Professional Documents
Culture Documents
Pasal 1
(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000
(seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
IMPLEMENTASI TATA NILAI "KAMI PASTI"
UNTUK MENINGKATKAN AKUNTABILITAS KINERJA DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK)
DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM)
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
ISBN: 978-602-6952-72-1
Pracetak oleh:
Tim Pohon Cahaya
Dicetak oleh:
Percetakan Pohon Cahaya
ABSTRAK
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat rahmat dan karunia-Nya kajian tentang Implementasi
Tata Nilai “Kami PASTI” untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja
dalam rangka mewujudkan WBK dan WBBM di lingkungan
Kemenkumham dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kajian ini dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti Instruksi
Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi. Untuk mempercepat pemberantasan korupsi, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia telah melakukan langkah-langkah
menuju terwujudnya Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK dan WBBM) sejak tanggal 21
Juni 2012. Langkah-langkah menuju terwujudnya WBK dan WBBM
dimulai dengan mencanangkan 17 kantor wilayah sebagai Zona
Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi. Kemudian,
melalui Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Tahun 2015-2019,
Ma’Mun, Bc.IP.,S.H.,M.H
NIP. 19571212 198101 1 001
ABSTRAK ............................................................................ v
KATA SAMBUTAN .............................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................. ix
DAFTAR ISI ......................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xv
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup
semua aspek kehidupan masyarakat. Efektivitas dan keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber
daya manusia dan pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang
paling dominan adalah faktor sumber daya manusianya. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia berimplikasi langsung terhadap tugas
dan fungsi yang diembannya. Kualitas tersebut bukan hanya dari
segi pengetahuan atau intelektual saja, akan tetapi juga menyangkut
kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya
tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan
patologi social (penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
1 Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 2015 Tentang Rencana strategis Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Tahun 2015 – 2019, hlm. 41.
2 Ibid, hlm. 43.
3 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari 814 satuan kerja yang
meliputi 11 Unit Eselon I, 33 Kantor Wilayah, 5 Balai Harta Peninggalan, 121
Kantor Imigrasi, 13 Rumah Detensi Imigrasi, 18 Perwakilan RI di Luar Negeri, 263
Lembaga Pemasyarakatan, 215 Rumah Tahanan Negara, 71 Balai Pemasyarakatan,
63 Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara dan 1 Rumah Sakit. Jumlah Pegawai
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebanyak 44.178 orang (Per Juni 2014).
B. Pokok Permasalahan
1. Bagaimana internalisasi Tata Nilai “Kami PASTI” dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi dari satuan kerja di lingkungan
Kemenkumham terutama dalam mendukung program
Percepatan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi?
2. Apakah Sumber Daya Manusia yang ada di Kemenkumham dapat
melaksanakan tata nilai dan program “Kami PASTI”, serta dapat
memberikan kontribusi dalam mewujudkan Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK dan
WBBM)?
C. Tujuan
1. Untuk menganalisis internalisasi Tata Nilai “Kami PASTI” dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi dari satuan kerja di lingkungan
Kemenkumham terutama dalam mendukung program
Percepatan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi.
2. Untuk menganalisis kemampuan Sumber Daya Manusia yang
ada di Kemenkumham dapat melaksanakan tata nilai dan
program “Kami PASTI”, serta dapat memberikan kontribusi
dalam mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK dan WBBM).
3. Untuk menjabarkan faktor penghambat dalam pemenuhan
indikator WBK dan WBBM di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM.
D. Sasaran
Terwujudnya rekomendasi kebijakan terkait kontribusi Sumber
Daya Manusia di lingkungan Kemenkumham dalam mewujudkan
Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBK dan WBBM).
F. Ruang Lingkup
Pengkajian ini dibatasi aspek-aspek yang berkaitan dengan
kebijakan dalam program pencegahan pemberantasan korupsi,
internalisasi tata nilai “Kami PASTI” bagi pegawai dan upaya-
upaya untuk mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK dan WBBM) di lingkungan
Kemenkumham.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pengkajian ini merupakan pengkajian kebijakan (Policy
Research), yang bertujuan untuk merumuskan kebijakan
yang harus dilakukan atas suatu kepentingan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif
yang dalam pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan beberapa narasumber yang
kompeten dan pembagian kuesioner, sedangkan data sekunder
diperoleh melalui dokumen-dokumen yang memiliki korelasi
dengan objek kajian.
Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian kebijakan
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 2
Kanwil Terpilih Sebagai Lokasi Penelitian
3. Jenis Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam menunjang penelitian
ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
a) Data Primer
Data primer adalah yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari lapangan, yaitu data yang diambil dari responden. Data
ini merupakan jawaban dari kuesioner yang dibagikan
kepada responden dan hasil wawancara.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan berasal dari sumber
pertamanya, dimana data ini dapat diperoleh dari arsip-arsip
atau dokumen lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
4. Sumber Data
Menurut Arikunto “yang dimaksud dengan sumber data
dalam pengkajian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.4
”Mengingat penelitian ini difokuskan pada Implementasi Tata Nilai
“Kami PASTI” untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja dalam
rangka mewujudkan WBK dan WBBM di Unit eselon I, Kanwil, dan
UPT maka sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Unit
eselon I, Kanwil, dan UPT Kemenkumham.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah merupakan alat ukur yang
dikembangkan yang mengacu pada karakteristik variabel penelitian
yang diukur. Dalam penelitian ini instrumen pengumpulan data
yang digunakan adalah melalui angket atau kuesioner dan pedoman
wawancara. Angket atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket bersruktur yang terdiri-dari pertanyaan dengan
jawaban berupa pilihan ganda (multiplechoice) yang terdiri dari
empat pilihan jawaban dan responden memilih jawaban yang paling
H. Jadwal Pelaksanaan
Pengkajian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai
dengan September 2017.
J. Personel Tim
Personel Tim Pelaksana Penelitian “Implementasi Tata Nilai
“Kami PASTI” untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja
dalam rangka mewujudkan WBK dan WBBM di lingkungan
Kemenkumham berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan
Penelitian Hukum dan HAM RI Nomor : PPH-254.UM.01.01 Tahun
2017 dengan susunan sebagai berikut:
A. Implementasi
1. Implementasi Kebijakan publik
Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah implementasi
biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Kamus Webster, merumuskan bahwa to implement
(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying
out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give
practicia effect to (menimbulkan dampak atau akibat terhadap
sesuatu). Pengertian tersebut mempunyai arti bahwa untuk
mengimplementasikan sesuatu harus disertakan sarana yang
mendukung yang nantinya akan menimbulkan dampak atau akibat
terhadap sesuatu itu.
Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan
kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya
dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang-
undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau
diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan
5 Winarno, Budi, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Pressindo,
2002, hlm.150.
6 Abdul Wahab, Solichin, Analisis Kebijaksaan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
9 ibid, hlm.99.
2. Teori Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah
dianggap fix. Berikut ini beberapa pengertian tentang implementasi
menurut para ahli.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan
atau penerapan. Majone dan Wildavsky dalam Buku Nurdin dan
Usman, mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Begitu
juga Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa ”implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.10 Pengertian
implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga
dikemukakan oleh McLaughin. Adapun Schubert mengemukakan
bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.11”
Subarsono mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli
mengenai implementasi kebijakan, yaitu12:
a. Teori George C. Edward
Dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu13 :
15 Ibid, hlm.125.
16 Subarsono, AG., op.cit. hlm.94.
a. Isi Kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih
samarnya isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak
cukup terperinci, sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau
program-program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak
ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun ekstern
dari kebijakan. Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasikan
b. Informasi
Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para
pemegang peran yang terlibat langsung mempunyai informasi
yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan
perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada,
misalnya akibat adanya gangguan komunikasi.
c. Dukungan
Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit
apabila pada implementasinya tidak cukup dukungan untuk
melaksanakan kebijakan tersebut.
d. Pembagian potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya
implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek
pembagian potensi diantaranya para pelaku yang terlibat dalam
implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi
tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi
pelaksana dapat menimbulkan masalah-masalah apabila
pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan
dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adnya pembatasan-
pembatasan yang kurang jelas. Adanya penyesuaian waktu
khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang kontroversi yang
lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam
implementasinya.
IMPLEMENTASI TATA NILAI "KAMI PASTI" UNTUK MENINGKATKAN
AKUNTABILITAS KINERJA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN WBK DAN WBBM 33
DI LINGKUNGAN KEMENKUMHAM
Menurut James Anderson, faktor-faktor yang menyebabkan
anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu
kebijakan publik, yaitu :
1) Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum,
dimana terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
atau kebijakan publik yang bersifat kurang mengikat individu-
individu :
2) Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau
perkumpulan dimana mereka mempunyai gagasan atau
pemikiran yang tidak sesuai atau bertentangan dengan peraturan
hukum dan keinginan pemerintah.
3) Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat
diantara anggota masyarakat yang cenderung membuat orang
bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum.
4) Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan “ukuran”
kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain,
yang dapat menjadi sumber ketidakpatuhan orang pada hukum
atau kebijakan publik.
5) Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan)
dengan sistem nilai yang dimuat masyarakat secara luas atau
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
C. Akuntabilitas
Menurut Taliziduhu Ndraha, konsep akuntabilitas berawal
dari konsep pertanggungjawaban. Konsep pertanggungjawaban
dapat dijelaskan dari adanya wewenang. Sementara itu, wewenang
25 Joko Widodo, Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah), Surabaya: Insan Cendekia,
2001, hlm. 148.
26 Mohamad Mahsun, Pengukuran Kinerja Sektor Publik , Yogyakarta: BPFE, 2006,
hlm. 84.
D. Sinergi
1. Konsep Sinergi
Nilai yang ketiga dari lima nilai-nilai Kemenkumham adalah
sinergi. Sebagai sebuah organisasi yang besar yang mengemban tugas
fungsi dalam memberi kepastian hukum maka sudah barang tentu
Kemenkumham harus mampu untuk melakukan sinergi baik sinergi
internal antar unit-unit organisasi di dalam Kemenkumham sendiri
maupun sinergi eksternal dengan para pemangku kepentingan yang
lain di luar Kemenkumham. Sinergi ini sangat diperlukan agar
Kemenkumham dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Sinergi pada nilai Kemenkumham diartikan sebagai membangun
dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta
kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan,
untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari
pengertian sinergi tersebut terlihat bahwa sinergi yang harus
2. Kepemimpinan Sinergi
Menurut Deardorff dan Williams, kepemimpinan sinergi
(synergy leadership) adalah suatu realitas yang diciptakan oleh
interaksi kondisional antara pemimpin formal dan seluruh
individu lain untuk menciptakan nilai bagi organisasi. Hasil dari
kepemimpinan sinergi tersebut adalah suatu penomena dimana
hasil gabungan dari hubungan-hubungan antar individu tersebut
jauh melebihi jumlah dari hasil masing-masing individu. Hasil
yang lebih besar dari hasil gabungan tersebut berasal dari individu-
individu yang bekerja bersama dengan cara saling meningkatkan
untuk mencapai keberhasilan dengan cara menginspirasi satu sama
lain untuk menetapkan dan mencapai baik tujuan personal maupun
organisasi.35
Dengan adanya kepemimpinan sinergi tadi maka lingkungan
kerja pada suatu organisasi akan menjadi sangat kondusif untuk
menjadi tempat bekerja bersama para anggota organisasi untuk
mencapai tujuan personal maupun organisasi. Dalam lingkungan
kerja semacam ini, para anggota organisasi bekerja saling
mendukung dan bahu-membahu untuk mencapai tujuan bersama.
Di Indonesia, budaya ini dinamakan dengan budaya ‘gotong royong’.
Budaya ini sesuai dengan pepatah yang telah sama-sama kita kenal
yaitu ‘berat sama dipikul ringan sama dijinjing’. Dalam organisasi
34 Ibid.
35 Ibid.
36 Ibid.
37 Ibid.
38 Ibid.
39 Ibid.
E. Transparansi
Menurut Mardiasmo, transparansi berarti keterbukaan
(openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait
dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-
pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban
44 Max H. Pohan, Mewujudkan Tata Pemerintahan Lokal yang Baik (Local Good
Governance) dalam Era Otonomi Daerah, Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), 2000, hlm. 2.
F. Inovatif
1. Konsep Inovatif
Sebelum mengulas lebih jauh mengenai inovatif, perlu dijelaskan
pengertian dari inovasi. Inovasi memiliki fungsi yang khas bagi
wirausahawan. Dengan inovasi wirausahawan menciptakan baik
sumber daya produksi baru maupun pengelolahan sumber daya yang
ada dengan peningkatan nilai potensi untuk menciptakan sesuatu
yang tidak ada menjadi ada.45
Menurut Adair, inovasi adalah proses menemukan dan
mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi yang
baru.46 Sedangkan menurut Raka, inovasi adalah melakukan sesuatu
yang baru yang menambah atau menciptakan nilai atau manfaat
(sosial/ekonomi).47
45 Drucker Petter, Innovation And Entrepreneurship, New York: Harper Dan Row, 1985,
hlm. 20.
46 Adair. J., Effective Innovation :How to Stay Ahead of the Competition. London: Pan
Books Ltd., 1996.
47 Gde Raka, Inovasi dan Kewirausahaan, Handout dalam Transformasional
Leadership. (tidak diterbitkan), 2001.
52 Mintzberg, Henry, James Brian Quinn, dan John Voyer. The Strategy Process,
Prentice-Hall, Inc, 1995.
53 Kotler, Philip, Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia, 2005.
55 Adair. J., Effective Innovation: How to Stay Ahead of the Competition. London: Pan
Books Ltd, 1996, p.142.
3. Perilaku Inovatif
Perilaku inovatif menurut Wess & Farr dalam Buku De Jong
& Kemp adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk
menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal
‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa
peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation.56
73 Atep Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Jakarta: PT. Gramedia, 2004, hlm. 9.
74 Soetopo, Pelayanan Prima, Jakarta: LAN, 1999, hlm. 4.
75 Catherine DeVrye, Good Service is Good Business (7 Strategi sederhana menuju
Sukses), Jakarta: PT. Gramedia, 2001, hlm. 6.
76 Eko Supriyanto, Operasionalisasi Pelayanan Prima, Jakarta: LAN, 2001, hlm. 9.
A. Layanan Pemasyarakatan
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Nomor PAS-14.OT.02.02 Tahun 2014, standar pelayanan
pemasyarakatan yang diatur di dalam keputusan ini meliputi
ruang lingkup pelayanan barang, jasa, dan administratif pada
masing-masing organisasi pelaksana tugas pada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, Divisi Pemasyarakatan, dan Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan yakni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah
Tahanan (Rutan), Balai Pemasyarakatan (Bapas), dan Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan). Standar pelayanan
ini wajib dilaksanakan oleh penyelenggara/pelaksana, dan digunakan
sebagai acuan dalam penilaian kinerja penyelenggaraan pelayanan
publik oleh pimpinan penyelenggara, aparat pengawasan internal
maupun eksternal, dan masyarakat. Berikut ini adalah jenis layanan
u) Layanan Pendidikan
Pendidikan merupakan hak dasar setiap manusia dalam
menjalani hidup, oleh karena itu pelaksanaan pembinaan
disertakan dengan layanan pendidikan guna upaya penerapan
hak-hak dasar. Layanan pendidikan merupakan layanan yang
diberikan kepada WBP maupun anak yang bersifat permintaan.
w) Layanan Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses komunikasi pembangunan,
penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-
pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah
untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat untuk
memberikan pemahaman. Tujuan yang sebenarnya dari
penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku sasarannya.
Hal ini merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung dengan indera manusia. Dengan demikian,
penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan) di kalangan masyarakat
agar mereka tahu, mau, mampu melaksanakan perubahan-
perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/
b) Layanan Pengaduan
Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh
pihak yang berkepentingan, kepada pejabat yang berwenang
untuk menindak lanjuti menurut hukum seseorang yang
telah melakukan tindakan pidana aduan yang merugikannya
(Pasal 25 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana).
Layanan pengaduan dalam hal ini adalah suatu layanan yang
memberikan ruang terhadap masyarakat berupa ketidakpuasan,
kritik dan saran terhadap kinerja penyelenggaraan layanan
dan institusi pemasyarakatan. Layanan pengaduan masyarakat
dapat disampaikan melalui datang langsung ketempat layanan
pengaduan, bersurat, email, SMS, dll sesuai dengan substansti
aduannya ke alamat yang telah diberikan atau disediakan.
B. Layanan Keimigrasian
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, Pasal 1 angka 3, disebutkan bahwa:
“ Fungsi Keimigrasian adalah bagian dari unsur pemerintahan
negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian , Penegakan
hukum, keamanan negara dan fasilitator pembangunan kesejahteraan
masyarakat ”.
Adapun jenis-jenis pelayanan keimigrasian antara lain:
2. Penerbitan Visa
Visa adalah sebuah dokumen izin masuk seseorang ke suatu
negara yang bisa diperoleh di kedutaan dimana negara tersebut
mempunyai Konsulat Jenderal atau kedutaan asing. Visa adalah
tanda bukti ‘boleh berkunjung’ yang diberikan pada penduduk suatu
negara jika memasuki wilayah negara lain yang mempersyaratkan
adanya izin masuk. Bisa berbentuk stiker visa yang dapat di-apply di
kedutaan negara yang akan dikunjungi atau berbentuk stempel pada
paspor di negara tertentu.
Visa adalah sebuah dokumen resmi yang Anda perlukan untuk
masuk ke negara tujuan dalam periode waktu tertentu. Visa asli yang
biasanya distempel di paspor penerima sangat diperlukan jika hendak
berkunjung ke suatu negara tertentu. Visa kedatangan hanya dapat
diperpanjang atas persetujuan Direktur Jenderal Imigrasi Republik
a) Visa Kunjungan
Visa kunjungan diberikan kepada orang asing yang akan
melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka
kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya,
pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk
meneruskan perjalanan ke negara lain.
Visa kunjungan dapat juga diberikan kepada orang asing
pada saat kedatangan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI)
yang sering disebut Visa On Arrival. Orang Asing yang dapat
diberikan Visa kunjungan saat kedatangan adalah warga
negara dari negara tertentu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri.
3. Izin Tinggal
Setiap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib
memiliki Izin Tinggal sesuai dengan Visa yang dimilikinya. Izin
tinggal yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi antara
lain:
1. Identitas Responden
a) Jenis Kelamin
b) Umur
d) Lama Bekerja
e) Jabatan
a) Profesionalisme
Nilai unsur perilaku utama profesional meliputi perilakuk
terpuji, berkompeten, dan berintegritas. Setelah pendeklarasian
Tata Nilai PASTI pegawai Kemenkumham berkomitmen menjadi
Aparatur Sipil Negara yang profesional dan mengabdikan diri
sepenuhnya. Walau tidak mudah untuk menerapkan pegawai
UPT selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik sesuai tugas
dan fungsi. Dalam melaksanakan Tata Nilai PASTI pegawai
UPT menyatakan melakukan tanpa ada tekanan dari manapun
dan dari siapapun. Tentunya setelah pendeklarasian Tata nilai
PASTI sikap dan yang dilakukan berbeda dengan sebelum
pendeklarasian. Misalnya sikap tepat waktu dan ketaatan
terhadap jam masuk kerja dan jam keluar kerja sudah lebih tepat
waktu. Begitu juga dengan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
aturan yang ditetapkan.
Kemudian untuk tingkat kemampuan pribadi, pegawai sudah
dapat menerima jika dinilai oleh organisasi atau rekan sekerja.
Pegawai selalu bertanggung jawab atas pekerjaan dilakukan, dan
tidak akan lari dari kewajiban pekerjaan yang diberikan. Para
b) Akuntabilitas
Nilai unsur perilaku utama akuntabilitas memiliki perilaku
bertanggung jawab, berkinerja tinggi, dan berkesinambungan.
Akuntabilitas pada Unit Kerja berkaitan dengan laporan
keuangan. Menurut sebagian besar pegawai unit kerja menyatakan
bahwa isi laporan keuangan yang disampaikan telah sesuai
dengan ketentuan yang ada. Hasil yang telah dicapai untuk
program jangka panjang selalu disajikan dalam Laporan
pertanggungjawaban (LPJ) satuan kerja sesuai dengan Standar
Akutansi Pemerintah (SAP). Laporan pelaksanaan anggaran
secara berkala disampaikan kepada Unit Eselon I dan publik.
Laporan pelaksanaan anggaran selalu disampaikan kepada
Unit Eselon I secara tepat waktu. Setiap akhir tahun anggaran
semua pihak berkepentingan mempunyai akses untuk melihat
anggaran tahun yang lalu.
Aparatur Sipil Negara satuan kerja ini, serta masyarakat
selalu dilibatkan dalam penyusunan rencana penganggaran
maupun perubahannya mencerminkan kinerja pengelolaan
keuangan satuan kerja yang efektif dan efisien. Penganggaran
yang dilakukan telah menampung aspirasi masyarakat.
Mengenai pelaksanaan standar pembuatan keputusan program
di unit kerja sudah dikoordinasikan kepada kantor wilayah
c) Sinergi
Nilai unsur perilaku utama sinergi meliputi perilaku
bekerja sama, bermitra, dan solutif. Sinergi strategi unit
kerja dalam pelaksanaan program dengan unit lain terus
dilakukan. Pengembangan Management Development Program
untuk menumbuhkan pemimpin baru dari internal. Fokus
pengembangan pada unit kerja yang kuat dalam SDM, sebab
jika SDM kuat unit kerja dapat melaksanakan tugas dan fungsi
d) Transparansi
Nilai unsur perilaku utama transparansi meliputi
perilaku informatif dan aksesibilias. Kepala satuan kerja telah
mensosialisasikan dan mempublikasikan program serta kebijakan
satuan kerja kepada Pegawai dan masyarakat. Pada program dan
kebijakan satuan kerja tujuan dari anggaran telah tertera jelas
dalam program satuan kerja. Dalam menyampaikan informasi,
setiap informasi disajikan dalam laporan pertanggungjawaban
telah mengungkapkan seluruh informasi yang diperlukan.
Informasi mengenai laporan pertanggungjawaban satuan
kerja telah tersedia untuk umum, laporan keuangan satuan kerja
telah disampaikan secara terbuka kepada semua pihak, baik
kepada ASN maupun kepada masyarakat. Informasi mengenai
penganggaran telah tersedia untuk umum. Bahkan informasi
mengenai target, kinerja keuangan satuan kerja, serta prosedur
yang ada telah tersedia untuk umum.
Media yang digunakan sebagai penyebarluasan informasi
penganggaran dan sosialisasinya sebagian telah memadai.
Akses informasi yang telah disediakan oleh unit informasi yang
disajikan sesuai dengan fakta dan analisis keputusan-keputusan
kebijakan yang telah diambil. Mekanisme pengaduan jika
terdapat pelanggaran dalam penggunaan biaya anggaran dengan
kotak pengaduan, melalui SMS, dan melalui media elektronik
lainnya. Unit kerja belum sepenuhnya melibatkan masyarakat
dan pihak-pihak terkait dalam membuat sebuah kebijakan.
e) Inovatif
Nilai unsur perilaku utama inovatif meliputi perilaku
insiatif, kreatif, inspiraif, dan pembaharuan. Unit kerja telah
melakukan inovasi dengan pengembangan program-program
proyek perubahan yang fokus pada melayani masyarakat. Cara
berpikir sebagian besar pegawai selalu berorientasi terhadap
masa depan karir. Program inovasi memiliki keunggulan
dibandingkan dengan program yang dimiliki sebelumnya.
Program inovasi yang dilakukan salah satu unit masih sesuai
dengan yang dikeluarkan oleh unit kerja lain. Program inovasi
yang dilakukan dapat memudahkan untuk melakukan kegiatan
dan membuat menjadi praktis. Setelah penerapan Kami PASTI
unit kerja telah memiliki program kerja berbeda dengan yang
sebelumnya. Para pegawai juga sudah mulai terbuka terhadap
pengalaman baru. Unit kerja berusaha tidak kehabisan ide dalam
memecahkan masalah untuk pelaksanaan kegiatan dengan
memperoleh gagasan dan ide yang berasal dari pemikiran
pegawai.
a) Manajemen Perubahan
Pada UPT yang dilakukan pendampingan untuk Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Bersih Melayani (WBBM)
telah dibentuk Tim Kerja. Kepala unit kerja telah membentuk
tim untuk melakukan pembangunan Zona Integritas.
Penentuan anggota Tim selain pimpinan, sebagian besar dipilih
melalui prosedur/mekanisme yang jelas. Pada rencana kerja
pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM di UPT telah
memiliki Dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas, dan
dalam dokumen pembangunan terdapat target-target prioritas
yang relevan dengan tujuan pembangunan WBK/WBBM.
Dalam hal Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan WBK/
WBBM, seluruh kegiatan pembangunan sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana. Monitoring dan evaluasi terhadap
pembangunan Zona Integritas tim internal atas persiapan dan
pelaksanaan kegiatan Unit WBK/WBBM dilakukan bulanan.
Serta laporan monitoring dan evaluasi tim internal atas persiapan
b) Penataan Tatalaksana
UPT telah membuat prosedur operasional tetap (SOP)
untuk kegiatan utama. Semua SOP unit telah mengacu peta
proses bisnis dan juga melakukan inovasi yang selaras, serta
unit telah menerapkan seluruh SOP yang ditetapkan organisasi
dan juga melakukan inovasi pada SOP yang diterapkan. Namun,
belum semua SOP telah dievaluasi, sebagian besar SOP utama
telah dievaluasi dan telah ditindaklanjuti berupa perbaikan SOP
atau usulan perbaikan SOP tetapi belum ditindaklanjuti.
Untuk melakukan pengukuran kinerja telah menerapkan
E-Office. Unit telah memiliki sistem pengukuran kinerja
yang menggunakan teknologi informasi dan juga melakukan
inovasi. Selain itu unit juga telah memiliki operasionalisasi
manajemen SDM yang menggunakan teknologi informasi
namun belum melakukan inovasi. Untuk pelayanan publik unit
memberikan pelayanan kepada publik dengan menggunakan
e) Penguatan Pengawasan
Public campaign tentang pengendalian gratifikasi
telah dilakukan secara berkala dan unit kerja telah
mengimplementasikan pengendalian gratifikasi. Lingkungan
pengendalian internal telah dibangun dengan melakukan
Public campaign secara berkala dan unit kerja telah melakukan
penilaian risiko atas pelaksanaan kebijakan serta telah
mengimplementasikan pengendalian gratifikasi. Unit kerja
telah melakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir
risiko yang telah diidentifikasi sesuai dengan yang ditetapkan
c. Responden
Dari 108 responden pengguna layanan Kantor Imigrasi,
Lapas, dan Rutan terdiri dari 62 orang laki-laki dan 46 orang
perempuan. Untuk umur responden terdiri dari £ 30 tahun 43
orang, 31 - 40 tahun 24 orang, 41 - 50 tahun 29 orang, dan ³ 51
tahun 16 orang. Sementara Pendidikan terakhir terdisiri dari £
SLTA 53 orang, D3 24 orang, S1 29 orang, dan S2 ke atas 2 orang.
Tabel 5.
Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat
No. INDIKATOR SUB INDIKATOR Indeks
1 Prosedur 1) Tingkat keterbukaan informasi
70.00
pelayanan mengenai prosedur pelayanan
2) Tingkat kejelasan alur dalam
70.00
prosedur pelayanan
3) Tingkat kesederhanaan prosedur
75.00
pelayanan
4) Tingkat kemudahan dipahaminya
prosedur pelayanan 75.00
A. Kesimpulan
Internalisasi Tata Nilai “Kami PASTI” sudah dilakukan di
Kementerian Hukum dan HAM, namun demikian ternyata
masih ada yang belum mengetahui Tata Nilai “Kami PASTI”. Para
pegawai sebagian besar sudah mengetahui tata nilai Kami Pasti
yang telah dideklarasikan sejak tahun 2015 sampai ke UPT dan
memahami Tata Nilai Kami “PASTI” yang merupakan singkatan
dari Profesional, Akuntabilitas, Sinergi, Transparan, dan Inovatif.
Setelah pendeklarasian Tata Nilai PASTI pegawai Kemenkumham
berkomitmen menjadi Aparatur Sipil Negara yang profesional dan
mengabdikan diri sepenuhnya untuk kemajuan Kemenkumham
dengan mengamalkan dan menerapkan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam Tata Nilai “Kami PASTI”. Internalisasi diperkuat
dengan membangun “Tunas Integritas Kemenkumham” secara
nasional di setiap kantor wilayah.
Walau tidak mudah untuk menerapkannya, pegawai UPT
selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik sesuai tugas dan
B. Saran
Saran kebijakan atas pengkajian Implementasi Tata Nilai “Kami
PASTI” untuk meningkatkan Akuntabilitas Kinerja dalam rangka
mewujudkan WBK dan WBBM di Lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM adalah sebagai berikut :
1. Tunas Integritas Kemenkumham perlu meningkatkan
internalisasi Tata Nilai “Kami PASTI” secara kontinu kepada
pegawai Kemenkumham terutama kepada yang berimplikasi
terhadap perbuatan korupsi, serta cara penanggulangan korupsi
baik preventif maupun represif, serta nilai-nilai anti korupsi
yang harus ditanamkan kepada diri sendiri dan keluarga mulai
dari sekarang.
2. Inspektorat Jenderal dan Sekretariat Jenderal perlu menetapkan
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai Tunas Integritas
yang menjadi role model pada masing-masing UPT untuk
mempercepat internalisasi Tata Nilai “Kami PASTI”.
Buku
Abdul Wahab, Solichin, Analisis Kebijaksaan dari formulasi ke
implementasi kebijaksanaan negara, Jakarta : Bumi Aksara,
2008
Adair. J., Effective Innovation: How to Stay Ahead of the Competition.
London: Pan Books Ltd. London: Pan Books Ltd., 1996.
Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Atep Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Jakarta: PT. Gramedia,
2004.
Bappenas dan Depdagri, Buku Pedoman Penguatan Pengamanan
Program Pembangunan Daerah, 2002.
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, Kewirausahaan Dari Sudut Pandang
Psikologi Kepribadian, Jakarta : Grasindo, 2003.
Catherine DeVrye, Good Service is Good Business (7 Strategi
sederhana menuju Sukses), Jakarta: PT. Gramedia, 2001.
Deardorff, D.S., & Williams, G. Synergy Leadership in Quantum
Organizations, Fesserdorff Consultants, 2006. Available from:
http://www.fesserdorff.com.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, Jakarta.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Jakarta.
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2000 Program Pembangunan Nasional, Jakarta.
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, Jakarta.
Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, Jakarta.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang
Layanan Pembinaan Yang Diberikan Kepada Narapidana
Tindak Pidana Tertentu, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata
Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Jangka Panjang Tahun 2012-2025, Jakarta.