You are on page 1of 23

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. A

Usia / Tgl Lahir : 47 Tahun / 01 Januari 1972

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa, indonesia

Status Marital : Menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Tidak Bekerja (ibu rumah tangga)

Alamat saat ini : Malang

ANAMNESA

A. KELUHAN UTAMA

Marah-marah tanpa sebab

B. AUTO ANAMNESA

Pasien perempuan memakai baju warna hijau dan memakai celana

pendek motif bunga, rambut agak berantakan, roman wajah sesuai usia,

tidak berbau, pasien tampak tenang, . Pasien mengatakan ini di rsj lawang,

sekarang siang hari dan mengenali nama-nama anggota keluarga. Px

mengatakan ke rsj lawang diantar oleh dinsos setelah keluarga mengantar

1
ke dinsos tidak tau kenapa. Namun itu setelah pasien berkelahi dengan

mertua dan adik ipar sendiri dan anak sendiri sampai bengkak, pasien

bilang itu karena diadu domba oleh iparnya itu. Saat pasien tidak sengaja

masuk kamar mandi saat anak ipar juga disitu, dituduh memukul, dsb.

Padahal pasien sendiri tidak dengar yang dituduhkan . pasien mengatakan

tinggal dengan ipar selalu tidak damai, tiap hari bermusuhan, akhirnya

pindah sendiri tinggal di kos-kosan, lalu suatu saat dipakai ke dinsos oleh

keluarga . pasien mengatakan sebelumnya sempat beberapa kali tidur di

kuburan, karena mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk

melakukan hal tersebut, selama dikuburan tidak merasa takut, sering

melihat sosok-sosok aneh seperti ular besar, manusia besar,hantu-hantu,

yang berkomunikasi dengan pasien tentang moral. Pasien mengatakan

sering diganggui anak-anak dikuburan dan dilempari batu, tapi pasien

tidak membalas. Pasien awalnya pernah juga ditawarkan oleh ayahnya

untuk tidur dikuburan untuk kesaktian. Pasien mengatakan bisa membaca

pikiran orang dari dulu . sekitar 5 tahun pernah bekerja sebagai paranormal

untuk menyatukan keluarga-keluarga yang retak, tidak pernah mau untuk

yang jelek-jelek . pasien juga selama dikuburan merasa bahwa ada yang

ikut merasuki dirinya dan mau mengendalikannya hingga 7 arwah lebih,

namun pasien lawan dengan doa. Selain itu pasien juga 6tahun yang lalu

sempat kerja sebagai tkw, cukup senang dan tidak ada keluhan dari

keluarga angkatnya. Tidak pernahmeluapkan amarah / menyerang orang/

banting barang, namun saat diantar pesawat ke Malaysia tempat pasien

2
kerja tkw pasien bilang tidak perlu bayar pesawat karena dibayar oleh

sosok gaib, tidak tau caranya setelah ditanya dan tetap yakin. Selama

dirumah makan dan mandi teratur tanpa disuruh, sholat teratur. Tidak

pernah keluyuran tanpa tujuan/ melepas pakaian ditempat umum. Pasien

mengatakan ingin pulang, namun disini cukup senang karena banyak

teman untuk interaksi. Namun sering tampak sosok –sosok anak dan

suara-suara aneh yang cukup menggaggupasien menyuruh melakukan hal-

hal jorok dan tidak masuk akal dan memakan kotoran sendiri, tapi pasien

lawan . Saat ini sudah lama jarang interaksi dengan orang lain selain

diwarung untuk kerja.

Pasien tidak ada keinginan untuk bunuh diri dan tidak ada

keinginan untuk melukai orang lain. Pasien mengatakan sejak kecil

tidak pernah memiliki riwayat penyakit serius.Riwayat penyakit yang

sama di keluarga disangkal. Riwayat penyakit fisik lain disangkal.

Riwayat minum-minuman keras serta obat-obatan terlarang

disangkal.Riwayat merokok disangkal.

1. HETEROANAMNESIS

Rincian keluhan utama

2. Gejala lain yang menyertai keluhan utama

 Bicara terus-menerus hingga suara terdengar serak

 Pasien suka menari sendiri di depan umum jika mendengar lagu

3
 Pasien sering membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan tanpa

sepengetahuan keluarga

3. Gejala prodomal

 Pasien sulit tidur

 Pasien selalu ikut aktif kegiatan di daerahnya

 Pasien terkadang sedih memikirkan cincin dan uang arisan yang

dihutangkan kepada tetangga

4. Peristiwa terkait keluhan utama

 Pasien memikirkirkan cincin yang dihutangkan kepada

tetangganya yang meninggal beberapa waktu yang lalu

 Pasien juga memikirkan tetangga yang hutang uang arisan

kepadanya

 Pasien takut cincin dan uang yang dihutangkan tidak dikembalikan

 Pasien memikirkan ibu kandung dan ibu mertuanya yang sedang

sakit

5. Riwayat penyakit dahulu

 Pasien mengatakan tidak pernah rawat inap disini

 Diabetes Mellitus (-)

 Hipertensi (-)

 Trauma kepala (-)

4
 Kejang (-)

 Alergi (-)

 Asma (-)

6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan anak

Pasien merupakan anak tunggal. Pasien mengatakan tidak tahu

mengenai riwayat kehamilan dan persalinan ibunya dan suami pasien

berkata tidak pernah menanyakan hal tersebut.

7. Riwayat sosial dan pekerjaan

 Sosial : Pasien sering bersosialisasi dengan lingkungannya, aktif di

kegiatan sekitarnya (seperti : arisan, pengajian)

 Pekerjaan : Pasien tidak bekerja, hanya mengurus ibu dan anaknya

di rumah.

a) Faktor kepribadian premorbid

Pasien orang yang terbuka dan suka bersosialisasi dnegan

lingkungan sekitarnya. Pasien suka diperhatikan dan menjadi pusat

perhatian orang disekitarnya.

b) Faktor keturunan

5
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.

c) Faktor organik

Tidak ditemukan

d) Faktor pencetus

 Pasien memikirkirkan cincin dan uang arisan yang dihutangkan

kepada tetangganya

 Pasien memikirkan ibu kandung dan ibu mertuanya yang

sedang sakit

PEMERIKSAAN

A. STATUS INTERISTIK

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 92 x/menit

Respirasi : 20x/menit Suhu : 36,5 C

Keadaan Umum : Cukup

Kepala/leher : A/I/C/D : -/-/-/- Pembesaran KGB –

Thorax : Cor = S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

: Pulmo = ves/ves +/+, rh -/- wh -/-

Abdomen : Soefl, bising usus (+), nyeri tekan (-)

6
B. STATUS NEUROLOGIK

GCS :E4 V5 M6

Meningeal Sign :Kaku kuduk (-), Kernig (-),Brudzinski I (-),

Brudzinski II(-)

Refleks Fisiologis : BPR +2/+2. TPR +2/+2. KPR +2/+2. APR +2/+2

Reflek Patologis :Babinski (-), Chaddock (-), Hoffman (-),

Trommer(-)

C. STATUS PSIKIATRI

Kesan umum :Pasien perempuan berpenampilan rapi, tidak

berbau, roman wajah sesuai usia, kooperatif,

komunikatif dan tampak bersemangat

Kontak : Verbal (+), relevan, lancar

Kesadaran : Meningkat kualitatif

Orientasi : Waktu (+), Tempat (+), Orang (+)

Daya ingat : Sewaktu (+), Pendek (+), Panjang (+)

Persepsi : Tidak didapatkan gangguan persepsi

Proses Berpikir : Bentuk Pikiran : Non-realistik, Arus Pikiran :

Logore, Isi Pikiran : Waham kebesaran

Afek/mood : afek Normoafek , Mood  Elevasi

Kemauan : ADL meningkat, Sosial meningkat, Pekerjaan

meningkat

Psikomotor : Meningkat (Hiperaktivitas)

7
RESUME

Pasien perempuanberpenampilan rapi tidak berbau, roman wajah

sesuai usia dan kooperatif untuk diajak bicara. Pasien memakai baju

berwarna biru, celana jeans berwarna hitam dan jilbab berwarna hitam.

Kontak verbal (+) lancar dan relevan, diketahui saat pemeriksa bertanya

kepada pasien dan pasien dapat menjawab semua pertanyaan sesuai

dengan apa yang ditanyakan. Kesadaran pasien meningkat kualitatif

diketahui dari sikap pasien seperti terlalu bersemangat dan jarang tidur.

Tidak didapatkan orientasi waktu, tempat, orang, dapat diketahui dari

pasien mengetahui saat ini pagi hari, berada di RSJ Dr. Radjiman

Wediodingrat Lawang dan diantar kesini oleh suaminya, serta yang

memeriksa pasien adalah dokter. Daya ingat sewaktu masih baik, dapat

dilihat dari pasien dapat mengulang kata-kata yang sudah pemeriksa

sebutkan. Daya ingat jangka pendek baik, dapat dilihat dari pasien dapat

menjelaskan tadi pagi sarapan dengan sayur asem, sambal, telur dan

tempe. Daya ingat jangka panjang masih baik karena pasien masih

mengingat tanggal lahirnya. Pada pasien ini tidak didapatkan gangguan

persepsi. Proses berpikir bentuknya non-realistik dapat dilihat dari pasien

suka menari di depan umum saat mendengar lagu, Arus pikiran logore

dapat dilihat dari pembicaraan pasien yang terus-menerus tanpa henti. Isi

pikiran waham kebesaran dapat dilihat dari pasien bahwa dirinya saat

mendatangi tetangga yang sakit, bisa sembuh darinya karena pasien

merupakan titisan dewi sri. Normoafek dan mood elevasi, pasien tampak

8
sangat ceria daripada biasanya. Kemauan pasien meningkat dapat dilihat

dari pekerjaan dan sosial pasien yang meningkat, seperti mengikuti

kegiatan arisan dan mengerjakan pekerjaan rumah terus-menerus.

Psikomotor meningkat, dapat dilihat dari aktivitas pasien yang berlebihan

dan bersemangat.

DIAGNOSIS BANDING

F.30.1 (Mania tanpa gejala psikotik)

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Axis I : F 31.1(Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik

Tanpa Gejala Psikotik)

Axis II : Ciri kepribadian histrionik

Axis III : Tidak ditemukan

Axis IV :Masalah berkaitan dengan ekonomi

Axis V : GAF scalessaat ini 70-61

GAF scale satu tahun terakhir : 90-81

RENCANA TINDAK LANJUT

Anti Anxietas : Lorazepam 1 mg (1 – 0 – 1 )

Anti Mania : Karbamazepin 200 mg / hari

9
PROGNOSIS

BAIK BURUK

Umur

D
Status Pernikahan Janda
u
Pekerjaan Tidak bekerja
b

i
Pendidikan SMP

a
Kepribadian Premorbid Kepribadian tertutup

Faktor Pencetus Jelas (masalah keluarga)


a

d
Faktor Keturunan Tidak ada

Onset Kronis
m
Gejala
a Gejala negatif

l
Insight Baik
a
Pengobatan Terlambat diobati
m

Dubia ad malam

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI BIPOLAR

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua

episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada

waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek dan pada waktu lain berupa

penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang

khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2

minggu sampai 4-5 bulan, Episode depresi cenderung berlangsung lebih lama

(± 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada lansia. Kedua

macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh

stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan

diagnosis).

B. EPIDEMIOLOGI

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar

antara 0,3-1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis.

Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar.Biasanya kematian

itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko

bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5

per 1000 pasien. Sementara yang diterapi ’hanya’ 1,3 per 1000 pasien.

11
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia

remaja atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru

menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis

pada remaja dan bahkan anak-anak.

C. Klasifikasi

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder - V

(DSM - V), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan

bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan substansi atau

obat lainnya yang menginduksi gangguan bipolar. Pada laporan kasus ini

akan dibahas secara spesifik gangguan afektif bipolar episode kini manik

tanpa gejala psikotik.

D. GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE MANIK TANPA

GEJALA PSIKOTIK

Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan

individu, dan dapat bervariasi antara keriangan (seolah-olah bebas dari

masalah apapun) sampai keadaan eksitasi yang hampir tak

terkendali.Eliasi (suasana perasaan yang meningkat) itu disertai dengan

energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan

dan kebanyakan bicara, dan berkurangnya kebutuhan tidur.Pengendalian

yang normal dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian yang terpusat tak

dapat dipertahankan, dan seringkali perhatian sangat mudah

12
dialihkan.Harga diri membumbung, dan pemikiran yang serba hebat dan

terlalu optimistis dinyatakan dengan bebas.

Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apresiasi warna

terutama yang menyala atau amat cerah (dan biasanya indah), keasyikan

(mengikat perhatian) pada perincian sehalus-halusnya mengenai

permukaan dan penampilan barang, dan hiperakusis subjektif.Individu itu

mungkin mulai dengan berbagai rencana yang tidak praktis dan boros,

membelanjakan uang secara serampangan, atau menjadi agresif, bersifat

cinta kasih, atau berkelakar dalam situasi yang tidak tepat.Suasana

perasaan (mood) yang tampil pada beberapa episode manik lebih banyak

mudah tersingggung dan curiga, daripada elasi. Serangan pertama paling

banyak muncul pada usia antara 15-30 tahun, namun dapat terjadi pada

setiap usia antara akhir masa kanak sampai dasawarsa ketujuh atau

kedelapan.

Pedoman diagnosisberdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa

(PPDGJ-III), mania tanpa gejala psikotik:

1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup

berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan

dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah

sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan dan

kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal

kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.

13
3. Ditambah dengan paling sedikit 4 gejala berikut ini:(a) Peningkatan

aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual), atau

ketidak-tenangan fisik, (b) Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau

adanya dorongan untuk berbicara terus menerus, (c) Lompat gagasan

(flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa pikirannya sedang

berlomba (mania dengan gejala psikotik), (d) Rasa harga diri yang

melambung tinggi (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai

waham/delusi), (f) Berkurangnya kebutuhan tidur, (g) Mudah teralih

perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada stimulus

luar yang tidak penting atau yang tak berarti, (h) Keterlibatan

berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung kemungkinan

resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak

diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan,

tingkah laku seksual secara terbuka, penanaman modal secara bodoh,

mengemudi kendaraan (mengebut) secara tidak bertangguang jawab

dan tanpa perhitungan.

Kriteria ICD–10 untuk episode mania(World Health Organization,

1992)tanpa gejala psikotik:

1. Elevasi mood atau perasaan dan iritabilitas.

2. Peningkatan energi dan overaktivitas.

3. Berbicara terus menerus.

4. Jangka waktu tidur menjadi pendek.

5. Disinhibisi sosial.

14
6. Perhatiannya mudah teralih.

7. Grandiositas.

8. Gemar menghambur-hamburkan uang atau hidup foya-foya.

9. Agresif.

E. ETIOLOGI

1. Faktor Biologi

 Herediter

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe

bipolar (adanya episode manik dan depresi) memiliki

kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi

biologik.50% pasien bipolar memiliki satu orangtua dengan

gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar

(depresi saja).Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar

maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam

perasaan.Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka

75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam

perasaan.Keturunan pertama dari seseorang yang menderita

gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7

kali.Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada

kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih

rendah, yakni 10-20%.

 Genetik

15
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan

bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat

diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar

terlibat. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita

sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan

bipolar.

 Neurotransmiter

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan

gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan

neurotransmiter dengan gangguan bipolar.Neurotransmiter tersebut

adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang

berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti

seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA),

tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan

serotonin transporter (5HTT).

 Kelainan Otak

Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit

ini.Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat

dengan penderita bipolar.Melalui pencitraan magnetic resonance

imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),

didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang

pada korteks prefrontal subgenual. Selain itu ditemukan volume

yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal,

16
amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat

dalam respon emosi (mood dan afek).

2. Faktor Psikososial

 Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan

Satu pengamatan klinis yang telah lama yang telah direplikasi

adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih

sering mendahului episode pertama gangguan suasana perasaan

daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan

untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.

 Teori Kognitif

Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru (misinterpretation)

kognitif yang sering adalah melibatkan distorsi negatif,

pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme, dan

keputusasaan.Pandangan negatif yang dipelajari tersebut

selanjutnya menyebabkan perasaan depresi.Seorang ahli terapi

kognitif berusaha untuk mengidentifikasi hal yang negatif dengan

menggunakan tugas perilaku, seperti mencatat dan secara sadar

memodifikasi pikiran pasien.

F. MANIFESTASI KLINIS

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) V,

perbedaan gangguan bipolar I dan IIadalah pada gangguan bipolar I

memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai

17
episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan

bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut

perjalanan longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah

paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1

episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan

gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa

episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut

bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik.Gangguan bipolar

II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi

menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode

depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi

tersebut didahului oleh episode hipomanik

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini bersifat episode berulang yang

menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas

terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian

suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau

hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta

pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat

penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai

dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,

sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama., rata-rata 6 bulan.

18
Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak

sampai tua. kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30

tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit

akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya

yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala

psikotik.Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang

sedang dalam masa ovulasi (’estrus’) atau seorang laki-laki yang dimabuk

cinta.Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan

dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala

hipomanik.Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena

gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.Pada manik,

gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh

pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu

optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada

elasi.Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja

yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif,

euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar

hingga menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan

waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian

berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak

sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi

waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan

19
G. TERAPI

1. Non-farmakologi

 Konsultasi

Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis


selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap
terapi konvensional dan medikasi.
 Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors
(MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita
dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena
peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun
dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam
dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan
toksisitas.
 Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan
olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus
dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan
kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik
ini berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat meningkatkan
kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.
 Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal
dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya
langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem
disekitarnya serta meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Farmakologi

20
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang

dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak,

seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis

atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik akut dan

sebagai mood stabilizer.Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan

untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, terapi

pemeliharaan/maintenance dan pencegahan juga harus diberikan.

Tabel 1. FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama Manik Mixed Maintenance Depresi


Dagang
Valproate Depakote X
Carbamazepine Equestro X X
extended release
Lamotrigine Lamictal X
Lithium X X
Aripiprazole Abilify X X X
Ziprasidone Geodon X X
Risperidone Risperdal X X
Quetiapine Seroquel X X
Chlorpromazine Thorazine X
Olanzapine Zyprexa X X X
Olanzapine/fluoxetine Symbyax X
Combination

H. KOMORBID

21
Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar saja tetapi

juga menderita gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh

Goldstein BI dkk, seperti dilansir dari Am J Psychiatry 2006,

menyebutkan bahwa dari 84 penderita bipolar berusia diatas 65 tahun

ternyata sebanyak 38,1% terlibat dalam penyalahgunaan alkohol, 15,5%

distimia, 20,5% gangguan cemas menyeluruh, dan 19% gangguan panik

I. PROGNOSIS

 Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk.


Di dalam 2 tahun pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang
pasien mengalami serangan manik lain.
 Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi
gejalanya dengan lithium. 7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45%
Persen pasien mengalami lebih dari sekali kekambuhan dan lebih dari
40% mempunyai suatu gejala yang menetap.
 Faktor yang memperburuk prognosis :Riwayat pekerjaan yang
buruk/kemiskinan, Disertai dengan penyalahgunaan alcohol, Disertai
dengan gejala psikotik, Gejala depresi lebih menonjol, Jenis kelamin
laki-laki
 Prognosis lebih baik bila :Masih dalam episode manik, Usia lanjut,
Sedikit pemikiran bunuh diri, Tanpa atau minimal gejala psikotik,
Sedikit masalah kesehatan medis

22
DAFTAR PUSTAKA

Ingram, Timbury, Mowbray, Editor Peter A.Catatan kuliah psikiatri. Edisi ke-6.

Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock, ahli bahasa Wicaksana M.Ilmu kedokteran

jiwa darurat. Jakarta : Binarupa Aksara.2002.h.73-8.

Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ III, pedoman

diagnostik F30-39 : gangguan suasana perasaan/mood (gangguan afektif).

Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya.2001.h.58-69.

Sadock, Benjamin J, Virgina A. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry:

behavioral sciences/clinical psychiatry.10th Edition. New York : Lippincott

Williams & Wilkins.2007.p.777-857.

Oegondo S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbit

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2005.h.35-7.

23

You might also like