupuk organik mikoriza, tablet pupuk organik arang mikoriza, air.

B. Metode

Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL). Terdapat 11

macam perlakuan pada media tanam berupa tanah yaitu : (p) tanah saja (kontrol)

; (q) POA 10%; (r) POA 10% + ASG 5 %; (s) POA 10% + ASG 10%; (t) tablet POAM;

(u) tablet POM; (v) tablet POM + ASG 5%; (w) CK 1%; (x) CK 1% + ASG 5%; (y) CK

2%; (z) CK 2% + ASG 5%. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 3

ulangan. Pengamatan dilakukan selama 6 bulan pada anakan ketiga jenis anakan.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur diameter dan tinggi anakan pada

tiap perlakuan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Respon terhadap diameter dan tinggi pohon

Hasil penelitian mengenai penambahan amelioran organik terhadap

penambahan diameter dan tinggi anakan Ki bawang, Trembesi dan Ki menyan

seperti pada Gambar 1 dan Gambar 2.


Penambahan diameter
(..............)
10
Penambahan diameter (cm)

4 Kemenyan
Trembesi
2
Ki bawang
0
p q r s t u v w x y z
Jenis Perlakuan
(dalam B. Inggris?)

Gambar 1. Diagram penambahan diameter tiga jenis anakan setelah perlakuan


Figure 1. Diagram of the increasing of diameter of 3 types seedlings after treatments

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa penambahan amelioran organik dengan

berbagai variasi perlakuan dan konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda-beda

bagi penambahan diameter tiga jenis anakan. Pada Ki menyan, perlakuan r memberikan

penambahan diameter paling besar yaitu 5,09 cm. Perlakuan r adalah penambahan

amelioran organik POA 10% + ASG 5 %. Pada jenis Trembesi, perlakuan u dengan

penambahan tablet POM memberikan respon penambahan diameter terbesar yaitu

7,04 cm. Pada jenis Ki bawang, perlakuan s yakni penambahan POA 10% dan ASG 10%

memberikan respon penambahan diameter terbesar yaitu 8,71 cm.


Penambahan tinggi
35
Penambahan tinggi (cm)

30
25
20
Kemenyan
15
Trembesi
10
Ki bawang
5
0
p q r s t u v w x y z
Jenis Perlakuan

Gambar 2. Diagram penambahan tinggi dari 3 jenis anakan setelah perlakuan


Figure 2. Diagram of the increasing of height of 3 types seedlings after treatments

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa penambahan amelioran organik

memberikan respon penambahan tinggi yang berbeda bagi ketiga jenis anakan. Pada

jenis Ki menyan dan Trembesi, perlakuan r yaitu penambahan POA 10% dan ASG 5%

memberikan respon terbaik bagi penambahan tinggi anakan, yakni masing-masing

sebesar 21,67 cm dan 29,17 cm. Untuk jenis Ki bawang penambahan POA 10% dan ASG

10% (perlakuan s) memberikan respon terbaik bagi penambahan tinggi sebesar 21,50

cm.

Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa

penambahan amelioran organik berupa arang (dalam bentuk POA dan ASG) memberikan

respon positif dengan ditandai penambahan tinggi dan diameter anakan. Arang yang

merupakan produk karbonisasi dari biomassa mengandung kadar karbon (C) yang tinggi

dan juga nutrisi mikro dan makro yang diperlukan bagi tumbuhan. Namun demikian,

komposisi nutrisi yang dikandung pada arang sebagai biochar sangat dipengaruhi oleh
karakteristik bahan alam arang itu sendiri dan proses pirolisis dalam menghasilkan arang

(Yin Chan & Xu, 2009). Pari, Mahpudin dan Jajuli (2012) menyebutkan bahwa kadar

karbon dari arang serbuk gergajian kayu campuran yang dibuat dengan tungku dan

tungku berbentuk bak memiliki kadar karbon (C) terikat yang berbeda, yakni masing-

masing sebesar 68,29 % dan 75,70%. Perbedaan kadar karbon ini diduga dari perbedaan

proses karbonisasi yang dilakukan. Penambahan biochar (arang) ke dalam tanah

mampu meningkatkan luas permukaan tanah dan meningkatkan aktivitas dan

pertumbuhan mikroba di dalam tanah, penambahan biochar membuat tanah menjadi

habitat yang cocok untuk pertumbuhan mikroba (Lehman 2009 dalam Hagner, 2013).

Rostaliana, Prawito dan Turmudi (2012) menyebutkan bahwa penambahan biochar

memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas tanah pada lahan tanam jagung dan

padi gogo hasil pembukaan lahan tebang dan bakar. Parameter kualitas tanah yang

diamati berupa berat volume dan unsur K yang tersedia di dalam tanah. Hasil studi

Jiménez, Fernàndez, Puschenreiter, Williams dan Plaza (2016) menyebutkan bahwa

penambahan biochar pada perbaikan tanah sistem agrikultur tanaman sereal barley di

Spanyol, mampu menurunkan solubilitas logam berbahaya seperti Pb (timbal), Cd

(kadmium) dan As (arsen) di dalam tanah. Penambahan biochar juga mampu

menurunkan keberadaan Pb dan Cd pada serat tanaman barley yang banyak digunakan

untuk diet. Hasil studi ini tentu saja sangat menguntungkan jika dilihat dari keamanan

bahan makanan dari cemaran logam berbahaya. Hagner, Penttinen, Tiilikkala, dan Setälä

(2013) mempelajari efek biochar terhadap pencucian glifosat di dalam tanah. Glifosat

sering digunakan sebagai herbisida pada lahan pertanian. Hasil studi menunjukkan

bahwa penambahan biochar pada pot yang diisi dengan tanah dan tanaman, lalu diberi

penambahan glifosat, mengalami pencucian glifosat yang lebih rendah dibandingkan


dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan biochar pada media tanam

dapat digunakan sebagai adsorben glifosat yang efeknya dapat berbahaya bagi

ekosistem akuatik.

Penambahan amelioran organik berupa pupuk organik mikoriza (POM) dan

pupuk organik arang mikoriza (POAM), yakni perlakuan t dan u, memberikan respon

yang lebih kecil pada diameter dan tinggi jika dibandingkan dengan penambahan

amelioran organik berupa arang dalam bentuk pupuk organik arang (POA) dan arang

serbuk gergajian (ASG). Pada respon diameter, penambahan POAM memberikan

penambahan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan POM untuk

jenis Trembesi dan Ki bawang. Namun pada Ki menyan, penambahan POM memberikan

respon diameter yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan POAM. Pada

respon tinggi, penambahan POAM memberikan penambahan tinggi yang lebih besar

dibandingkan penambahan POM untuk jenis Ki bawang dan Ki menyan. Namun pada

jenis Trembesi, penambahan POM memberikan respon penambahan tinggi yang lebih

besar. Mikoriza diketahui berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian

Sufardi, Syakur dan Karnilawati (2013) menunjukan penambahan amelioran organik

berupa mikoriza memberikan pengaruh nyata bagi pH dan status fosfat tanah andisol

dan hasil tanaman jagung. Mikoriza pada akar diketahui mampu memenuhi kebutuhan

nutrisi untuk tanaman seperti fosfat (P), seng (Zn), nitrat, acmonium, potassium dan besi

(Cu). Akar yang bersimbiosis dengan mikoriza akan memilik jaringan adsorbsi di dalam

tanah yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak bersimbiosis dengan

mikoriza (Cavagnaro et al., 2015). Oleh karena itu, penambahan mikoriza sebagai pupuk

organik dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Kemampuan tanaman dalam mengambil unsur hara mikro dan makro di dalam tanah
juga dipengaruhi oleh struktur perakaran, eksudat akar dan mikroflora rhizospora

(Dhawi et al., 2015). Penambahan mikoriza sebagai pupuk hayati dapat meningkatkan

serapan hara dan ketahanan tanaman terhadap penyakit terbawa tanah, meningkatkan

toleransi tanaman terhadap kekeringan dan menstabilkan agregat tanah (Balai Besar

Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006). Hasil penelitian Yusnaini (2009)

menyebutkan bahwa penambahan pupuk organik, inorganik serta kombinasinya pada

jangka panjang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikoriza vesikular arbuskular yang

ada pada akar tanaman jagung.

Penambahan amelioran organik berupa cuka kayu (CK) memberikan respon

penambahan tinggi dan diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan amelioran

organik lainnya seperti arang dan mikoriza. Pada perlakuan penambahan CK 1% dan 2%

(perlakuan w dan y), respon penambahan diameter dan tinggi yang lebih besar ada pada

penambahan CK dengan konsentrasi lebih besar yaitu 2%. Namun pada perlakuan

penambahan CK dan ASG 5% (perlakuan x dan z), respon penambahan diemeter dan

tinggi justru lebih besar pada penambahan CK sebesar 1% dan ASG 5% (perlakuan x).

Hasil penelitian Komarayati et al.(2011) menunjukkan bahwa CK dari limbah potongan

kayu/ sebetan mengandung unsur hara berupa C organik sebesar 6,12 - 7,35%; N total

sebesar 0,62 -0,67%; P2O5 total 0,24 -0,31%; dan K2O total sebesar 0,31 -0,36%.

Kandungan unsur hara tersebut merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan bagi

pertumbuhan tanaman. Penambahan CK di dalam tanah diketahui mampu menstimulasi

perakaran tanaman dan aktivitas mikrobial tanah (Wei et al., 2009 dan Zulkarani et al.,

2011 dalam Hagner, 2013). Aktivitas mikrobial tanah yang meningkat diketahui akan

berpengaruh terhadap sifat kimia tanah seperti peningkatan ketersediaan unsur hara

yang disebabkan oleh peningkatan kapasitas pertukaran kation (KPK) dan kelarutan
unsur fosfat di dalam tanah (Putri, 2006). Hagner et al. (2013) menyebutkan kombinasi

biochar dan CK mampu mengurangi pencucian glifosat paling efektif dibandingkan

dengan penambahan kedua material tersebut secara terpisah (masing-masing) pada

media tanam. Glifosat yang merupakan bahan herbisida yang berbahaya jika ikut

terlarut di dalam air tanah dan berpotensi mengakibatkan cemaran ekosistem akuatik.

Karakteristik CK sebagai bahan amelioran organik dipengaruhi oleh proses

karbonisasi dan bahan bakunya sendiri. Wu, Zhang, Hou, Zheng, Deng, Liu dan Tang

(2015) menyebutkan bahwa rendemen CK hasil karbonisasi biomassa dapat mencapai

25% pada suhu karbonisasi berkisar antara 350°C-450°C. Proporsi komponen utama

pada CK berupa senyawa asam , fenol, alkohol dan keton juga tergantung pada bahan

baku CK itu sendiri. Wu et al. (2015) menyebutkan CK dari tangkai kapas lebih banyak

mengandung alkohol, sedangkan CK dari serbuk gergaji pohon cemara Cina tinggi akan

kandungan senyawa keton dan CK dari serbuk gergaji bambu tinggi akan kandungan

asam dan fenol.

B. Analisis Statistik Respon Pertambahan Diameter dan Tinggi

Hasil analisis keragaman untuk respon diameter pada 3 jenis anakan seperti

pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis keragaman terhadap respon diameter*


(Table 1. Analysis of variance of response to diameter)
Jenis Sumber keragaman Jumlah kuadrat Jumlah Kuadrat Total F hit P
anakan (Source) (Sum of square) (Mean square) (F value)
(Seedlings) Perlaku Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat
an (Error) (Total) (Model) (Error) (Total) (Model) (Error)
(Model)
Ki menyan 11 22 33 471,3101 19,8675 491,1776 39,2758 0,9934 39,538 0,0001
R2 = 95,96% R-sq (Adj) = 93,53%
Trembesi 11 22 33 1316,5325 25,1168 1341,6493 109,7110 1,1960 91,729 0,0001
R2 = 98,13% R-sq (Adj) = 97,06%
Ki bawang 11 22 33 1515,1362 9,8130 1524,9492 126,2614 0,4673 270,201 0,0001
R2 = 99,36% R-sq (Adj) = 98,99%
Keterangan (Remarks) : * Rata-rata dari 11 perlakuan dengan masing-masing sebanyak 3 ulangan (Average of 11 model and each model
has 3 replications)
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa 11 perlakuan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap respon diameter ketiga jenis anakan. Nilai R2 yang dicapai diatas 95%

menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ASG, POM, POAM, CK dengan berbagai

variasi konsentrasi memberikan pengaruh nyata bagi pertambahan diameter ketiga

jenis anakan yaitu Ki menyan, Trembesi dan Ki bawang. Untuk mengetahui perbedaaan

tiap perlakuan pada pertambahan diameter ketiga jenis anakan dilakukan uji lanjut

dengan uji t dan perhitungan koefisien determinan. Hasilnya seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji lanjut uji t


(Table 2.Further testing by t test)
Perlakuan Ki menyan1 Trembesi2 Ki bawang3
(Treatments) ß = -2,5258 ß = 10,6050 ß = 10,2500

Pertambahan
diameter (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(The increasing of (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
diameter)/cm
p A 4 B 3 B 3

Pertambahan 3,1550 6,6110 6,8676


diemeter (cm)
q AB 3,5 B 3 AB 3,5

Pertambahan 4,3384 6,6974 7,2059


diemeter (cm)
r A 4 B 3 A 4

Pertambahan 5,0367 6,8640 8,0309


diemeter (cm)
s AB 3,5 A 4 A 4

Pertambahan 4,4075 7,5906 8,1542


diemeter (cm)
t B 3 B 3 AB 3,5

Pertambahan 3,4500 6,5238 7,2742


diemeter (cm)
u B 3 B 3 BC 2,5

Pertambahan 3,5291 6,4936 6,1992


diemeter (cm)
v AB 3,5 BC 2,5 B 3

Pertambahan 4,2596 5,3703 6,7509


diemeter (cm)
Perlakuan Ki menyan1 Trembesi2 Ki bawang3
(Treatments) ß = -2,5258 ß = 10,6050 ß = 10,2500

Pertambahan
diameter (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(The increasing of (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
diameter)/cm
w C 2 BC 2,5 C 2

Pertambahan 2,6084 5,4638 5,6009


diemeter (cm)
x BC 2,5 A 4 BC 2,5

Pertambahan 3,0792 7,0443 6,0542


diemeter (cm)
y C 2 BC 2,5 BC 2,5

Pertambahan 2,7425 5,5507 6,0176


diemeter (cm)
z C 2 C 2 C 2

Pertambahan 2,7061 4,9274 5,2176


diemeter (cm)
Keterangan (Remarks) :
p= kontrol (control); q= POA 10% (charcoal organic fertilizer 10%); r= POA 10% + ASG 5% (charcoal organic fertilizer 10%+
sawdust charcoal 5%); s= POA 10% + ASG 10% (charcoal organic fertilizer 10% + sawdust charcoal 10%); t= tablet POAM
(organic fertilizer tablet of charcoal and mychorriza); u= tablet POM (organic fertilizer tablet of mychorriza); v= tablet
POM + ASG5% (organic fertilizer tablet of mychorriza + sawdust charcoal 5%); w= CK 1% (wood vinegar 1%); x= CK 1% +
ASG 5% (wood vinegar 1% + sawdust charcoal 5%); y= CK 2% (wood vinegar 2%); z= CK 2% + ASG 5% (wood vinegar 2% +
sawdust charcoal 5%).
1
Di-adjust pada rata-rata diameter awal = 0,1546 cm (Adjusted at the average of initial diameter = 0,1546 cm)
2
Di-adjust pada rata-rata diameter awal = 0,2818 cm (Adjusted at the average of initial diameter = 0,2818 cm)
3
Di-adjust pada rata-rata diameter awal = 0,3788 cm (Adjusted at the average of initial diameter = 0,3788 cm)
4 Rata-rata dari 3 ulangan (Average of 3 replications)

ß = koefisien determinan (Determinant coefficient)

Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa nilai koefisien determinan

(ß) untuk 11 perlakuan pada jenis Ki menyan sebesar -2,5258. Nilai ß yang negatif

menunjukkan bahwa semakin besar diameter awal maka pertambahan

diameternya semakin kecil. Pada jenis Trembesi dan Ki bawang nilai koefisien

determinannya menunjukkan nilai positif, yakni masing-masing sebesar 10,6050

dan 10,2500. Nilai positif menunjukkan semakin besar diameter awal maka

pertambahan diameter semakin besar/meningkat. Jika dilihat dari peringkat dan

skor tiap perlakuan, maka perlakuan s (POA 10% dan ASG 10%) memberikan
respon paling baik bagi pertambahan diameter ketiga jenis anakan. Perlakuan z

(CK 2% dan ASG 5%) memberikan respon pertambahan diameter paling kecil

(peringkat dan skor terkecil) bagi ketiga jenis anakan. Rekapitulasi hasil uji t

keseluruhan perlakuan pada ketiga jenis anakan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil uji t


Table 3. Recapitulation of t test

Jenis anakan Pertambahan Uji t


(Type of seedlings) diameter (cm)* (t test)
(Diameter Peringkat Skor
increasement)/cm (Grade) (Score)
Ki menyan 4,6688 B 3

Trembesi 6,7138 A 4

Ki bawang 5,8426 A 4

Keterangan (Remarks) : * Nilai rata-rata diameter awal di adjust pada 0,2717 cm (Average of initial diameter adjusted at
0,2717 cm)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa 11 perlakuan yang diujicobakan

terhadap 3 jenis anakan memberikan respon pertambahan diameter yang

berbeda-beda. Pada jenis Trembesi dan Ki bawang macam perlakuan

memberikan respon pertambahan diameter yang lebih baik/besar dibandingkan

jenis Ki menyan jika dilihat dari grade dan score-nya.

Untuk analisis keragaman 11 perlakuan terhadap respon tinggi ketiga

jenis anakan seperti pada Tabel 4.


Tabel 4. Analisis keragaman terhadap respon tinggi*
(Table 4. Analysis of variance of response to height)
Jenis Sumber keragaman Jumlah kuadrat Jumlah Kuadrat Total F hit P
anakan (Source) (Sum of square) (Mean square) (F value)
(Seedlings) Perlaku Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat
an (Error) (Total) (Model) (Error) (Total) (Model) (Error)
(Model)
Ki menyan 11 22 33 5130,5587 634,6913 5765,2500 466,4144 35,2606 13,228 0,0001
R2 = 88,99% R-sq (Adj) = 82,26%
Trembesi 11 22 33 8497,3844 793,1156 9290,5000 708,1154 37,7674 18,749 0,0001
R2 = 91,46% R-sq (Adj) = 86,58%
Ki bawang 11 22 33 4722,2921 841,2079 5563,5000 393,5243 40,0575 9,824 0,0001
R2 = 84,88% R-sq (Adj) = 76,24%
Keterangan (Remarks) : * Rata-rata dari 11 perlakuan dengan masing-masing sebanyak 3 ulangan (Average of 11
treatments and each model has 3 replications)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa 11 perlakuan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap respon tinggi ketiga jenis anakan. Nilai R2

yang dicapai diatas 80% menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ASG, POM,

POAM, CK dengan berbagai variasi konsentrasi memberikan pengaruh nyata bagi

pertambahan tinggi ketiga jenis anakan yaitu Ki menyan, Trembesi dan Ki

bawang. Untuk mengetahui perbedaaan tiap perlakuan pada pertambahan

tinggi ketiga jenis anakan dilakukan uji lanjut dengan uji t dan perhitungan

koefisien determinan. Hasilnya seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji lanjut uji t


(Table 5.) Further testing by t test

Perlakuan Ki menyan1 Trembesi2 Ki bawang3


(Treatments) ß = - 1,0559 ß = 0,3173 ß = 0,1857

Pertambahan
tinggi (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(Height (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
increasement)/cm
p C 4 E 1 DE 1,5

Pertambahan tinggi 14,8051 7,1058 6,2414


(cm)
q D 3 C 3 B 4

Pertambahan tinggi 10,4625 16,3462 16,6889


(cm)
Perlakuan Ki menyan1 Trembesi2 Ki bawang3
(Treatments) ß = - 1,0559 ß = 0,3173 ß = 0,1857

Pertambahan
tinggi (cm)4 Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
(Height (Grade) (Score) (Grade) (Score) (Grade) (Score)
increasement)/cm
r A 6 A 5 A 5

Pertambahan tinggi 22,4252 29,5945 20,8152


(cm)
s D 3 B 4 A 5

Pertambahan tinggi 11,4252 24,7324 21,6294


(cm)
t B 5 D 2 C 3

Pertambahan tinggi 18,3786 11,8301 10,1929


(cm)
u D 3 C 3 E 1

Pertambahan tinggi 10,9614 17, 8381 4,5913


(cm)
v E 2 DE 1,5 D 2

Pertambahan tinggi 6,5825 9,0530 7,5794


(cm)
w E 2 DE 1,5 DE 1,5

Pertambahan tinggi 6,3217 9,3174 5,9985


(cm)
x D 3 D 2 DE 1,5

Pertambahan tinggi 11,8052 11,3692 5,1104


(cm)
y D 3 D 2 D 2

Pertambahan tinggi 9,5815 11,7980 8,0937


(cm)
z F 1 D 2 DE 1,5

Pertambahan tinggi 3,9334 12,4486 6,4128


(cm)

Keterangan (Remarks) :
Keterangan (Remarks) :
p= kontrol (control); q= POA 10% (charcoal organic fertilizer 10%); r= POA 10% + ASG 5% (charcoal organic fertilizer 10%+
sawdust charcoal 5%); s= POA 10% + ASG 10% (charcoal organic fertilizer 10% + sawdust charcoal 10%); t= tablet POAM
(organic fertilizer tablet of charcoal and mychorriza); u= tablet POM (organic fertilizer tablet of mychorriza); v= tablet
POM + ASG5% (organic fertilizer tablet of mychorriza + sawdust charcoal 5%); w= CK 1% (wood vinegar 1%); x= CK 1% +
ASG 5% (wood vinegar 1% + sawdust charcoal 5%); y= CK 2% (wood vinegar 2%); z= CK 2% + ASG 5% (wood vinegar 2% +
sawdust charcoal 5%).
1
Di-adjust pada rata-rata tinggi awal = 13,3032 cm (Adjusted at mean of initial height = 13,3032 cm)
2
Di-adjust pada rata-rata tinggi awal = 21,5151 cm (Adjusted at mean of initial height = 21,5151 cm)
3
Di-adjust pada rata-rata tinggi awal = 23,4697 cm (Adjusted at mean of initial height = 23,4697 cm)
4
Rata-rata dari 3 ulangan (Average of 3 replications)
ß = koefisien determinan (Determinant coefficient)
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa 11 macam perlakuan memberikan respon

tinggi yang berbeda-beda terhadap ketiga jenis anakan. Dengan melihat nilai koefisien

determinannya (ß), maka pada anakan Ki menyan semakin besar tinggi awal anakan nilai

pertambahan tingginya semakin kecil/menurun. Pada jenis anakan Trembesi dan Ki

bawang , semakin besar nilai tinggi awal anakan, nilai pertambahan tingginya semakin

besar. Jika dilihat dari grade dan score-nya, maka perlakuan r (POA 10% dan ASG 5%)

memberikan respon pertambahan tinggi yang paling baik (besar) bagi ketiga jenis

anakan, sedangkan perlakuan z (CK 2% dan ASG 5%) memberikan respon pertambahan

tinggi yang paling kecil bagi ketiga jenis anakan. Hasil penelitian Komarayati, Gusmailina

dan Pari (2014) menunjukkan penambahan cuka kayu 2% memberikan respon

pertambahan tinggi yang tertinggi bagi anakan sengon (Paraserianthes falcataria)

sebesar 156,33 cm. Komarayati et al. (2014) juga menyebutkan penambahan cuka kayu

pada semua perlakuan cenderung menghambat pertumbuhan tinggi anakan jabon

(Anthocephalus cadamba). Adanya perbedaan respon ini diduga adanya faktor fisiologis

tanaman dan kandungan unsur hara yang terkandung di dalam cuka kayu yang ikut

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Rekapitulasi hasil uji t secara keseluruhan

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi hasil uji t


(Table 6. Recapitulation of t test)
Jenis anakan Pertambahan tinggi Uji t
(Type of seedlings) (cm)* (t test)
(Height Peringkat Skor
increasement)/cm (Grade) (Score)
Ki menyan 10,5094 B 3

Trembesi 15,1674 A 4

Ki bawang 11,3092 B 3

Keterangan (Remarks) : * Nilai rata-rata tinggi awal di adjust pada 19,4293 cm (Average of initial height adjusted at
19,4293 cm)
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa 11 perlakuan yang diujicobakan

terhadap 3 jenis anakan memberikan respon pertambahan tinggi yang berbeda-

beda. Jenis Trembesi memberikan respon pertambahan tinggi yang paling

baik/besar dibandingkan jenis Ki menyan dan Ki bawang. Disamping, faktor

penambahan amelioran organik, faktor fisiologis tanaman dan kondisi tempat

tumbuh (iklim, curah hujan, intensitas matahari) diduga ikut mempengaruhi

pertumbuhan tanaman.

IV. KESIMPULAN

Penambahan amelioran organik berupa pupuk organik arang (POA) 10%

dan arang serbuk gergaji (ASG) 10% memberikan respon pertambahan diameter

yang paling baik bagi pertumbuhan anakan Ki menyan, Trembesi dan Ki bawang.

Penambahan amelioran organik berupa POA 10% dan ASG 5% memberikan

respon pertambahan tinggi yang paling baik bagi pertumbuhan anakan Ki

menyan, Trembesi dan Ki bawang. Hasil uji t menunjukkan anakan Trembesi

memberikan respon pertambahan diameter dan tinggi yang paling baik setelah

perlakuan dibandingkan Ki menyan dan Ki bawang.


DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, S.W. (2003). Peranan bahan organik terhadap kesuburan tanah dan
upaya pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan
Tanah Fakultas Pertanian. 4 Januari 2003. Surakarta: Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. (2006). Pupuk organik dan
pupuk hayati. Editor: R.D.M, Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Rasti
Saraswati, Diah Setyorini, Wiwik Hartatik. Bogor: Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Cavagnaro, T., Bender, S.F., Asghari, H.R. dan van der Heijden, M.G.A. (2015). The
role of arbuscular mycorrhizas in reducing soil nutrient loss.
http://dx.doi.org/10.1016/j.tplants.2015.03.004
Dhawi, F., Datta, R, & Ramakrishna, W. (2015). Mycorrhiza and PGPB modulate
maize biomass, nutrient uptake and metabolic pathways in maize grown
in mining-impacted soil. doi 10.1016/j.plaphy.2015.10.028.
Hagner, M. (2013). Potential of the slow pyrolysis products birch tar oil, wood
vinegar and biochar in sustainable plant protection - pesticidal effects,
soil improvement and environmental risks. Dissertation. Finlandia: Faculty
of Biological and Environmental Sciences, University of Helsinki.
Hagner, M., Penttinen, O.P., Tiilikkala, K., & Setälä, H. (2013). The effects of
biochar, wood vinegar and plants on glyphosate leaching and
degradation. European Journal of Soil Biology, 58 (…), 1-7. Commented [D1]: Volume?
Jiménez, E.M., Fernàndez, J.M., Puschenreiter, M., Williams, P.N., & Plaza, C. Commented [NH2]: Memang hanya ada edisi jurnalnya saja, di
jurnal asli hanya begitu adanya
(2016). Availability and transfer to grain of As, Cd, Cu, Ni, Pb and Zn in a
barley agri-system: Impact of biochar, organic and mineral fertilizers.
Agriculture, Ecosystems, and Environment, 219(..), 171-178.
Komarayati, S., Gusmailina, & Pari, G. (2011). Produksi cuka kayu hasil modifikasi
tungku arang terpadu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(3), 234-247.
Komarayati, S., Gusmailina, & Pari, G. (2014). Pengaruh arang dan cuka kayu
terhadap peningkatan pertumbuhan dan simpanan karbon. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 32(4), 313-328.
Oramahi, H.A., & Diba, F. (2013). Maximizing the production of liquid smoke
from Bark of Durio by studying its potential compounds. Proceedia
Environmental Sciences, 17, 60-69.
Pari, G., Mahpudin, & Jajuli. (2012). Teknologi pembuatan arang, briket arang
dan arang aktif serta pemanfaatannya. Diunduh pada http://www.forda-
mof.org/files/arang-Gustam.pdf.
Putri, D.M.S. (2006). Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan Begonia
imperialis dan Begonia ‘bethlehem star’. Biodiversitasi, 7(2), 168-170.
Rostaliana, P., Prawito, P., & Turmudi, E. (2012). Pemanfaatan biochar untuk
perbaikan kualitas tanah dengan indikator tanaman jagung hibrida dan
padi gogo pada system lahan tebang dan bakar. NATURALIS-Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(3), 179-188.
Sufardi, Syakur, & Karnilawati. (2013). Amelioran organik dan mikoriza
meningkatkan status fosfat tanah dan hasil jagung pada tanah andisol.
Jurnal Agrista, 17(1), 1-11.
Wu, Q., Zhang, S., Hou, B., Zheng, H., Deng, W., Liu, D., & Tang, W. (2015). Study
on the preparation of wood vinegar from biomass residues by
carbonization process. Bioresource Technology, 179, 98-103.
Yin Chan, K., & Xu, Z. (2009). Biochar: Nutrient properties and their
enhancement. Dalam Buku Biochar Environmental Management, Science
and Technology. Editor: Johannes Lehman & Stephen Joseph. UK,
Earthscan.
Yusnaini, S. (2009). Keberadaan mikoriza vesikular arbuskular pada pertanaman
jagung yang diberi pupuk organik dan inorganik jangka panjang. J. Tanah.
Trop, 14(3), 253-260.

You might also like