You are on page 1of 37

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 25 April 2018

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN


PERTUMBUHAN DAN IMUNISASI
RSIA SITTI KHADIJAH I

KELOMPOK 6B
Anggota :
Khusnul Khatimah Syarif 11020150012
Any Mustafa 11020150027
Amirah Jihan Afry 11020150042
Nur Zamzam Azizah 11020150059
Mutmainnah 11020150073
Arnanda Amnu Raizha 11020150087
Feby Wahyuni Syam 11020150104
Raodah Ramadhani Hambali 11020150116
Pratiwi Purnama 11020150133
Muhammad Irsan Muflih Mundzir 11020150145
Muhammad Rheza Rifky Utama 11020150155

PEMBIMBING:
Dr. dr. H. Nasrudin A.M, Sp.OG, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka kami dapat menyelesaikan
laporan observasi lapangan kami serta tak lupa pula kami haturkan terima kasih
kepada dosen pembimbing kami Dr. dr. H. Nasrudin A.M, Sp.OG, MARS.
Laporan observasi lapangan kami berlokasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Khadijah I yang merupakan salah satu materi pembelajaran dalam mata kuliah
blok Tumbuh Kembang & Geriatri.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
Semoga laporan kami ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 25 April 2018


Tim Penyusun

Kelompok 6B
PERTUMBUHAN ANAK

I. PENDAHULUAN
1. Definisi

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang komplek dari perubahan


morfologi, biokimia, dan fisiologis yang terjadi sejak konsepsi sampai
aturasi/dewasa.1
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya
jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Sedangkan
perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan.1
Ciri-ciri tumbuh kembang anak. Menurut Hurlock EB, tumbuh kembang anak
mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu :1
1. Perkembangan melibatkan perubahan
2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
3. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
4. Pola perkembangan dapat diramalkan
5. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
6. Terdapat periode/tahapan dalam perkembangan
7. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembanagn
8. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko.
2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak mulai dari masa konsepsi sampai dewasa dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik dan faktor
lingkungan bio fisiko psikososial, yang bisa menghambat atau mengoptimalkan
tumbuh kembang anak. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :1
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Yang termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan normal dan patologik,
jenis kelamin, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang snagat menentukan tercapai tidaknya
potensi genetik. Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya
potensi genetik, sedangkan yang tidak baik akan menghambatnya.1
3. Tumbuh kembang masa neonatal
Masa neonatal adalah masa transisi antara kehidupan dari dalam
kandungan ke kehidupan diluar kandungan. Masa ini merupakan masa rawan
dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
Trauma kepala akibat persalinan, asfiksia, BBLR, hiperbilirubinemia dap[at
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.1
Penilaian usia kehamilan yang tepat penting dalam pemeriksaan bayi baru.
Salah satu metode untuk menilai masa gestasi yang dipakai adalah New
Ballard Score (NBS).3
Skor Ballard Dimodifikasi menggunakan kriteria fisik dan neuromuskular
untuk pemeriksaan baru lahir. Keduanya fisik serta kriteria neuromuskular
masing-masing memiliki 6 parameter. Kriteria fisik terdiri dari pemeriksaan
kulit, mata / telinga, lanugo, genitalia, permukaan kaki dan payudara plantar,
sementara kriteria neuromuskular terdiri dari postur bayi,jendela persegi,
tanda syal, sudut poplitea, lengan mundur dan tumit ke manuver telinga.
Setiap kriteria diberikan secara terpisahskor mulai dari -1 hingga 5. Total
semua parameter ini kemudian dibandingkan dengan grafik.4
Gambar 1 Ballard score

4. Pra screening perkembangan


Dalam memantau perkembangan anak, skrining dan deteksi dini
penyimpangan sangat diperlukan. Dalam upaya meningkatkan kualitas anak untuk
tercapainya tumbuh kembang yang optimal maka harusnya terpenuhi: (1)
kebutuhan dasar anak tersebut (2) deteksi dini adanya keterlambatan
perkembangan.(3) intervensi dini.2
Monitoring perkembangan secara rutin dapat mendeteksi adanya
keterlambatan perkembangan secara dini pada anak. IDAI bersama DEPKES
menyusun penggunaaan KPSP sebagai alat praskrening perkembangan sampai
anak usia 6 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan untuk di bawah 2 tahun
dan setiap 6 bulan hingga anak usia 6 tahun.Tujuan untuk mengetahui
perkembangan anak normal/sesuai umur atau ada penyimpangan. Pemeriksaan
KPSP adalah penilian perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu :
motorik kasar, motorik halus, bicara/bahasa dan sosialisasi /kemandirian.2
II. PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan :
Hari : Rabu, 18/04/2018
Pukul : 09.00 WITA
Lokasi : RSIA Khadijah 1 Makassar
Pemeriksaan bayi baru lahir menggunakan ballard score dan apgar score.
a. Pasien I

Hasil pemeriksaan bayi Perempuan dari Ny. Nurul Arifitri


Lahir pada tanggal : Hari rabu, 18/04/2018
Pukul : 07.56 WITA
Berat lahir : 3700 gr Lingkar kepala : 34 cm
Panjang badan : 50 cm Lingkar dada : 34 cm
Nadi : 148 x/mnit Lingkar perut : 32 cm
Pernapasan : 48x/menit Suhu : 37ºC
Nilai ballard score :
- Kulit :3 - Sikap :3
- Laguno :3 - JPL :3
- Garis Telapak Kaki :3 - Rikoil Lengan :3
- Telinga :3 - Sudut poplitea :3
- Genitalia :3 - Tanda Scarf :3
- Payudara :3 - Tumit ke Telinga : 3
Total ballard skor bayi : 36 = 38 minggu
Nilai Apgar score :

No. Tanda 0 1 2 Skor


1 Frekuensi Tidak ada <100 >100 2 2
jantung
2 Usaha nafas Tidak ada Lambat Menangis 2 2
kuat
3 Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan 1 2
fleksi aktif
sedikit
4 Refleks Tidak Gerakan Reaksi 1 2
bereaksi sedikit melawan
5 Warna kulit Biru pucat Tubuh Kemerahan 2 2
kemerahan
tangan dan
kaki biru

Nilai Apgar skor : 8/10


(a) (b) (c)

(d) (e)

(f) (g)

Gambar 2 Pemeriksaan bayi Ny. Nurul Arifitri :(a) gerakan bayi; (b) kulit dan
dada; (c) ukur BB; (d) permukaan plantar; (e) Lanugo; (f) pemeriksaan telinga;
(g) pemeriksaan genital
b. Pasien kedua

Nama Anak : Ayyara Luvia


Tanggal Lahir : 01/12/2017
Berat badan waktu lahir :2650 gr
Panjang badan waktu lahir : 48 cm
Nama ayah :Tn. Muh. Agung
Nama ibu :Ny. St. Suryani
Alamat :Jl. Maccini gusung

a. Kegiatan Pengukuran
1. Penimbangan
 Alat yang digunakan yaitu timbangan baby scale
 Pemasangan alat
 Cara melakukan pengukuran yaitu anak dibaringkan pada
baby scale dengan posisi badan lurus dan minimalkan baju
serta aksesoris . Hasil yang dibaca pada skala yang
ditunjukkan.

Gambar 3. Pengukuran berat badan Ayyara


2. Pengukuran panjang atau tinggi badan
 Alat yang digunakan yaitu meteran
 Anak di letakkan sejajar dengan meteran kemudian kakinya
di luruskan

Gambar 4. Pengukuran tinggi badan Ayyara


b. KMS (kartu Menuju Sehat)

Gambar 5 Grafik Pertumbuhan KMS

c. Interpretasi status pertumbuhan sesuai dengan KMS


 Secara Keseluruhan dapat disimpulkan bahwa anak
mempunyai berat badan cukup atau gizi baik.
d. Intervensi
 Beri dukungan pada ibu untuk tetap memperhatikan status
gizi anak
 Beri penyuluhan gizi seimbang
IMUNISASI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,

berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau

resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang

lain.5

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan.5

Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang

Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). 5

Tujuan Khusus 5

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan

imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/

kelurahan pada tahun 2014.

b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah

1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.

c. Eradikasi polio pada tahun 2015.

d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.


e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah

medis (safety injection practise and waste disposal management).

Sasaran Imunisasi5

(a)

(b)

(c)
(d)

Gambar 6 (a) Sasaran Imunisasi pada bayi; (b) Sasaran Imunisasi pada Anak
Balita; (c) Sasaran Imunisasi Anak Sekolah Dasar; (d) Sasaran Imunisasi pada
Wanita Usia Subur

Jenis Imunisasi5

Gambar 7 Skema Jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggara


1. Imunisasi Wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh

pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka

melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit

menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi

tambahan, dan imunisasi khusus.

a. Imunisasi Rutin

Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan

secara terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi

dasar dan imunisasi lanjutan. Tahukah Anda mengenai jenis vaksin

imunisasi rutin yang ada di Indonesia? Berikut akan diuraikan macam

vaksin imunisasi rutin meliputi deskripsi, indikasi, cara pemberian dan

dosis, kontraindikasi, efek samping, serta penanganan efek samping.

Vaksin DT
Deskripsi:

Suspensi kolodial homogen berwarna


putih susu mengandung toksoid tetanus
dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi
ke dalam alumunium fosfat.

Indikasi:

Pemberian kekebalan simultan terhadap


difteri dan tetanus pada anak-anak

Cara pemberian dan dosis:

Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan
untuk anak usia di bawah 8 tahun.
Kontra indikasi:

Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.

efek Samping:

Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping:

• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak. 


• Jika demam, kenakan pakaian yang tipis 


• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin 


• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam

(maksimal 6 kaidalam 24 jam) 


• Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. 


Vaksin Td
Deskripsi:

Suspensi kolodial homogen berwarna


putih susu mengandung toksoid tetanus
dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi
ke dalam alumunium fosfat.

Indikasi:

Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan


difteri pada individu mulai usia 7 tahun.

Cara pemberian dan dosis:

Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml.

Kontra indikasi:

Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya

efek Samping:

Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping:

• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak. 


• Jika demam, kenakan pakaian yang tipis 


• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin 


• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam

(maksimal 6 kaidalam 24 jam) 


• Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. 


Vaksin TT
Deskripsi:

Suspensi kolodial homogen berwarna


putih susu dalam vial gelas, mengandung
toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke
dalam aluminium fosfat.

Indikasi:

Perlindungan terhadap tetanus


neonatorum pada wanita usia subur.
Cara pemberian dan dosis:

secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.

Kontra indikasi:

• Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya. 


• Hipersensitif terhadap komponen vaksin. 


• Demam atau infeksi akut. 


Efek Samping:

Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping:

• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. 


• Anjurkan ibu minum lebih banyak. 



b. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu

yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada

periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi

tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi

Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam

Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI).

c. Imunisasi Khusus

Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan

untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi

tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah

haji/umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu

dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri

atas Imunisasi Meningitis Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan

Imunisasi Anti-Rabies.

d. Imunisasi Pilihan

Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan

kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi

yang bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib,

Tifoid, Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese

Ensephalitis, dan HPV.


Sistem kekebalan5

Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang

tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus

atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinakti an. Jenis kekebalan terbagi

menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Gambar 8 Skema Sistem Kekebalan


Jadwal Pemberian imunisasi Dasar5

Jadwal imunisasi lanjutan pada usia batita5

Jadwal imunisasi lanjutan pada usia Sekolah5


Jadwal imunisasi lanjutan tetanus toksoid ( tt )5

Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun


Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2017
Usia
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kalib
Japanese encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan

Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksin einflu nz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (prim ary im m unizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per l u diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/M R. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antib
o d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setia p 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.

Gambar 9 Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-8 Tahun Rekomendasi IDAI 2017
II. PENGAMATAN IMUNISASI
Pengamatan ini dilakukan pada hari Rabu, 18 April 2018 pada pukul 10.00 –
12.00 WITA, di Poli anak lt. 2 RSIA Khadijah 1, Makassar.
A. Pasien 1
Nama Ayah : Tn. Jamaluddin
Nama Ibu : Ny. Rosmini
Nama Anak : Muhammad Azril
Tanggal Lahir : 30 Maret 2018
Jenis Kelamin : Laki-Laki
BB Lahir : 3600 gram
BB Sekarang : 4100 gram
PB Lahir : 50 cm
PB Sekarang : 55 cm
Riwayat Vaksinasi : HB O
Imunisasi Sekarang : BCG, Polio 1
Umur : 18 hari

Gambar 10 Muhammad Azril Usia 18 hari

\
Gambar 11 KMS Muhammad Azril Usia 18 hari

Gambar Riwayat Imunisasi Muhammad Azril

(b)
Gambar 12 KMS Muhammad Azril Usia 18 hari, Riwayat Imunisasi
Pada kasus pertama, seorang bayi laki-laki bernama Muhammad Azril
berusia 18 hari datang ke RS untuk imunisasi rutin. Bayi Azril lahir pada hari
jumat tanggal 30 Maret 2018 pukul 13.45 WITA. Lahir dengan berat badan
3600 gr dan panjang badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm. Pada Pemeriksaan
fisis didapatkan berat badan sekarang 4100 gr dan panjang badan 55 cm.
Imunisasi sekarang mendapatkan vaksin BCG dan Polio 1.
B. Pasien 2
Nama Ayah : Tn. Muh. Agung
Nama Ibu : Ny. St. Suryani
Nama Anak : Ayyara Luvia
Tanggal Lahir : 1 Desember 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
BB Lahir : 2650 gram
BB Sekarang : 6400 gram
PB Lahir : 45 cm
PB Sekarang : 63 cm
Riwayat Vaksinasi : HB O 1, BCG 1, Polio 1, DTP/HB 1, Polio
2 ,DTP/HB 2, Polio 3
Imunisasi Sekarang : DTP/HB 3, Polio 4
Umur : 4 bulan 17 hari

Gambar 13 Ayyara Luvia Usia 4 bulan 17 hari


Gambar 14 KMS Ayyara Luvia Usia 4 bulan 17 hari

Gambar 15 . Ayyara Luvia Usia 4 bulan 17 hari, Riwayat Imunisasi

Pada kasus kedua, seorang anak perempuan bernama Ayyara Luvia


berusia 4 bulan 17 hari datang ke RS untuk imunisasi rutin. Ayyara Luvia
lahir pada hari jumat tanggal 1 Desember pukul 07.40 WITA. Lahir dengan
berat badan 3600 gr dan panjang badan 45 cm, lingkar kepala 30 cm. Pada
Pemeriksaan fisis didapatkan berat badan sekarang 4100 gr dan panjang
badan 63 cm. Imunisasi sekarang mendapatkan vaksin DTP/HB 3, Polio 4.

Berikut adalah objek-objek pengamatan yang dilakukan kepada petugas/perawat


yang melakukan imunisasi :
1. Persiapan Pasien
a. Pencatatan identitas dan pengukuran BB/TB.
b. Dilakukan pemeriksaan kartu imunisasi untuk melihat riwayat imunisasi
c. Penentuan jenis imunisasi sekarang
d. Memberikan pemberitahuan manfaat pemberian imunisasi dan resiko jika
anak tidak di imunisasi.
2. Penyimpanan Vaksin
Vaksin disimpan dalam Cool Box
3. Persiapan alat dan bahan
a. Dilakukan persiapan adrenalin untuk mengantisipasi kejadian syok
anfilaksis.
b. Spoit 3cc
c. Pengambilan vaksin pada tempat penyimpanan vaksin
d. Pemeriksaan kelayakan vaksin
e. Pada pemeriksaan kelayakan, tidak didapatkan kelainan pada bentuk fisik
dari vaksin dan belum masuk masa expired.
4. Pemberian Vaksin
a. Anamnesis indikasi dan kontra-indikasi pemberian imunisasi pada anak.
b. Tempatkan suntikan pada lengan atas kanan 1/3 dari M. Deltoideus untuk
vaksinasi campak, tetapi terlebih dahulu dibersihkan dengan kapas
alkohol.
c. Untuk vaksinasi campak diberikan 0,5 ml.
5. Setelah pemberian imunisasi
a. Mencatat pada kartu imunisasi, riwayat imunisasi yang telah dilakukan.
b. Menentukan jadwal vaksinasi selanjutnya .
KAJIAN KASUS
A. Persiapan pasien
Pada persiapan pasien, sebelum melakukan tindakan vaksinasi
dilakukan pencatatan identitas. Pada pencatatan ini dilakukan pengisian data
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk menilai pertumbuhan anak. Setelah
pencatatan identitas, petugas menanyakan riwayat imunisasi saja yang telah
diberikan. Ini berfungsi untuk mengetahui vaksin apa yang akan diberikan
pada anak pada bulan ini. Setelah mengetahui vaksin apa yang akan diberikan
petugas memberikan penjelasan tentang imunisasi ini. Hal ini baik untuk
pengetahuan ibu betapa pentingnya imunisasi untuk sang buah hati.
Pada persiapan pasien, dilakukan penjelasan tentang imunisasi dan
pencatatan identitas. Pada pencatatan ini dilakukan pengisian data pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk menilai pertumbuhan anak. Setelah pecatatan
identitas, ditanyakan tentang riwayat imunisasi, apa yang sudah dan belum
dilakukan dengan tujuan vaksin apa yang dibutuhkan. Hal ini baik dilakukan
demi mengetahui vaksin apa yang sebenarnya dibutuhkan anak.
Kemudian memberikan penjelasan kepada orangtua anak tentang
vaksinasi, memberitahukan resiko imunisasi dan resiko apabila tidak
divaksinasi dan sebelum divaksinasi. Bila terjadi reaksi setelah vaksinasi,
orangtua diberitahukan untuk segera mendapat penanganan secepatnya.
Kemudian meminta persetujuan orangtua.
B. Penyimpanan Vaksin
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap bagus, vaksin harus selalu disimpan pada
suhu yang telah ditetapkan dapat Anda lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Cara penyimpanan vaksin


Kabupaten/ kota Puskesmas
 Vaksin polio disimpan pada  Semua vaksin disimpan pada
suhu -150 s.d -250C pada freeze suhu 20 s.d 80C pada lemari es
room/freezer
 Vaksin lainnya disimpan pada  Khusus vaksin Hepatitis B,
suhu 20 s.d 80C pada coldroom pada bidan desa disimpan pada
atau lemari es suhu ruangan, terlindung dari
sinar matahari langsung

Tempat penyimpanan vaksin yang digunakan di RSIA Khadijah adalah Cool


Box dan lemari pendingin.

Gambar 16 Tempat penyimpanan Vaksin di cool box


Gambar 17 Tempat penyimpanan Vaksin di lemari es

C. Persiapan alat dan bahan


Petugas melakukan pemeriksaan terhadap vaksin seperti tanda-tanda
fisik (warna, gumpalan, dll) masa expired, dan vial marker. Dari pemeriksaan
tersebut, tidak didapatkan kelainan dari bentuk fisik , vial marker, dan belum
masuk masa expired atau vaksin masih layak pakai. Selain itu, disediakan
kasa dengan air hangat, spoit 3cc, serta tempat pembuangan untuk spoit yang
telah digunakan. Pada kasus ini, dipakai jenis vaksin BCG dan Polio pada
anak pertama dan vaksin Vaksin DTP/HB 3, Polio 4 pada anak kedua.
Keduanya tidak ditemukan adanya kontraindikasi pemberian imunisasi.
(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 18: (a) vaksin polio, (b) recombinant HBV, (c) Vaksin DTP, hepatitis B,
dan Hib, (d) vaksin Campak, (e) Vaksin BCG

D. Pemberian Vaksin
Sebelum melakukan penyuntikan, petugas menanyakan kepada orang
tua tentang riwayat imunisasi yang lalu dan kondisi sebelum petugas
melakukan penyuntikan seperti ada tidaknya hal-hal yang menjadi kontra-
indikasi. Setelah itu dilakukan penentuan letak titik dimana akan melakukan
penyuntikan.
1. Pasien 1 (Vaksin BCG dan Polio)
Pada kasus pertama, imunisasi BCG dilakukan penyuntikan secara
intrakutan di di daerah lengankanan atas (insertio musculus deltoideus)
dosis 0,05 mlsebanyak 1 kali, posisi anak berbaring kemudian setelah itu
titik tempat penyuntikan tersebut ditekan menggunakan kapas. Setelah
itu, vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes per oral

(a) (b)
Gambar 19 Pemberian vaksin (a) BCG; (b) Polio
2. Pasien 2 (Vaksin DTP/HB 3, Polio 4. )
Pada kasus kedua, imunisasi DTP/HB dilakukan penyuntikan
secara intramuskular pada anterolateral paha atas dengan dosis 0,5 m.
Arah jarum suntik 90° dengan posisi anak duduk. Kemudian titik tempat
penyuntikan tersebut ditekan menggunakan kapas. Setelah itu, vaksin
polio diberikan sebanyak 2 tetes per oral

(a) (b)

Gambar 20 Pemberian vaksin (a) DTP; (b) Polio

E. Setelah pemberian vaksin


Setelah pemberian vaksin tidak tampak reaksi-reaksi berat yang
terjadi pada pasien setelah pemberian vaksin.
III. PENGAMATAN PERTUMBUHAN
Pengamatan ini dilakukan pada hari Rabu, 18 April 2018 pada pukul 10.00 –
12.00 WITA, di Poli anak lt. 2 RSIA Khadijah 1, Makassar melalui rekam
medik pasien.

A. Pasien 1
Nama Ayah : Tn. Jamaluddin
Nama Ibu : Ny. Rosmini
Nama Anak : Muhammad Azril
Tanggal Lahir : 30 Maret 2018
Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pada kasus pertama, pada hari jumat tanggal 30 Maret 2018 pukul
13.45 WITA, seorang bayi laki-laki bernama Muhammad Azril lahir secara
SC, menurut bidan segera menangis setelah lahir. Keadaan umum baik, kulit
kemerahan, dan menangis kuat. Lahir tunggal dengan berat badan saat
dilahirkan 3600 gr, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada
35 cm, serta lingkar perut 34 cm, denyut jantung 140x/menit, suhu 37°C, dan
pernapasan 40x/menit. Potongan tali pusat tidak ada kelainan. Nilai APGAR
8/10 dan Ballard Score 36.
Hari pertama kehidupan dengan berat badan 3600 gr dan panjang
badan 50 cm bayi Azril diberikan imunisasi HBO selanjutnya imunisasi
sekarang ketika berusia 18 hari dengan berat badan sekarang 4100 gr dan
panjang badan 55 cm mendapatkan vaksin BCG dan Polio 1.
B. Pasien 2
Nama Ayah : Tn. Muh. Agung
Nama Ibu : Ny. St. Suryani
Nama Anak : Ayyara Luvia
Tanggal Lahir : 1 Desember 2017
Jenis Kelamin : Perempuan

Pada kasus kedua, pada hari jumat tanggal 1 Desember 2017 pukul
07.40 WITA, seorang bayi perempuan bernama Ayyara Luvia lahir secara
spontan, menurut bidan segera menangis setelah lahir. Keadaan umum baik,
kulit kemerahan, dan menangis kuat. Lahir tunggal dengan berat badan saat
dilahirkan 2650 gr, panjang badan 45 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada
30 cm, serta lingkar perut 29 cm, denyut jantung 140x/menit, suhu 37°C, dan
pernapasan 40x/menit. Potongan tali pusat tidak ada kelainan. Nilai APGAR
8/10 dan Ballard Score 37.
Riwayat imunisasi ketika berumur 0 hari dengan berat badan 2650 gr
dan panjang badan 45 cm yaitu HBO. Ketika berumur 27 hari dengan BB
3400 gr dan PB 49 cm mendapat vaksin BCG dan Polio 1. Saat Bayi Ayyara
menginjak usia 2 bulan 2 hari dengan BB 4200 gr dan PB 58 cm diberikan
vaksin DPT/HB1 dan Polio2. Kemudian ketika berusia 3 bulan 6 hari dengan
berat badan 5900 gr dan panjang badan 67 cm diberikan vaksin DPT/HB2
dan Polio3. Imunisasi saat ini yang diberikan ketika berusia 4 bulan 17 hari
dengan berat badan 6100 gr adalah DPT/HB3 dan Polio4.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjoningsih.2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC


2. Dr. dr. Martira. Buku Panduan KPSP. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin : Makassar
3. Hengki, Sulistyo. 2010. Kesepakatan Menilai Masa Gestasi menurut
Ballard Score. UGM
4. Katihar Merical College. 2016. Validity of Midified Ballard Score after 7
days of Life. 6 (7). 79-83
5. Hadianti, Dian Nur dkk. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Cetakan II. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.the vaccine alliance. Hal: 8-27.

You might also like