Professional Documents
Culture Documents
TONSILOFARINGITIS AKUT
Oleh :
Preseptor :
0
`
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
Lubuk Begalung.
membantu dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada dr.
TONSILOFARINGITIS AKUT.
Penulis
1
`
BAB 1
PENDAHULUAN
TONSILOFARINGITIS AKUT.
3
`
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori1.
Gambar 2.1. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin Waldeyer (Snow,
2003)
kutub (kutub atas dan kutub bawah. Berikut ini penjelasan dari bagian bagian 2 :
4
`
Gambar 2.3. Anatomi tonsil palatina dan komponen disekitarnya (Probst, 2006)
5
`
A. faringeal asenden.
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
6
`
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata,8,9,10
Fossa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding
otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yang
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening
torasikus. Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX
(nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves7
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B
limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel
retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal
7
`
2. Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik 6.
2.2. Definisi
2.3. Klasifikasi
8
`
1. Tonsilitis Akut
tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila
bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi
Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla
palatina, yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya infeksi
lateral.
dengan material purulen, ditandai dengan bintik – bintik kuning pada tonsil
tonsil 5.
9
`
2. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi
akut atau subklinis yang berulang 11. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia
parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat
juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang
Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan
2.4. Etiologi
merupakan patogen utama pada manusia yang menimbulkan invasi lokal, sistemik
10
`
dengan persentase sekitar 15 – 30% dari semua jenis bakteri13. Beberapa etiologi
lain yang juga cukup tinggi insidennya dalah menyebabkan terjadinya tonsilitis
Pyogens3.
11
`
Gambar 2.7. Gambaran tonsilitis akut. Etiologi disebabkan oleh (a) Streptococcus
beta hemoliticus grup A (b) Lesi eksudatif terlihat pada kedua tonsil (c) Infeksi
12
`
tonsil maupun ke rongga mulut. Bakteri di dalam tenggorok pada umumnya adalah
flora normal14. Flora normal di tenggorok terdiri dari bakteri gram positif dan gram
negatif baik yang aerob maupun anaerob. Bakteri anaerob seperti Actinomyces,
Neisseria spp dan lain-lain. Kondisi yang menguntungkan dari host terhadap
menjadi patogen9.
merupakan flora normal pada tonsil. Tidak ditemukan perbedaan bakteri anaerob
pada tonsil yang sehat dengan tonsilitis akut. Pada tonsilitis kronis juga tidak
di inti tonsil. Namun demikian secara invitro ditemukan sinergi antara bakteri
13
`
2.6. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Tonsil
berperan sebagai filter yang menyelimuti bakteri ataupun virus yang masuk dan
secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut
detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas,
Pada tonsilitis akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga sakit
menelan dan demam tinggi. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sakit
menelan, tenggorokan akan terasa mengental. Tetapi bila penjamu memiliki kadar
imunitas antivirus atau antibakteri yang tinggi terhadap infeksi virus atau bakteri
14
`
tersebut, maka tidak akan terjadi kerusakan tubuh ataupun penyakit. Sistem imun
selain melawan mikroba dan sel mutan, sel imun juga membersihkan debris sel dan
Gambar 2.9. Tonsilitis akut dengan folikel pada tonsil (Snow, 2003)
Infeksi berulang pada tonsilitis akut sering tejadi pada pengobatan yang
tidak adekuat. Hal terjadi dikarenakan kemampuan bakteri untuk bertahan pada
antibiotik yang diberikan pada pasien. Dengan begitu bakteri tersebut dapat
dapat menjelaskan kejadian ini adalah karena penetrasi antibiotik ke dalam tonsil
yang rendah akibat jaringan parut karena infeksi tonsilitis. Selain itu juga adanya
flora normal yang menghasilkan enzim protektif dan membentuk lapisan biofilm
15
`
Gambar 2.10. Pembesaran tonsil. Disebabkan oleh (A) Tonsilitis berulang (B)
Pada pasien Obstructive Sleep Apnea (C) Unilateral hipertrofi tonsil (Alasil,
2011)
tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga
kuman kemudian menginfeksi tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh
dari tonsil berubah menjadi tempat infeksi 1,11. Proses radang berulang yang timbul
maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh
detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya
16
`
Gambar 2.11. Gambaran tonsilitis kronis. Tidak ada kriteria diagnostik yang jelas
untuk tonsilitis kronis. Kripta tonsil yang dalam, debris putih pada kripta, dan
vaskularisasi pada pilar anterior tampak pada tonsilitis kronis. Debris putih terdiri
dari sisa sisa makanan yang dapat menyebabkan halitosis (Onerci, 2009)
ringan hingga menjadi parah, sakit menelan, kadang muntah. Pada tonsillitis dapat
tonsil1.
17
`
membran dan pada beberapa kasus dapat terjadi nekrosis jaringan local 17 .
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dialami oleh pasien yang menderita
1. Tanda
Kemerahan dan bengkak pada tonsil disertai dengan gambaran bintik bintik
2. Gejala
Gejala yang sering ditemui berupa kesulitan dalam menelan, gangguan fonasi,
respirasi dan pendengaran. Selain itu gejala yang dapat muncul antara lain :
Sakit tenggorokan
Sakit menelan
Napas berbau
Gangguan pendengaran
18
`
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis yang
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte
antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua
T2 : Tonsil keluar dari fossa tonsil tapi belum melewati garis tengah antara
19
`
Gejala yang paling sering dialami oleh penderita tonsilitis adalah disfagia
dan pembesaran pada tonsil. Berikut ini beberapa penyakit yang bisa menjadi
Hipertrofi tonsil
Leukemia
20
`
Gambar 2.13. Gambaran hipertrofi tonsil (a) Tonsil kanan yang mengalami
hipertrofi (b) Kissing tonsils, tonsil menyebabkan Obstructive Sleep Apnea (OSA)
(Onerci, 2009)
kronis perlu dilakukan untuk mengetahui bakteri penyebab sebagai bukti empiris
tonsil dengan bakteri di dalam inti tonsil sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
21
`
swab permukaan tonsil maupun pemeriksaan dari inti tonsil. Swab dari inti tonsil
Untuk pasien yang menderita tonsilitis akut, berikut ini penatalaksanan yang
1. Antibiotik golongan penisilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4. Pemberian antipiretik.
2. Unilateral peritonsilitis
4. Keadaan immunosupresi
dari 5 hari. Pemberian antibiotik secepatnya akan mengurangi gejala dan tanda
lebih cepat. Meskipun demikian, tanpa antibiotik, demam dan gejala lainnya dapat
berkurang selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala lainnya dapat berkurang
22
`
selama 3-4 hari. Pada demam rematik, gejala dapat bertahan sampai 9 hari selama
pemberian terapi5.
diperlukan untuk mengurangi gejala. Jika dalam 48 jam gejala tidak berkurang atau
asamklavulanat sampai 10 hari 6. Pada tonsillitis kronik dilakukan terapi lokal untuk
hygiene mulut dengan obat kumur/hisap dan terapi radikal dengan tonsilektomi bila
bakteri lain yang sensitif terhadap ciprofloxacin dan gentamisin11. Pada pasien
kontraindikasi3,6.
23
`
Tabel 2.2. Uji kepekaan antibiotik terhadap bakteri patogen penyebab tonsilitis (S)
hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap
digolongkan pada operasi sedang karena durasi operasi pendek dan teknik tidak
1. Indikasi absolut
24
`
d. Dua minggu atau lebih tidak masuk sekolah atau kerja dalam satu
tahun
indikasi asolut.
b. Sulit menelan
2. Indikasi relatif5
medikamentosa
disease.
25
`
ditinggalkan.
Beberapa perawatan yang harus dilakukan pada pasien yang telah menjalani
1. Perawatan awal
anestesi hilang
2. Diet
26
`
Saat pasien sudah sadar, pasien dapat mulai diberikan makanan cair, seperti
susu dingin atau es krim. Kulum – kulum es batu juga dapat mengurangi
rasa nyeri. Diet diberikan bertahap mulai dari makanan lunak sampai
3. Oral hygine
4. Analgesik
Nyeri, biasanya terjadi secara lokal pada tenggorokan yang dapat menjalar
5. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dapat diberikan secara injeksi /oral selama sekitar
satu minggu
Pasien dapat dipulangkan 24 jam setelah operasi jika tidak ada komplikasi
27
`
Gambar 2.14. Tonsil yang sudah diangkat beserta kapsulnya (Onerci, 2009)
2.10. Komplikasi
1. Abses peritonsil
Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil dan mengenai jaringan sekitarnya.
Abses biasanya terdapat pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-otot yang
mengelilingi faringeal bed. Hal ini paling sering terjadi pada penderita dengan
abses18.
2. Abses parafaring
28
`
3. Abses intratonsilar
Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil. Biasanya diikuti
dengan penutupan kripta pada Tonsilitis Folikular akut. Dijumpai nyeri lokal
Biasanya terjadi karena tatalaksana tonsilitis akut yang tidak adekuat. Infeksi
kronis dapat terjadi pada folikel limfoid tonsil dalam bentuk mikroabses19.
Serangan berulang otitis media akut berkaitan erat dengan serangan berulang
Tonsilolith dapat ditemukan pada Tonsilitis Kronis bila kripta diblokade oleh
secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil. Tonsilolith lebih
sering terjadi pada dewasa dan menambah rasa tidak nyaman lokal atau foreign
body sensation. Hal ini didiagnosa dengan mudah dengan melakukan palpasi
7. Kista tonsilar
kekuningan di atas tonsil. Sangat sering terjadi tanpa disertai gejala. Dapat
29
`
swab tonsil yang merupakan kuman terbanyak pada tonsil dan faring. Hasil ini
penyakit Glomerulonefritis5,6,14.
2.11. Prognosis
dapat membuat penderita Tonsilitis lebih nyaman bila antibiotika diberikan untuk
30
`
dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi
bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya. Infeksi yang sering
terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis
dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau
pneumonia6,14.
2.12. Pencegahan
Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari
satu penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga atau beberapa
anak pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang sama, khususnya bila
sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak
dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang
bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti
31
`
faringitis.2
Gejala
Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan dan konjungtivitis.2,7
Pemeriksaan fisik1
lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa muculopapular rash. Epstain Bar
virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring
32
`
Terapi
Istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat,tidak dianjurkan
memberilan obat kumur antiseptic tidak dianjurkan, analgetik jika perlu. Anti virus
60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada
anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.2,7
pasien dari umur 5-15 tahun. Puncak insiden yaitu selama beberapa tahun pertama
pasien diatas umur 3 tahun. . Faringitis streptococcus grup A jarang pada anak < 3
Penularan
atau bersin yang berisikan droplet infektif ke udara yang kemudian berkontak
kemungkinan terinfeksi.
33
`
Masa inkubasi 1-4 hari, dengan resiko paling tinggi penularan terjadi selama fase
aktif. Tingkat penularan streptococcus grup A pada pasien yang tidak diobati
suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Streptococcus mempunyai masa inkubasi 1-
4 hari, setelah onset nyeri tenggorok dan odinofagia dengan demam, malaise dan
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tosil hiperemis dan
pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri
pada penekanan.2,8
- Eksudat Faring/tonsil
Diagnosis
anamnesis dan penemuan klinis. Tanda klinis dan gejala tidak spesifik. Diagnosis
34
`
95%. Walaupun begitu, terkadang dibutuhkan swab ulangan pada hasil (-) untuk
Rapid Antigen Tes: sebagian besar tes memiliki spesifitas tinggi tapi sensitivitas
karena itu dibutuhkan pemeriksaan swab tenggorok karena spesifitas yang rendah
dan karena pengobatan antibiotic untuk faringits streptococcus grup A bisa saja
Terapi
menyatakan bila pada kondisi tertentu (akses labor terbatas, pasien tidak
follow up, adanya efek toksik) pasien sudak menunjukkan 4 gejala klasik
akut.7,8,10
a. Antibiotik2
hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin
4x500mg/hari.2
mg/kgBB, 1 kali2
c. Analgetika2
35
`
Manajemen pada pasien yang tidak respon terhadap antibiotic yang masih
faktor-faktor seperti:7
peritonsil)
oral
- Bila timbul gejala akut pada hari ke2- ke 7 setelah diterapi tuntas dengan
gejala . Faringitis jamur bisa terjadi pada semua umur biasnya pada pasien dengan
sistem imun yang turun seperti pada pasien HIV dan pasien yang menggunakan
36
`
steroid dalam jangka waktu yang panjang. Infeksi jamur ini merupakan infeksi
opurtunistik.2,8
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
Terapi2
37
`
Kasus ini faringitis Gonorea jarang terjad, ,mungkin hanya terdapat <1%,
Gejala 3
Terapi
38
`
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Umur : 7 tahun
Alloanamnesis
Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari yang lalu, panas tinggi, terus menerus, tidak menggigil,
39
`
Anak telah diberi obat penurun panas, namun panas hanya turun beberapa jam
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Suhu : 37,90C
40
`
Berat badan : 30 kg
Pemeriksaan Fisik :
Dada :
Pe : sonor
41
`
Jantung :
Pe : timpani
42
`
T2 T3
Tatalaksana :
Istirahat cukup
Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik
Parasetamol 3x500 mg
Prognosis :
43
`
Dokter : Roby
Tanggal : 26 Mei 2018
R/ Vit C No.X
∫ 3dd tab I
44
`
BAB 4
DISKUSI
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien anak laki-laki usia 7 tahun, datang
dibawa orang tua pasien ke Poli Puskesmas Lubuk Begalung pada tanggal 26 Mei
Berdasarkan anamnesis demam sejak 3 hari yang lalu, panas tinggi, terus menerus,
tidak menggigil, tidak berkeringat, tidak kejang, nyeri menelan sejak 3 hari yang
lalu, batuk dan pilek tidak ada, sesak napas tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak
ada, nafsu makan berkurang sejak sakit, buang air kecil biasa, buang air besar warna
dan konsistensi biasa, anak telah diberi obat penurun panas, namun panas hanya
tekanan darah 100/70 mmHg, napas 28 x/menit, nadi 112 x/menit, dan suhu 37,90C.
faring hiperemis, dan caries pada gigi. Pada pemeriksaan di daerah leher, teraba
pembesaran kelenjar di regio coli sinistra bersifat kenyal, tidak nyeri, mobile,
ukuran 1x1x0,5 cm. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan
45
`
Berdasarkan centor score, jumlah skor pasien = 3 yaitu umur 3-14 tahun,
diberikan adalah amoxicillin 3 x 300 mg dan parasetamol 3 x 500 mg. Anak juga
46
`
DAFTAR PUSTAKA
47
`
48