You are on page 1of 20

TEKNIK SINTESIS POVIDON

Nursalam Hamzah
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Jalan H.M. Yasin Limpo No.36 Sungguminasa, Kabupaten Gowa

ABSTRAK
Povidon telah luas digunakan dalam bidang farmasi. Mekanisme sintesisnya
berdasarkan reaksi polimerisasi adisi. Teknik sintesisnya sangat luas meliputi metode
massal, larutan, suspensi, emulsi dan endapan. Metode massal dan larutan kadang
menghasilkan povidon dengan bobot molekul yang rendah. Sedangkan metode endapan
menghasilkan povidon dengan bobot molekul yang tinggi. Selain itu, inisiator yang digunakan
untuk reaksi adisi juga beragam, tetapi senyawa turunan peroksida merupakan inisiator
reaksi yang paling luas digunakan. Hal ini karena bobot molekul yang dihasilkan lebih tinggi
dan strukturnya tidak mengalami percabangan.
Povidon dapat ditingkatkan kualitasnya dengan membentuknya menjadi kopolimer
dan ikat silang. Molekul yang dihasilkan dapat memperbaiki higroskopisitas, kekentalan dan
daya rekatnya. Tetapi terkadang mempengaruhi kemampuannya dalam mengikat air.
Povidon telah luas digunakan dalam dunia farmasi sebagai bahan penghancur dalam tablet
dan penstabil suspensi. Selain itu digunakan juga dalam campuran obat luka.

Kata kunci : Polimerisasi, Povidon, PVP

PENDAHULUAN
Povidon, dikenal pula sebagai disebabkan diversitas kebutuhan oleh
polividon, atau polivinilpirolidon, disingkat masing-masing bidang industri (Haaf,
PVP, merupakan polimer sintetik yang Sanner, & Straub, 1985).
terbuat dari bahan baku utama 1-
etenilpirolidin-2-one, dengan berbagai
tingkat polimerisasi yang menghasilkan
polimer dengan berbagai bobot molekul.
Molekul ini merupakan hasil modifikasi dari Gambar 1. Struktur dasar povidon

asetilen, ditemukan oleh Reppe. Povidon


termasuk homopolimer, yaitu polimer yang Sintesis

tersusun atas hanya satu jenis monomer Povidon disintesis dimulai dari

atau seragam, walaupun terdapat sintesis bahan bakunya yaitu 1-

modifikasinya menjadi kopolimer (molekul etenilpirolidin-2-one dari asetilen dengan

yang tersusun atas lebih dari satu jenis formaldehid (lihat Gambar 2). Hasilnya

monomer) dan povidon ikat silang (cross- reaksinya membentuk 2-butin-1,4-diol.


linked). Lebih dari 70 tahun Povidon telah Senyawa ini selanjutnya dihidrogenasi
luas digunakan, khususnya dalam bidang sehingga menghasilkan 1,4-butandiol.
industri farmasi, kosmetika, dan makanan Tahapan selanjutnya adalah dioksidasi
dengan fungsi yang beragam. Hal ini (dehidrogenasi) agar dapat membentuk

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 205


siklik butirolakton. Hasil reaksinya adalah nukleofil. Karbokation ini bersifat
kemudian direaksikan dengan ammonia elektrofil sehingga akan menyerang lagi
menghasilkan pirolidon dan air. Pirolidon gugus etilen sehingga bergabung
kemudian dipisahkan dari air dan membentuk molekul dari dua monomer 1-
direaksikan dengan asetilen sehingga etenilpirolidin-2-one. Demikian seterusnya
terbentuk 1-etenilpirolidin-2-one (Haaf, sehingga akan terbentuk polimer povidon.
Sanner, & Straub, 1985). Polimerisasi pertumbuhan rantai
Polimerisasi pertumbuhan rantai
(chain-growth polymerization), merupakan
salah satu metode yang digunakan oleh
industri dalam pembuatan polimer, dimana
terjadi penambahan molekul tak jenuh ke
rantai yang tumbuh cepat. Senyawa tak
jenuh yang paling umum yang mengalami
polimerisasi reaksi rantai adalah
olefin/alkena, seperti yang ditunjukkan
oleh reaksi monomer etilen.
Polimer yang tumbuh dalam
polimerisasi reaksi rantai adalah radikal
bebas, dan hasil polimerisasi melalui
mekanisme rantai. Polimerisasi reaksi
rantai diinduksi dengan penambahan
reagen pembentuk radikal bebas atau oleh
inisiator ionik. Seperti semua reaksi
berantai, proses ini melibatkan tiga
Gambar 2. Sintesis 1-etenilpirolidin-2-one,
dari asetilen dan formaldehid langkah mendasar: inisiasi, propagasi, dan
(Haaf, Sanner, & Straub, 1985) terminasi. Selain itu, langkah keempat
yang disebut transfer rantai mungkin
Povidon disintesis berdasarkan
terlibat (Ebewele, 2000).
reaksi adisi elektrofiik yang diinisiasi
dengan radikal bebas. Reaksi ini disebut
juga dengan Polimerisasi reaksi rantai
(chain reaction polymerization). Dengan
adanya gugus etilen (-CH=CH-) pada 1-
etenilpirolidin-2-one yang memiliki elektron Gambar 3. Polimerisasi 1-etenilpirolidin-2-
one membentuk povidone
π mudah diserang oleh elektrofil (Haaf, Sanner, & Straub, 1985)
membentuk karbokation. Elektron π

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 206


Tahapan lengkap polimerisasi Dekomposisi termal hidrogen
reaksi rantai dan aplikasinya dalam peroksida menghasilkan pembelahan
sintesis povidon dijelaskan sebagai homolitik ikatan O-O untuk
berikut. menghasilkan radikal bebas hidroksida
1. Inisiasi, melibatkan pembentukan yang dapat bereaksi terhadap etilen.
monomer yang aktif dalam bentuk Contoh pembentukan radikal bebas
radikal. Monomer diaktifasi oleh radikal yang diinduksi secara fotokimia adalah
yang lain. Inisiasi pembentukan radikal dekomposisi azo-bis-isobutironitril
ini dapat terjadi secara spontan dipicu dengan sinar tampak pendek atau
oleh penyerapan panas, sinar radiasi sinar ultraviolet mendekati suhu
(ultraviolet), atau iradiasi berenergi 0°C, di mana tidak terjadi inisiasi
tinggi. Tetapi yang paling sering termal.
digunakan adalah inisiasi polimerisasi Dalam polimerisasi radikal bebas
disebabkan oleh penambahan yang dilakukan dalam media berair,
sejumlah kecil senyawa yang disebut dekomposisi peroksida atau persulfat
inisiator. Terdapat tiga jenis inisiator; sangat dipercepat dengan adanya
radikal bebas, kationik dan anionik. sistem pereduksi. Metode inisiasi
Tipikal senyawa inisiator meliputi radikal bebas ini disebut sebagai
peroksida, senyawa azo, asam Lewis, inisiasi redoks. Inisiasi yang dihasilkan
dan reagen organologam. Namun, dari dekomposisi termal senyawa
inisiator ini memicu inisiasi rantai dan organik yang dibahas di atas hanya
memberikan pengaruh yang sesuai untuk polimerisasi yang
mempercepat polimerisasi, inisiator dilakukan pada suhu kamar atau lebih
bukan katalis sebab inisiator diubah tinggi. Tingkat peningkatan
secara kimiawi selama proses pembentukan radikal bebas dalam
polimerisasi. Inisiator biasanya reaksi redoks memungkinkan
merupakan senyawa organik lemah polimerisasi pada suhu yang relatif
yang dapat didekomposisi secara lebih rendah. Reaksi redoks tipikal
termal atau dengan iradiasi untuk untuk polimerisasi emulsi. Inisiator ion
menghasilkan radikal bebas, yaitu persulfat bereaksi dengan zat
molekul yang mengandung atom pereduksi seperti ion bisulfit untuk
dengan elektron yang tidak menghasilkan radikal untuk inisiasi
berpasangan. Berbagai senyawa redoks. Ion feron juga bisa digunakan
dapat terdekomposisi saat dipanaskan sebagai sumber radikal, melibatkan
hingga membentuk radikal bebas. reaksi dengan alkil hidroksida.

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 207


Seperti yang ditunjukkan atmosfir bebas oksigen (berisi
sebelumnya, polimerisasi radikal nitrogen). Harus ditekankan juga
bebas dari beberapa monomer dapat bahwa peroksida organik, bila
dimulai dengan memanaskan atau mengalami guncangan atau suhu
mengekspos monomer ke sinar atau tinggi, bisa meledak. Oleh karena itu
iradiasi berenergi tinggi seperti sinar-X. senyawa ini harus ditangani dengan
Iradiasi energi tinggi pada monomer hati-hati.
dapat dikerjakan dengan teknik a.
polimerisasi massal (bulk
polymerization) maupun polimerisasi
larutan. Hal ini tentu saja tidak selektif
b.
sebagaimana inisiasi fotolitik.
Gambar 4. Contoh tahapan pertama (a)
Saat memilih inisiator untuk dan kedua (b) dari inisiasi
polimerisasi radikal bebas, parameter
Inisiasi polimerisasi terjadi
penting yang harus dipertimbangkan
dalam dua tahap berurutan. Langkah
adalah kisaran suhu yang akan
pertama melibatkan pembentukan
digunakan untuk polimerisasi dan
radikal melalui inisiator, sesuai dengan
reaktivitas radikal yang terbentuk.
proses yang dibahas di atas (lihat
Kehadiran promotor dan akselerator
Gambar 4.a)
tertentu serta sifat monomer sering
Langkah kedua adalah
mempengaruhi tingkat dekomposisi
penambahan radikal inisiator ke
inisiator. Misalnya, dekomposisi
molekul monomer vinil (lihat
benzoil peroksida dapat dipercepat
Gambar 4b).Fragmen inisiator menjadi
pada suhu kamar dengan
bagian dari rantai pertumbuhan,
menggunakan amin terner atau
terletak pada ujung rantai. Dalam
kuartener. Proses inisiasi radikal
praktik komersial, 60-100% dari semua
bebas tidak terpengaruh oleh
radikal bebas yang dihasilkan
kelembaban atmosfir, namun dapat
menginisiasi polimerisasi.
diinhibisi oleh zat seperti oksigen.
2. Propagasi, monomer yang diinisiasi di
Radikal bebas dilemahkan oleh reaksi
atas akan berikatan dengan monomer
dengan oksigen untuk membentuk
lain (biasanya dengan ribuan molekul
peroksida atau hidroperoksida.
monomer) dengan cepat. Hal ini
Monomer seperti stiren dan
melibatkan penambahan radikal bebas
metilmetakrilat rentan terhadap
ke ikatan rangkap dari monomer lain.
penghambatan tersebut, sehingga
Pusat aktif radikal dengan demikian
reaksi inisiasi dilakukan dalam kondisi
terus direlokasi pada ujung akhir rantai

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 208


polimer yang tumbuh. Perpanjangan (Gambar 5.a), kepala ke kepala
berlanjut sampai rantai pertumbuhan (Gambar 5.b), dan ekor ke ekor
radikal dinonaktifkan dengan terminasi (Gambar 5.c). Distribusi acak produk
atau transfer rantai seperti yang ini terdapat di sepanjang rantai
dibahas pada tahap selanjutnya. molekul. Namun, ditemukan bahwa
Atom karbon tersubstitusi ikatan antara kepala ke ekor di mana
dianggap sebagai kepala dan atom substituen terikat pada atom karbon
karbon yang tidak tersubstitusi adalah alterasi yang mendominasi. Hanya
ekor dari monomer vinil. Oleh karena sesekali interupsi pengaturan ini oleh
itu, ada tiga kemungkinan cara untuk ikatan kepala ke kepala dan ekor ke
tahap propagasi terjadi: kepala ke ekor ekor terjadi.

a.

b.

c.
Gambar 5. Contoh kemungkinan produk propagasi

3. Terminasi, aktivitas pertumbuhan polimer dengan radikal inisiator


rantai polimer radikal diterminasi oleh (Gambar 6.a). Proses terminasi jenis
reaksi dengan radikal bebas lainnya ini tidak produktif dan dapat
dalam sistem untuk menghasilkan dikendalikan dengan mempertahankan
molekul polimer. Terminasi dapat laju yang rendah pada tahap inisiasi.
terjadi dengan reaksi antara radikal

a.

b.

c.
Gambar 6. Contoh kemungkinan terminasi yang terbentuk

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 209


Reaksi terminasi yang lebih rantai, rantai polimer yang tumbuh
penting dalam produksi polimer adalah dihentikan diterminasi dengan
kombinasi (atau kopling) dan memindahkan aktivitas
disproporsionasi. Dalam terminasi pertumbuhannya ke spesies yang
dengan kombinasi, dua rantai polimer sebelumnya tidak aktif (tidak radikal),
yang sedang tumbuh saling bereaksi sebagaimana digambarkan pada
menghasilkan satu polimer yang Gambar 7.
terterminasi (Gambar 6.b), sedangkan Spesies, TA, bisa berupa
pada terminasi disproporsi, atom labil monomer, polimer, molekul pelarut,
(biasanya hidrogen) dipindahkan dari atau molekul lain yang sengaja atau
satu radikal polimer ke yang lain tidak sengaja dimasukkan ke dalam
(Gambar 6.c). campuran reaksi. Bergantung pada
Reaksi kopling menghasilkan reaktivitasnya, radikal baru, A·,
polimer tunggal, sementara hasil mungkin memulai pertumbuhan rantai
disproporsi menghasilkan dua polimer polimer lainnya. Jika reaktivitas A·
dari dua radikal rantai polimer yang sebanding dengan radikal rantai
bereaksi. Reaksi terminasi utama yang propagasi, maka rantai baru dapat
terjadi dari beragam jenis terminasi ini dimulai tumbuh. Jika reaktivitasnya
bergantung pada sifat monomer dan terhadap monomer kurang dari radikal
suhu reaksi. Karena disproporsionasi propagasi, maka laju reaksi menjadi
membutuhkan energi untuk menurun. Jika A· tidak reaktif terhadap
memecahkan ikatan kimia, maka monomer, seluruh reaksi dapat
seharusnya terminasi ini akan terjadi dihambat. Reaksi transfer tidak
pada suhu reaksi yang tinggi; Reaksi menghasilkan pembentukan atau
kopling mendominasi pada suhu meniadakan radikal. Namun, terjadinya
rendah. reaksi transfer menghasilkan rantai
4. Transfer rantai. Idealnya, polimerisasi polimer dengan panjang rata-rata yang
radikal bebas melibatkan tiga langkah kecil, dan dalam kasus perpindahan
dasar: inisiasi, propagasi, dan rantai ke polimer, hal ini dapat
terminasi. Namun, langkah keempat, menyebabkan percabangan (Ebewele,
disebut dengan transfer rantai, 2000).
biasanya terjadi. Dalam reaksi transfer

Gambar 7. Contoh transfer rantai

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 210


Teknik Polimerisasi menyebabkan reaksi menjadi terlalu kuat
Pembuatan polimer povidon dapat dalam melepaskan panas dan sulit
menggunakan beberapa teknik seperti dikendalikan kecuali jika menggunakan
polimerisasi massal, larutan, dan mekanisme pendinginan yang efisien.
suspensi. Povidon disintesis dengan teknik
ini menggunakan inisiator radikal kationik,
Polimerisasi massal (bulk polymerization) seperti phosphoryl chloride (POCl3) dan
Polimerisasi massal dilakukan gugus karboksil (Biswas & Mishra, 1975;
dengan menambahkan inisiator radikal Tsubokawa, Takeda, & Iwasa, 2006).
terlarut ke monomer murni dalam fase Proses sintesis dilakukan dengan
cair. Inisiator harus larut dalam monomer. mencampurkan bahan baku monomer 1-
Reaksi dimulai dengan pemanasan atau etenilpirolidin-2-one yang telah dimurnikan
diradiasi. Saat reaksi berlangsung, dengan cara destilasi dengan radikal
campuran menjadi lebih kental. Reaksinya kationik, pada suhu cukup tinggi. Hasil
bersifat eksotermik dan polimer yang sintesisnya memiliki karakteristik dengan
dihasilkan memiliki beragam bobot bobot molekul yang rendah. Struktur yang
molekul. terbentuk adalah oligomer.
Polimerisasi massal dilakukan Povidon juga dapat disintesis
tanpa adanya pelarut atau dispersan. dengan inisiator radiasi sinar gamma
Metode ini termasuk metode yang paling (Ushakova, et al., 1991). Semakin besar
sederhana dalam teknik polimerisasi. radiasi akan meningkatkan laju reaksi
Metode ini digunakan paling sering untuk polimerisasi yang semakin besar pula,
polimerisasi dengan mekanisme akibat dari auto-akselerasi pengaruh
pertumbuhan langkah (step-growth energi dari radiasi. Pemberian radiasi juga
polymerization) dan banyak jenis polimer berperan besar pada peningkatan bobot
dari mekanisme pertumbuhan rantai molekul polimer. Jika dibandingkan
(chain-growth polymerization). Dalam dengan teknik polimerisasi larutan juga
kasus reaksi pertumbuhan rantai, yang meningkatkan laju reaksi dan peningkatan
pada umumnya bersifat eksotermik, panas bobot molekul.
yang terlibat dalam reaksi dapat

Gambar 8. Inisiasi menggunakan radiasi

Keuntungan utama dari dengan tingkat produksi tinggi per satuan


polimerisasi massal adalah bahwa polimer volume reaktor. Kekurangannya adalah
yang sangat murni dapat diproduksi bahwa penghilangan panas dari proses
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 211
polimerisasi sulit dilakukan karena adanya pelarutnya diinginkan. Teknik ini
viskositas tinggi dari campuran reaksi tidak berguna untuk diinginkan produksi
yang terkait dengan konsentrasi polimer polimer kering karena sulitnya
yang tinggi. Kontrol termal reaktor lebih memisahkan seluruh pelarut dari
sulit dalam polimerisasi radikal bebas campuran.
daripada polimerisasi pertumbuhan Kerugian utama dari teknik
langkah. Alasannya adalah bahwa bobot polimerisasi larutan adalah bahwa
molekul yang lebih tinggi dicapai pada bagaimanapun pemisahan pelarut
polimerisasi radikal, sehingga karenanya merupakan hal yang tidak mudah,
viskositasnya lebih tinggi dan laju perpindahan rantai ke pelarut tidak dapat
penghilangan panas lebih sulit (Asua, sepenuhnya dikesampingkan dan, oleh
2007). karena itu, sulit untuk mendapatkan
Polimerisasi larutan (solution produk dengan berat molekul yang sangat
polymerization) tinggi. Keuntungan dari metode ini adalah
Polimeriasi larutan menggunakan dapat dilakukan dalam konsentrasi yang
monomer yang dilarutkan dalam pelarut rendah, tidak perlu harus murni (Meyer &
non-reaktif yang mengandung katalis, baik Keurentjes, 2005).
itu air, maupun pelarut organik. Reaksi Povidon paling sering disintesis
menghasilkan polimer yang juga larut dengan menggunakan metode
dalam pelarut yang dipilih. Panas yang polimerisasi larutan. Polimerisasi ini
dilepaskan oleh reaksi diserap oleh menggunakan radikal dalam pelarut air
pelarut, sehingga laju reaksi berkurang. dan organik.
Selain itu, viskositas campuran reaksi Polimerisasi dengan radikal dapat
berkurang, tidak memungkinkan menghasilkan bobot molekul mulai dari
pelepasan otomatis pada konsentrasi 1.000 Da hingga satu juta Da (derajat
monomer tinggi. Penurunan viskositas polimerisasi mulai dari 10 sampai dengan
campuran reaksi dengan pengenceran 100.000). Industri polimer umumnya
juga membantu perpindahan panas, salah memproduksi povidon dengan bobot
satu masalah utama yang terkait dengan molekul 2.500 hingga satu juta, sesuai
produksi polimer karena sebagian besar dengan kebutuhan industri masing-
polimerisasi adalah reaksi eksotermik. masing. Semakin besar bobot molekulnya,
Setelah konversi maksimal atau yang semakin tinggi viskositas dan kekuatan
diinginkan tercapai, pelarut berlebih harus gel-nya.
dilepaskan untuk mendapatkan polimer Polimerisasi dalam pelarut air
murni. Oleh karena itu, polimerisasi larutan Povidon umumnya diproduksi
terutama digunakan untuk aplikasi dimana dalam pelarut air menggunakan inisiator

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 212


hidrogen peroksida (Gambar 9). Bobot Terdapat pula pembentukan gugus
molekul yang dihasilkan diatur dengan aldehid pada ujung povidon jika bagian
mengatur konsentrasi hidrogen peroksida, radikal dari rantai yang sedang tumbuh
semakin tinggi jumlah inisiator semakin bereaksi dengan hidroksil radikal dan
rendah bobot molekul povidone yang memulai proses terminasi, dan
dihasilkan. Satu hidrogen peroksida akan menghasilkan polimer povidon dan
pecah menjadi dua radikal hidroksil, dan pirolidon. Tidak terdapat bukti jika terjadi
berada pada ujung gugus polimer. proses terminasi transfer rantai.

Gambar 9. Mekanisme polimerisasi 1-etenilpirolidin-2-one dalam pelarut air (Haaf, Sanner,


& Straub, 1985)

Polimerisasi dalam pelarut organik toluene (Gambar 10). Inisiator yang


Povidon juga dapat diproduksi digunakan adalah peroksida organik,
dalam pelarut organik, seperti alcohol dan seperti di-tersier-butil-peroksida atau

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 213


dikumil peroksida, akan terbentuk radikal terbentuk. Berbeda dengan polimerisasi
alkoksi, yang selanjutnya akan dalam pelarut air, tidak terbentuk pirolidon.
membentuk pelarut radikal oleh abstraksi Molekul polimer povidon yang terbentuk
hidrogen. Dalam kasus ini, pelarut radikal juga memiliki bobot yang lebih kecil, jika
yang menginisiasi polimerisasi. Proses dibandingkan dengan polimerisasi dengan
terminasi dapat dilakukan terjadi ketika pelarut air. Polimer povidon dengan bobot
rantai polimer yang sedang tumbuh molekul lebih tinggi diperoleh jika
bereaksi dengan pelarut, melalui proses menggunakan pelarut air dengan inisiator
transfer rantai, menghasilkan polimer dan senyawa organik (Haaf, Sanner, & Straub,
pelarut radikal. Polimerisasi akan 1985).
dilanjutkan oleh pelarut radikal yang baru

Gambar 10. Mekanisme polimerisasi 1-etenilpirolidin-2-one dalam pelarut organik (Haaf,


Sanner, & Straub, 1985)

Polimerisasi suspensi (suspension satu fase) yang menggunakan agitasi


polymerization) mekanis untuk mencampur monomer atau
Polimerisasi suspensi adalah campuran monomer dalam fasa cair,
proses polimerisasi heterogen (lebih dari seperti air, sementara monomer
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 214
berpolimerisasi, membentuk bola polimer Teknik ini memberikan suatu proses
yang membentuk agregat dalam air. ekonomis yang secara signifikan dapat
Polimerisasi suspensi terbagi meningkatkan bobot molekul yang
menjadi dua jenis utama, tergantung diperoleh dalam pelarut suspensi organik.
morfologi partikel yang dihasilkannya. Povidon yang terbentuk larut dalam air
Dalam polimerisasi manik, polimer larut memiliki berat molekul rata-rata lebih dari
dalam monomernya dan hasilnya adalah 250.000 dalam bentuk struktur berpori,
manik yang halus dan tembus cahaya diperoleh polimer dalam konsentrasi
(terdistribusi dalam bentuk sangat kecil padatan yang tinggi. Molekul povidon
sehingga tidak terlihat dengan mata dalam bentuk butiran atau manik-manik
telanjang). Dalam polimerisasi serbuk, berpori.
polimer tidak larut dalam monomernya dan Polimerisasi suspensi povidon
butiran yang dihasilkan akan berpori dan merupakan polimerisasi pada suhu tinggi
tidak beraturan. Morfologi polimer dapat media suspensi cair yang mengandung
diubah dengan menambahkan pengencer monomer 1-etenilpirolidin-2-one, pelarut
monomer, cairan inert yang tidak larut hidrokarbon alifatik jenuh sebagai media
dalam matriks. Pengencer mengubah suspensi, povidon atau kopolimer povidon-
kelarutan polimer dalam monomer dan olefin sebagai bahan pengsuspensi atau
mengontrol ukuran terhadap porositas penggranulasi untuk membantu
polimer yang dihasilkan. mempertahankan suspensi, inisiator
Manik-manik polimer yang hasilnya radikal bebas dan jumlah air yang
bisa berkisar dalam ukuran dari 100 nm terkontrol, antara sekitar 1 dan sekitar 35
sampai 5 mm. Ukuran dikontrol dengan persen berat berdasarkan berat Monomer
kecepatan pengadukan, fraksi volume 1-etenilpirolidin-2-one. Penggunaan bahan
pengencer monomer, konsentrasi dan pengikat silang (cross link) dapat menjadi
identitas zat penstabil yang digunakan, pilihan dalam proses sintesis. Produk
dan viskositas komponen yang berbeda. polimer yang dihasilkan memiliki bobot
Oleh karena itu, tujuan dari penemuan ini molekul tinggi dalam konsentrasi padatan
adalah untuk menyediakan suatu proses yang tinggi, seperti konsentrasi padatan
yang layak secara komersial dan dari sekitar 20% sampai sekitar 50%, lebih
ekonomis untuk menghasilkan polimer N- sering sekitar 30% sampai 40% bobot
vinilpirolidon yang memiliki berat molekul padatan (USA Patent No. US4190718 A,
sangat tinggi dan nilai kekentalan yang 1980).
sangat meningkat.
Povidon juga dapat disintesis
dengan teknik polimerisasi suspensi.

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 215


Polimerisasi emulsi (Emulsion Keuntungan polimerisasi emulsi
polymerization) meliputi:
Polimerisasi emulsi adalah jenis 1. Polimer dengan berat molekul tinggi
polimerisasi radikal yang biasanya dimulai dapat dibuat dengan laju polimerisasi
dengan emulsi yang menggabungkan air, yang cepat.
monomer, dan surfaktan. Jenis 2. Fasa air kontinyu adalah konduktor
polimerisasi emulsi yang paling umum panas yang sangat baik, yang
adalah emulsi minyak dalam air, di mana memungkinkan laju polimerisasi cepat
tetesan monomer (minyak) diemulsi tanpa kehilangan kontrol suhu.
(dengan surfaktan) dalam fase kontinyu 3. Karena molekul polimer terkandung di
air. Polimer yang larut dalam air, seperti dalam partikel, viskositas media reaksi
alkohol polivinil tertentu atau selulosa tetap mendekati air dan tidak
hidroksietil, juga dapat digunakan untuk bergantung pada berat molekul .
bertindak sebagai pengemulsi/penstabil. 4. Produk akhir dapat digunakan
Nama "polimerisasi emulsi" adalah keliru sebagaimana mestinya dan pada
yang timbul dari kesalahpahaman historis. umumnya tidak perlu diubah atau
Alih-alih terjadi dalam tetesan emulsi, diproses.
polimerisasi terjadi pada partikel lateks Kekurangan polimerisasi emulsi
yang terbentuk secara spontan pada meliputi:
beberapa menit pertama proses. Partikel 1. Surfaktan dan bahan pembantu
lateks ini berukuran 100 nm, dan terbuat polimerisasi lainnya tetap berada
dari banyak rantai polimer individu. dalam produk akhir dan sulit
Koagulasi partikel satu sama lain karena dipisahkan
masing-masing partikel dikelilingi oleh 2. Untuk polimer kering (terisolasi),
surfaktan. pengeringan adalah proses yang
Banyak dari polimer ini digunakan membutuhkan energy yang tinggi
sebagai bahan padat dan harus diisolasi 3. Emulsi polimerisasi biasanya
dari dispersi berair setelah polimerisasi. dirancang untuk konversi yang tinggi
Dalam kasus lain, dispersi itu sendiri dari monomer menjadi polimer. Hal ini
adalah produk akhir. Suatu dispersi yang dapat menyebabkan transfer rantai
dihasilkan dari polimerisasi emulsi sering yang signifikan ke polimer.
disebut lateks (terutama jika berasal dari 4. Tidak dapat digunakan untuk
karet sintetis) atau emulsi (walaupun polimerisasi kondensasi, ionik atau,
"emulsi" seharusnya mengacu pada meskipun terdapat beberapa
dispersi cairan tak bercampur dengan air). pengecualian.

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 216


Povidon kopolimer dapat disintesis homogen dalam fase kontinyu, dimana
dengan menggunakan teknik polimerisasi monomer dan inisiator benar-benar larut,
emulsi, salah satunya kopolimer senyawa namun pada saat inisiasi polimer yang
turunan vinil dengan asam karboksilat terbentuk tidak larut, sehingga terbentuk
(vinil priolidon dengan asam akrilat). endapan. Setelah pengendapan,
Dalam proses sintesisnya dihasilkan polimerisasi dilanjutkan dengan
produk yang dihasilkan membentuk pengikatan monomer dan inisiator ke
presipitat/endapan, sehingga juga dalam partikel polimer. Polimerisasi
terkategori polimeriasi endapan. Fase air dispersi sebenarnya adalah suatu jenis
berisi monomer-monomer dan fase minyak polimerisasi presipitasi, namun
berupa heptan atau sikloheksan. perbedaannya terletak pada kenyataan
Surfaktan yang digunakan berupa non- bahwa polimerisasi presipitasi
ionik atau anionic. Jumlah pelarut yang memberikan partikel yang lebih besar dan
digunakan untuk membuat kopolimer kurang teratur, sebagai hasil dari
semacam itu harus cukup untuk konsentrasi stabilator yang kecil sedikit
melarutkan sejumlah reaktan dan untuk atau tidak ada.
mempertahankan endapan kopolimer Kopolimer akrilidon terbuat dari
dalam keadaan teraduk pada akhir monomer vinil pirolidon dan asam akrilat.
polimerisasi. Umumnya, sampai sekitar Pelarut polimerisasi dipilih dari heptana
40% padatan, lebih disukai padatan atau sikloheksana. Heptana, pelarut yang
sekitar 15-20%, dipertahankan dalam paling disukai memberikan hasil tinggi dari
campuran reaksi. Endapan yang terjadi presipitat komposisi kopolimer yang
sangat mudah dikeringkan berupa serbuk diinginkan sebagai bubuk putih halus yang
putih. Produknya disebut akrilidon, mudah disaring dan dikeringkan. Jumlah
berbentuk lateks dengan bobot molekul pelarut yang digunakan dalam proses
80.000 (USA Patent No. US 5225474 A, penemuan ini harus cukup untuk
1993). melarutkan sejumlah reaktan yang cukup
dan untuk mempertahankan endapan
kopolimer dalam keadaan teraduk pada
akhir polimerisasi. Umumnya, sampai
Gambar 11. Asam akrilat sekitar 40% padatan, lebih disukai
padatan 15-20%, dipertahankan dalam
Polimerisasi endapan (Praecipitation
campuran reaksi.
polymerization)
Proses polimerisasi presipitasi dari
Polimerisasi presipitasi adalah
penemuan ini dilakukan dengan adanya
proses polimerisasi heterogen yang
inisiator polimerisasi, lebih disukai inisiator
dimulai pada awalnya sebagai sistem

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 217


radikal bebas, dan yang paling sesuai 3:1 (USA Patent No. WO 1990012041 A1,
adalah golongan ester peroksi, misalnya t- 1990).
butilperoksi pivalat, meskipun inisiator
radikal bebas lainnya seperti Karakter Povidon
asilperoksida, alkil peroksida dan azo-nitril Sebagaimana hasil sintesis dari
juga dapat digunakan. mekanisme polimerisasi radikal, bobot
Produk kopolimer berupa serbuk berwarna molekul povidone tersebar beragam
putih. Kopolimer dari penemuan ini (Gambar 12). Pada produk dengan bobot
umumnya ditandai dengan berat molekul molekul besar, distribusi ukuran
rata-rata tinggi, higroskopisitas rendah, partikelnya lebih besar daripada produk
suhu transisi kaca tinggi, dan dengan bobot molekul kecil. Hal ini
menunjukkan perilaku polielektrolit dalam menunjukkan intensitas percabangan
air. Tidak larut dalam asam pH 3, larut yang muncul selama proses pembentukan
dalam larutan pH 8. Bobot molekul rata- rantai polimer. Povidon memiliki struktur
rata 180.000, dengan perbandingan untaian bergelung (coil) engan panjang 1-
monomer vinil pirolidon dan asam akrilat 100 nm. Bobot molekulnya mulai dari 2500
sampai dengan satu juta Dalton.

Gambar 12. Kromatografi Ekslusi Ukuran dari Povidon, kondisi: larutan dalam air 0.08 M
tri(hidroksimetil)aminometan/HCl, pH 4,65. Laju aliran 1 ml/menit, suhu 23 oC.
K12 (2500 Da), K17 (10.000 Da), dan K30 (40.000 Da)adalah jenis povidon
berdasarkan karakter kekentalannya (Haaf, Sanner, & Straub, 1985).
Tabel 1. Bobot dan jumlah rata-rata molekuler dari povidone

Kelas Povidon Bobot rata-rata Bobot rata-rata Jumlah rata-rata


(diukur setelah 1980) (diukur sebelum 1980)
K12 2.000-3.000 2.500 1300
K17 7.000-11.000 9.000 2500
K25 28.000-34.000 25.000 6000
K30 44.000-54.000 40.000 12.000
K90 1.000.000-1.500.000 700.000 360.000

Kelas dari povidon ditunjukkan povidone, serta berhubungan dengan sifat


dengan nilai K. nilai ini berhubungan kekentalannya.
dengan bobot molekul rata-rata dari kelas

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 218


Sifat yang khas dari povidone memprediksi bobot molekulnya. Gambar
adalah kelarutannya yang luas dalam air 13 menunjukkan perbedaan yang sangat
dan pelarut organik. Hal ini disebabkan besar dalam viskositas antara larutan
karena povidon memiliki gugus hidrofilik povidon yang berbeda dalam air, sebagai
dan hidrofobik, sehingga mampu fungsi konsentrasi. Larutan povidone K12
berinteraksi dengan beragam pelarut. 20% menunjukkan hampir tidak ada
Dalam larutan berair, sifat kekentalan perbedaan yang terlihat pada air murni,
sangat berbeda dengan kebanyakan sementara larutan 20% povidon K 90
larutan polimer berair lainnya, dimana memberikan viskositas tinggi sampai 5000
povidone tidak terpengaruh oleh elektrolit. mPa·s.
Sehingga dapat digunakan sebagai Diferensiasi antara masing-masing
peningkat kekentalan. Molekul dengan jenis bobot molekul yang berbeda dibuat
bobot molekul lebih dari satu juta dapat berdasarkan viskositas relatifnya dalam air
digunakan sebagai bahan pengental. dan nilai Knya, yang dapat dilihat dan
Walaupun povidon dapat larut dalam dihitung sesuai dengan Ph.Eur. dan
banyak jenis pelarut, tetapi sebagian monografi USP (Bühler, 2005).
besar larut dalam pelarut polar, seperti air,
butanol, kloroform, etilendiamin, asam
asetat dll. Povidon sangat higroskopik.
Povidon tidak dapat dilebur, sebab
terdekomposisi/terdegradasi pada suhu
rendah, dan memiliki aliran yang buruk
ketika dalam fase cair. Film yang terbentuk
dari povidone bersifat rapuh, bening dan
mengkilap. Suhu transisi gelas meningkat
seiring peningkatan bobot molekul dan
mencapai plateau sekitar 175oC untuk
povidon dengan bobot 100.000 Da. Pada
molekul dengan bobot rendah suhu
transisi gelas menurun hingga 100 oC.
Penambahan sejumlah air juga
menurunkan suhu transisi gelas (Haaf,
Gambar 13. Kurva kekentalan beberapa
Sanner, & Straub, 1985). kelas povidon (Bühler, 2005)
Viskositas larutan povidon dalam
air bergantung pada berat molekul rata- Povidone adalah zat higroskopik,

rata, sehingga dari viskositas kita dapat yang bisa menjadi keuntungan atau
kerugiannya, tergantung aplikasinya. Bila
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 219
digunakan sebagai pengikat atau perekat, monomer, sehingga kopolimer povidon
ini adalah keuntungan, sedangkan untuk adalah polimer yang tersusun atas
lapisan film tablet (penyalut), sifat ini monomer 1-etenilpirolidin-2-one dan
adalah kerugian. Sifat ini tidak memiliki monomer lainnya. Preparasi kopolimer
efek pada aplikasi lain, misalnya dalam povidon dibuat dengan teknik polimerisasi
larutan atau suspensi. Gambar 14 larutan, dimana dalam banyak kasus
menunjukkan kurva penyerapan air kopolimer ditambahkan secara perlahan-
sebagai fungsi kelembaban relatif. Profil lahan pada monomer 1-etenilpirolidin-2-
ini berlaku untuk semua jenis povidon dan one sambal terus diaduk untuk
merupakan salah satu dari beberapa membentuk komposisi yang homogeny.
parameter yang sebagian besar bebas Kopolimer dibentuk dengan mekanisme
dari pengaruh bobot molekul. polimerisasi pertumbuhan rantai/
polimerisasi radikal, dengan beragam
teknik.
Kopolimer povidone dibuat untuk
memperbaiki sifat dari povidone seperti
higroskopisitasnya yang tinggi dapat
dikurangi dengan membentuk kopolimer
dengan vinil asetat atau vinil propionate.
Beberapa kopolimer ini menjadi sukar larut
dalam air, dimana kemampuan menyerap

Gambar 14. Penyerapan Kelembaban dari airnya menurun hingga 50%. Kopolimer
Povidon pada suhu 25oC dengan gugus fungsional kationik juga
setelah 7 hari
memberikan perbaikan sifat seperti
Kopolimer povidon (Kopovidon) kemampuan pelekatan (adhesi) ke rambut
Kopolimer adalah polimer yang meningkat sehingga cocok untuk minyak
tersusun atas lebih dari dua jenis rambut.

Gambar 15. Contoh struktur kopolimer povidon dengan monomer lain yang bersifat kationik

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 220


Untuk produksi kopolimer dengan diproduksi dalam beragam metakrilat,
monomer yang bersifat anionic, dapat menggunakan pelarut organik.
digunakan asam akrilat, metakrilat. Dalam Beberapa kopolimer povidon
sintesisnya akan menghasilkan air, dan bersifat larut dalam minyak dan digunakan
sisa asam dapat menyebabkan sebagai bahan pendispersi (Haaf, Sanner,
dekomposisi menjadi asetaldehid dan & Straub, 1985).
pirolidon. Kopolimer dengan mudah

Gambar 16. Contoh kopolimer povidon dengan monomer anionic (butyl metakrilat, lauril
metakrilat, stearil metakrilat

Povidon ikat silang (Cross-linking tablet, serta berkhasiat melawan diare.


Povidone) Tidak dibutuhkan inisiator radikal dalam
Povidon ikat silang adalah molekul pembentukan popcorn. Sumber utama
yang memiliki ikatan-ikatan antara satu radikal dapat berasal dari pemecahan
rantai povidon dengan rantai povidon yang rantai polimer yang telah terbentuk (Haaf,
lainnya, sehingga strukturnya menjadi Sanner, & Straub, 1985).
lebih elastis dan kuat. Terdapat beragam Terdapat dua teknik utama
metode tentang produksi polimer povidon pembentukan povidon ikat silang. Teknik
ikat silang, sebagai contoh ikat silang pertama menggunakan bahan pengikat
povidon dengan bantuan radiasi atau silang monomer bifungsional yang
ditambahkan oksidator seperti hidrogen bersumber dari rantai povidone yang
peroksida, hidrazin dan ion persulfate. terbentuk ketika dilakukan dengan
Produknya memiliki sedikit ikat silang, dan pemanasan povidon dalam larutan natrium
dapat dibentuk menjadi gel lunak. hidroksida pada suhu diatas 100oC (lihat
Peningkatan jumlah ikat silang dapat Gambar 17), sedangkan teknik kedua
muncul dalam kopolimer povidone dengan menambahkan bahan pengikat silang
bahan pengikat silang seperti senyawa tak monomer bifungsional sambil dipanaskan
jenuh ganda. pada suhu sekitar 100oC. Struktur polimer
Metode polimerisasi popcorn dapat ikat silang yang terbentuk tidak jauh
menghasilkan povidon dengan jumlah ikat berbeda, dan tidak lagi mengandung
silang yang tinggi. Povidon ini tidak larut, bahan pengikat silang monomer
disebut juga krospovidon. Bahan ini bifungsional. Pengaruhnya terhadap
digunakan sebagai penghancur dalam transisi gelas dari polimer ternyata dapat

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 221


meningkatkan nilai Tg. Polimer dengan simpul. Munculnya simpul ini ketika rantai
teknik I memiliki Tg = 190 oC dan teknik II polimer pecah akibat pembengkakan oleh
Tg = 195oC, sedangkan poviden memiliki gangguan monomer, membentuk
o
Tg = 175 C (USA Patent No. US2938017 monomer radikal yang mana
A, 1960). Penelitian terhadap struktur menyebabkan penumbuhan rantai baru
molekul dengan sinar-X tidak memberikan diantara yang telah ada. Peningkatan
bukti terbentuk bagian kristalin dalam derajat ikat silang yang ditunjukkan
strukturnya. Tidak adanya bagian kristalin dengan sifat pembengkakan, partikel
menunjukkan bahwa jumlah ikatan ikat polimer pada permukaan menjadi penting,
silang yang terbentuk membuat rantai khususnya dalam aplikasi adsorben.
polimer saling kait mengait membentuk

Gambar 17. Monomer bifungsional yang digunakan

Aplikasi dalam Farmasi sebagai penghantar obat. Ini memiliki


Povidon telah digunakan dengan beberapa kegunaan, termasuk sebagai
sangat luas di dunia ini. Povidon dengan pengikat untuk tablet, berkas film untuk
bobot rendah digunakan dalam bidang larutan oftalmik, dan sebagai perekat
farmasi dan makanan sangat penting. untuk sistem transdermal. Hal ini
Dengan struktur yang mampu membentuk disebabkan oleh sifat povidone yang dapat
kompleks dengan ikatan hidrogen, dapat membentuk gel dan memiliki daya rekat
men’’jebak’ senyawa tidak larut sehingga tinggi. Sifatnya yang dapat mengembang
menjadi larut (terdispersi), sehingga dimanfaatkan untuk membentuk sediaan
digunakan untuk membantu melarutkan suspensi yang stabil.
zat sukar larut dalam air. Tetapi,
pembentukan kompleks yang kuat dengan
obat dapat menyebabkan penurunan
bioavaibilitas obat.
Povidone, juga merupakan polimer Gambar 18. Povidon iodin

sintetis yang digunakan di industri farmasi

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 222


3. Povidon telah digunakan luas dala
Tabel 2. Aplikasi povidon
bidang farmasi seperti bahan
Bidang Penggunaan Povidon
Farmasi Bahan pengikat, penyalut dan penghancur tablet dan penstabil
penghancur dalam tablet
Pembantu kelarutan dalam suspensi
suspense
Desinfekstan (povidone iodum)
Adsorben KEPUSTAKAAN
Kosmetika Pembentuk film pada hair spray
Setting lotion dan kondisioner Asua, J. M. Polymer Reaction
pada shampo Engineering. Blackwell Publishing
Makanan Penstabil pada makanan Ltd. 2007
Perekat Lem perekat
Polymer Bahan pensuspensi dalam Biswas, M., & Mishra, P. K.. Phosphoryl
sistem polimerisasi dua fase chloride as an initiator for the
Tekstil Peningkat kekakuan dan cationic polymerization of vinyl
kekentalan pada cat monomers. Polymer, 16(8), 621-
622. 1975

Povidon dengan bobot molekul Bühler, V. Polyvinylpyrrolidone Excipients


for Pharmaceuticals; Povidone,
rendah dapat membentuk kompleks Crospovidone and Copovidone.
dengan iodin membentuk povidone iodin Springer. 2005

sehingga dapat menjadi penghantar untuk Donald H. Lorenz, E. P. USA Patent No.
antiseptik iodin. Jumlah iodin yang terikat US4190718 A. 1980

sangat tinggi dan konsentrasi obat bebas Ebewele, R. O. POLYMER SCIENCE AND
TECHNOLOGY. CRC Press. 2000
rendah, sehingga iritasi terhadap kulit
kecil, Sedangkan povidon dengan bobot Frederick, G. USA Patent No. US2938017
A. 1960
molekul tinggi dapat digunakan dalam
pembuatan jaringan artifisial. Haaf, F., Sanner, A., & Straub, F.
Polymers of N-Vinylpyrrolidone:
Synthesis, Characterization and
KESIMPULAN Uses. Polymer Journal, 17(1), 143–
152.1985
1. Povidon dapat disintesis dengan
beragam teknik, baik secara massal, Jon, D. I., & Hornby, J. C. USA Patent No.
US 5225474 A. 1993
larutan, suspense, emulsi dan
endapan. Teknik terbaik untuk Meyer, T., & Keurentjes, J. Handbook of
Polymer Reaction Engineering.
menghasilkan molekul dengan bobot WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.
molekul tinggi adalah teknik endapan KGaA. 2005
dengan menggunakan inisiator Shih, J. S., Smith, T. E., & Login, R. B.
peroksida organik. USA Patent No. WO 1990012041
A1. 1990
2. Kopolimerisasi dan polimer ikat silang
dapat digunakan untuk memperbaiki Tsubokawa, N., Takeda, N., & Iwasa, T.
Cationic Polymerization of Vinyl
sifat povidon, seperti higroskopisitas, Monomers Initiated by Carbon
kekentalan dan daya rekat.
JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 223
Black Surface. Polymer Journal, molecular characteristics of
13, 1093–1097.2006 polyvinylpyrrolidone. Polymer
Science U.S.S.R., 33(10), 2021-
Ushakova, V., Panarin, Y., Kiryukhin, D., 2028.1991
Munikhes, V., Lelyukh, A.,
Ulyanova, N.,Klenin, S. Radiation-
induced bulk polymerization of N-
vinylpyrrolidone in aqueous
solutions and investigation of the

JF FIK UINAM Vol.5 No.3 2017 224

You might also like