Professional Documents
Culture Documents
2. Kekuasaan Eksekutif
- Menjalankan UUD dan penyelenggaraan pemerintahan negara
- Presiden : Pasal 4 ayat 1 UUD 194
3. Kekuasaan Legislatif
- Membentuk UU
- DPR : Pasal 20 ayat 1 UUD 1945
4. Kekuasaan Yudikatif
- Menyelenggarakan peradilan
- MA dan MK : Pasal 24 ayat 2 UUD 1945
5. Kekuasaan Eksaminatif/Inspektif
- Penyelenggaraan pemeriksaan atas keuangan negara
- BPK : Pasal 23E ayat 1 UUD 1945
6. Kekuasaan Moneter
- Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
- BI : Pasal 23D UUD 1945
b. Secara Vertikal
Adalah pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian antara
tingkatan pemerintahan pusat dan daerah. Penerapan asas desentralisasi, yaitu
pusat menyerahkan wewenang kepada daerah otonom (provinsi, kab/kota)
untuk mengurus dan mengatur pemerintahan daerahnya kecuali politik LN,
hankam, yustisi, agama, moneter dan fiskal (Pasal 18 ayat 5 UUD 1945)
• TAMBAHAN
a. Kekuasaan Legislatif
Terdiri dari MPR, DPR, dan DPD, Lembaga legislatif memiliki fungsi utama,
yaitu:
1. Fungsi Legislasi
Bidang perundang-undangan atau membuat peraturan, berhak mengadakan
amandemen terhadap RUU yang disusun pemerintah
2. Fungsi Pengawasan
Fungsi kontrol terhadap lembaga eksekutif (pemerintah), melalui hak-hak
kontrol yang khusus, seperti hak bertanya (interpelasi), maupun hak angket.
3. Fungsi Anggaran
Menetapkan APBN melalui DPR bersama presiden dengan melihat
pertimbangan DPD.
b. Kekuasaan Eksekutif
Secara umum tugas dan wewenang Presiden meliputi Perencanaan, Eksekusi,
dan Evaluasi, secara internal yang nantinya dipertanggung jawabkan terhadap
pengawasan DPR.
c. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif merupakan kekuasaan kehakiman, terdapat tiga lembaga
yaitu:
Secara umum ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara, yaitu:
1. Ius Sanguinis
Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung pada
orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan kewarganegaraan orang
tuanya).
Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius sanguinis, sedangkan
orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
2. Ius Soli
Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak
tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli.
Misalnya, seorang anak harus menjadi warga negara B karena lahir di negara B, meskipun
orang tuanya warga negara A.
• Warga Negara
1. Warga negara : Orang Indonesia asli dan orang asing yang disahkan UU sebagai
warga negara
2. Bukan warga negara : Orang yang berada di suatu negara tetapi tidak sah secara
hukum, tetapi tunduk pada pemerintahan
• Penduduk
1. Penduduk : WNI dan WNA yang bertempat tinggal di Indonesia
2. Bukan penduduk : Orang yang berada di suatu negara hanya sementara waktu
Keluarga :
menghormati dan mencintai orang tua karena itu merupakan kewajiban kita
sebagai anak
tidak membeda - bedakan sesama antar saudara karena sebagai saudara kita
diwajibkan untuk akur dan tidak bertengkar
menyanyangi seluruh orang tanpa harus memandang orang tersebut lebih muda
atau kebih tua dibandingkan dengan kita
masyarakat :
tidak memetintah orang seenaknya tanpa ada unsur tertentu
membantu sessma yang sedsng membutuhkan tanpa harus memandang baik
buruknya orang tersebut
menghargai pendapat yang disampaikan oleh orang lain, apabila tidak dapat
mrnyinggung perasaan orang lain
sekolah :
menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah, karena apabila tidak ditaati
akan menjadi kerugian bagi kita sendiri
menanamkan rasa saling menghormati antar sesama siwa di sekolah, guru di
sekolah, ataupun karyawan sekolah
bersikap adil & terbuka terhadap sesama siswa, guru dan karyawan di sekolah
Persamaan di hadapan hukum adalah asas di mana setiap orang tunduk pada hukum
peradilan yang sama (proses hukum).[1] Hukum juga menimbulkan persoalan penting dan
kompleks tentang kesetaraan, kewajaran, dan keadilan. Kepercayaan pada persamaan di
hadapan hukum disebut egalitarianisme hukum.
Pasal 7 dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa "Semua
orang sama di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi apapun."
Dengan demikian, setiap orang harus diperlakukan sama di bawah hukum tanpa
memandang ras, gender, kebangsaan, warna kulit, etnis, agama, difabel, atau karakteristik
lain, tanpa hak istimewa, diskriminasi, atau bias.
Dalam konstitusi Indonesia dengan tegas memberikan jaminan adanya persamaan
kedudukan. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 27 ayat (1) ”Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Konsuler
Fungsi perwakilan konsuler
Melindungi kepentingan negara pengirim dan WN-nya, individu – individu,
dan badan hukum dalam batas yang dizinkan oleh Hukum Internasional
Memajukan pembangunan hub. dagang, ekonomi, budaya, dan ilmiah diantara
kedua negara
Mengeluarkan paspor dan dokumen perjalanan kepada WN pengirim dan visa
/ dokumen yang pantas untuk orang pergi ke negara pengirim
Bertindak sebagai notaris dan panitera sipil serta melakukan fungsi tertentu
yang bersifat administratif
Letak di kota besar bukan ibukota
Tidak bisa berhubungan langsung
Non politik
Hak Imunitas
Menyangkut diri pribadi (bebas tuntut, kebebasan menjadi saksi, bebas alat
paksaan)
Menyangkut tempat perwakilan (daerah kediaman tidak boleh dimasuki tanpa
mendapat izin yang bermaksud)
Menyangkut korespondensi / surat menyurat (tidak boleh disensor)
F. Perjanjian Internasional
Perjanjian Internasional berdasarkan fungsi
I. Law Making Teatries
Perjanjian internasional yang membentuk kaidah hukum. Hukum yang
dirumuskan beberapa negara dapat digunakan oleh negara lain (berlaku
secara internasional). Bersifat terbuka, multilateral. Contoh : Konvensi
hukum laut (Jamaika 1993)
Politik luar negeri Indonesia untuk mewujudkan perdamaian dunia yang abadi adalah
bebas dan aktif.
Pidato Moh Hatta tahun 1948 “Mendayung antara Dua Karang”
Bebas mengandung arti tidak meihak salah satu blok :
1. Bangsa Indonesia bebas bergaul dengan bangsa mana pun tanpa membeda-
bedakan ideologi, bentuk negara, maupun sistem pemerintahan bangsa lain.
2. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, begitu juga sebaliknya.
3. Saling memberi dan menerima bantuan, tetapi bantuan itu tidak boleh mengikat,
tidak boleh mengabaikan atau bahkan menghilangkan kedaulatan negara itu
masing-masing.
Aktif mengandung arti sebagai
1. Bangsa Indonesia aktif bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam
mengpersamakan terwujudnya perdamaian abadi berdasarkan keadilan dan
kemanusiaan.
2. Bangsa Indonesia aktif membela bangsa lain yang terancam keberadaan dan
kedaulatan negaranya.
Prinsip pokok yang menjadi dasar PLN Bebas Aktif
1. Politik damai
2. Bersahabat dengan segala bangsa dan tidak mencampuri urusan masing-masing
3. Memperkuat sendi hukum internasional
4. Mempermudah pertukaran pembayaran internasional
5. Melaksanakan keadilan sosial internasional
6. Menyokong kemerdekaan bangsa yang masih dijajah melalui PBB
7.
PASAL 27 UUD NRI TAHUN 1945
Pasal27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Penjelasan :
Rumusan perubahan:
Pasal 27
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Rumusan itu berasal dari Pasal 30 ayat (1) naskah asli berbunyi “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Perubahannya setelah menjadi
Pasal 27 ayat (3) terletak pada kata tiap-tiap yang diganti dengan kata setiap untuk
menyesuaikan dengan perkembangan bahasa Indonesia. Adanya ketentuan Pasal 27 ayat (3)
ini menambah dua ayat dalam Pasal 27 yang telah ada yakni ayat (1) dan ayat (2) yang tetap.
Pasal 27 ayat (3) ini dimaksudkan untuk mem-perteguh konsep yang dianut bangsa dan
negara Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya pembelaan negara bukan
monopoli TNI, tetapi meru-pakan hak sekaligus kewajiban setiap warga negara.
Pasal 27 ayat (1) dan (2) tetap, dengan rumusan sebagai berikut.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. Kejaksaan
Lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan di bidang penuntutan
Diatur dalam UU No 16 tahun 2004
Pelaku pelanggaran pidana yang dituntut : yang benar bersalah dan telah memenuhi
unsur tindak pidana, didukung barang bukti dan minimal 2 saksi
Tingkatan Kejaksaan
a. Kejaksaan Agung
b. Kejaksaan Tinggi
c. Kejaksaan Negeri
Tugas dan wewenang
a. Di Bidang Pidana
Melakukan penuntutan.
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
3. Hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim
untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas
bebas, jujur dan tidak memihak di sebuah siding pengadilan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan. Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan
serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan.
• Diatur UU no 48 tahun 2009
Hakim dibagi menjadi 3 :
a) Hakim pada MA, disebut Hakim Agung
b) Hakim pada badan peradilan di bawah MA, yaitu peradilan umum, militer,
agama, tata usaha negara Hakim pada MK, yaitu Hakim Konstitusi
Perbedaan MA dan MK
ASPEK MA MK
UUD Pasal 24A Pasal 24C
Mengadili Pada tingkat kasasi Pada tingkat pertama dan terakhir
Menguji Peraturan perundangan dibawah UU terhadap UUD
UU terhadap UU
4. Advokat
Memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan
UU RI No. 18 Tahun 2003
Tugas secara khusus :
a. Membuat dan mengajukan gugatan, jawaban, tangkasan dan rangkaian
b. Memberi pembuktian
c. Mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya
Hak :
Bebas mengeluarkan pendapat dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya
Bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya.
Tidak dapat dituntut
Memperoleh informasi yg berkaitan dengan kepentingan pembelaan klien
Berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan
atas berkas dan dokumen thd penyitaan
Tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara klien
• Kewajiban :
a. Dilarang membedakan perlakuan terhadap klien
b. Merahasiakan sesuatu yang diketahui/diperoleh dr klien
c. Dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dari profesinya
d. Advokat yang menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi
advokat selama memangku jabatan
5. KPK
• Dibentuk tahun 2003 berdasarkan UU RI No. 30 Tahun 2002
• Tugas :
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
korupsi
b. Supervise terhadap instansi yang berwenang
c. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
d. Melakukan tindak pencegahan korupsi
• Wewenang :
a. Mengoordinasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi
b. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan korupsi pada instansi
terkait
d. Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang
e. Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi
• Asas – asas :
a. Kepastian hukum
b. Keterbukaan
c. Akuntabilitas
d. Kepentingan umum
e. Proporsionalitas
PARTISIPASI POLITIK WARGA NEGARA
Partisipasi politik menjadi salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi politik
merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara,
maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.
Partisipasi politik bertujuan untuk mempengaruhi mekanisme pemerintah, namun selain itu
juga perlu diperjelas bahwa partisipasi politik memiliki kepentingan lain yaitu sebagai alat
kontrol bagi berjalannya suatu sistem. Bahkan lebih jauh lagi bahwa partisipasi politik adalah
suatu media untuk mengembangkan sistem politik, agar mekanisme politik itu hidup dan
berjalan sesuai dengan prosesnya. Pada akhirnya sistem politik dapat berjalan ke arah tujuan
dengan stabil dan sukses.
1. Partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan output.
2. Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam arti
hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap
keputusan pemerintah.
3. Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menganggap sistem politik
yang ada menyimpang dari yang dicita-citakan.
Sedangkan menurut Milbrath dan Goel (Cholisin, 2007:152), membedakan partisipasi politik
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Partisipasi politik apatis, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari
proses politik.
2. Partisipasi politik spector, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam
pemilihan umum.
3. Partisipasi politik gladiator, mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik,
yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan
pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.
4. Partisipasi politik pengritik, orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang
tidak konvensional.
3. Ekonomi
Upaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi adalah melalui sistem ekonomi yang
diarahkan untuk kemakmuran rakyat. Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight
liberalism, etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli. Struktur ekonomi
dimantapkan secara seimbang dan selaras antarsektor.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamika budaya bangsa yang berisi
keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi ancaman, tantangan, halangan, dan gangguan (ATHG).
Maklumat :
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal
16 Oktober 1945 KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945 Pembentukan
partai politik
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945
Perubahan sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer
2. Demokrasi Masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) =
demokrasi parlementer Pemerintah berdasarkan
UUD 1950 pengganti KRIS 1949
Peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi, dan
berkembangnya parpol. Ciri-ciri demokrasi liberal :
1) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
2) Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
3) Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
4) Perdana menteri diangkat oleh presiden
1) Kabinet Natsir → September 1950-Maret 1951
2) Kabinet Sukiman → April 1951-April1 952
3) Kabinet Wilopo → April 1952-Juni 1953
4) Kabinet Ali Sastroamidjoyo 1 →→Juli 1953-Agustus 1955
5) Kabinet Burhanuddin Harahap Agustus
1955-Maret 1956 Penyebab praktik demokrasi
gagal :
1) Dominannya parpol
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk
mengganti UUDS Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1) Bubarkan konstituante
2) Kembali ke UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPAS
Menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah
mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan nasakom. Ciri-ciri demokrasi terpimpin :
Ciri-ciri umum : sama seperti demokrasi Pancasila. Hal-hal yang lebih ditekankan :
Peraturan perundang-undangan :
a. Tap MPR RI No. X/MPR/1998 : pokok-pokok reformasi
b. Tap MPR RI No. VII/MPR/1998 : pencabutan Tap MPR tentang referendum
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 : penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 : pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden
e. Amandemen UUD 1945 sampai amandemen I-IV
TAMBAHAN
• DEMOKRASI LIBERAL
1. Menganut paham demokrasi
2. Memiliki lembaga perwakilan rakyat
3. Kekuasaan tidak berpusat pada satu titik
4. Tidak menganut sistem presidensial (menganut sistem parlementer)
5. Keputusan berdasarkan suara mayoritas
6. Adanya pemilu
7. Banyak partai politik
• DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Adanya perwakilan rakyat dan sistem pemerintahan presidensial
2. Kedudukan presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
3. Kekuasaan presiden tidak tertabas
4. Dibentuknya poros Nasakom
5. Penyederhanaan partai utk memudahkan dan memperkecil pengaruh antar
kelompok
6. Peran ABRI dalam politik
• DEMOKRASI PANCASILA ORBA
1. Pemerintahan presidensial
2. Penyederhaan partai dan pelaksanaan pemilu
3. Adanya lembaga negara
4. Pelaksanaan daerah otonomi
• DEMOKRASI PANCASILA REFORMASI
1. Pemilu langsung
2. Amandemen UUD 1945
3. Pengembalian tugas ABRI dalam hal keamanan dan pertahanan
Wewenang DPR
1. Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)
1. Hak Interpelasi
2. Hak Angket
Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C
ayat (1) dan (2)
• Berdasarkan bentuk
1. Hukum tertulis (hukum yang dapat ditemui dalam bentuk
tertulis)
2. Hukum tidak tertulis (hukum yang masih hidup dalam
masyarakat)
• Berdasarkan ruang dan wilayah berlaku
1. Hukum lokal (berlaku di daerah tertentu saja)
2. Hukum nasional (berlaku di negara tertentu)
3. Hukum internasional (mengatur hubungan antara 2 negara /
lebih, contoh : hukum PBB)
4. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain
5. Hukum gereja, yaitu kumpulan norma yang dibuat gereja untuk
para anggotanya
• Berdasarkan waktu
1. Ius constitutum (berlaku saat ini)
2. Ius constituendum (berlaku pada masa yang akan datang)
3. Hukum asasi/universal/alam (berlaku sepanjang masa)
• Berdasarkan pribadi / subjek
1. Hukum 1 golongan (mengatur gol. tertentu)
2. Hukum semua golongan (mengatur semua gol.)
3. Hukum antargolongan (mengatur 2 / lebih)
• Berdasarkan isi
- keluarga
- Hukum kekayaan
- Hukum waris
- Hukum dagang
- Hukum adat
2. Hukum publik (mengatur hub. negara dengan alat perlengkapan)
• Hukum tata negara (bentuk dan susunan pemerintah)
• Hukum administrasi negara / Tata usaha negara (cara menjalankan tugas dan
kekuasaan)
• Hukum pidana (mengatur perbuatan – perbuatan apa yang dilarang)
• Hukum internasional
• Berdasarkan tugas, fungsi, dan cara mempertahankan
1. Hukum material
2. Hukum Formal
• Berdasar sifatnya
1. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati
2. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan
• Berdasar wujudnya
1. Hukum objektif, yaitu hukum yang berlaku secara umum
2. Hukum subjektif, yaitu hukum yang berlaku untuk orang tertentu