You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang
menimbulkan stress.Orang yang mengalami pembedahan mempunyai
resiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat
merupakan ancaman kehidupan.Penyulit dapat disebabkan oleh aspek
manusia / tenaga, fasilitas / alat dan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan.
Kesalahan-kesalahan selama operasi antara lain kesalahan insisi pada
posisi yang akan dilakukan operasi, kesalahan dalam memberi label
pada specimen patologi, kesalahan tranfusi dan obat-obatan, sehingga
pasien sangat rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh kesalahan
– kesalahan tersebut saat menjalani operasi sedangkan pasien dan
keluarga menempatkan / memberikan kepercayaan kepada perawat
kamar bedah dan petugas bedah lainya untuk meyakinkan bahwa
pasien menerima pelayanan yang efektif dan mengutamakan
keselamatan.
Bahaya yang dapat di hadapi perawat kamar bedah dan tim bedah
lainya antara lain terpotong, tertusuk, tergores dalam penggunaan pisau
bedah, terpapar gas anestesi, obat-obatan dan radiasi. Penggunaan
cairan pembersih, desinfektan dan alat sterilisasi dapat merusak kulit,
lapisan membran dan system pernafasan, kontak dengan permukaan
panas, peralatan listrik dapat menyebabkan kulit terbakar, masalah otot
dan tulang serta nyeri punggung akibat posisi yang salah dalam
memindahkan pasien, stress dan jenuh yang disebabkan oleh jadwal
dinas, kerja malam dan factor psikologi lainya, waktu kerja yang
melebihi batas waktu yang telah di tentukan karena kekurangan perawat
kamar bedah sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan kesalahan
serta kecelakaan kerja. Sebuah penelitian menunjukan bahwa waktu
kerja perawat tidak boleh melebihi 12 jam dalam setiap jadwal dinas
atau 40 jam dalam satu minggu.
Meningkatkan keselamatan dari hasil yang optimal pada pasien yang
menjalani operasi dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan
kesempatan dalam pengembangan perawat kamar bedah secara
profesional dengan melakuan tindakan yang nyata dan salah satunya
adalah menyusun pedoman pelayanan bedah untuk mencegah
terjadinya bahaya yang di hadapi perawat kamar bedah dan pasien
yang menjalani operasi.Pedoman pelayanan bedah diharapkan dapat
dijadikan suatu tolok ukur bagi perawat kamar bedah dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar bedah guna
menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang
menjalani operasi.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Tujuan dari buku pelayanan kamar bedah ini adalah untuk memberikan
gambaran singkat mengenai kamar bedah serta membantu
memudahkan tenaga / karyawan baru dalam mengenal secara singkat
tentang kamar Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam
melaksanakan program orientasinya serta meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan di kamar bedah.

1
Tujuan Khusus
1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah
2. Adanya asuhan keperawatan kamar bedah
3. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah
4. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan kamar bedah meliputi :
1. Pelayanan jenis tindakan operasi berdasarkan spesialisasi yaitu :
a. Operasi bedah umum
b. Operasi bedah obstetri dan genikologi
c. Operasi bedah ortopedi
d. Operasi bedah mata
e. Operasi bedah THT
2. Pelayanan penjadwalan operasi elektif
3. Pelayanan penjadwalan operasi emergensi / cito
4. Pelayanan peri operatif
a. Pelayanan pre operasi
b. Pelayanan intra operasi
c. Pelayanan post operasi
5. Pelayanan bedah diluar kamar operasi

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan jenis tindakan operasi berdasarkan spesialisasi
Pelayanan pembedahan yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah
umum,spesialis mata,spesialis THT, dan spesialis bedah orthopaedi

2. Pelayanan penjadwalan operasi elektif.


Suatu pelayanan penerimaan penjadwalan operasi yang terencana,
dimana perawat/bidan unit terkait ( IGD, ICU, VK/ Kebidanan,
Keperawatan) mendaftarkan ke bagian kamar operasi, minimal 1
hari sebelum operasi via telpon atau menyerahkan formulir
pendaftaran pada hari tsb sampai jam 00.00 wib.

3. Pelayanan penjadwalan operasi emergensi / cito


Suatu pelayanan penerimaan penjadwalan operasi emergency / cito
yang memerlukan tindakan pelayanan segera/darurat karena dapat
mengancam kesalamatan pasien maupun dapat menyebabkan
kecacatan pasien, dengan ketentuan waktu dari penjadwalan yang
diterima dari perawat/bidan unit terkait ( IGD, ICU, VK/ Kebidanan,
Keperawatan) dalam 30 menit.

2
4. Pelayanan peri operatif adalah pelayanan pembedahan secara
menyeluruh yang meliputi :
a. Pelayanan pra operasi adalah kegiatan dimana dokter operator
melakukan kunjungan pra bedah untuk mendapatkan informasi
mengenai status kesehatan pasien sehingga operator dapat
membuat rencana tindakan pembedahan
b. Pelayanan durante operasi adalah suatu tahap dimana pasien
dilakukan pembedahan
c. Pelayanan post operasi adalah penatalaksanaan pasien setelah
dilakukan pembedahan serta pemantauan selama pemulihan
5. Pelayanan bedah diluar kamar operasi adalah kegiatan pembedahan
yang dapat dilakukan diluar kamar operasi missal ; klinik bedah, UGD,
Klinik gigi
6. Pelayanan ODC dan Rawat Jalan adalah mekanisme tindakan
pembedahan yang dilakukan pada pasien bedah sehari atau pasien
rawat jalan

7. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-undang republic Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
4. Peraturan Mentri kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik keperawatan
5. Keputusan Mentri Kesehatan RI No 1457/Menkes/SK/XII/2003
tentang Standar pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten
/ Kota

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


No Jenis Tenaga Pendididkan Sertifikasi Jumlah
Formal
1 Kepala Instalasi Spesialis Bedah 1
Bedah Sentral
2 Kepala Ruang S1 Kep. Ners 1
Kamar Bedah
3 Dokter anastesi Spesialis Bedah
Spesialis 2
Anastesi

4 Perawat Asisten S1 Kep. Ners 1


D3 Kep 3
5 Perawat Anestesi D3 Keperawatan Pelatihan mahir 5
anestesi
6 Administrasi SMA Pelatihan 1
computer
7. Petugas Kebersihan SMA 3

B. Distribusi Ketenagaan
No Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah
1 Dinas Pagi Kepala Bagian 1
Pukul 07.00- Kepala Ruang 1
14.00 Wakil kepala ruang -.
Perawat Asisten 3 tim. @ 1 tim 2 6
orang 3
Perawat Anestesi -
Perawat RR -
Petugas Kebersihan -
Petugas Administrasi 1
2 Dinas Sore Perawat asisten 1tim 6
Pukul 14.00- Perawat Anestesi 1
21.00 Petugas Kebersihan -
-
1
3 Dinas Malam Perawat Asisten 1 tim 3
Pukul 21.00- Perawat Anestesi 1
07.00 Perawat RR -
Petugas Sterilan 1

C. Pengaturan jaga
Pelaksanaan pengaturan jaga diatur menjadi 3 (tiga) shiff kerja
Shiff Pagi jam 07.00 – 14.00 terdiri dari 3tim
Shiff Siang jam 14.00 – 07.00 terdiri dari 1 tim
Shiff Malam jam 21.00 – 07.00 terdiri dari 1 tim

Dalam satu tim terdiri dari 1 assisten bedah, instrument, 1 scrub nurse dan
dalam satu shiff ada1 petugas jaga RR yang membantu anestesi, Jika
diperlukan tenaga tambahan / operasi cito kamar bedah memberlakukan
system on call dengan menghubungi perawat yang tinggal di asrama atau
tempat tinggal yang terdekat dengan rumah sakit.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. STANDAR FASILITAS
1. Kondisi Bangunan Dan Prasarana fisik

KETERANGAN
JENIS KELENGKAPAN
No.
1 Gedung Lokasi:
Mudah dicapai dari bagian-bagian lain
dirumah sakit khususnya unit gawat
darurat, unit perawatan intensif,
radiologi, patologi dan unit perawatan
bedah.
Tiap kamar masih menggunakan AC
split 2 PK dua buah dengan system
pembuangan menggunakan exhause
fan gas-gas buang anestesi di
keluarkan dengan pipa sehingga tidak
2 Ventilasi
ada penimbunan gas anestesi dalam
kamar bedah. Didaerah tropis suhu
udara antara19 – 22 C,. Kelembaban
Udaranya 55 % (50 – 60 %).

3 Penerangan (Lampu) Lampu penerangan :


Untuk penerangan didalam kamar
bedah memakai lampu pijar putih dan
mudah dibersihkan.
Lampu operasi :Lampu operasi
khusus yang merupakan satu system
yang terdiri dari beberapa lampu
Lampu operasi mempunyai
kekhususan dalam hal : arah dan
fokusnya dapat diatur, tidak
menimbulkan panas, cahanya terang
dan tidak menyilaukan.Pencahayaan
antara 300 -500 lux, pada meja
operasi 10.000 – 20.000 lux.

4 Air Mengalir Bersih Air untuk keperluan rumah tangga


menggunakan air sumur artetis,
sedangkan air yang digunakan untuk
cuci tangan surgical dan mencuci alat
menggunakan air RO
Syarat air bersih :
a. Tidak berwama, berbau dan
berasa.
b. Tidak mengandung kuman
pathogen
c. Tidak mengandung zat kimia
d. Tidak mengandung zat
beracun
5 Listrik Tiap kamar bedah terpasang 3 buah
tombol stop kantak dengan voltase
220 volt terpasang 1,40m dari lantai
dilengkapi dengan genset otomatis
sehingga bila listrik utama mati dapat
langsung menyala tidak kurang dari
10 detik.

5
6 Tata Ruang 1. Ruang Persiapan
Pasien yang akan menjalani
pembedahan masuk keruangan
bedah melalui tempat ini. Pakaian dari
ruang perawatan diganti disini dengan
pakaian dari kamar bedah. Pasien di
pindahkan ke tempat tidur (transfer
bed). Pada ruangan ini pasien dibuat
agar tidak tegang atau takut dengan
bunyi-bunyian yang asing.
Perlengkapan ruangan ini adalah :
monitor pasien, meja emergency
lengkap, standar infuse, thermometer,
stetoskop, suction pump, timbangan
berat badan, lampu baca rongen,
oxygen sentral, wastafel dan
penerangan cukup.
2. Ruang Pemulihan
Ruangan ini digunakan untuk
menempatkan pasien-pasien post
bedah. Disini pasien dipantau, bila
keadaan sudah stabil pasien akan
dikembalikan keruang perawatan.
Sedangkan pada pasien post bedah
dengan resiko tinggi dari sini
dipindahkan keruang intensif.
3. Ruang Cuci tangan
Ruangan ini biasanya terletak
berdampingan dengan kamar bedah,
seolah-olah merupakan satu
kesatuan ruangan dengan kamar
bedah, antara ruang cuci tangan dan
kamar bedah harus ada kaca tembus
pandang sehingga petugas yang
sementara melakukan cuci tangan
dapat melihat dan mengetahui
keadaan di dalam kamar bedah
4. Kamar Operasi
Ruangan ini merupakan ruang
terbatas / ketat. Orang-orang yang
bisa masuk hanyalah para petugas
yang sedang bertugas. Orang-orang
yang tidak berkepentingan dilarang
masuk, ini untuk menjaga sterilisasi
dari rungan ini. Kamar bedah
mempunyai beberapa persyaratan
a. Bentuk
Sudut-sudut kamar bedah tidak tajam,
lantai dinding dan langit-langit
melengkung, lantai dan dinding
berlapis vinyl sehingga tidak berpori,
kedap air, tidak mempunyai
sambungan, warna lantai hijau
terang, warna dinding biru terang dan
tidak memantulkan cahaya dan
mudah dibersihkan serta tidak
menampung debu.
b. Ukuran
RSUD Pringsewu mepunyai 3 kamar
operasi 2 kamar berukuran 6m X 6m

6
2 kamar berukuran 6m X 5,5m.
dengan tinggi plafon 3,5 m.
c. Pintu
Tiap kamar memiliki 2 pintu : 1 pintu
untuk pasien dengan lebar 1,60 m X
2,10 m dan 1 pintu untuk petugas
lebar 0,80 m X 2,10 m. Pintu terbuat
dari alumunium dan kaca tipe swiging
door dan selalu tertutup, tidak
bersuara sehingga tidak menggangu
operator yang sedang bekerja.
d. System gas medis
Pemasangan gas medis secara
sentral memakai system pipa, jadi
tidak ada tabung gas berada didalam
kamar operasi. System perpipaan
melalui langit-langit dan dipasang di
dinding kemudian disambung dengan
pipa yang dapat ditarik sesuai dengan
keperluan. Pipa gas tersebut
dibedakan warnanya disertai petunjuk
untuk membedakan gas Nitrogen
oksida dan oksigen.
5. Ruang penyimpanan alat-
alat bedah
Penyimpanan alat-alat bedah ditata
dengan rapi dan dikelompokan
secara terpisah menurut jenis
operasinya seperti alat untuk bedah
syaraf, orthopedic, digestif, urologi,
dan lain-lain. Hal ini dimaksud untuk
memudahkan pencarian.
a. Ruang penyimpanan steril
Alat-alat di set sesuai dengan jenis
pembedahanya setelah steril
kemudian disimpan dalam lemari.
Untuk alat yang kecil-kecil dimasukan
dalam box
b. Ruang penyimpanan tidak
steril
Untuk alat yang belum steril
tempatkan pada kereta dorong untuk
siap disterilkan. Sedangkan untuk
linen atur pada lemari linen sebelum
di set.
6. Ruang ganti pakaian
Ruang ganti pakaian pria dan wanita
terpisah. Pada ruangan inilah para
petugas kamar bedah mengganti
pakaianya dari pakaian diluar dengan
pakaian khusus di dalam kamar
ruangan bedah. Ruangan ini
mempunyai perlengkapan sebagai
berikut : lemari pakaian / locker,
tempat menampung pakaian kotor
(pakaian yang habis dipakai diruang
bedah) dan cermin
7. Ruang istirahat
Ruang istirahat perawat dan dokter
terpisah. Tapi umumnya ruang

7
istirahat ini dipakai bersama-sama.
Juga ruang ini berfungsi sebagai
ruang makan para petugas kamar
bedah, antara lain : 1 (satu) set sofa,
peralatan makan minum, televisi,
lemari es, wastafel dan tempat
sampah tertutup.
5. Ruang administrasi dan
kantor
Fungsi ruang administrasi sebagai
berikut :
 Melayani adminstrasi antara
ruangan bedah dengan rumah
sakit
 Melayani administrasi antara
ruang bedah dengan bagian
atau unit lainya di rumah sakit
 Menyediakan keperluan
administrasi dari pasien-
pasien yang akan dilakukan
pembedahan baik rawat inap
maupun rawat jalan (one day
care) dimana administrasi
disini berhubungan dengan
keuangan
 Melayani contoh darah atau
jaringan dari pasien yang
sementara menjalani
pembedaha untukdisampaikan
ke laboratorium
 Mencatat jadwal operasi untuk
hari berikutnya koordinasi
dengan unit perawatan
Kantor / Ruang Konsultasi
Dengan keterbatasan ruangan yang
ada, tempat ini sebagai ruang
konsultasi, ruangan ini mempunyai
pintu yang berhubungan dengan
daerah luar, karena sering kali kepala
ruang, kepala perawat bedah maupun
dokter perlu berhubungan dengan
orang luar antara lain tamu atau
keluarga pasien yang ingin
berkonsultasi sehubungan dengan
pasien sebelum dan sesudah
menjalani pembedahan.
6. Ruang pencucian peralatan
/ instrument
Alat-alat yang habis dipakai pada saat
pembedahan, sebelum di pak dicuci
terlebih dulu ditempat ini. Ruang
sterilisasi
Alat-alat yang telah dicuci dan di pak
kemudian di sterilkan di ruang ini
sebelum disimpan kembali. Alat untuk
mensterilkan alat-alat tersebut adalah
autoclave dan sterilisator kering
7. Ruang Farmasi
Diruangan ini tersimpan persediaan
obat-obatan, alat-alat kesehatan

8
seperti benang, kateter berbagai
ukuran, drain vacum, dll.
8. Koridor
Koridor disini merupakan ruang
berfungsi penghubung antar ruang.
Oleh karena itu koridor ini harus
cukup lebar untuk lalu lintas petugas,
pasien, dengan tempat tidur / brankat
serta alat-alat yang besar. Lebar
koridor 3m
9. Gudang
Pada ruangan ini berisi rak tempat
disimpanya alat-alat/sarana
penunjang missal : WSD, spalk
almunium dsb.
10. Ruang tunggu
Tempat keluarga atau pengantar
pasien menunggu. Tempat ini perlu
disediakan tempat duduk dengan
jumlah sesuai dengan aktivitas
pelayanan bedah yang dilaksanakan
di rumah sakit.
11. Spoelhok /slopsink
Fasilitas untuk membuang kotoran
bekas operasi khususnya yang
berupa cairan. Spoelhok dalam
bentuk bak atau kloset tanpa leher
angsa (water seal).
Pada ruang spoelhok juga harus
disediakan kran air bersih untuk
mencuci tempat cairan atau cici
tangan.
12. Kamar mandi / WC / Toilet
Fasilitas diatur sesuai denag
kebutuhan, dan harus dijaga
kebersihannya karena dengan kamar
mandi / WC / Toilet yang bersih maka
citra rumah sakit khususnya instalasi
kamar bedah akan baik.
7 Tempat Penampungan / Limbah cair dibuang ditempat khusus
Pengolahan Limbah Cair yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat
pengelolaan limbah cair rumah sakit
Limbah infeksi ditempatkan pada
tempat tertutup dan tidak mudah
bocor / kantong warna kuning dan
dimusnahkan
Seluruh limbah yang dihasilkan di
kamar bedah digolongkan menjadi
limbah berbahaya / B3
8 Tempat Penampungan / Limbah padat / anggota tubuh
pengolahan limbah padat ditempatkan dalam kantong atau
tempat tertutup lalu serahkan kepada
keluarga pasien dan beri penjelasan
untuk tidak dibuang sembarangan,
bila keluarga menolak selanjutnya
dibakar atau dikubur sesuai dengan
ketentuan rumah sakit.

9
2. Jenis Peralatan
a. Peralatan Medis Umum
1) Aparatur Anestesi unit 5 buah +1 Ventilator buah
2) Operating table 5 buah
3) Operating lamp (Ceiling Type) 5 buah
4) Electro Surgery Unit 4 buah
5) Suction unit ( Besar 4 dan kecil 5)
6) Patient Monitor 7 buah
7) Stetoskop 6 buah
8) Infusion Stand 14 buah
9) Pemeras infuse 2 buah
10) Mayo instrument table : 5 buah
11) Table instrument : 5 buah
b. Peralatan medis khusus
1) Opthalmic PACHO : 1 set
c. Peralatan Non Medis
1) Masker disposible
2) Schort bedah /apron disposible
3) Penutup kepala pasien /topi disposible
4) Baju pasien dewasa dan anak
5) Sandal/ sepatu tertutup
6) Sepatu Booth : 5 pasang
d. Peralatan di ruang persiapan
1) Monitor 1 buah
2) Infuse stand 4 buah
3) Termometer 1 buah
4) Stetoskop 1 buah
5) O2 sentral
6) Hospital bed 4 buah
7) Suction unit 1 buah
e. Peralatan di ruang pemulihan
1) Hospital bed 5 buah
2) Suction unit : 1 buah
3) Patient monitor : 1 buah
4) Stetoskop 1 buah
5) Infusion stand : 5 buah
f. Alat rumah tangga
Yang termasuk alat rumah tangga adalah :
1) Alat kebersihan : sapu, sikat lantai, lap kerja, mesin
penghisap debu (vacuum cleaner), alat penyikat lantai dan
ember
2) Alat makan dan minum
3) Meubel
g. Alat ukur
Untuk dapat memonitor kondisi pada kamar bedah diperlukan beberapa
alat ukur 2 buah, yaitu:
1) Thermometer suhu ruangan
2) Hygrometer pengukur kelembaban udara.

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Pelayanan jenis tindakan operasi berdasarkan spesialisasi yaitu :


1) Operasi bedah umum
1. Hernia Inguinalis
2. Hernia Scrotalis
3. Hernia Pasang Mesh Unilateral
4. Hernia Femoralis
5. Hernia Umbilikus
6. Hernia Insisial, Ventralis, Gastroscisis
7. Appendiktomi
8. Laparatomi & Relaparatomi
9. Struma
10. Lipoma, Kyste Dermoid, Haemangioma, Atroma
11. FAM & Ginecomast
12. Mastektomi Radikal ( Ca Mamae)
13. Haemorhoid
14. Thyroidektomi
15. Hydrocele
16. V Lac & V Amputatum
17. Visura Ani
18. Abses Perianal , Perianal Fistel
19. Reposis Haemorhoid Psg Tampon
20. Luka Tusuk, Luka Tembak
21. Reheacthing
22. Marsupialisasi Sublingual
23. Tu. Parotis
24. Appendiktomi
25. Laparatomi & Relaparatomi
26. Hernia Inguinalis
27. Hernia Scrotalis
28. Hernia Pasang Mesh Unilateral
29. Visura Ani
30. Abses Perianal , Perianal Fistel
31. Haemorhoid
32. Anastomose Usus Halus
33. Colostomi
34. Tutup Colostomi
35. Cholesistectomi
36. Illius
37. Hernia Pasang Mesh Bilateral
38. Cholelithiasis dengan Baypass ( Batu CBD )
39. Ca. Rectum
40. Ca. Colon
41. Gastrostomi ( Perforasi Gaster)
42. Hemikolektomi
43. Circumsisi
44. Hidrocele

11
2) Operasi bedah urologi
a. Nefrostomi dan Nefrotomi
b. Nafrektomi Total
c. Hernia Inguinalis
d. Sectio Alta ( Batu Buli)
e. Hydrocele
f. Catheterisasi
g. Circumsisi
h. Orchiopeksi/UDT
i. Orchidektomi
j. Systostomi
k. Varicocele
l. Dilatasi/Bougie

3) Operasi bedah obstetri dan genikologi


a. Bedah Caesar Serviks
b. Hystrektomi Total Abdominal
c. Hystrektomi Radikal Vagina (Prolap Uteri)
d. Hystrektomi Supravagina
e. Myomektoni
f. Kystektomi
g. KET SOS / SOD
h. KET Bilateral
i. Curet
j. Penireorafi / Ruptur Perineum & Vistula Vagina
k. Evakuasi Placenta Akreta

4) Operasi bedah ortopedi


a. Osteotomi
b. Fr Terbuka dgn Pasang Alat
c. Fr Tertutup Pasang Gyps
d. Fr Terbuka Pasang Gyps
e. Fr Tertutup Pasang Alat
f. Amputasi Jari Tangan
g. Amputasi Jari Kaki
h. Syndactili
i. Amputasi Tungkai Bawah / Pergelangan Kaki
j. Amputasi Paha / Diatas Genu
k. Amputasi Lengan Bawah & Tangan
l. Tendo Release
m. Angkat Inplant
n. Debridement
o. Triger Finger
p. ACL
q. Poly Dactili Jari Kaki
r. Poly Dactili Jari Tangan
s. Tendo Release dikaki

5) Operasi bedah mata


a. Gloucoma
b. Insisi Hordeolum/Kalazion
c. Ruptur Palpebrae
d. Pterigium
e. Ruptur Cornea
f. Eviserasi Bola Mata
g. Catarak dan Ekstraksi Lensa
h. Ruptur Conjunctiva

12
i. Reparasi Lain Kelopak Mata (Mengembalikan Letak Pangkal
Bulu Mata)
j. Blepharoplasti
k. Pembuangan Bola Mata (Enucleasi)
l. Infeksi Mata Endoptalmitis
m. Insisi Cornea

6) Operasi bedah THT


a. TA tanpa Adenoidtektomi
b. TA dengan Adenoidtektomi
c. Epistaksis
d. Fr Hidung
e. Polip Nasi
f. C.A THT
g. Trachestomi Sementara
h. Tracheostomi Tetap
i. Ranulla Lidah
j. Jaringan Granulasi Telinga
k. Tu, Nasopharing

2. Pelayanan penjadwalan operasi elektif


Suatu pelayanan penerimaan penjadwalan operasi yang terencana,
dimana perawat/bidan unit terkait ( IGD, ICU, VK/ Kebidanan,
Keperawatan) mendaftarkan ke bagian kamar operasi, minimal 1 hari
sebelum operasi via telpon atau menyerahkan formulir pendaftaran
pada hari tsb sampai jam 00.00 wib. Petugas jaga malam mengecek
program yang sudah masuk untuk ke esok hari. Batas waktu
pelaksanaan operasi elective antara pukul 07.00 –14.00wib

3. Pelayanan penjadwalan operasi emergensi / cito


Suatu pelayanan tindakan operasi yang dilaksanakan di kamar bedah
di luar jadwal / program operasi yang telah ada. Kamar Bedah Rumah
Sakit Umum Daerah Pringsewumemberikan pelayanan pembedahan 24
jam per hari, maka pelayanan operasi emergency / cito ini diharapkan
dapat segera dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah permintaan
cito karena dapat mengancam kesalamatan pasien maupun dapat
menyebabkan kecacatan pasien, Untuk penjadwalan emergensi / cito
akan mendapatkan prioritas, jika memungkinkan akan memundurkan
jadwal operasi elektif sebelumnya dengan berkolaborasi dengan dokter
bedah yang bersangkutan.
Pasien bisa berasal dari IGD, VK maupun ruang rawat inap, persiapan
pasien mungkin belum lengkap manun harus dipastikan sudah ada
surat persetujuan operasinya.

4. Pelayanan peri operatif


Pelayanan peri operatif adalah pelayanan pembedahan secara
menyeluruh yang meliputi :
4.1 Pre Operasi
Dokter operator melakukan pemeriksaan pra bedah ke ruangan
dimana pasien tersebut dirawat atau sebelum pasien diantar ke
instalasi bedah sentral, untuk dijelaskan semua yang berkaitan
dengan tindakan pembedahan di dalam catatan perkembangan
pasien.Kunjungan pra bedah ini dimaksudkan unruk
mendapatkan informasi mengenai status fisis pasien, membuat
rencana tindakan serta mendapatkan persetujuan tindakan dari
pasien dan atau keluarga. Untuk itu dokter operator melakukan

13
4.1.1 Pemberian Informasi Edukasi
Dokter operator memberikan informasi rencana
pembedahan kepada pasien dan atau keluarga mengenai
resiko pembedahan, manfaat yang di peroleh dari
pembedahan serta komplikasi yang mungkin terjadi,
selain itu juga alternative lain yang berhubungan dengan
prosedur bedah yang akan dilakukan. Begitu juga jika
dibutuhkan darah maka dokter menjelaskan mengenai
resiko dan manfaat maupun alternatif kebutuhan darah
tersebut
Standing Order
a. STANDING ORDER OPERASI ELEKTIF
PADA ANAK ≤ 18 TAHUN
1) Puasa minimal 6 – 8 jam untuk makanan
padat, 4 jam untuk susu dan untuk air bening
(air putih / teh) 3 jam sebelum operasi
2) Laboratorium
1) Darah Rutin
2) Waktu pembekuan dan perdarahan
(CT,BT atau PT, APTT)
3) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien
dengan adanya kelainan-kelainan bawaan)
a) Laboratorium Darah Rutin
b) Waktu pembekuan dan perdarahan
(CT,BT, atau PT dan APTT)
c) Ureum creatinim k/p
d) Elektrolit k/p
e) Gula darah sewaktu k/p
f) Albumin k/p
4) Rogent Thorak
5) Konsultasi: anestesi, pediatric, disiplin ilmu
lain sesuai indikasi : (pulmunologi,
cardiologi).

b. STANDING ORDER OPERASI ELEKTIF


PADA DEWASA UMUR 18 – 55 TAHUN
1) Puasa minimal 6 – 8 jam untuk makanan
padat 4 jam untuk susu dan untuk air bening
(air putih / teh) 3 jam sebelum operasi
2) Laboratorium
a) Darah Rutin
b) Waktu pembekuan dan perdarahan
3) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien
dengan adanya kelainan-kelainan bawaan)
a. Laboratorium Darah Rutin
b. Waktu pembekuan dan perdarahan
(CT,BT atau PT dan APTT)
c. Ureum creatinim diatas diatas 40 tahun
d. Natrium,Kalium dan Klorida (elektrolit
lain bila
dibutuhkan) k/p
e. Gula darah sewaktu
f. Albumin k/p
4) HBsAguntuk tindakan obgyn ( Sectio
caesaria)
5) Rogent Thorak
6) EKG umur diatas 35 tahun atau sesuai
indikasi (riwayat penyakit jantung

14
sebelumnya, dicurugai menderita penyakit
jantung, gangguan elektrolit)
7) Konsultasi : anestesi, penyakitdisiplin ilmu
lain sesuai indikasi : (pulmunologi, cardiologi
dan rehabilitasi). Konsultasi dapat ditunda
bila kondisi sangat mengancam jiwa.

c. STANDING ORDER OPERASI ELEKTIF


PADA USIA DIATAS 55 TAHUN
1) Puasa minimal 6 – 8 jam untuk makanan
padat 4 jam untuk susu dan untuk air bening
(air putih / teh) 3 jam sebelum operasi.
2) Anti Emetik (anti muntah) dapat diberikan 30
menit – 1 jam sebelum tindakan
3) Laboratorium
a) Darah Rutin
b) Waktu pembekuan dan perdarahan
4) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien
dengan adanya kelainan-kelainan bawaan)
a) Laboratorium Darah Rutin
b) Waktu pembekuan dan perdarahan
(CT,BT atau PT dan APTT)
c) Ureum creatinim
d) Natrium,Kalium dan Klorida (elektrolit
lain bila dibutuhkan)
e) Gula darah sewaktu
f) Liver fungsi tes
5) Rogent Thorak
6) EKG
7) Konsultasi wajib : Kardiologi, penyakit
dalam, anestesiologi
8) Konsultasi tambahan : penyakitdisiplin ilmu
lain sesuai indikasi / bila dibutuhkan

4.1.2 Site Marking


Site marking dilakukan untuk pemberian tanda pada lokasi
operasi dengan menggunakan spidol khusus marking
warna hitam oleh Dokter Bedah dan di dampingi Perawat
bedahatau Perawat ruang rawat inap atau rawat jalan atau
Perawat gawat darurat, terhadap pasien yang akan
dilakukan tindakan pembedahan yang tepat dan akurat.

4.1.3 Persiapan Mental


a. Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi
serta resiko yang harus dihadapi dalam menjalani
operasi ini. Lakukan Informed Consent sesuai
prosedur.
b. Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik
agar tegar menghadapi tindakan operasi yang akaan
dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut
keyakinannya masing-masing.
c. Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan
mendukung secara moril.

4.1.4 Persiapan Area Operasi


Persiapan area operasi adalah Tata cara mempersiapkan
area pada tubuh pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan, dengan tujuan menyiapkan area operasi

15
untuk menghindari dari infeksi nosokomial. Bilamana pada
daerah sekitar insisi ditumbuhi bulu atau rambut maka
lakukan pembersihan dan pencukuran, dan disesuaikan
dengan jenis tindakan pembedahan.

Pasien akan diantar oleh perawat ruangan ke kamar


bedah dan diserah terimakan kepada perawat kamar
operasi (perawat Anestesi & perawat bedah) dengan
bertujuan :
a. Dapat diketahui rencana program tindakan dan
pelaksanaan operasi oleh petugas ruangan dan kamar
operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil
dengan baik dan mengutamakan keselamatan pasien.
b. Dapat Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan
persiapan khusus lainnya yang dibutuhkan untuk
menunjang pelaksanaan operasi tersebut.
Ada beberapa hal dalam penerimaan pasien yang harus
dilakukan :
a. Identitas pasien
b. Kelengkapan status atau rekam medis (RM)
c. Surat persetujuan tindakan operasi, dari pasien
atau keluarga
d. Memeriksa lokasi operasi (site marker), gigi
palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, peniti,
jepit rambut, lipstick dan asesoris lainnya.
e. Menilai keadaan umum pasien dan keadaan
puasa
f. Hasil pemeriksaan penunjang : laborat, Rongen

4.2 Perawatan Selama Pembedahan ( Durante Bedah)


1. Melaksanakan orientasi
Komunikasi kepada pasien untuk memberikan penjelasan
mengenai tenaga, situasi dan peralatan yang ada dikamar
operasi yaitu :
a. Memberi dukungan mental
b. Melakukan Surgical Safety Checklist
c. Jelaskan kembali tentang fasilitas yang ada disekitar meja
operasi.
d. Mengenalkan pasien kepada dokter bedah, asisten (dokter /
perawat bedah), perawat scrube nurse dan dokter anestesi
e. Memberikan penjelasan tentang tahap-tahap pembiusan
secara singkat dengan bahasa yang mudah dimengerti.
2. Melakukan fiksasi
Memasang sabuk pengaman agar pasien tidak jatuh dari meja
operasi dan tidak mengganggu jalannya operasi.
3. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik antara lain : infuse
dan bed site monitor dan thermometer.
4. Membantu pelaksanaan pembiusan
a. Anestesi local
b. Anestesi regional (lumbal / spinal)
c. Anestesi umum
5. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan
pembedahan
6. Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah
pembedahan.
Desinfeksi lapangan operasi dapat dilakukan oleh dokter bedah
atau asistennya (dokter / perawat) dengan menggunakn porsef
steril / sponge holding forsep.Daerah tempat sayatan operasi
dan sekitarnnya harus dibersihkan dengan memakai antiseptic,
sebelum ditutup dengan alat tenun steril.

16
7. Memasang duk steril (drapping)
Memasang duk duk steril merupakan suatu prosedur menutup
pasien diatas meja operasi dengan menggunakan alat tenun
yang steril, bertujuan memberi batas tegas daerah steril atau
daerah pembedahan, setelah permukaan kulit dilakukan
desinfeksi.
8. Membantu pelaksanaan tindakan setelah mendapatkan
persetujuan dari dokter anestesi. Semua anggota team
bekerjasama sesuai dengan peran dan fungsinya.
9. Memeriksa kelengkapan instrument dan alat lain agar tidak
tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi tertutup
dengan cara :
a. Hitung kain kasa yang belum dipakai
b. Hitung jumlah kain kasa yang dipakai
c. Jika terdapat selisih antara jumlah kain kasa yang
disediakan dengan jumlah dari sisa kain kasa dan yang
terpakai harus segera lapor kepada dokter bedah atau
scrub nurse (perawat instrumen)
d. Sirkulating nurse bersama scrub nurse, mengulangi
menghitung jumlah kain kasa
e. Jika jumlah perthitungan kain kasa sudah selesai luka
dapat ditutup.
10. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
a. Persiapan
1) Menyiapkan label atau etiket yang berisi nama
pasien, No. RM,
jenis pemeriksaan serta tanggal
2) Menyiapkan tempat untuk setiap jenis bahan
pemeriksaan
3) Menyiapkan formulir pemeriksaan yang harus diisi
oleh dokter
bedah
b. Prosedur pengumpulan bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan diterima oleh scrub nurse kemudian
diserahkan kepada sirculating nurse
c. Sirculating nurse memeriksa ulang bahan pemeriksaan
dan etiket yang menempel dan kemudian mencatat dibuku
penunjukan hasil pemeriksaan. Dokter bedah mengisi
formulir dengan lengkap, sirculating nurse menyerahkan
bahan pemeriksaan dan formulir pemeriksaan yang telah
diisi lengkap kepada petugas atau keluarga pasien.
Penyerahan atau pengiriman bahan pemeriksaan dan
formulir tersebut harus dicatat dalam buku ekspedisi.
11. Menutup luka
Setelah selesai pembedahan, luka ditutup dengan kasa
steril. Sekitar luka dibersihkan dari bekas-bekas bekuan
darah dengan NaCL 0,9% kemudian diplester atau fiksasi.

12. Menyambung pipa drain


Pada jenis pembedahan tertentu, ahli bedah akan
memasang drain. Drain ini akan disambungkan dengan
konektor ke pipa drain yang telah dilengkapi dengan
penampung steril / urine bag atau barovac.
13. Pengawasan pasien durante operasi (airway, breating dan
circulation) serta Haemodinamik dilakukan monitoring
secara terus menerus.
14. Dokter operator menmbuat laporan operasi dalam Rekan
Medis pasien yang mencakup a.l :
a. Nama dokter dan asisten-asistennya
b. Diagnose pre dan post operasi

17
c. Jaringan yang diexcisi/incise
d. Nama prosedurnya
e. Macam pembedahan
f. Specimen untuk pemeriksaan
g. Tanggal, waktu mulai dan selesai operasi serta tanda
tangan dokter yang bertanggung jawab
h. Catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya
komplikasi selama operasi termasuk jumlah kehilangan
darah

4.3 Post operasi


4.3.1 Perawatan luka operasi
1) Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi
dicuci bersih dengan NaCL 0,9% steril. Pembersihan
dilakukan mulai dari luka sayatan meluas
kesekitarnya.
2) Luka operasi sebelum ditutup olesi luka dengan
povidone iodine, lalu kasa sterilpolos. Fixasi kasa
dengan Hypafix atau plester
3) Setelah masuk rawat inap perawatan luka
sebagaimana standar asuhan keperawatan
4.3.2 Membersihkan Pasien dan memberikan pakaian
1) Setelah area operasi dan sekitarnya dibersihkan
pasien dipindahkan kebrankar dengan hati-hati.
2) Bersihkan bagian tubuh pasien yang menempel pada
bed operasi dengan air bersih dan washlap. Miring-
mairingkan pasien untuk mencapai bagian itu.
3) Sambil dibersihkan, pakaian pasien disiapkan.
Kenakan pakaian pada pasien, serta selimuti ia.
4) Pasien pindah ke bed pasien dalam keadaan sadar /
tidak, pakaian dan tempat tidur rapi.

4.3.3 Recovery Room (RR) dan Pengawasan di ruang rawat


inap
1) Tempatkan pasien dalam RR sampai pasien sadar
betul.
2) Petugas OK melaksanakan tugas post operasi sambil
mengawasi pasien. Setelah selesai atau setelah
pasien stabil dan sadar betul ,pasien ditranfer ke rawat
inap.
3) Setelah selesai operasi pasien langsung ditransfer ke
ruang pulih sadarsampai pasien sadar betul dan
diawasi petugas ruang pulih. Tanggung jawab
pengelolaan pasien diruang pulih adalah petugas
anestesi. Bila sudah sadar betul / stabil, dapat
dipindahkan ke ruangan inapnya.

5. Pelayanan bedah diluar kamar operasi


Jenis pembedahan yang dapat dilakukan diluar kamar operasi
missal ; klinik bedah, UGD, Klinik gigi biasanya tindakan dengan
local anestesi missal : jahit luka, excisi kecil, angkat jahitan luka,
cabut gigi.
Persiapan pasien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

18
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan alat di instalasi bedah sentral dilakukan
sesuai kebutuhan. Perencanaan obat dibuat untuk obat yang belum
tersedia di kamar operasi. Sedangkan untuk peralatan dilakukan bila alat
belum tersedia atau penggantian alat yang rusak perlu ganti baru. Untuk
peralatan besar perencanaan ini masuk dalam program anggaran tahun
mendatang.

B. Permintaan & Pengadaan


1. Pengadaan barang
1.1. Obat / injeksi yang sering digunakan, pengadaan dilakukan jika
jumlah yang tersedia di kamar bedah berkurang setengah dari
jumlah stok yang tersedia, segera mungkin lapor petugas
administrassi untuk membuat bon permintaan (medic, obat, injeksi)
agar jumlah minimal selalu ada sesuai dengan jumlah stok
1.2. Yang termasuk dalam aktiva tetap seperti instrument atau peralatan
kantor, dilakukan jika instrument / peralatan ada yang rusak dan
tidak bisa diperbaiki lagi, maka alat yang rusak tersebut akan di
ganti dengan yang baru. Tapi apabila masih bisa diperbaiki, maka
dilaporkan untuk perbaikan barang.

2. Permintaan barang
2.1. Petugas administrasi membuat bon permintaan barang (obat-
obatan dan sarana medis) ke bagian gudang apotik dengan cara
mengetik kode barang yang diminta otomatis akan muncul diskripsi
nama barang lalu masukan jumlah barang yang diminta
2.2. Bon permintaan dicetak rangkap 2 (dua) dan ditanda tangani oleh
kepala bagian
- Lembar 1 diserahkan ke farmasi
- Lembar 2 sebagai arsip kamar bedah
2.3. Petugas gudang akan memberikan barang-barang yang diminta
beserta bukti penyerahan
2.4. Petugas gudang dan petugas administrasi bersama-sama
menghitung dan mencocokan jenis dan jumlah barang yang diminta,
bila sudah tepat kedua petugas menadatangani bukti serah terima
barang
2.5. Untuk barang yang belum mempunyai kode computer, permintaan
menggunakan formulir permintaan barang rangkap 3 yang ditanda
tangani oleh kepala bagian
- Lembar 1 bagian gudang
- Lembar 2 bagian akutansi
- Lembar 3 arsip
2.6. Permintaan ke gudang dilakukan tiap 2 minggu sekali
2.7. Permintaan cito
- Beritahu petugas gudang adanya permintaan segera, apabila
barang yang dimaksud ada maka petugas administrasi
segera membuat bon permintaan ( prosedur 2.1. s/d 2.5. ).
Tapi jika barang tidak ada petugas pembelian / gudang obat
untuk mengusahakannya karena keadaan cito
2.8. Permintaan barang non medic
- Yang dimaksud barang non medic seperti : blangko-blangko,
alat tulis, alat kebersihan / rumah tangga, permintaan
ditujukan pada bagian logistik

19
- Petugas administrasi melakukan prosedur 2.1 s/d 2.5. diatas
- Permintaan ke logistic dilakukan pada
 Senin untuk alat kantor / alat tulis
 Rabu untuk alat rumah tangga
 Jumat untuk bahan-bahan cairan
2.9. Permintaan linen ke bagian rumah tangga
- Permintaan linen biasanya dilakukan bila robek dan tidak bisa
digunakan lagi atau jumlah yang tersedia di kamar bedah
tidak cukup
- Untuk keadaan robek dan masih bisa diperbaiki akan dibawa
ke bagian penjahit, catat jumlah dan jenis barang pada yang
blangko permohonan perbaikan yang telah ditanda tangani
oleh kepala ruang.
- Sedangkan linen yang tidak bisa diperbaiki akan ditukar
dengan yang baru sesuai dengan jumlah dan jenis yang
diminta sertakan bukti penyerahan yang telah ditanda tangani
kepala bagian.
C. Monitoring & Evaluasi
1. Semua arsip permintaan barang medic maupun non medic disimpan
guna inventaris tiap akhir bulan
2. Semua petugas kamar bedah yang menggunakan obat / barang
medic mencatat jenis dan jumlahnya pada buku aktivitas.
3. Petugas penanggung jawab farmasi menjumlah total pamakaian
sehari dan untuk selanjutnya akan dijumlahkan tiap akhir bulan,
pada tiap akhir bulan petugas inventaris menjumlah semua stok
yang ada untuk selanjutnya dilakukan pencocokan jumlah obat/alat
yang diminta apakah sama dengan yang dipakai ditambah stok yang
masih ada.
4. Hasil penghitungan inisebagai inventaris laporan bulanan.

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di RS


menjadi lebih aman.System ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya.
Upaya peningkatan keselamatan ini mencakup kegiatan untuk mencegah
terjadinya kesalahan - kesalahan yang di ketahui dan tampak, serta upaya
untuk mengurangi akibat dari kesalahan tersebut dengan mengacu pada
kegiatan enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit

Sasaran I . Ketepatan Identifikasi Pasien

Ketepatan Identifikasi Pasien di kamar bedah mencakup hal-hal berikut :


 Setiap pasien yang masuk kamar bedah harus dan telah
dipasangkankan Gelang Identitas pasien
 Nomor kamar dan nomor bed tidak boleh digunakan untuk
identifikasi
 Setiap formulir rekam medic harus diberi identitas dengan
menggunakan stiker identitas pasien
 Prosedur identifikasi pasien harus menggunakan pertanyaan aktif
dan pasien mampu menjawab minimal dua dari empat identitas
diantaranya : nama, tanggal lahir, alamat dan nomor register.
 Jika pasien tidak bisa menyebutkan tanggal lahirnya akan
ditanyakan alamatnya
 Jika pasien tidak bisa menyebutkan nama ,tanggal lahir, alamatnya
ditanyakan nama orang tuanya bapak atau ibu dari pasien
 Dalam keadaan pasien tidak bisa menjawab pertanyaan karena
kondisinya, maka petugas identifikasi sebelum melakukan suatu
prosedur petugas harus melihat gelang identitas pasien dan
dicocokkan oleh 2 orang petugas.
 Prosedur identifikasi rawat jalan dengan menggunakan nama dan
alamat pasien dicocokkan dengan rekam medis pasien/nomor
rekam medis pasien
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah, sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan laboratorium klinis serta sebelum dilakukan tindakan
/prosedur.
 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewumenggunakan Gelang
identifikasi warna Pink untuk pasien wanita, biru muda untuk pasien
pria,kuning untuk pasien resiko jatuh, merah untuk pasien allergi dan
warna ungu untuk pasien dengan Do Not Resusitation (DNR )

Sasaran II. Peningkatan komunikasi yang efektif

Semua tenaga kesehatan dan staf pendukung pelayanan wajib melaksanakan


peningkatan komunikasi efektif . Peningkatan komunikasi efektif, meliputi:
1. Proses mencatat perintah atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah,
2. Membacakan kembali perintah atau hasil pemeriksaan yang ada
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi olah pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil

21
Teknik melakukannya dengan cara SBAR (Situation Background Assesment
Recommendation).
- Ucapkan salam (selamat pagi/siang/malam)
- Pastikan nama dokter penerima (apakah saya dapat bicara dengan
dokter.....?)
 SITUATION
- Jika benar sebutkan nama petugas (nama saya......,
perawat/petugas ruang......, akan melaporkan tentang.......)
- Sebutkan nama pasien, jenis kelamin, umur, keluhan utama saat
masuk rumah sakit, diagnose yang sudah ada atau diagnosa masuk.
- Sebutkan tujuan lapor : melaporkan kondisi terkini sebagai laporan
untuk terapi lanjut, atau untuk konsul.
- Informasikan tentang keadaan pasien saat ini diagnosis dan data
klinis pasien meliputi:
 Status kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, hasil tanda
vital, EKG, dsb).
 Status respirasi (frekuensi pernafasan, SpO2, analisa gas
darah, dsb)
 Status gastrointestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan,
dsb).
 Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb)
 Hasil laborat, penunjang lain

 ASSESMENT:
- Sebutkan problem pasien:
- Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dll)
- Problem gastrointentinal (perdarahan masif dan syok).

 REKOMENDASI:
- Kebutuhan memindahkan pasien ke ruang khusus, melihat pasien,
mewakilkan dokter lain untuk mengecek kondisi
- Informasikan terapi yang sudah diberikan
- Infomasikan tindakan yang sudah dilakukan sehubungan dengan
kondisi saat ini
- Apabila ada perubahan terapi kapan perlu dilakukan pengecekan
dan frekuensinya
- Catat semua rekomendasi atau instruksi dokter dalam rekam medis
pasien, Jangan membuat singkatan yang tidak baku pada catatan
hasil laporan. Catat di kolom perintah pengobatan
- Konfirmasi ulang ke dokter dengan cara membacakan ulang
instruksi dokter tersebut (read back)
- Dokter mengkonfirmasi apa yang dibacakan perawat/ petugas
tersebut, berupa tanda tangan di kolom perintah pengobatan
- Cek ulang instruksi dokter tersebut
- Beri stampel “ lapor doter via telepon”. Beri tanda dimana dokter
akan menanda tangani laporan tersebut sebagai verifikasi.

Pelaporan pasien kepada DPJP dilakukan pada saat:


- Pasien pertama kali datang ke rumah sakit (UGD/RPP)
- Pasien berada di ruang rawat inap/ICU/ Ruang bersalin/ Ruang
Peristi
- Pasien berada dalam kondisi buruk, sehingga harus dilakukan
pelaporan secara cito.
- Pasien menyatakan pulang atas permintaan sendiri atau meninggal
dunia

22
Metoda komunikasi SBAR, tidak hanya digunakan saat terjadi komunikasi
antara perawat dan dokter, melainkan juga dapat dimanfaatkan pada berbagai
situasi, seperti:
1. Situasi kritis atau waktu yang mendesak
2. Apabila diputuskan akan membuat suatu keputusan medis dan setiap
petugas memerlukan konsistensi terhadap rencana tindakan
3. Saat perawat atau dokter jaga menelpon dokter yang merawat pasien/
konsultasi melalui telepon
4. Saat serah terima tugas atau transisi
5. Apabila petugas membutuhkan kejelasan informasi.

Persiapan Sebelum Menelpon Dokter


Gunakan format Lembar Komunikasi SBAR/Catatan Terintegrasi
Rumah Sakit
1. Kaji kondisi pasien
2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pemeriksaan dan terapi terkini
4. Siapkan rekam medis pasien dan pahami keadaan pasien yang
mungkin akan ditanyakan oleh dokter yang merawat
5. Tulis hal-hal penting yang akan dilaporkan kepada dokter yang
merawat dalam lembar format komunikasi SBAR/catatan
terintegrasi
6. Catat semua rekomendasi yang diberikan oleh dokter yang
merawat dalam lembar format komunikasi SBAR/catatan
terintegrasi dan berikan paraf.
7. Pastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai
dengan cara mengulang kembali hal-hal yang diminta oleh dokter
yang merawat.

Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi


khususnya komunikasi melalui telepon maka lakukan mekanisme :
1. Tulis
Jika perawat / petugas menerima informasi / instruksi melalui
telepon maka perawat / petugas harus mendengarkan dengan
baik, sambil mencatat / menuliskan secara lengkap.
2. Baca
Perawat / petugas penerima informasi / instruksi setelah
mencatat, membacakan ulang semua instruksi / informasi.
3. Konfirmasi kembali
Perawat/petugas yang menerima instruksi, menyebutkan sekali
lagi hal penting yg diinstruksikan / direkomendasikan oleh
pemberi informasi / instruksi. Apabila diperlukan dapat dieja
terutama untuk nama obat LASA dan NORUM dengan metoda
phonetic alphabetic
4. Verifikasi
Setelah instruksi diberikan maka dokter yang memberikan
instruksi paling lambat 1 x 24 jam melakukan pengecekan
kembali atas instruksi yang diberikan dan menandatangani pada
formulir SBAR/catatan terintegrasi yang telah disediakan atau
dituliskan plus pada bagian konfirmasi jika dokter tidak dapat ke
RS untuk menandatangani dokumen (baik saat berhalangan atau
cuti)

23
Sasaran III. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

 Rumah sakit meningkatkan keamanan obat obatan yang perlu


diwaspadai
 Elektrolit konsentrat tidak berada di Unit pelayanan pasien,
Elektrolit hanya disimpan oleh apotik dan unit unit khusus yaitu
ICU, Unit Gawat darurat, HDN, Kamar Bersalin, dan Kamar
Bedah, disimpan dalam lemari khusus dengan diberi Label HIGH
ALERT dan dibatasi secara akses (Restrict acces )
 Pemberian obat elektrolit harus dilakukan doble cek.

Sasaran IV. Kepastian tepat lokasi, Tepat prosedur, Tepat pasien operasi

Kepastian tepat lokasi, Tepat prosedur, Tepat pasien operasi dilakukan


sebagai berikut :
I. Tata laksana verifikasi tepat pasien tepat sisi dan tepat prosedur
a) Verifikasi tepat pasien
Tim melakukan verifikasi tepat pasien dengan
menjalankan identifikasi pasien sesuai dengan SPO
identifikasi pasien
b) Verifikasi tepat sisi operasi
1) Petugas menanyakan kepada pasien dan atau
keluarga untuk menjelaskan sisi/ bagian mana
yang akan dilakukan tindakan operasi
2) Tim melakukan pencocokan terhadap hasil
asesmen dan lembar program operasi dan lembar
ceklist persiapan pra operasi terhadap penjelasan
pasien dan atau keluarga
3) Jika terjadi ketidak cocokan antara pasien dan hasil
asesmen maka lakukan klarifikasi ulang pada
pasien dan keluarga serta hasil asesmen, jika
masih tidak cocok konfirmasikan kepada dokter
yang merawat
c) Verifikasi tepat prosedur
1) Petugas menanyakan apakah pasien dan keluarga
sudah mendapatkan penjelasan dari dokter tentang
hasil pemeriksaan dan rencana tindakan yang akan
dilakukan
2) Apabila pasien dan atau keluarga menyatakan
sudah mendapat penjelasan tanyakan apakah
rencana tindakan yang akan dilakukan dan lakukan
pencocokan dengan Rekam Medik pasien dan
hasil pemeriksaan lainnya
3) Jika terjadi ketidakcocokan , periksa dan tanyakan
lagi pada pasien dan atau keluarga , jika masih
tidak cocok lapor dan tanyakan pada dokter
operator.

II. Tata laksana penandaan sisi operasi


1. Pasien dewasa dengan tingkat kesadaran penuh
a) Dokter bedah melakukan identifikasi pasien sesuai
dengan SPO identifikasi pasien
b) Dokter bedah melakukan asesmen lengkap pada
pasien sesaui dengan SPO asesmen bedah
c) Dokter bedah memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang hasil asesmen/pemeriksaan dan
rencan tindakan yang akan diambil sesuai dengan SPO
KIE rumah sakit
d) Dokter bedah harus meminta persetujuan kepada
pasien dan atau keluarga untuk melakukan tindakan

24
/operasi sesuai dengan asesmen yang ditemukan
sesuai dengan SPO Inform Consent
e) Setelah pasien setuju untuk dilakukan tindakan operasi,
dokter bedah menanyakan kembali sisi mana yang sakit
,
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan
tujuan kepada pasien bahwa akan dilakukan
penandaan sisi yang akan dioperasi, dengan
menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang
akan dioperasi , dokter bedah segera melakukan
penandaan dengan menggunakan spidol permanen
dengan tanda garis lurus( ) ± 5 cm tepat
pada sisi yang akan dioperasi

2. Pasien dewasa dengan tingkat kesadaran apatis sampai


dengan koma

a) Dokter bedah melakukan identifikasi pasien sesuai


dengan SPO identifikasi pasien
b) Dokter bedah melakukan asesmen lengkap pada
pasien sesaui dengan SPO asesmen bedah
c) Dokter bedah memberikan informasi kepada keluarga
tentang hasil asesmen/pemeriksaan dan rencana
tindakan yang akan diambil sesuai dengan SPO KIE
rumah sakit
d) Dokter bedah harus meminta izin kepada keluarga
untuk melakukan tindakan /operasi sesuai dengan
asesmen yang ditemukan sesuai dengan SPO Inform
Consent
e) Setelah pasien setuju untuk dilakukan tindakan
operasi, dokter bedah menanyakan kembali sisi mana
yang sakit ,
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan
tujuan kepada kelurga bahwa akan dilakukan
penandaan sisi yang akan dioperasi, dengan
menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang
akan dioperasi , dokter bedah segera melakukan
penandaan dengan menggunakan spidol permanen
dengan tanda chek √ 5 cm tepat pada sisi yang akan
dioperasi

3. pada pasien bayi dan anak balita


a) Dokter bedah melakukan identifikasi pasien sesuai
dengan SPO identifikasi pasien
b) Dokter bedah melakukan asesmen lengkap pada
pasien sesaui dengan SPO asesmen bedah
c) Dokter bedah memberikan informasi kepada keluarga
tentang hasil asesmen/pemeriksaan dan rencan
tindakan yang akan diambil sesuai dengan SPO KIE
rumah sakit
d) Dokter bedah harus meminta izin kepada keluarga
untuk melakukan tindakan /operasi sesuai dengan
asesmen yang ditemukan sesuai dengan SPO Inform
Consent
e) Setelah pasien setuju untuk dilakukan tindakan
operasi, dokter bedah menanyakan kembali sisi mana
yang sakit ,

25
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan
tujuan kepada kelurga bahwa akan dilakukan
penandaan sisi yang akan dioperasi, dengan
menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang
akan dioperasi , dokter bedah segera melakukan
penandaan dengan menggunakan spidol permanen
dengan tanda garis chek( √ ) 5 cm tepat
pada sisi yang akan dioperasi

4. Pada pasien dengan kondisi emergensi dan tidak ada keluarga


Dokter bedah tetap melakukan penandaan sisi operasi sesuai
dengan hasil asesmen
Ketika pasien telah tiba di kamar bedah dilakukan verifikasi lagi dengan
menggunakan ceklist daftar tilik keselamatan pasien operasi, yang isinya
sebagai berikut :
A. SIGN IN
Sign in, merupakan verifikasi pertama saat pasien tiba diruang
teriama atau ruang persiapan
1. Evaluasi kembali rekam medis pasien yang bersangkutan
berkaitan dengan identitas, hasil pengukuran vital sign terakhir,
perlengkapan dokumen termasuk surat persetujuan
pembedahan atau formulir persetujuan operasi
2. Riwayat alergi
3. Resiko kehilangan darah saat pembedahan
4. Resiko gangguan jalan nafas
5. Konfirmasi lokasi pada tubuh yang akan dimanpulasi oleh
pembedahan
6. Konfirmasi kesiapan peralatan serta cara anestesi yang akan
digunakan

B. TIME OUT
Verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap di atas meja
operasi, sudah dalam keadaan terbius, dimana tiem anestesi dalam
keadan siaga dan tiem bedah telah dalam posisis steril
1. Team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi
insisi pada tubuh pasien, prosedur yang akan di jalankan dan
kemungkinan kesulitan teknik pembedahan yang dihadapi
selama proses berlangsungnya operasi
2. Disisi lain perawat bedah di wajibkan untuk menyatakan
kesiapan alat / instrument, keadaan sterilitas alat dan termasuk
perhitungan jumlah kasa
3. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat
antibiotika profilaksis yang telah diberikan beserta hasil
pemeriksaan penunjang seperti x-ray dan lain-lain yang sewaktu-
waktu mungkin diperlikan operator ketika menjalankan
operasinya
4. Kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi
menjadi kewajiban team anestesi untuk menyampaikanya

C. SIGN OUT
Sesaat setelah operasi, sebelum pasien dikeluarkan dari ruang
operasi, dipastikan kembali beberapa hal menyangkut nama
prosedur yang telah dikerjakan sebelumnya
1. Perhitungan jumlah instrument, jarum dan kasa secara benar jika
digunakan selama operasi serta catatan juka ada permasalahan
pada alat atau bahan habis pakai lainya. Pemberian label sesuai
identitas pasien pada jaringan yang telah diangkat dari tubuh
pasien juga menjadi perhatian pada tahap ini

26
2. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anestesi
menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa
pemulihan pasien dan perawatan pasca operasi selanjutnya

Sasaran V. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Pencegahan Infeksi terkait dengan Kebersihan Tangan


 Semua staf kamar bedah harus mampu melakukan kebersihan
Tangan (cuci tangan 6 langkah menurut WHO ) sesuai dengan
Panduan yang berlaku
 Kebersihan tangan bisa dilakukan secara social, procedural dan
surgical
 Kebersihan tangan secara procedural dilakukan bila petugas
akan melakukan suatu prosedur yang aseptic
 Kebersihan tangan surgical dilakukan di Unit Kamar Bedah jika
petugas akan melakukan Prosedur Pembedahan
 Kebersihan tangan dilakukan pada saat 5 moment yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum melakukan tindakan aseptic
4. Setelah memegang darah dan cairan tubuh
pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

 Kebersihan tangan dengan air mengalir jika tangan terlihat kotor


 Kebersihan tangan dengan Hanrub berbasis alcohol jika tangan
kita terlihat bersih

Sasaran VI. Pengurangan resiko pasien jatuh

 Rumah sakit telah menerapkan assesmen awal resiko jatuh bagi


mereka yang pada hasil assesmen dianggap beresiko
 Untuk mengetahui pasien resiko jatuh, pasien dikenakan gelang
berwarna kuning
 Untuk pasien yang tingakat kesadaran menurun, pada saat
tindakan perlu dilakukan restrein
 Semua tempat tidur di kamar operasi telah dilengkapi dengan
penutup
 Setiap pasien post operasi dianggap beresiko jatuh karena
pengaruh anestesi

27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Penanganan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja disini adalah kecelakaan yang terjadi dari karyawan
berangkat dari rumah ke tempat kerja, kejadian di tempat kerja dan dalam
perjalanan dari tempat kerja ke rumah dengan rute yang sama. Bila terjadi
kecelakaan kerja, karyawan yang bersangkutan / keluarga karyawan /
rekan karyawan melaporkan kepada kepala bagian terkait untuk setrusnya
dilaporkan ke bagian SDM paling lambat 2 x 24 jam. Penanganan
kecelakaan akibat kerja dilakukan di UGD RSUD Pringsewu. Apabila
kecelakaan terjadi diluar RSUD Pringsewu maka penanganan dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat untuk selanjutnya di tangani atau
di rujuk ke RSUD Pringsewu.

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Lingkungan kamar operasi
APD yang di kenakan :
- Baju khusus kamar operasi
- Topi
- Masker bedah
- Sandal tertutup
2. Asisten operasi
APD yang dikenakan :
- Apron plastik disposible
- Jas / gaun operasi steril
- Topi
- Masker bedah
- Sandal tertutup
- Sarung tangan steril
- Kaca mata
3. Saat melakukan pembersihan
APD yang dikenakan :
- Topi
- Masker
- Sandal tertutup
- Sarung tangan

28
C. Program Pemeriksaan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan
bekerja di RSUD Pringsewu, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksan
darah rutin, pemeriksan kimia darah, tes kehamilan ( khusus wanita)
rectal swab untuk petugas gizi, Rongen thorax, TKMI ( khusus dokter
umum, dokter gigi, dan dokter spesialis)

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala


Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan
bergabung dengan RSUD Pringsewu, dilakukan secara berkala 1
(satu) tahun sekali dengan tujuan untuk mempertahankan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Jenis pemeriksaan berkala
disesuaikan dengan jenis jabatan dan kondisi ruang kerja karyawan
yang sedang sakit.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus


Dilakukan sebelum karyawan ditempatkan di area/tindakan resiko
tinggi.MCU pertama : penting untuk ditanyakan riwayat imunisasi
sebelumnya.Pelaksanaan imunisasi dilaksanakan oleh staf yang
kompeten bekerja sama dengan Bagian SDM.Ada informed
consent.Penanganan komplikasi paska vaksinasi.Karyawan dengan
status HIV, Hepatitis B, Hepatitis C positif tidak boleh melakukan
prosedur invasive/risiko tinggi.

4. Pemeriksaan Kesehatan di Akhir Masa Kerja


Dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja.Dilakukan
pada akhir masa kerja ( usia pensiun ).Tidak dilakukan apabila
karyawan mengundurkan di tengah masa kerja atau diberhentikan dari
pekerjaan.Bila ditemukan bukti penyakit akibat kerja, Bagian SDM akan
membuat laporan ke BPJS Ketenagakerjaan.

29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Kalibrasi merupakan bagian dari jaminan mutu yang dilakukan setahun
sekali dan sebelum alat dipergunakan dilakukan QC untuk menjaga dan
menjamin peralatan siap dipergunakan .
Jenis peralatan yang di kamar operasi yang perlu kalibrasi
1. Cauter
2. Monitor pasien
Setiap hari pemeriksaan harian setiap alat (QC dan kalibrasi harian):
a. Menghidupkan alat
b. Kalibrasi alat
c. Dibuat catatan harian kondisi alat, apakah baik atau tidak untuk
dioperasikan.
d. Dibuat laporan alat-alat yang rusak dan tidak bisa dipergunakan.

B. Preventive Maintenance Alat


Preventive Maintenance adalah Pemeriksaan dan Pemeliharaan kondisi
alat yang dilakukan secara berkala dan telah dijadwalkan untuk menjamin
supaya alat-alat bisa berjalan dengan baik diperlukan perawatan rutin
termasuk kebersihan alat.
a. Kebersihan Setelah Pemakaian
- kebersihkan dari debu ,
- cairan yang tumpah / terpercik dari pasien karena akan
membuat peralatan menjadi cepat berkarat, atau sisa obat-
obatan. Gunakan bahan pembersih sesuai rekomendasi pabrik
- Melakukan pemanasan alat sebelum alat dipakai
- Mengecek suhu agar optimal untuk operasional alat
b. Pelumasan
Bagian-bagian yang bergerak perlu diberi pelumas seperti roda gigi
serta roda penggerak lainnya.Bahan pelumas harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik.Hal ini berkordinasi dengan bagian IPSRS /
teknisi.
c. Pemeriksaan Mesin
Pastikan semua fungsi pada mesin tersebut dapat berfungsi dengan
baik, sesuai dengan batas toleransi yang diizinkan.
d. Kalibrasi
Pesawat harus dikalibrasi, agar bila ada penyimpangan dapat
dikoreksi segera. Kalibrasi dilakukan oleh badan yang berwenang
e. Dilakukan perbaikan jika alat terjadi trouble

C. Corrective Maintenance Alat


Corektive Maintenance adalah adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki peralatan jika ada kerusakan termasuk penyetelan dan
perbaikan mesin sehingga alat bisa dipakai kembali
Jika ada kerusakan mesin yang ringan, cukup memanggil teknisi intern
rumah sakit. Jika ada kerusakan berat, langsung menghubungi vendor
- Trouble shooting
Dimulai dari analisa laporan kerusakan, oleh sebab itu laporan harus
dibuat sesuai dengan kronologi kejadian kerusakan, sehingga
pekerjaan perbaikan menjadi lebih terarah dan lebih cepat diatasi.
Jika alat tidak dapat berfungsi yang perlu dilakukan adalah
- Cek kelistrikan
- Hidupkan alat
- Restart alat
- Cek fungsi tombol

30
- Jika fungsi tombol tidak bisa hubungi tehnisi Rumah sakit atau
tehnisi rekanan
- Penggantian suku cadang
Jika diperlukan penggantian suku cadang sangat dianjurkan
menggunakan suku cadang asli dari pabrik. Memodifikasi dari merk lain
sangat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan pada
bagian lain.
- Readjustment
Setelah dilakukan peralatan berfungsi seperti sedia kala, harus dilakukan
readjustment agar tidak terjadi penyimpangan pada out put mesin.
- Uji fungsi
Sebelum mesin digunakan dengan pasien, uji fungsi harus dilakukan
untuk memastikan bahwa mesin telah benar-benar kembali berfungsi
dengan baik.
Pengujian alat meliputi :
a. Alat baru – Acceptence test
b. Maintenace – Periodik Test
c. Perbaikan – korektive
Keuntungan dari pengujian tersebut adalah
1. Diperolehnya data yang terukur tentang kinerja suatu peralatan
2. Data awal ( accepten test) digunakan sebagai acuan pengukuran
kepatuhan (compliance test) periodik berikutnya
3. Mengetahui konsistensi dan penurunan fungi peralatan
4. Penyimpangan secara dini dapat diketahui
5. Segera dapat dilakukan perbaikan sebelum kerusakan yang lebih
parah
6. Tingkat keselamatan dan keamanan selalu diketahui

D. Pendidikan dan Pelatihan staf


a. Seiap pegawai yang baru masuk / bergabung dengan RSUD
Pringsewudilakukan program orientasi, yang dibagi dalam 2 tahap
1. Tahap I Orientasi Umum :
Materi yang diberikan meliputi :
a. Administrasi Personalia
b. Visi, Misi, Moto Rumah Sakit
c. Struktur organisasi Rumah Sakit
d. Penggajian
2. Tahap II Bagian Kamar Bedah/ Orientasi khusus
Materi yang diberikan meliputi :
- Mengenal Visi, Misi dan Moto kamar bedah
- Mengenal stuktur orgasnisasi kamar bedah
- Adminstrasi
- Pengenalan tempat / ruang dan alat-alat bedah
- SPO Kamar Bedah

b. Pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan Rumah Sakit baik
internal maupun external, a.l :
Pelatihan umum :
- K3
- Blue Code
- PPGD
- Service Excellen
- Patien safety
- PPI : Hand Hygine
- Peningkatan mutu
Pelatihan khusus :
- BSORN
- Asistensi Endourologi
- Asistensi Laparaskopy
- Asistensi Bedah mata

31
Setelah pengangkatan sebagai karyawan tetap di bagian kamar bedah,
secara bergilir akan mendapatkan pelatihan Basic Skill Operating Room
For Nurse (BSORN) serta pelatihan-pelatihan lain yang berhubungan
dengan kamar bedah yang diselenggarakan oleh Himpunan Perawat
Kamar Bedah (HIPKABI) baik tingkat Regional atau Nasional.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini berkoordinasi dengan bagian
DIKLAT Rumah Sakit dan masuk dalam program tahunan kamar bedah.

E. Indikator mutu pelayanan

Judul Indikator : Keterlambatan waktu pelaksanaan operasi


Definisi Operasional : Keterlambatan pelaksanaan operasi elektif
tidak lebih dari 2 jam
Bagian / Unit : Kamar bedah
Person In Charge : Kepala Bagian
Kepala Ruang
Kebijakan Mutu :
Rasionalisasi : Keterlambatan penanganan pasien operasi
akan mempengaruhi psikis pasien dan
menimbulkan rasa cemas sehingga akan
mempengaruhi perubahan vital sign
Formula Kalkulasi : Jumlah pasien yang terlambat penanganan
operasi/blnX 100%
Jumlah pasien operasi dalan/bulan
Numerator :
Denominator :
Kriteria Inklusi : Hanya seluruh operasi elektif
Kriteria Ekslusi : Operasi cito
Metodelogi : Retrospektif
Pengumpulan Data
Tipe Pengukuran : Outcame : data diambil sewaktu pelaksanaan
sign in
Sumber Data : Daftar rencana operasi elektif
Waktu pelaksanaan sign in
Waktu Pelaporan : Pada tanggal 10 setiap bulanya
Frekuensi Pelaporan : Satu bulan sekali
Target Kinerja : ……. %
Jumlah Sampel : Total populasi
Area Monitoring : Kamar bedah
Rencana Komunikasi : Rapat rutin, morning briefing , gugus kendali
ke Staf mutu
Referensi : SK Dir No : 060/SK/DIRUT/XI/2014 Tentang
kebijakan pelayanan instalasi Kamar Bdah dan
Unit sterilisasi

Judul Indikator : Penghitungan instrument sebelum operasi


mulai dan sebelum operasi di tutup
Definisi Operasional : Penghitungan instrument sebelum operasi
mulai dan sebelum operasi ditutup adalah
mencocokan jumlah instrument termasuk juga
kasa yang dipakai saat operasi jumlahnya
harus sama
Bagian / Unit : Kamar bedah
Person In Charge : Kepala Bagian
Kepala Ruang
Kebijakan Mutu :

32
Rasionalisasi : Dengan dilakukan penghitungan instrument
sebelum operasi dimulai dan sebelum operasi
ditutup diharapkan jumlah instrument
termasuk kasa yang dipakai harus sama untuk
mencegah hilang / tertinggalnya
instrument/kasa dalam tubuh pasien.
Formula Kalkulasi : Jumlah instrument yanghilang /blnX 100%
Jumlah pasien operasi dalan/bulan
Numerator :
Denominator :
Kriteria Inklusi : Semua tindakan open operasi
Kriteria Ekslusi : Tindakan close operasi
Metodelogi : Concurrent / periode berjalan
Pengumpulan Data
Tipe Pengukuran : Proses dan Outcame : data diambil sewaktu
pelaksanaan penghitungan dan laporan
kehilangan
Sumber Data : Chek list laporan perawatan intra operasi
Waktu pelaksanaan sign out
Waktu Pelaporan : Pada tanggal 10 setiap bulanya
Frekuensi Pelaporan : Satu bulan sekali
Target Kinerja : ……. %
Jumlah Sampel : Total populasi
Area Monitoring : Kamar bedah
Rencana Komunikasi : Rapat rutin, morning briefing , gugus kendali
ke Staf mutu
Referensi : SK Dir No : 060/SK/DIRUT/XI/2014 Tentang
kebijakan pelayanan instalasi Kamar Bdah dan
Unit sterilisasi

33
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman pelayanan bedah ini sangat penting karena bermanfaat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan perioperatif di rumah sakit.Buku ini
bersifat teknis dan praktis sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk kerja
bagi petugas yang bekerja di kamar bedah dan sarana belajar bagi para
mahasiswa yang bertugas di kamar bedah.
Dengan adanya buku pedoman ini yang merupakan langkah awal proses kerja
yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak dalam penerapan untuk mencapai tujuan yang baik
Dalam menyusun pedoman ini sangat banyak kekurangan untuk itu akan
dilakukan evaluasi dan revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan masa kini, untuk itu saran dan masukan yang mendukung
dalam mengevaluasi buku ini kami ucapkan terimakasih

Ditetapkan di Pringsewu,
Pada tanggal : 2 juli 2018
Direktur RSUD Pringsewu

Dr. Teddy,Sp.PD
NIP.19710902 2002212 1 006

34

You might also like