Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.Sedangkan permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk
menunjukkan suatu tujuan tertentu.
Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata settlements
yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. Permukiman memiliki 2 arti yang
berbeda yaitu :
a) Isi, yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di lingkungan
sekitarnya.
b) Wadah, yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen
buatan manusia
bangun, dan industri bahan bangunan yang sehat untuk memberikan keuntungan dan
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.
e. Asas keterjangkauan dan kemudahan adalah memberikan landasan agar hasil
pembangunan di bidang perumahan dan kawasan permukiman dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, serta mendorong terciptanya iklim kondusif dengan
memberikan kemudahan bagi MBR agar setiap warga negara Indonesia mampu
memenuhi kebutuhan dasar akan perumahan dan permukiman.
f. Asas kemandirian dan kebersamaan adalah memberikan landasan agar
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman bertumpu pada prakarsa,
swadaya, dan peran masyarakat untuk turut serta mengupayakan pengadaan dan
pemeliharaan terhadap aspek-aspek perumahan dan kawasan permukiman sehingga
mampu membangkitkan kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan sendiri, serta
terciptanya kerja sama antara pemangku kepentingan di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
g. Asas kemitraan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan
melibatkan peran pelaku usaha dan masyarakat, dengan prinsip saling memerlukan,
memercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang dilakukan, baik langsung
maupun tidak langsung.
h. Asas keserasian dan keseimbangan adalah memberikan landasan agar
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan
mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara
kehidupan manusia dengan lingkungan, keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan antardaerah, serta memperhatikan dampak penting terhadap
lingkungan.
i. Asas keterpaduan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman dilaksanakan dengan memadukan kebijakan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengendalian, baik intra- maupun
antarinstansi serta sektor terkait dalam kesatuan yang bulat dan utuh, saling
menunjang, dan saling mengisi.
j. Asas kesehatan adalah memberikan landasan agar pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman memenuhi standar rumah sehat, syarat kesehatan lingkungan,
dan perilaku hidup sehat.
k. Asas kelestarian dan keberlanjutan adalah memberikan landasan agar penyediaan
perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan memperhatikan kondisi
lingkungan hidup, dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang terus meningkat sejalan
dengan laju kenaikan jumlah penduduk dan luas kawasan secara serasi dan seimbang
untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
l. Asas keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan adalah memberikan
landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
memperhatikan masalah keselamatan dan keamanan bangunan beserta
infrastrukturnya, keselamatan dan keamananan lingkungan dari berbagai ancaman
II - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
dan pengendalian ini dilaksanakan oleh dinas PU dan instansi terkait secara berkelanjutan
agar pelanggaran terhadap pembangunan fasilias sosial dan fasilittas umum dapat
dihindari.
Tahap selanjutnya yaitu, tahap penyerahan.Pada tahap penyerahan ini harus sesuai
dengan Peraturan Mendagri No 9 Tahun 2009 Tentang Penyerahan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Perumahan dan permukiman ke Pemerintahan Daerah.Penyerahan yang
dimaksud dalam Peraturan Mendagri tersebut adalah penyerahan seluruh atau sebagian
prasarana lingkungan, sarana dan utilitas berupa tanah dan bangunan dalam bentuk
asset.Setelah asset tersebut telah memenuhi syarat maka tanggung jawab pengelolaan
prasarana, sarana dan utilitas tersebut diserahkan kepada Pemerintahan
daerah.Perumahan yang telah diserah terimakan itu, perawatannya dilakukan oleh
pemerintahan daerah melalui instansi yang berwenang mengelolanya.Sedangkan
kompleks perumahan yang tidak membangun sarana dan prasarana, dan utilitas umum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat diserahkan pada pemerintahan
daerah.
Setelah dilakukan tahap penyerahan sarana, prasarana lingkungan, dan utilitas umum
dari pengembang kepada pemerintahan daerah, pengembang sudah tidak bertanggung
jawab lagi atas kelangsungannya, baik pembiayaan atau pemeliharaan.Segala
tanggung jawab sepenuhnya telah berada di pihak penghuni dan pemerintahan daerah.
Selanjutnya apabila ada pengembang, badan usaha swasta dan masyarakat yang ingin
melakukan kerja sama pengelolaan fasilitas yang telah diserahkan kepada pemerintahan
daerah untuk keperluan melanjutkan pembangunan perumahannya, seperti diatur dalam
Permendegri pasal 22 ayat (3) No 9 tahun 2009, maka diwajibkan memperbaiki dan
memelihara fasilitas tersebut sehingga pemeliharaan dan pendanaan fasilitas-fasilitas
tersebut menjadi tanggung jawab pengelola.
Pembiayaan dalam pembangunan fasilitas sosial seperti diatur dalam Permendagri No 9
Tahun 2009 adalah dibebankan pada harga rumah.Untuk itu pengembang dapat
menyediakan fasilitas sosial tersebut tanpa menanggung kerugian yang berarti. Pada
hakikatnya, pengembang hanya berkewajiban menyerahkan tanah matang pada
pemerintahan daerah dan pemerintahan daerah melalui dinas terkait yang akan
membangun fasilitas sosial tersebut. Tetapi persoalannya menjadi berbeda ketika
dihubungkan dengan janji pengembang pada calon penghuni dan strategi pemasaran
perumahannya. Tidak adanya kejelasan akan tanggung jawab sebuah fasilitas sosial dan
fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan konsumen mengakibatkan terbengkalainya
kepentingan konsumen. Juga masalah mengenai tidak dilaksanakannya penyerahan
fasilitas sosial dan fasilitas umum oleh pengembang kepada pemerintahan daerah
mengakibatkan adanya peluang bagi pengembang atau pihak ketiga untuk
menyalahgunakan fasilitas tersebut.
II - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
Sesuai dengan Pasal 47 UU No.1 Tahun 2011, pembangunan prasarana, sarana dan
utilitas umum:
1) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
2) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum wajib dilakukan sesuai
dengan rencana, rancangan, dan perizinan.
3) Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi
persyaratan:
a. kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;
b. keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan
hunian; dan
c. ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
4) Prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah selesai dibangun oleh setiap
orang harus diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan larangan terkait prasarana, sarana dan utilitas umum juga telah dipertegas
dalam UU No.1 Tahun 2011, yaitu dalam ketentuan dalam Pasal 134 yaitu “setiap orang
dilarang menyelenggarakan pembangunan perumahan, yang tidak membangun
perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasana, sarana, dan utilitas
umum yang diperjanjikan”.
Apabila pihak pengembang sudah menjanjikan namun tidak dibangun atau kriteria,
spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas umum tidak sesuai, maka dapat
dikenai sanksi administratif yang dapat berupa sebagaimana disebutkan Pasal 150 ayat
(2) UU 1/2011. Selain itu, pihak pengembang yang bersangkutan juga dapat dijerat
pidana berdasarkan Pasal 151 UU 1/2011, yaitu:
1) Setiap orang yang menyelenggarakan pembangunan perumahan, yang tidak
membangun perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana,
sarana, dan utilitas umum yang diperjanjikan, dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2) Selain pidana pelaku dapat dijatuhi pidana tambahan berupa membangun kembali
perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang diperjanjikan.
Undang-undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, sudah
cukup jelas mengatur mengenai penyelenggaraan perumahan yang meliputi proses
II - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
2.2.6. Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta No. 11 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purwakarta Tahun 2011-2031
2.2.6.1. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten terdiri atas:
pengembangan kegiatan industri secara teraglomerasi terutama di bagian utara
wilayah kabupaten dan sekitar pintu tol (interchange);
pengembangan sentra produksi pertanian terintegrasi dalam sistem kawasan
agropolitan dan/atau minapolitan di bagian selatan wilayah kabupaten;
pengembangan kawasan wisata bersinergi dengan kegiatan pertanian dan industri;
pengembangan sistem pelayanan dan permukiman secara berhierarki, didukung
infrastruktur wilayah terpadu, serta bersinergi dengan sistem perkotaan dan kawasan
strategis;
pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung guna mempertahankan
daya dukung lingkungan serta meminimalkan resiko bencana dan efek pemanasan
global; dan
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
II - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
II - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI PENYERAHAN PSU
PERUMAHAN PENGEMBANG DI KABUPATEN PURWAKARTA
menata distribusi barang yang efektif dan efisien serta meningkatkan ekspor produk
daerah, optimalisasi pemberdayaan sumber daya yang dinilai layak dikembangkan
dan produktif dalam menghasilkan output yang manfaat.
3. Peningkatan aspek KUKM dengan memaksimalkan pengembangan struktur ekonomi
mikro KUKM yang diharapkan pada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan
investasi modal KUKM.
4. Pengembangan perekonomian pada sektor bisnis diarahkan pada aspek kelegalan
izin bisnis serta persaingan sehat dalam berbisnis, selain itu adanya pemanfaatan
sektor bisnis dalam menciptakan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif yang
berdampak pada pulih dan sehatnya perekonomian.
5. Pengembangan perekonomian yang berdaya saing diarahkan pada berbagai upaya
dalam meningkatkan kekuatan serta kemampuan guna menghadapi berbagai
intervensi serta pengaruh yang timbul dari perekonomian luar. Upaya tersebut
diantaranya dengan membentuk jaringan kelembagaan pada KUKM untuk mengatasi
persaingan global yang dilakukan melalui pola kemitraan yang tersinergi,
kebersamaan, kesetiakawanan.
Misi-4: Meningkatkan Ketersediaan Infrastruktur dan Penataan Wilayah
1. Pengembangan aspek infrastruktur diarahkan pada upaya pembangunan berbagai
macam infrastruktur guna mendukung dan mendorong peningkatan kinerja serta
peningkatan layanan terhadap masyarakat. Arah kebijakan upaya pembangunan
infrastruktur berlandaskan konsep "asas manfaat" dimana untuk memaksimalkan
efisiensi serta efektifitas anggaran.
2. Peningkatan Infrastruktur diarahkan dapat berdampak pada percepatan
pertumbuhan ekonomi dan sosial serta percepatan pengembangan investasi daerah
melalui penyiapan area atau wilayah kerja serta dapat memantapkan revitalisasi
dan rehabilitasi infrastruktur yang telah ada serta meningkatkan kerjasama antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat.
3. Infrastruktur yang dibuat berdasarkan pada kebutuhan dengan mengutamakan aspek
pemerataan pembangunan antar wilayah guna menghindari daerah tertinggal dan
daerah terisolasi dengan fasilitas pembangunan yang minim.
4. Peningkatan penataan wilayah yang diarahkan pada perencanaan, pembangunan
dan pemeliharaan yang maksimal sesuai dengan konsep pembangunan berwawasan
lingkungan.
II - 25