You are on page 1of 31

USBN PKN

PRAKTIK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA

A. Macam-Macam Kekuasaan Negara


• Kekuasaan : Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya
melakukan tindakan yang dikehendakinya
• Kekuasaan negara : Kewenangan negara untuk mengatur seluruh rakyatnya
untuk
mencapai keadilan, kemakmuran, dan keteraturan
• Kekuasaan negara menurut John Locke
1. Kekuasaan legislative : membuat atau membentuk UU
2. Kekuasaan eksekutif : melaksanakan UU, termasuk mengadili setiap
pelanggaran terhadap UU
3. Kekuasaan yudikatif : melaksanakan hubungan luar negeri
• Kekuasaan negara menurut Montesquieu
1. Kekuasaan legislatif : membuat atau membentuk UU
2. Kekuasaan eksekutif : melaksanakan UU
3. Kekuasaan yudikatif : mempertahankan UU, termasuk mengadili setiap
pelanggaran terhadap UU
• Teori Montesquieu dinamakan Trias Politica, yaitu ketiga kekuasaan tersebut
dilaksanakan oleh lembaga yang berbeda dan sifatnya terpisah.

B. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia


• Pemisahan Kekuasaan (Separation of Power) = Trias Politica
Berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam bebrapa bagian, baik organnya
maupun fungsinya

• Pembagian Kekuasaan (Division of Power / Distribution of Power)


Berarti kekuasaan negara itu dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif,
eksekutif, yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Sehingga dimungkinkan adanya
koordinasi atau kerjasama.

• Penerapan Pembagian Kekuasaan di Indonesia


a. Secara Horizontal
Adalah pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu
(legislatif, eksekutif, yudikatif). Setelah amandemen, dibagi menjadi 6
kekuasaan :
1. Kekuasaan Konstitutif
- Mengubah dan menetapkan UUD
- MPR : Pasal 3 ayat 1 UUD 1945

2. Kekuasaan Eksekutif
- Menjalankan UUD dan penyelenggaraan pemerintahan negara
- Presiden : Pasal 4 ayat 1 UUD 194

3. Kekuasaan Legislatif
- Membentuk UU
- DPR : Pasal 20 ayat 1 UUD 1945

4. Kekuasaan Yudikatif
- Menyelenggarakan peradilan
- MA dan MK : Pasal 24 ayat 2 UUD 1945

5. Kekuasaan Eksaminatif/Inspektif
- Penyelenggaraan pemeriksaan atas keuangan negara
- BPK : Pasal 23E ayat 1 UUD 1945

6. Kekuasaan Moneter
- Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
- BI : Pasal 23D UUD 1945

b. Secara Vertikal
Adalah pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian antara
tingkatan pemerintahan pusat dan daerah. Penerapan asas desentralisasi, yaitu
pusat menyerahkan wewenang kepada daerah otonom (provinsi, kab/kota)
untuk mengurus dan mengatur pemerintahan daerahnya kecuali politik LN,
hankam, yustisi, agama, moneter dan fiskal (Pasal 18 ayat 5 UUD 1945)

• TAMBAHAN
a. Kekuasaan Legislatif
Terdiri dari MPR, DPR, dan DPD, Lembaga legislatif memiliki fungsi utama,
yaitu:
1. Fungsi Legislasi
Bidang perundang-undangan atau membuat peraturan, berhak mengadakan
amandemen terhadap RUU yang disusun pemerintah
2. Fungsi Pengawasan
Fungsi kontrol terhadap lembaga eksekutif (pemerintah), melalui hak-hak
kontrol yang khusus, seperti hak bertanya (interpelasi), maupun hak angket.
3. Fungsi Anggaran
Menetapkan APBN melalui DPR bersama presiden dengan melihat
pertimbangan DPD.

b. Kekuasaan Eksekutif
Secara umum tugas dan wewenang Presiden meliputi Perencanaan, Eksekusi,
dan Evaluasi, secara internal yang nantinya dipertanggung jawabkan terhadap
pengawasan DPR.

Tugas dan wewenang Presiden dikelompokan kedalam dua jenis:


1. Presiden sebagai Kepala Negara
Meliputi hal-hal seremonial dan protokoler kenegaraan. Tugas pokok
Presiden Sebagai Kepala Negara dalam Pasal 10 - 15 UUD 1945.
2. Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan
Presiden berfungsi sebagai penyelenggara tugas legislatif dan kewenangan
penyelengaraan pemerintahan.

c. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif merupakan kekuasaan kehakiman, terdapat tiga lembaga
yaitu:

1. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir (Final and Binding) yang
putusannya bersifat final, untuk menguji UU terhadap UUD 1945 (Judicial
Review), memutus sengketa kewenangan lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus perselisihan tentang pemilihan umum
serta memberikan putusan kepada presiden dan/atau wakil presiden atas
permintaan DPR karena melakukan pelanggaran berupa pengkhinatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, dan tindak pidana berat, atau perbuatan
tercela.

2. Mahkamah Agung (MA)


Menyelengarakan kekuasaan peradilan di lingkungan peradilan umum,
militer, agama, dan tata usaha negara, mengadili pada tingkat kasasi, dan
menguji peraturan perundang-undangan dibawah UU terhadap UU.

3. Komisi Yudisial (KY)


Berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan berwenang dalam
rangka menegakan kehormatan dan perilaku hakim.

C. Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Mengandung nilai religius atau keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kebebasan memeluk agama, menghormati kemedekaan beragama, tidak ada
paksaaan antar umat beragama.

2. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab


Mengandung nilai kesadaran sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai moral dalam hidup
berama, atas dasar hati nurani dengan memperlakukan sesuatu sebagaimana
mestinya.

3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia


Mengandung nilai usaha ke arah bersatu untuk membina rasa nasionalisme.
Menghargai keanekaragaman bangsa Indonesia.

4. Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan
Mengandung nilai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga perwakilan.
5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mengandung nilai tujuan tercapainya msyarakat Indonesia yang adil dan Makmur

D. Fungsi dan Kedudukan Pancasila


1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya
seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila merupakan
dasar pijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur hubungan sesama manusia, hubungan
manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia


Suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila diambil dari nilai
adat istiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, melalui penjabaran
instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai, serta
karena pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia.

5. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Tertib Hukum


Segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan dijalankan di
Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan
Pancasila.

6. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa


Wujud dalam mencerminkan kepribadian ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap
mental maupun tingkah lakunya yang dapat membedakan dengan bangsa lain.

7. Pancasila Sebagai Cita-cita dan Tujuan yang Akan Dicapai


Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia sebagai pemersatu
bangsa, di mana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil, makmur
yang merata baik materiil maupun spiritual.

8. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur


Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para pendiri bangsa
untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya Pancasila telah disepakati
secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-1945 pada sidang PPKI (Panitia
Persiapan kemerdekaan Indonesia).

9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup


Pancasila merupakan sarana untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena
Pancasila merupakan falsafah hidup yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia.

10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di
dalam segala aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai
nilai dari sila sila yang ada pada pancasila.

SISHANKAMRATA (Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta)

Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta atau yang disingkat


SISHANKAMRATA adalah suatu Sistem Pertahanan Keamanan dengan Komponen
yang terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan Nasional yang bekerja
secara total, integral serta berlanjut untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya
Pertahanan Keamanan Negara.
SISHANKAMRATA merupakan amanat Konstitusi yang didasari oleh :
UUD Tahun 1945 yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial”.
Dalam Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara”.
Negara mempunyai beberapa komponen dalam upaya mewujudkan pertahanan
nasional rakyat semesta, yaitu :
 Komponen Dasar, rakyat terlatih sebagai komponen dasar yang mampu melaksanakan
ketertiban umum, perlindungan keamanan, serta perlawanan rakyat dalam rangka
mempertahankan Stabilitas dan keamanan negara.

 Komponen Utama, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia


sebagai komponen utama dalam aspek sishankamrata

 Komponen Khusus, masyarakat sebagai komponen khusus mempunyai fungsi


menanggulangi bencana perang, bencana alam, atau bencana lainnya yang
mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda. Seperti linmas dan hansip.

 Komponen Pendukung, sumber daya alam, prasarana nasional, sumberdaya buatan


sebagai komponen pendukung untuk peningkatan, kelangsungan serta kelancaran
dalam mempertahankan keamanan negara.

ASAS KEWARGANEGARAAN (Ius Soli – Ius Sanguinis)

Pengertian asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan untuk


penduduk (warga) sebuah negara. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh
pada kekuasaan atau wewenang negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan
kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.
Penduduk suatu negara juga dibedakan menjadi warga negara dan warga negara asing.
Warga negara adalah mereka yang secara hukum merupakan anggota suatu negara. Adapun
warga negara asing adalah mereka yang belum menjadi warga negara. Jika mereka ingin
menjadi warga negara, mereka harus melalui proses yang disebut naturalisasi.

Secara umum ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara, yaitu:
1. Ius Sanguinis
Asas ius sanguinis atau asas keturunan yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung pada
orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan kewarganegaraan orang
tuanya).
Misalkan, seorang anak dilahirkan di negara B yang menganut asas ius sanguinis, sedangkan
orang tuanya warga negara A, maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
2. Ius Soli
Asas ius soli atau asas tempat kelahiran yang menetapkan kewarganegaraan seseorang
menurut tempat kelahirannya. Artinya kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak
tersebut lahir di negara yang menganut asas ius soli.
Misalnya, seorang anak harus menjadi warga negara B karena lahir di negara B, meskipun
orang tuanya warga negara A.

• Warga Negara
1. Warga negara : Orang Indonesia asli dan orang asing yang disahkan UU sebagai
warga negara
2. Bukan warga negara : Orang yang berada di suatu negara tetapi tidak sah secara
hukum, tetapi tunduk pada pemerintahan

• Penduduk
1. Penduduk : WNI dan WNA yang bertempat tinggal di Indonesia
2. Bukan penduduk : Orang yang berada di suatu negara hanya sementara waktu

HAK DAN KEWAJIBAN BUKAN WARGA NEGARA

1. Kewajiban untuk tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan.


2. Hak untuk menerima perlindungan atas diri dan hartanya.
3. Tidak memiliki hak untuk dipilih dan memilih.
4. Tidak mempunyai jak dan kewajiban untuk bela negara.

GARIS BATAS LANDASAN KOTINEN

Pembagian Wilayah Laut


1. Zona Laut Teritorial
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut
lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu
kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing
negara tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut
teritorial.

2. Zona Landas Kontinen


Landas Kontinen ialah dasar laut yang merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua).
Kedalaman lautnya kurang dari 200 meter. Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari
garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut.

3. Zona Ekonomi Ekslusif


Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur
dari
garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat kesempatan pertama
dalam memanfaatkan sumber daya laut.

UPAYA MASYRAKAT DALAM PEMAJUAN DAN PENEGAKAN HAK


ASASI MANUSIA (HAM)

Keluarga :
 menghormati dan mencintai orang tua karena itu merupakan kewajiban kita
sebagai anak
 tidak membeda - bedakan sesama antar saudara karena sebagai saudara kita
diwajibkan untuk akur dan tidak bertengkar
 menyanyangi seluruh orang tanpa harus memandang orang tersebut lebih muda
atau kebih tua dibandingkan dengan kita

masyarakat :
 tidak memetintah orang seenaknya tanpa ada unsur tertentu
 membantu sessma yang sedsng membutuhkan tanpa harus memandang baik
buruknya orang tersebut
 menghargai pendapat yang disampaikan oleh orang lain, apabila tidak dapat
mrnyinggung perasaan orang lain

sekolah :
 menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah, karena apabila tidak ditaati
akan menjadi kerugian bagi kita sendiri
 menanamkan rasa saling menghormati antar sesama siwa di sekolah, guru di
sekolah, ataupun karyawan sekolah
 bersikap adil & terbuka terhadap sesama siswa, guru dan karyawan di sekolah

PERSAMAAN DI DALAM HUKUM BAGI WARGA NEGARA INDONESIA

Persamaan di hadapan hukum adalah asas di mana setiap orang tunduk pada hukum
peradilan yang sama (proses hukum).[1] Hukum juga menimbulkan persoalan penting dan
kompleks tentang kesetaraan, kewajaran, dan keadilan. Kepercayaan pada persamaan di
hadapan hukum disebut egalitarianisme hukum.
Pasal 7 dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa "Semua
orang sama di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi apapun."
Dengan demikian, setiap orang harus diperlakukan sama di bawah hukum tanpa
memandang ras, gender, kebangsaan, warna kulit, etnis, agama, difabel, atau karakteristik
lain, tanpa hak istimewa, diskriminasi, atau bias.
Dalam konstitusi Indonesia dengan tegas memberikan jaminan adanya persamaan
kedudukan. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 27 ayat (1) ”Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

PERJANJIAN INTERNASIONAL – HUBUNGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian Hubungan Internasional


Merupakan kegiatan interaksi manusia antarbangsa baik secara individual maupun
secara kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Pentingnya Hubungan Internasional


 Arti penting hubungan dan kerja sama internasional itu, antara lain
1. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, kelangsungan keberadaan dan
kehadirannya di tengah bangsa-bangsa lain
2. Membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antarbangsa;
3. Berpartisipasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social
4. Membantu bangsa lain yang terancam keberadaannya sebagai akibat dari
pelanggaran atas hak-hak kemerdekaan yang dimiliki
5. Mencegah dan menyelesaikan konflik, perselisihan, permusuhan atau
persengketaan yang mengancam perdamaian dunia
 Manfaat hubungan dan kerjasama internasional
1. Hidup berdampingan secara damai
2. Menyelesaikan konflik/sengketa
3. Menyelesaikan masalah secara diplomasi
4. Membangun solidaritas dan saling menghormati
5. Membantu negara lain mencari solusi

C. Asas Hubungan Internasional


1. Asas Teritorial
Negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya. Jadi terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah
tersebut berlaku hukum asing.
2. Asas Kebangsaan
Setiap warga negara di manapun ia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum
dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum dari
negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun di negara asing.
3. Asas Kepentingan Umum
Dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan
peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi hukum tidak tidak
terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

D. Faktor Pendorong Hubungan Internasional


 Faktor Internal
 Kekhawatiran terancamnya kelangsungan hidup melalui kudeta maupun intervensi
dari negara lain.
 Sumber daya alam yang tidak merata disetiap negara.
 Kebutuhan nasional yang tidak bisa diusahakan sendiri, misal dibidang pangan
maupun teknologi.
 Keinginan untuk mewujudkan kepentingan nasional, terutama bidang politik dan
hubungan LN
 Keadaan dan letak geografis tiap negara tidak sama
 Faktor Eksternal
 Ketergantungan suatu negara terhadap negara lain dalam upaya memecahkan
masalah POLEKSOSBUD HUKUM HANKAM
 Membangun komunikasi dan persahabatan antarbangsa guna mewujudkan kerja
sama
 Mewujudkan tatanan dunia baru yang dapat memberikan manfaat bagi
kesejahteraan dunia
E. Perlengkapan Negara dalam Hubungan Internasional
 Penempatan perwakilan memperhatikan beberapa faktor :
 Penting tidaknya kedudukan negara pengutus dan negara penerima
 Erat tidaknya hubungan antar negara
 Besar kecilnya kepentingan negara
 Alat perlengkapan di dalam negeri
 Kepala negara, kepala pemerintahan, Menlu, Deplu
 Alat perlengkapan di luar negeri
 Perwakilan diplomatik
 Perwakilan konsuler
 Misi khusus
 Perwakilan pada organisasi internasional
 Perwakilan non diplomatic
Perbedaan Tugas dan Kewenangan Diplomatik dan Konsuler
ASPEK DIPLOMATIK KONSULER
Fungsi dan • Memelihara kepentingan negara dengan • Hubungan dengan pejabat tingkat
Kedudukan hubugan dengan pejabat tingkat pusat daerah setempat
• Berhak mengadakan hubungan bersifat
politik (Kwn, traktat, dll) • Bersifat non politik (pertukaran
• 1 negara punya 1 perwakilan dalam 1 budaya, perdagangan)
negara penerima • 1 negara punya lebih dari 1 perwakilan
• Punya hak ekstra teritorial (tidak tunduk konsuler
pada kekuasaan peradilan) • Tidak punya hak ekstra teritorial (harus
tunduk)
Mulai dan • Mulai berlaku pada saat menyerahkan • Setelah negara penerima menerima
berakhirnya surat kepercayaan (letter of credence) pemberitahuan yang layak, konsuler
misi sudah dapat melaksanakan fungsinya
• Berakhirnya • Berakhirnya
1. Sudah habis masa jabatannya 1. Fungsi sudah berakhir
2. Ditarik negaranya 2. Ditarik negaranya
3. Tidak disenangi negara penerima 3. Pemberitahuan bahwa ia bukan
(persona non grata) lagi konsuler
4. Negara penerima perang dengan
negara pengirim
TAMBAHAN
 Diplomatik
 Fungsi perwakilan diplomatik
 Mewakili negara pengirim di Negara penerima
 Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara
penerima
 Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima
 Letak di Ibukota negara penerima
 Bisa berhubungan langsung dengan kepala negara
 Politik
 Perangkat perwakilan diplomatik
 Duta besar
 Duta
 Menteri presiden
 Kuasa usaha

 Konsuler
 Fungsi perwakilan konsuler
 Melindungi kepentingan negara pengirim dan WN-nya, individu – individu,
dan badan hukum dalam batas yang dizinkan oleh Hukum Internasional
 Memajukan pembangunan hub. dagang, ekonomi, budaya, dan ilmiah diantara
kedua negara
 Mengeluarkan paspor dan dokumen perjalanan kepada WN pengirim dan visa
/ dokumen yang pantas untuk orang pergi ke negara pengirim
 Bertindak sebagai notaris dan panitera sipil serta melakukan fungsi tertentu
yang bersifat administratif
 Letak di kota besar bukan ibukota
 Tidak bisa berhubungan langsung
 Non politik

 Hak Imunitas
 Menyangkut diri pribadi (bebas tuntut, kebebasan menjadi saksi, bebas alat
paksaan)
 Menyangkut tempat perwakilan (daerah kediaman tidak boleh dimasuki tanpa
mendapat izin yang bermaksud)
 Menyangkut korespondensi / surat menyurat (tidak boleh disensor)

 Hak Suaka Politik


 Hak untuk mencari dan mendapat perlindungan dari suatu kedutaan oleh pejabat
yang penting

F. Perjanjian Internasional
 Perjanjian Internasional berdasarkan fungsi
I. Law Making Teatries
Perjanjian internasional yang membentuk kaidah hukum. Hukum yang
dirumuskan beberapa negara dapat digunakan oleh negara lain (berlaku
secara internasional). Bersifat terbuka, multilateral. Contoh : Konvensi
hukum laut (Jamaika 1993)

II. Teatry Contract


Perjanjian tertutup bagi negara lain. Hak dan kewajiban hanya bagi
negara yang mengadakan perjanjian. Bersifat tertutup, bilateral. Contoh :
Indonesia China mengenai kewarganegaraan

 Tahapan perjanjian Internasional


 Negosiation
Merundingkan masalah, dampak, hak, dan kewajiban. Dilakukan oleh kepala
negara, Menlu, Deplu, duta, atau tiap orang uang membawa surat kuasa (full
power)
 Signature
Penandatanganan naskah perjanjian oleh mereka yang terlibat. Jika penting,
lanjut ratifikasi, jika tidak berhenti sampai di sini
 Ratification
Pengesahan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang di negaranya
(eksekutif, legislatif, legislatif-eksekutif)

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

 Politik luar negeri Indonesia untuk mewujudkan perdamaian dunia yang abadi adalah
bebas dan aktif.
 Pidato Moh Hatta tahun 1948 “Mendayung antara Dua Karang”
 Bebas mengandung arti tidak meihak salah satu blok :
1. Bangsa Indonesia bebas bergaul dengan bangsa mana pun tanpa membeda-
bedakan ideologi, bentuk negara, maupun sistem pemerintahan bangsa lain.
2. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, begitu juga sebaliknya.
3. Saling memberi dan menerima bantuan, tetapi bantuan itu tidak boleh mengikat,
tidak boleh mengabaikan atau bahkan menghilangkan kedaulatan negara itu
masing-masing.
 Aktif mengandung arti sebagai
1. Bangsa Indonesia aktif bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam
mengpersamakan terwujudnya perdamaian abadi berdasarkan keadilan dan
kemanusiaan.
2. Bangsa Indonesia aktif membela bangsa lain yang terancam keberadaan dan
kedaulatan negaranya.
 Prinsip pokok yang menjadi dasar PLN Bebas Aktif
1. Politik damai
2. Bersahabat dengan segala bangsa dan tidak mencampuri urusan masing-masing
3. Memperkuat sendi hukum internasional
4. Mempermudah pertukaran pembayaran internasional
5. Melaksanakan keadilan sosial internasional
6. Menyokong kemerdekaan bangsa yang masih dijajah melalui PBB
7.
PASAL 27 UUD NRI TAHUN 1945

Pasal27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Penjelasan :

b. Hak dan kewajiban bela negara


Semula ketentuan mengenai hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara diatur dalam
Pasal 30 ayat (1). Setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menjadi Pasal 27 ayat (3) dengan rumusan sebagai berikut.

Rumusan perubahan:
Pasal 27
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Rumusan itu berasal dari Pasal 30 ayat (1) naskah asli berbunyi “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Perubahannya setelah menjadi
Pasal 27 ayat (3) terletak pada kata tiap-tiap yang diganti dengan kata setiap untuk
menyesuaikan dengan perkembangan bahasa Indonesia. Adanya ketentuan Pasal 27 ayat (3)
ini menambah dua ayat dalam Pasal 27 yang telah ada yakni ayat (1) dan ayat (2) yang tetap.
Pasal 27 ayat (3) ini dimaksudkan untuk mem-perteguh konsep yang dianut bangsa dan
negara Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya pembelaan negara bukan
monopoli TNI, tetapi meru-pakan hak sekaligus kewajiban setiap warga negara.
Pasal 27 ayat (1) dan (2) tetap, dengan rumusan sebagai berikut.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HUKUM

A. Konsep Perlindungan dan Penegakan Hukum


 Menurut Andi Hamzah : perlindungan hukum adalah daya upaya yang dilakukan
secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta, untuk
mengusahakan pengamanan, penguasaan, dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai
hak asasi.
 Menurut Simanjuntak : perlindungan hukum adalah upaya pemerintah untuk menjamin
adanya kepastian hukum untuk melindungi hak warganya agar tidak dilanggar, dan
yang melanggar mendapat sanksi
 Faktor keberhasilan menurut Soerjono Soekanto
1. Hukum
2. Penegak hukum
3. Masyarakat
4. Sarana / fasilitas
5. Kebudayaan
 Unsur perlindungan hukum
1. Ada perlindungan dari pemerintah
2. Jaminan kepastian hukum
3. Berkaitan dengan hak warha negara
4. Ada sanksi bagi yang melanggar

B. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen (UU


No 8 tahun 1999) Hak atas Kekayaan Intelektual
(HAKI)
• Hak Cipta : UU no 19 tahun 2002 / UU no 28 tahun 2014
• Hak Paten : UU no 14 tahun 2001 / UU no 13 tahun 2016
• Merk : UU no 15 tahun 2001
• Tanaman : UU no 29 tahun 2000

C. Perlindungan dan Penegakan Hukum Dapat Mewujudkan


1. Supremasi hukum
2. Keadilan
3. Perdamaian dalam kehidupan masyarakat

D. Lembaga Penegak Hukum


1. POLRI
Pasal 16 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, telah
menetapkan kewenangan sebagai berikut
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara
untuk kepentingan penyidikan.
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

2. Kejaksaan
 Lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan di bidang penuntutan
 Diatur dalam UU No 16 tahun 2004
 Pelaku pelanggaran pidana yang dituntut : yang benar bersalah dan telah memenuhi
unsur tindak pidana, didukung barang bukti dan minimal 2 saksi
 Tingkatan Kejaksaan
a. Kejaksaan Agung
b. Kejaksaan Tinggi
c. Kejaksaan Negeri
 Tugas dan wewenang
a. Di Bidang Pidana
 Melakukan penuntutan.
 Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
 Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang
 Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

b. Di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan


 Dengan kuasa khusus, dapat bertindak, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

c. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum


 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
 Pengamanan kebijakan penegakan hukum.
 Pengawasan peredaran barang cetakan.
 Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara.
 Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.
 Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

3. Hakim
 Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim
untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas
bebas, jujur dan tidak memihak di sebuah siding pengadilan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan. Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan
serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan.
 • Diatur UU no 48 tahun 2009
 Hakim dibagi menjadi 3 :
a) Hakim pada MA, disebut Hakim Agung
b) Hakim pada badan peradilan di bawah MA, yaitu peradilan umum, militer,
agama, tata usaha negara Hakim pada MK, yaitu Hakim Konstitusi
 Perbedaan MA dan MK
ASPEK MA MK
UUD Pasal 24A Pasal 24C
Mengadili Pada tingkat kasasi Pada tingkat pertama dan terakhir
Menguji Peraturan perundangan dibawah UU terhadap UUD
UU terhadap UU

 Karakteristik Kehakiman Setelah Amandemen


Kekuasaan yudikatif dipegang oleh MA dan MK. Setelah amandemen, membentuk
lembaga baru yaitu MK. MK terdiri dari 9 hakim yang dipilih dari unsur
pemerintahan, MA, dan DPR.

4. Advokat
 Memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan
 UU RI No. 18 Tahun 2003
 Tugas secara khusus :
a. Membuat dan mengajukan gugatan, jawaban, tangkasan dan rangkaian
b. Memberi pembuktian
c. Mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya

 Hak :
 Bebas mengeluarkan pendapat dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya
 Bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya.
 Tidak dapat dituntut
 Memperoleh informasi yg berkaitan dengan kepentingan pembelaan klien
 Berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan
atas berkas dan dokumen thd penyitaan
 Tidak dapat diidentikan dengan kliennya dalam membela perkara klien

• Kewajiban :
a. Dilarang membedakan perlakuan terhadap klien
b. Merahasiakan sesuatu yang diketahui/diperoleh dr klien
c. Dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dari profesinya
d. Advokat yang menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi
advokat selama memangku jabatan

5. KPK
• Dibentuk tahun 2003 berdasarkan UU RI No. 30 Tahun 2002
• Tugas :
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
korupsi
b. Supervise terhadap instansi yang berwenang
c. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
d. Melakukan tindak pencegahan korupsi
• Wewenang :
a. Mengoordinasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi
b. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan korupsi pada instansi
terkait
d. Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang
e. Meminta laporan instansi terkait pencegahan tindak pidana korupsi
• Asas – asas :
a. Kepastian hukum
b. Keterbukaan
c. Akuntabilitas
d. Kepentingan umum
e. Proporsionalitas
PARTISIPASI POLITIK WARGA NEGARA

Pengertian Partisipasi Politik


Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang
dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh Pemerintah. Partisipasi bisa
bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara
damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif (Huntington,dkk,
1994:4).

Partisipasi politik menjadi salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi politik
merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara,
maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.

Berikut beberapa definisi partisipasi politik dari beberapa sumber:

 Menurut Budiardjo (1982:1), partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau


sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan
seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting)
dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya.
 Menurut Herbert Mc Closky (Budiardjo, 2008:183-184), partisipasi politik adalah
kegiatan-kegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui cara mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan kebijakan umum.
 Menurut Ramlan Surbakti (1992:140), partisipasi politik sebagai keterlibatan warga
negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau
mempengaruhi hidupnya.

Partisipasi politik bertujuan untuk mempengaruhi mekanisme pemerintah, namun selain itu
juga perlu diperjelas bahwa partisipasi politik memiliki kepentingan lain yaitu sebagai alat
kontrol bagi berjalannya suatu sistem. Bahkan lebih jauh lagi bahwa partisipasi politik adalah
suatu media untuk mengembangkan sistem politik, agar mekanisme politik itu hidup dan
berjalan sesuai dengan prosesnya. Pada akhirnya sistem politik dapat berjalan ke arah tujuan
dengan stabil dan sukses.

Jenis-jenis Partisipasi Politik


Secara umum partisipasi politik sebagai kegiatan dibedakan menjadi (Rahman H.I,
2007:288):

1. Partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan output.
2. Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam arti
hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap
keputusan pemerintah.
3. Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menganggap sistem politik
yang ada menyimpang dari yang dicita-citakan.

Sedangkan menurut Milbrath dan Goel (Cholisin, 2007:152), membedakan partisipasi politik
menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Partisipasi politik apatis, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari
proses politik.
2. Partisipasi politik spector, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam
pemilihan umum.
3. Partisipasi politik gladiator, mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik,
yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan
pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.
4. Partisipasi politik pengritik, orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang
tidak konvensional.

Bentuk Partisipasi Politik


Menurut Mas’oed dan MacAndrews (2000:225) partisipasi politik masyarakat secara umum
dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
1. Electroral activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan pemilihan. Termasuk dalam kategori ini adalah ikut serta
dalam memberikan sumbangan untuk kampanye, menjadi sukarelawan dalam
kegiatan kampanye, ikut mengambil bagian dalam kampanye atau rally politik sebuah
partai, mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau calon
pemimpin, memberikan suara dalam pemilihan, mengawasi pemberian dan
penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya.
2. Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menghubungi
pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya
menyangkut masalah tertentu.
3. Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi
sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa.
4. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan secara langsung
pejabat pemerintah atau tokoh politik, baik dilakukan secara individu maupun
kelompok orang yang kecil jumlahnya. Biasanya, dengan bentuk partisipasi seperti ini
akan mendatangkan manfaat bagi yang orang yang melakukannya.
5. Violance, yaitu dengan cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah, yaitu
dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan.
6.
Sedangkan Dalton (2009) mengelompokkan bentuk partisipasi politik sebagai berikut:

1. Voting. Yaitu bentuk-bentuk partisipasi politik yang terkait dengan pemilihan


(voting/electing). Voting adalah bentuk yang paling sederhana untuk mengukur
partisipasi.
2. Campaign activity. Yaitu aktivitas kampanye yang mewakili bentuk-bentuk
partisipasi yang merupakan perluasan dari pemilihan (extension of electoral
participation). Termasuk di dalamnya bekerja untuk partai atau seorang kandidat,
menghadiri pertemuan-pertemuan kampanye, melakukan persuasi terhadap orang lain
untuk memilih, dan segala bentuk aktivitas selama dan antara pemilihan.
3. Communal Activity. Bentuk-bentuk partisipasi ini berbeda dengan aktivitas
kampanye karena aktivitas komunal mengambil tempat di luar setting pemilihan (out
side electoral setting). Termasuk keterlibatan dalam kelompok-kelompok masyarakat
yang interest dan concern dengan kebijakan umum seperti kelompok studi
lingkungan, kelompok wanita, atau proteksi terhadap konsumen.
4. Contacting personal on personal matters. Bentuk partisipasi ini berupa individu
melakukan kontak terhadap seseorang terkait dengan suatu materi tertentu yang
melekat pada orang tersebut. Diperlukan inisiatif dan informasi yang tinggi terkait isu
yang spesifik, dalam kontak yang bersifat perseorangan ini. Bentuk partisipasi ini
seringkali digunakan untuk membangun pengertian, kepercayaan, mencari koneksi,
ataupun membangun jaringan.
5. Protest. Yaitu bentuk-bentuk partisipasi yang unconventional seperti demonstrasi dan
gerakan protes. Walaupun individu-individu yang memilih bentuk partisipasi ini
sering berada di luar jalur/saluran yang normal, namun mereka seringkali menjadi
bagian penting dalam proses demokratisasi.

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian Pelanggaran HAM


Perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja
maupun tidak disengaja yang secara melawan hukum mengurangi / mencabut HAM
seseorang, dan dikhawatirkan tidak mendapat penyelesaian hukum berdasarkan
mekanisme yang berlaku (UU no 26 tahun 2000)

B. Bentuk Pelanggaran HAM


1. Diskriminasi
Perbuatan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dan berdampak pada
psikologis. Contoh : dikucilkan, membedakan SARA
2. Penyiksaan
Perbuatan seseorang terhadap orang lain yang berdampak pada fisik dan psikis. Contoh
: terror, bully,
KDRT
3. Pelanggaran HAM Berat
a. Kejahatan Genosida : pemusnahan massal
b. Kejahatan Kemanusiaan : penyiksaan, penganiayaan, pemerkosaan, dll

 Faktor Pelanggaran HAM


• Internal
1. Egois / mementingkan diri sendiri
2. Tidak toleran
3. Rendahnya kesadaran HAM
• Eksternal
1. Penyalahgunaan kekuasaan
2. Penyalahgunaan teknologi
3. Tidak tegasnya aparat penegak hukum
4. Kesenjangan sosial dan ekonomi

ACAMAN TERHADAP NEGARA DI BIDANG IPOLEKSOSBUDHANKAM

1. Ancaman dibang Ideologi


Beradasarkan hukum yang berlaku, Republik Indonesia adalah sebuah negara yang dimana
menolak akan komunisme dan zionis. Akibat dari hal tersebut, Indonesia akan memberikan
pengaruh bagi negara yang dimana menganut sistem komunisme dan juga zionisme. Akan
tetapi, meskipun itu tertulis secara hukum, tetapi dewasa kini masyarakat Indonesia sendiri
memiliki kesulitan unutk terbebas dari jenis pengaruh paham lainnya yang berada di dunia,
seperti liberalisme meskipun banyak negara mendukung adanya sistem liberalisme.

2. Ancaman dibidang Politik.


Pada kondisi ini ancaman dari bidang politik dapat berasal dari dalam maupun luar negeri.
Sebagaimana contoh yang berasal dari luar negeri adalah sebuah tindakat provokatif yang
bertujuan untuk melakukan sebuah intimidasi, promokasi, hingga sebuah aksi untuk
mealkukan blokade politik yang dimana bersifat non-militer. Untuk ancaman politik dalam
negeri adalah sebuah kegiatan yang dimana memiliki sifat untuk menurunkan sebuah
pemerintahan yang sah dan pada saat itu sedang berkuasa.

3. Ancaman dibidang Ekonomi


Contohnya adalah dengan datangnya barang-barang dari luar negeri ke Indonesia.
Perekonomian Indonesia dikuasai oleh pihak luar negeri. Kemudian terjadinya persaingan
bebas yang kemudian akan membuat munculnya pihak dari pelaku ekonomi yang menang.
Terjadi pengurangan subsidi pada sektor ekonomi masyarakat. Membuat perkembangan
ekonomi Indonesia mundur dalam jangka waktu yang tergolong panjang.
4. Ancaman dibidang Sosial Budaya
Contoh ancaman dibindag sosial budaya:
- Gaya hidup konsumtif
- Gaya hidup hedonisme
- Sikap hidup invidualisme
- Gaya westernisasi
- Memudarnya sifat gotong royong
- Lunturnya agama dan sosial masayrakat.
5. Ancaman dibidang Pertahanan dan Keamanan.
Contohnya adalah sebuah ancaman dimana akan membuat timbulnya konflik dan teror yang
bersifat SARA.

ASPEK WAWASAN NUSANTARA

A. Pengertian Wawasan Nusantara


• Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata “wawasan” dan “Nusantara”.
1. Wawasan berasal dari kata “wawas” (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan
dan penglihatan indrawi. Jadi, wawasan adalah pandangan, tinjauan, penglihatan,
tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan cara melihat.
2. Nusantara berasal dari kata “nusa” dan “antara”. “Nusa” artinya pulau atau
kesatuan kepulauan. “Antara” artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi,
Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua
Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra
Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan
sebagai pengganti nama Indonesia.

• Secara terminologis, wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia


terhadap diri dan lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional
Indonesia pada hakikatnya merupakan perwujudan dari kepulauan Nusantara
sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan

B. Asas Wawasan Nusantara


1. Kepentingan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerja sama
6. Kesetiaan

C. Aspek Tri Gatra (Aspek Alamiah)


1. Letak dan Bentuk Geografis
Wilayah Indonesia merupakan suatu kepulauan, terdiri dari daerah air dengan ribuan
pulau-pulau di dalamnya (archipelago kelvar). Kepulauan itu terletak antara Benua
Asia dan Benua Australia serta Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak
geografis antara dua benua dan samudra yang penting itu, maka dikatakan bahwa
Indonesia mempunyai suatu kedudukan geografis di tengah-tengah jalan lalu lintas
silang dunia. Karena kedudukannya yang strategis itu, dipandang dari tiga segi
kesejahteraan di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya, Indonesia telah banyak
mengalami pertemuan dengan pengaruh pihak asing (akulturasi). Indonesia terletak
pada 6° LU–11° LS, 95° BT– 141° BT, yang di tengahnya terbentang garis equator
sehingga Indonesia mempunyai 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau.
2. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Adapun faktor penduduk yang mempengaruhi ketahanan nasional adalah sebagai
berikut
a. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru, dan orang
yang meninggalkan wilayahnya.
b. Faktor yang Mempengaruhi Komposisi Penduduk
Komposisi adalah susunan penduduk menurut umur, kelamin, agama, suku
bangsa, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Susunan penduduk itu dipengaruhi
oleh mortalitas, fertilitas, dan migrasi. Fertilitas sangat berpengaruh besar
terhadap umur dan jenis penduduk golongan muda yang dapat menimbulkan
persoalan penyediaan fasilitas pendidikan, perluasan lapangan kerja, dan
sebagainya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk yang ideal adalah distribusi yang dapat memenuhi
persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu penyebaran merata.

3. Kekayaan AlamSumber-sumber alam sesungguhnya mempunyai arti yang sangat luas


di mana Indonesia terkenal sebagai negara yang mempunyai sumber-sumber alam
yang berlimpah ruah. Sifat unik kekayaan alam yaitu jumlahnya yang terbatas dan
penyebarannya tidak merata. Sehingga menimbulkan ketergantungan dari dan oleh
negara dan bangsa lain.

D. Aspek Pancagatra (Aspek Sosial)


1. Ideologi
Ideologi merupakan konsep yang mendalam mengenai kehidupan yang dicita-
citakan dan ingin diiperjuangkan dalam kehidupan nyata. Dalam strategi pembinaan
ideologi ada beberapa prinsip

a. Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.


b. Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.
c. Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.
d. Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan kedinamisan.
e. Ideologi Pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa dan dijadikan
alat untuk menyejahterakan dan mempersatukan masyarakat.
2. Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan kekuasaan. Upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan
ketahanan di bidang politik adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian
antara keluaran dan masukan berdasarkan Pancasila yang merupakan pencerminan
dari demokrasi Pancasila.

3. Ekonomi
Upaya untuk menciptakan ketahanan ekonomi adalah melalui sistem ekonomi yang
diarahkan untuk kemakmuran rakyat. Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight
liberalism, etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli. Struktur ekonomi
dimantapkan secara seimbang dan selaras antarsektor.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamika budaya bangsa yang berisi
keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi ancaman, tantangan, halangan, dan gangguan (ATHG).

5. Pertahanan dan Keamanan


Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika dalam kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi ATHG

SISTEM PEMERINTAHAN YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA


1. Demokrasi Masa Revolusi → demokrasi Parlementer
Berlaku h+1 bulan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945-1950 masih menghadapi
Belanda yang kembali ke Indonesia. Masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Terlihat
dalam pasal 4 aturan peralihan UUD 1945 : sebelum MPR, DPR, DPA dibentuk,
segala kekuasaan dijalankan oleh presiden dibantu oleh KNIP

Maklumat :
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal
16 Oktober 1945 KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945 Pembentukan
partai politik
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945
Perubahan sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer
2. Demokrasi Masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) =
demokrasi parlementer Pemerintah berdasarkan
UUD 1950 pengganti KRIS 1949
Peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi, dan
berkembangnya parpol. Ciri-ciri demokrasi liberal :
1) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat
2) Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
3) Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
4) Perdana menteri diangkat oleh presiden
1) Kabinet Natsir → September 1950-Maret 1951
2) Kabinet Sukiman → April 1951-April1 952
3) Kabinet Wilopo → April 1952-Juni 1953
4) Kabinet Ali Sastroamidjoyo 1 →→Juli 1953-Agustus 1955
5) Kabinet Burhanuddin Harahap Agustus
1955-Maret 1956 Penyebab praktik demokrasi
gagal :
1) Dominannya parpol
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk
mengganti UUDS Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1) Bubarkan konstituante
2) Kembali ke UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPAS

b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)


Demokrasi yang seluruh keputusan dan pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja.

Menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah
mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan nasakom. Ciri-ciri demokrasi terpimpin :

1) Tingginya dominasi presiden


2) Terbatasnya peran parpol
3) Berkembangnya pengaruh PKI

1) Segi keamanan : banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal,


tidak stabil
2) Segi ekonomi : sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi
liberal menyebabkan program yang dirancang kabinet tidak dapat dijalankan
secara utuh, pembangunan ekonomi tersendat
3) Segi politik : konstituante gagal menyusun UUD baru untuk mengganti UUDS
1950

Penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin :


1) Jaminan HAM lemah
2) Terjadi sentralisasi kekuasaan
3) Terbatasnya peranan pers
4) Sistem kepartaian tidak jelas dan banyak pemimpin partai dipenjarakan
5) Peranan parlemen lemah akhirnya dibubarkan dan dibentuk DPRGRKebijakan
politik luar negeri memihak RRT yang memicu terjadinya pemberontakan G 30
September 1965 oleh PKI
3. Demokrasi Masa Orde Baru (1966-1998)
Ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966
Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen Memberi harapan baru pada rakyat melalui
Pelita I-V Menyelenggarakan pemilu 1971, 1977, 1982,
1987, 1992,1997 Ciri-ciri demokrasi Pancasila pada
masa Orde Baru :
a. Adanya partai penguasa
b. Keputusan politik mutlak di tangan presiden
c. Diberlakukannya asas tunggal Pancasila
d. Dominasi militer dalam pemerintahan (dwi fungsi ABRI)
e. Pembatasan hal politik rakyat
Terjadi ketidakpuasan masyarakat akibat kepemimpinan yang bersifat
sentralistik dan tidak memperhatikan kepentingan, kemakmuran, kesejahteraan
penduduknya
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru :
a. Masih belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri umum
b. Banyak terjadi manipulasi politik dan KKN yang telah
membudaya Alasan demokrasi tersebut gagal :
a. Tidak adanya rotasi kekuasaan eksekutif
b. Rekrutmen politik yang tertutup
c. Pengakuan HAM yang terbatas
d. Tumbuhnya KKN yang merajalela
e. Pemilu yang jauh dari semangat dan demokratis

a. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden


b. Pembatasan hak-hak politik rakyat
c. Pemilu yang tidak demokratis, aparat birokrasi dan militer melakukan cara untuk
memenangkan Golkar
d. Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional, misal KOPKAMTIB (Komando
Pengendalian Keamanan dan Ketertiban)
e. KKB merajalela dan rakyat sengsara sehingga menjerumuskan rakyat ke
dalam krisis multidimensi berkepanjangan

4. Demokrasi Masa Reformasi-Sekarang


Lahir setelah Soeharto mengundurkan diri sejak 21 Mei 1998, digantikan oleh B. J.
Habibie. Menurut Riswanda Imawan, reformasi adalah gerkaan memformat ulang,
menata ulang hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada bentuk semula sesuai
nilai-nilai ideal yang dicita-citakannya oleh rakyat
4 faktor kunci sukses/gagalnya transisi demokrasi :
a. Komposisi elit politik
b. Desain institusi politik
c. Kultur politik/perubahan sikap terhadap politik di kalangan elit dan non elit
d. Peran civil society (masyarakat madani)
Harapan lain : peran civil society untuk mengurangi polaritas politik dan
menciptakan kultur toleransi, transaksi demokrasi selalui dimulai dengan
jatuhnya pemerintahan otoriter

Panjang pendeknya transisi tergantung pada kemampuan rezim demokrasi baru


mengatasi problem tradisional yang menghadang

Ciri-ciri umum : sama seperti demokrasi Pancasila. Hal-hal yang lebih ditekankan :

a. Penegakan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai


lembaga negara, politik, dan kemasyarakatan
b. Pembagian secara tegas wewenang antara legislatif, eksekutif, yudikatif
c. Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang
multipartai

Peraturan perundang-undangan :
a. Tap MPR RI No. X/MPR/1998 : pokok-pokok reformasi
b. Tap MPR RI No. VII/MPR/1998 : pencabutan Tap MPR tentang referendum
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 : penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 : pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden
e. Amandemen UUD 1945 sampai amandemen I-IV
TAMBAHAN
• DEMOKRASI LIBERAL
1. Menganut paham demokrasi
2. Memiliki lembaga perwakilan rakyat
3. Kekuasaan tidak berpusat pada satu titik
4. Tidak menganut sistem presidensial (menganut sistem parlementer)
5. Keputusan berdasarkan suara mayoritas
6. Adanya pemilu
7. Banyak partai politik
• DEMOKRASI TERPIMPIN
1. Adanya perwakilan rakyat dan sistem pemerintahan presidensial
2. Kedudukan presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
3. Kekuasaan presiden tidak tertabas
4. Dibentuknya poros Nasakom
5. Penyederhanaan partai utk memudahkan dan memperkecil pengaruh antar
kelompok
6. Peran ABRI dalam politik
• DEMOKRASI PANCASILA ORBA
1. Pemerintahan presidensial
2. Penyederhaan partai dan pelaksanaan pemilu
3. Adanya lembaga negara
4. Pelaksanaan daerah otonomi
• DEMOKRASI PANCASILA REFORMASI
1. Pemilu langsung
2. Amandemen UUD 1945
3. Pengembalian tugas ABRI dalam hal keamanan dan pertahanan

MAHKAMAH KONSTITUSI – DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR adalah lembaga negara yang berfungsi sebagai lembaga perwakilan
rakyat. Anggota DPR terpilih melalui pemilihan umum legislatif yang
diikuti partai politik pengusung calon anggota legislatif.Dewan Perwaklian
Rakyat terdiri dari DPR(Pusat) dan DPRD(daerah).
Keanggotaan DPR yang berjumlah 560 orang sesuai UU Pemilu no 10
tahun 2008 diresmikan dengan keputusan presiden untuk masa jabatan 5
tahun. Masa jabatan ini berakhir ketika anggota DPR baru mengucap
sumpah/janji oleh ketua MA dalam sidang paripurna .

Wewenang DPR
1. Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)

2. Menetapkan APBN(fungsi anggaran)

3. Mengawasi pemerintah dalam menjalankan undang-undang(fungsi


pengawasan)

Hak-hak anggota DPR

1. Hak Interpelasi

2. Hak Angket

3. Hak menyatakan pendapat

Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C
ayat (1) dan (2)

1. untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji


UU terhadap UUD,

2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang


kewenangannya diberikan UUD,

3. memutus pembubaran partai politik, dan

4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Disamping itu, MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR


mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD.Dengan kewenangan tersebut, jelas bahwa MK memiliki
hubungan tata kerja dengan semua lembaga negara yaitu apabila
terdapat sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses
judicial review yang diajukan oleh lembaga negara pada MK

STRUKTUR KETATA NEGARAAN INDONESIA


PENGGOLONGAN HUKUM

• Berdasarkan bentuk
1. Hukum tertulis (hukum yang dapat ditemui dalam bentuk
tertulis)
2. Hukum tidak tertulis (hukum yang masih hidup dalam
masyarakat)
• Berdasarkan ruang dan wilayah berlaku
1. Hukum lokal (berlaku di daerah tertentu saja)
2. Hukum nasional (berlaku di negara tertentu)
3. Hukum internasional (mengatur hubungan antara 2 negara /
lebih, contoh : hukum PBB)
4. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain
5. Hukum gereja, yaitu kumpulan norma yang dibuat gereja untuk
para anggotanya
• Berdasarkan waktu
1. Ius constitutum (berlaku saat ini)
2. Ius constituendum (berlaku pada masa yang akan datang)
3. Hukum asasi/universal/alam (berlaku sepanjang masa)
• Berdasarkan pribadi / subjek
1. Hukum 1 golongan (mengatur gol. tertentu)
2. Hukum semua golongan (mengatur semua gol.)
3. Hukum antargolongan (mengatur 2 / lebih)
• Berdasarkan isi
- keluarga
- Hukum kekayaan
- Hukum waris
- Hukum dagang
- Hukum adat
2. Hukum publik (mengatur hub. negara dengan alat perlengkapan)
• Hukum tata negara (bentuk dan susunan pemerintah)
• Hukum administrasi negara / Tata usaha negara (cara menjalankan tugas dan
kekuasaan)
• Hukum pidana (mengatur perbuatan – perbuatan apa yang dilarang)
• Hukum internasional
• Berdasarkan tugas, fungsi, dan cara mempertahankan
1. Hukum material
2. Hukum Formal
• Berdasar sifatnya
1. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan apapun harus ditaati
2. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan
• Berdasar wujudnya
1. Hukum objektif, yaitu hukum yang berlaku secara umum
2. Hukum subjektif, yaitu hukum yang berlaku untuk orang tertentu

You might also like