You are on page 1of 68

SISTEM

BANGUNAN 3

PROTEKSI
KEBAKARAN

9
PROTEKSI
KEBAKARAN
Penyebaran api ke seluruh bangunan gedung dapat terjadi melalui 3
mekanisme yaitu :
1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi

Penyebab terjadinya kebakaran :


a. Petir
b. Electric (korsluiting)
c. Careless
d. Penjalaran api dari bangunan yang berdekatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu penghuni
bangunan, isi bangunan, struktur bangunan dan bangunan yang letaknya
bersebelahan
PROTEKSI
KEBAKARAN

Kebakaran Keluar asap ; Nyala api Api berkobar


terjadi gas panas

Sulit menyelamatkan diri Zat asam berkurang ;


keluar gas beracun

Skema pada waktu terjadi kebakaran


PROTEKSI
KEBAKARAN

Sistem proteksi kebakaran:


1. PASIF/PREVENTIF
2. AKTIF/KURATIF
PROTEKSI
KEBAKARAN

Cara-cara menanggulangi bahaya kebakaran :

a. Jarak antara bangunan harus memenuhi persyaratan (tergantung


tinggi rendahnya).
b. Untuk bangunan tinggi, koridor-koridor harus berakhir pada
tangga darurat yang langsung menuju ruang terbuka.
c. Tangga-tangga dan lift untuk kebakaran harus memenuhi
persyaratan bahaya kebakaran.
d. Pengendalian asap yang baik.
e. Tersedianya penerangan darurat.
f. Untuk bangunan tinggi dianjurkan mempunyai landasan helikopter.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketahanan terhadap Kebakaran:

 secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga:


(1) cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara
aman;
(2) cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran
memasuki lokasi untuk memadamkan api;
(3) dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Klasifikasi bangunan menurut ketentuan struktur utamanya
terhadap api.
 Kelas A: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap
api sekurang-kurangnya 3 jam.
 Kelas B: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap
api sekurang-kurangnya 2 jam.
 Kelas C: Bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap
api sekurang-kurangnya 1/2 jam.
 Kelas D: Bangunan yang tidak tercakup dalam kelas A, B, dan C tidak diatur
dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus.
PROTEKSI
KEBAKARAN
klas keterangan
1 bangunan hunian tunggal
2 Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal terpisah
3 Bangunan hunian diluar bangunan klas 1 atau 2, yang umum digunakan
sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak
berhubungan
4 Bangunan Hunian Campuran (tempat tinggal di dalam klas 5, 6, 7, 8, 9)
5 Bangunan kantor
6 Bangunan Perdagangan
7 Bangunan Penyimpanan/Gudang
8 Bangunan Laboratorium/lndustri/Pabrik
9 Bangunan Umum: perawatan kesehatan (a); bangunan pertemuan, temmasuk
bengkel kerja, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah
lanjutan, hall, bangunan peribadatan, bangunan budaya (b)
10 bangunan atau struktur yang bukan hunian
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
PASIF
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran pasif :

Konstruksi tahan api : terkait pada kemampuan dinding luar, lantai,


dan atap untuk dapat menahan api dalam bangunan.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran pasif :
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran pasif :

Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana/


prasarana pengamanan dan pencegahan penyebaran
api, terutama pada bangunan klas 2, 3 atau bagian dan
bangunan klas 4:
i. yang menghubungkan kompartemen api, dan
ii. antara bangunan.

Ruang perawatan pasien dari bangunan klas 9a harus


dilindungi dari penyebaran api dan asap untuk memberi
waktu cukup untuk evakuasi yang tertib dalam keadaan
darurat.
PROTEKSI
KEBAKARAN

Sistem pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran pasif :
Kompartemen : merupakan tempat penampungan sementara
yang menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat
melindungi penghuni/ pengguna bangunan dan barang-barang
dalam bangunan untuk tidak secara langsung bersentuhan
dengan sumber api.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pasif
:
Jalan masuk kendaraan pemadam kebakaran harus:

(1) sebagai jalan masuk bagi kendaraan darurat dan lintasan dari
jalan umum,
(2) lebar bebas minimum 6 meter dan tidak ada bagian yang lebih
jauh dari 18 meter terhadap bangunan, serta di atas jalan tersebut
tidak boleh dibangun apapun kecuali hanya untuk kendaraan dan
pejalan kaki
(3) dilengkapi jalan untuk pejalan kaki yang memadai;
(4) memiliki kapasitas beban dan tinggi bebas yang memudahkan
operasi mobil pemadam kebakaran, dan ;
(5) bila terdapat jalan umum yang memenuhi (1) s.d. (4) di atas
maka jalan tersebut dapat beriaku sebagai jalan lewatnya
kendaraan atau bagian dari padanya.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan
penanggulangan bahaya
kebakaran pasif :
Tinggi < 10 m

Volume bangunan Keterangan


Lebar jalan min. 4 m
> 7.100 m Min 1/6 keliling bangunan
> 28.00 m Min ¼ keliling bangunan
>56.800 m Min ½ keliling bangunan
Maks. 45 m
> 85.200 m Min ¾ keliling bangunan
Jalan masuk mobil
pemadam kebakaran
>113.600 m Hrs sekeliling bangunan
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran pasif :
Koridor dan Jalan Keluar : harus dilengkapi dengan tanda
petunjuk arah dan lokasi pintu keluar. Tanda ‘EXIT’ harus
dapat dilihat dengan jelas, diberi lampu yang menyala pada
kondisi darurat, dengan kuat cahaya tidak kurang dari 50 lux
dan luas tanda minimum 155 cm2. Serta ketinggian huruf tidak
kurang dari 15 cm.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan
dan penanggulangan
bahaya kebakaran
pasif :

Pintu keluar : pintu harus


tahan terhadap api
sekurang-kurangnya 2 jam
dan harus di cat dengan
warna merah. Syarat-
syarat lain:
PROTEKSI

TANGGA KEBAKARAN
KEBAKARAN
a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam
b. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang
tebalnya minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang memiliki ketahanan
kebakaran selama 2 jam
c. Bahan-bahan finishing, seperti lantai, dari bahan yang tidak mudah terbakar dan
tidak licin, susuran tangan terbuat dari besi
d. Lebar tangga minimum 120 cm.
e. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakaran 2 jam
f. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu
lainnya membuka ke arah ruangan tangga.
g. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci,
dan pegangan yang tahan api
h. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah
ke tangga dengan daya otomatis
PROTEKSI
KEBAKARAN
Denah ruang
kompartemen
PROTEKSI
KEBAKARAN
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
pasif :

Koridor umum pada bangunan klas 2 dan 3.


Pada bangunan klas 2 dan 3, koridor umum yang panjangnya lebih dari 40
meter harus dibagi menjadi bagian yang tidak lebih dari 40 meter dengan
dinding yang tahan asap, mengikuti syarat teknis sesuai ketentuan yang
berlaku.
PROTEKSI
Alat pencegah kebakaran : KEBAKARAN
a. Fire damper

Alat ini bekerja secara otomatis untuk menutup pipa ducting yang
mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana
pada saat terjadi kebakaran.
b. Smoke and heat ventilating

Dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Jika


terjadi kebakaran, asap yang timbul segera mengalir keluar sehingga para
petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
c. Vent and exhaust

Dipasang pada tempat-tempat khusus seperti di tangga kebakaran.


• Bila dipasang di depan tangga kebakaran akan berfungsi menghisap
asap yang akan masuk pada tangga yang dibuka pintunya.
• Bila dipasang di dalam tangga secara otomatis berfungsi
memasukkan udara untuk memberikan tekanan pada udara didalam
ruangan tangga.
• Untuk bangunan dengan sistem atrium dipakai alat exhaust yang
secara otomatis terbuka pada saat terjadi kebakaran.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sistem proteksi kebakaran pasif:
PENGENDALIAN ASAP, tergantung dari fungsi dan luas
bangunan :
• jendela, pintu, dinding/partisi, dll yang dapat dibuka
sebanding dengan 10% luas lantai
• sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di
atas bangunan
• saluran ventilasi udara yang merupakan sistem
pengendalian asap otomatis
• ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka
atau dibuka dengan alat bantu tertentu atau terbuka
secara otomatis
PROTEKSI
KEBAKARAN
PROTEKSI
KEBAKARAN
Proteksi kebakaran
pada atrium:
PROTEKSI
KEBAKARAN
PROTEKSI BUKAAN:
Seluruh bukaan harus dilindungi, dan lubang utilitas harus diberi
penyetop api.
Bukaan vertikal pada bangunan yang dipergunakan untuk shaft harus
sepenuhnya tertutup dengan dinding dari bawah sampai atas, dan
tertutup pada setiap lantai.

Ketentuan proteksi pada bukaan ini (penyetop api/damper) tidak berlaku


untuk:
i. bangunan-bangunan klas 1 atau klas 10;
ii sambungan pengendali, lubang tirai, dan sejenisnya di dinding luar dari
konstruksi pasangan, dan sambungan antara panel di dinding luar dari
beton pracetak, bila luas lubang/sambungan tersebut tidak lebih luas dari
yang diperlukan;
iii. lubang ventilasi yang tidak mudah terbakar (non combustible
ventilators), bila luas penampang masing-masing tak melebihi 45.000
mm2, dan jarak antara lubang ventilasi tak kurang dari 2 m pada dinding
yang sama.
PROTEKSI
KEBAKARAN
PROTEKSI BUKAAN:

Bila diperlukan proteksi, maka jalan masuk, jendela dan bukaan


lainnya harus dilindungi sebagai berikut:

(1) Jalan masuk/pintu : sprinkler pembasah dinding dalam atau


luar sesuai keperluan, atau memasang pintu kebakaran dengan
TKA -/60/30 (dapat menutup sendiri secara otomatis);
(2) Jendela: sprinkler pembasah dinding dalam atau luar sesuai
keperluan, atau jendela kebakaran dengan TKA -/60/- (menutup
otomatis atau secara tetap dipasang pada posisi tertutup), atau
memasang penutup api otomatis dengan TKA -/60/-
(3) Bukaan-bukaan lain: sprinkler pembasah dinding dalam atau
luar sesuai keperluan, atau konstruksi dengan TKA tidak kurang
dari-/60/-.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan pengendalian asap

Ketentuan PENGENDALIAN ASAP ini tidak berlaku untuk:


 bangunan klas 1 atau 10; dan setiap ruangan yang tidak
digunakan oleh penghuni untuk waktu yang cukup lama, seperti
gudang dengan luas lantai 30 m2, ruang kompartemen sanitasi,
ruang tanaman atau sejenisnya;
 ruang parkir terbuka atau panggung terbuka.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
AKTIF
PROTEKSI
KEBAKARAN

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya


kebakaran aktif :

a. Alarm - detektor
b. Hidran dan selang kebakaran
c. Sprinkler
d. Pasokan air
PROTEKSI
KEBAKARAN

Alarm kebakaran terdiri dari:

1) Pendeteksi (Detektor)
2) Bel dan suara/sirine
3) Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)
4) Sinyal pengendali (remote signalling)
5) Tombol reset
6) Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran
tersebut

Jenis alarm yang sering dipakai:


rotary hand bell, smoke detector, stand alone alarm
PROTEKSI
KEBAKARAN
Prinsip kerja :

• Bila suhu kawat (kawat pada fire detector) naik atau menjadi panas,
maka kawat ini akan memuai (mengembang).
•Pemuaian ini akan meng-on-kan jala-jala listrik (tenaga P.L.N) yang
dihubungkan ke sirene (bel).
•Fire detector ini umumnya dari bimetal, atau bisa juga dari
thermokopel (alat yang mengubah besaran panas menjadi besaran
listrik).
•Sistem ini hanya memberitahukan adanya kebakaran, agar orang-
orang cepat mengetahuinya dan mengatasinya.
•Sering sistem ini dilengkapi dengan Yamato (gas pemadam
kebakaran) yang disediakan pada tiap-tiap ruang.
•Sistem ini tidak menimbulkan kotoran (seperti semprotan air pada
sprinkler) tapi memerlukan banyak alat-alat.
PROTEKSI
KEBAKARAN
1. Alat penginderaan/peringatan dini (Detektor)

Berfungsi untuk memberikan peringatan dini karena


mendeteksi asap/api/suhu dan mengirimkan informasi ke
alarm.
Tipe detektor tergantung dari 4 tingkatan api :
a. automatic fire detector system pada tingkatan 1
(incipient stage), detektor api/ panas sebesar 0.01-
1% (sangat peka terhadap panas).
b. automatic fire detector system pada tingkatan 2
(smoldering stage), detektor ketebalan asap.
c. automatic fire detector system pada tingkatan 3
(flame stage), detektor lidah-lidah api.
d. automatic fire detector system pada tingkatan 4 (heat
stage), detektor suhu pada batas tertentu.
PROTEKSI
Diagram tingkat sensitifitas
detektor KEBAKARAN
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan
detektor dan alarm kebakaran

Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis harus dipasang di:


 bangunan klas 1b; dengan
 bangunan klas 2 dengan persyaratan khusus;
 bangunan klas 3 yang menampung lebih dari 20 penghuni yang
digunakan sebagai:
(1) bagian hunian dari bangunan sekolah; atau
(2) akomodasi bagi lanjut usia, anak-anak atau orang cacat;
 bangunan klas 9a.
PROTEKSI
KEBAKARAN

Jenis detektor sesuai dengan fungsi ruangan:


PROTEKSI
KEBAKARAN
Penempatan detektor asap

dipasang dengan permukaan menghadap ke bawah dan di luar


saluran unit pengkondisian udara, atau menggunakan sistem point
sampling yang mempunyai derajat kepekaan maksimum 0,5 %
smoke obscuration/m;
ditempatkan pada lokasi berkumpulnya asap panas dengan
memper-timbangkan geometri langit-langit dan efeknya pada
lintasan perpindahan asap;
ditempatkan kurang dari 1,50 meter jaraknya dari pintu kebakaran;
dan
dipilih tipe foto-elektrik, jika dipasang di dalam saluran udara (ducts)
atau udara yang terkontaminasi partikel debu dengan ukuran kurang
dari 1 μm, dan bila terdapat partikel jenis lainnya harus
menggunakan detektor tipe ionisasi.
PROTEKSI
KEBAKARAN

Syarat pemasangan
ceiling mounted smoke
detector:
Pemasangan smoke detector di langit-
langit jaraknya tidak boleh kurang dari 4
inch (100 mm) dari dinding tembok
paling luar dan tidak boleh lebih tinggi
dari 30 feet (9 m) dari lantai.
PROTEKSI
KEBAKARAN

Syarat pemasangan
wall mounted smoke detector:
Pemasangan smoke detector di
dinding jaraknya tidak boleh kurang dari 4 inch
(100 mm), tetapi tidak boleh lebih dari 12 inch
(300 mm) di bawah langit-langit.

Pemasangan didekat ventilasi


tanpa penutup sekitar 60 inch (1520 mm).
PROTEKSI
KEBAKARAN
Syarat pemasangan alarm:
Audible alarm-indicating devices; Dipasang
tidak kurang dari 6 inch (150 mm) dibawah
langit-langit.

Visible alarm – indicating device;


Pemasangan berdekatan dengan setiap
alarm bel atau alarm sirine dan sekitar 80 inch
diatas lantai.

Device location-indicating lights;


Diletakkan di tempat yang paling strategis
berdekatan dengan perlengkapan monitornya.

Announciator;
dipasang pada panel paling atas tidak lebih
dari 72 inch (1830 mm).
PROTEKSI
KEBAKARAN
Pemasangan Smoke Detector
pada Langit-langit dalam Satu Area
PROTEKSI
KEBAKARAN
Detector pada atrium:
PROTEKSI
KEBAKARAN
2. Hidran
Pemadam kebakaran yang menggunakan alat baku
air. Hidran dibagi menjadi :
a. Hidran kebakaran dalam gedung
b. Hidran kebakaran di halaman
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan kelengkapan hidran

 Harus dipasang pada bangunan yang memiliki luas lantai total


lebih dari 500 m2 dan atau terdapat regu pemadam kebakaran.
 Bangunan klas 2 atau klas 3 atau sebagian klas 4, dilayani oleh
hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai dimana ada jalur
keluar.
 Bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang berlantai tidak lebih dari 2
(dua), dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai
dimana ada jalur keluar, asalkan hidran dapat menjangkau seluruh
satuan peruntukan bangunan.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Untuk memasang peralatan hidran diperlukan syarat-syarat
sebagai berikut :

a. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan


pemakaian selama 30-60 menit dengan daya pancar 200
galon/menit.
b. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus
mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber listrik darurat.
c. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5’-2’ harus terbuat
dari bahan yang tahan panas, dengan panjang selang 20-30m.
d. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan
kopling dari unit pemadam kebakaran.
e. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah
dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda-benda/ barang-barang
lain.
f. Hidran dihalaman harus menggunakan katup pembuka dengan
diameter 4’ untuk dua kopling, diameter 6’ untuk 3 kopling, dan
mampu mengalirkan air 250 galon permenit atau 950 liter per
menit untuk setiap kopling.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Jumlah pemakaian hidrant
a. Klasifikasi bangunan A = 1 buah/800 m2
b. Klasifikasi bangunan B = 1 buah/1000 m2
c. Klasifikasi bangunan c = 1 buah/1000 m2

Hydrant dan FHC


a. Dipasang pada tiap 65,61 m2.
b. Pipa hydrant diameternya bervariasi,
namun sebagian besar yang ada di
amplaz ada Ø6,5
c. Dimensi hydrant
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan kelengkapan
hose reel

Sistem Hose Reel harus disediakan:


(1) untuk melayani seluruh bangunan, dimana satu
atau lebih hidran dalam dipasang, atau:
(2) bila hidran dalam tidak dipasang, untuk melayani
setiap kompartemen kebakaran dengan luas lantai
lebih dari 500 m2 dan untuk maksud butir ini, satu
unit hunian bangunan klas 2 atau klas 3 atau
sebagian bangunan klas 4, dipertimbangkan sebagai
kompartemen kebakaran.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan
kelengkapan hose reel
 pada bangunan klas 2 atau klas 3 atau
sebagian Klas 4 dilayani oleh Hose Reel
tunggal yang ditempatkan pada jalur keluar
dari unit hunian tersebut, dan
 pada bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang
tidak lebih dari 2 (dua) lantai, dilayani oleh
Hose Reei tunggal yang ditempatkan pada
jalur keluar dari satu unit hunian tersebut
dengan syarat Hose Reel melayani seluruh
unit hunian.
PROTEKSI
KEBAKARAN

Ketentuan bangunan dengan kelengkapan hose reel

Hose reel ditempatkan:

(a) di luar bangunan, atau


(b) di dalam bangunan sekitar 4 m dari pintu keluar, atau
(c) di dalam bangunan berdekatan dengan hidran dalam (selain
hidran yang dipasang di pintu keluar yang diisolasi tahan api); atau
(d) kombinasi (a), (b), dan (c), sehingga hose tidak perlu melintasi
pintu keluar masuk yang dilengkapi dengan pintu kebakaran atau
pintu asap.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan kelengkapan hose reel

Bila dihubungkan dengan meteran air, maka:


(a) dipelihara kebutuhan kecepatan aliran dari hose reel;
(b) diameter pipa dari meteran air atau instalasi PAM berdiameter
tidak kurang dari 25 mm;
(c) jaringan pipa memenuhi syarat pembagian pasokan air;
(d) tiap katup yang mengatur aliran air dari sumber air utama ke
Hose Reel harus dijaga pada posisi terbuka oleh pengunci dari
logam.
PROTEKSI
KEBAKARAN
SPRINKLER
prinsip kerja :
• Automatic sprinkler sistem terdiri dari pipa yang bercorak horizontal yang
diletakkan dekat langit-langit dari bangunan : industri, perkantoran, office dan
lain-lain. Pipa ini dilengkapi dengan outlet dan sprinkler head.
•Bila temperatur naik (135º - 160º F) akan menyebabkan terbuka secara
otomatis dan menyemburkan air.
•Ada 2 macam :
1.Wet pipe sprinkler system, dimana main pipe dan pipa distribusi berisi
penuh air. Operasi sitem ini tergantung dari pembukaan mulut (ujung) pipa
tersebut, kerugiannya bila wet pipe ini mengalami kebocoran.
2. Dry pipe sprinkler system, ialah pipa mula-mula berisi udara.
Sistem ini mengurangi kebocoran, tapi kurang cepat/bereaksi.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Bagian-bagian sprinkler

Deflektor (Memancarkan air keseluruh bagian ruangan)

Restraining link (Menghubung antara kepala sprinkler dengan deflektor sebagai


penahan air)

Kepala Sprinkler

Velve cap (menahan air dalam pipa sprinkler hingga aktif saat kebakaran)

Threaded Fitting (ujung jaringan pipa)


PROTEKSI
KEBAKARAN

Sistem penyediaan air


Penyediaan air pada sprinkler diusahakan
melalui:
a. Tangki gravitasi, harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga air dapat
menghasilkan aliran dan tekanan cukup
pada setiap kepala sprinkler.
b. Tangki bertekanan, harus selalu berisi 2/3
dari volume dan diberi tekanan 5 kg/cm2
c. Jaringan air bersih khusus untuk pipa
sprinkler.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Kepala sprinkler (sprinkler head)

a. Kepala sprinkler warna jingga dan merah digunakan


untuk ruangan-ruangan kantor dan bangunan umum.
b. Bagian sprinkler yang terletak diujung jaringan akan
pecah dan memancarkan air secara otomatis saat terjadi
perubahan suhu tertentu.
c. Penempatan titik sprinkler disesuaikan dengan standar
yang berlaku dalam kebakaran ringan. Pada setiap 10-20
m2 dengan ketinggian 3m terdapat 1 sprinkler.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Beberapa jenis kepala sprinkler yang dibedakan
dengan warna berdasarkan tingkat kepekaan
terhadap suhu :

-Jingga, tabung pecah pada suhu 57 c


-Merah, tabung pecah pada suhu 68 c
-Kuning, tabung pecah pada suhu 79 c
-Hijau, tabung pecah pada suhu 93 c
-Biru, tabung pecah pada suhu 141 c
PROTEKSI
KEBAKARAN
Sprinkler
a. Jarak antar sprinkler
rata-rata 2-2,5 meter
b. Diameter pipa sprinkler
bervariasi, antara lain
Ø2,5 cm, Ø4 cm, Ø5
cm, Ø6,5 cm, Ø8 cm
PROTEKSI
KEBAKARAN
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan sprinkler
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan bangunan dengan sprinkler
PROTEKSI

Dry Chemical Fire


KEBAKARAN
Extinguisher
Cara Kerja :
Jika terjadi kebakaran  ambil tabung  tarik tuas
penguncinya  tekan hingga gas yang terdapat di
dalam tabung keluar dan memadamkan api
Berisi bahan kimia tertentu (CO2). Satu alat
mampu memadamkan sekitar 464,5 m2

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam


pemasangan :
• Pemilihan tipe extinguisher
• Fire rating / daya pemadaman
• Distribusi penempatan
• Cara pemasangan
• Labeling
• Pemeriksaan dan pemeliharaan
PROTEKSI
KEBAKARAN
Ketentuan FHC
PAR yang jenisnya sesuai
kebutuhan harus dipasang diseluruh
bangunan, kecuali di dalam unit
hunian bangunan klas 2 atau klas 3
atau sebagian bangunan klas 4,
yang memungkinkan dilakukannya
pemadaman awal efektip terhadap
kebakaran oleh penghuni
bangunan.
PROTEKSI
KEBAKARAN
Jenis kebakaran Jenis
APAR
Kebakaran benda padat A
mudah terbakar bukan logam,
Kebakaran benda cair mudah B
menyala dan lemak masak
Kebakaran yang melibatkan C
peralatan bermuatan listrik
Kebakaran yang melibatkan D
logam mudah terbakar
PROTEKSI
KEBAKARAN
Kelas kebakaran Sistem Bahan pemadaman
pemadaman air busa CO2 BCF * Powder dry
chemical

A: kayu, karet, Pendinginan, Baik Boleh Boleh Boleh Boleh


tekstil penguraian,
isolasi
B: bensin, cat, Isolasi Bahaya Baik Baik Boleh Boleh
minyak
C: listrik, mesin- Isolasi Bahaya Bahaya Baik Boleh Baik
mesin
D: logam Isolasi, Bahaya Bahaya Boleh Bahaya Baik
pendinginan
PROTEKSI
KEBAKARAN

fire hose cabinet (FHC)


Untuk melengkapi peralatan-
peralatan pemadam kebakaran, perlu
ditambahkan alat-alat pemadam yang
praktis yang dapat dilakukan
penggunaannya oleh setiap
penghuni, yaitu tabung pemadam
kebakaran yang secara bebas dijual
ditempat –tempat tertentu. Tabung
tersebut dapat diletakkan ditempat
umum yamg mudah dijangkau atau
ditempat-tempat khusus seperti fire
hose cabinet (FHC)
Sistem kerja pemadam kebakaran pada area
eskalator

Exhaust fan
Fresh air in take

Roof

Smoke pickup

Smoke pickup

Automatic damper
opens

Sprinkler operate
PROTEKSI
KEBAKARAN
Contoh soal:
Suatu bangunan bertingkat tinggi dengan luas per lantai 1400 m2. Jumlah
pilar hidran (FHC)= 1400 m2 : 800 m2 = 2 buah FHC. FHC dengan daya
pancar = 200 galon/menit atau menyediakan air hidran untuk 1 buah
siamese (hidran halaman) dengan daya pancar (hidran halaman) = 3 x 250
galon/menit; 1 galon = 3,8 liter. Persediaan air hidran tersebut minimum 60
menit pada daerah-daerah yang jauh dari jangkauan Dinas Pemadam
Kebakaran.

Jadi, volume air untuk kebutuhan hidran selama 60 menit


= 2 buah x 200 galon/menit x 60 menit
= 24.000 galon
= 24.000 x 3,8 liter
= 91.200 liter

Kebutuhan hidran halaman


= 3 x 250 galon/menit x 60 menit
= 45.000 x 3,8 liter
=171.000 liter
PROTEKSI
KEBAKARAN

Bangunan tersebut menggunakan sprinkler sebagai alat pemadam


kebakaran.

Jadi jumlah sprinkler pada luas lantai 1400 m2


= 1400 m2 : 10-20 m2/bh
= 100 bh sprinkler
Volume air sebagai persediaan untuk sprinkler
= 100 x 2,25 galon/titik/menit
= 100 x 2,25 x 3,8 x 60 menit
= 51.300 liter

You might also like