Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang
menimbulkan stress.Orang yang mengalami pembedahan mempunyai
resiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat
merupakan ancaman kehidupan.Penyulit dapat disebabkan oleh aspek
manusia / tenaga, fasilitas / alat dan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan.
Kesalahan-kesalahan selama operasi antara lain kesalahan insisi pada
posisi yang akan dilakukan operasi, kesalahan dalam memberi label
pada specimen patologi, kesalahan tranfusi dan obat-obatan, sehingga
pasien sangat rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh kesalahan
– kesalahan tersebut saat menjalani operasi sedangkan pasien dan
keluarga menempatkan / memberikan kepercayaan kepada perawat
kamar bedah dan petugas bedah lainya untuk meyakinkan bahwa
pasien menerima pelayanan yang efektif dan mengutamakan
keselamatan.
Bahaya yang dapat di hadapi perawat kamar bedah dan tim bedah
lainya antara lain terpotong, tertusuk, tergores dalam penggunaan pisau
bedah, terpapar gas anestesi, obat-obatan dan radiasi. Penggunaan
cairan pembersih, desinfektan dan alat sterilisasi dapat merusak kulit,
lapisan membran dan system pernafasan, kontak dengan permukaan
panas, peralatan listrik dapat menyebabkan kulit terbakar, masalah otot
dan tulang serta nyeri punggung akibat posisi yang salah dalam
memindahkan pasien, stress dan jenuh yang disebabkan oleh jadwal
dinas, kerja malam dan factor psikologi lainya, waktu kerja yang
melebihi batas waktu yang telah di tentukan karena kekurangan perawat
kamar bedah sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan kesalahan
serta kecelakaan kerja. Sebuah penelitian menunjukan bahwa waktu
kerja perawat tidak boleh melebihi 12 jam dalam setiap jadwal dinas
atau 40 jam dalam satu minggu.
Meningkatkan keselamatan dari hasil yang optimal pada pasien yang
menjalani operasi dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan
kesempatan dalam pengembangan perawat kamar bedah secara
profesional dengan melakuan tindakan yang nyata dan salah satunya
adalah menyusun pedoman pelayanan bedah untuk mencegah
terjadinya bahaya yang di hadapi perawat kamar bedah dan pasien
yang menjalani operasi.Pedoman pelayanan bedah diharapkan dapat
dijadikan suatu tolok ukur bagi perawat kamar bedah dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar bedah guna
menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang
menjalani operasi.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Tujuan dari buku pelayanan kamar bedah ini adalah untuk memberikan
gambaran singkat mengenai kamar bedah serta membantu
memudahkan tenaga / karyawan baru dalam mengenal secara singkat
tentang kamar Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam
melaksanakan program orientasinya serta meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan di kamar bedah.
1
Tujuan Khusus
1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah
2. Adanya asuhan keperawatan kamar bedah
3. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah
4. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan jenis tindakan operasi berdasarkan spesialisasi
Pelayanan pembedahan yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah
umum,spesialis mata,spesialis THT, dan spesialis bedah orthopaedi
2
4. Pelayanan peri operatif adalah pelayanan pembedahan secara
menyeluruh yang meliputi :
a. Pelayanan pra operasi adalah kegiatan dimana dokter operator
melakukan kunjungan pra bedah untuk mendapatkan informasi
mengenai status kesehatan pasien sehingga operator dapat
membuat rencana tindakan pembedahan
b. Pelayanan durante operasi adalah suatu tahap dimana pasien
dilakukan pembedahan
c. Pelayanan post operasi adalah penatalaksanaan pasien setelah
dilakukan pembedahan serta pemantauan selama pemulihan
5. Pelayanan bedah diluar kamar operasi adalah kegiatan pembedahan
yang dapat dilakukan diluar kamar operasi missal ; klinik bedah, UGD,
Klinik gigi
6. Pelayanan ODC dan Rawat Jalan adalah mekanisme tindakan
pembedahan yang dilakukan pada pasien bedah sehari atau pasien
rawat jalan
7. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-undang republic Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
4. Peraturan Mentri kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik keperawatan
5. Keputusan Mentri Kesehatan RI No 1457/Menkes/SK/XII/2003
tentang Standar pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten
/ Kota
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
No Jadwal Dinas Jenis Tenaga Jumlah
1 Dinas Pagi Kepala Bagian 1
Pukul 07.00- Kepala Ruang 1
14.00 Wakil kepala ruang -.
Perawat Asisten 3 tim. @ 1 tim 2 6
orang 3
Perawat Anestesi -
Perawat RR -
Petugas Kebersihan -
Petugas Administrasi 1
2 Dinas Sore Perawat asisten 1tim 6
Pukul 14.00- Perawat Anestesi 1
21.00 Petugas Kebersihan -
-
1
3 Dinas Malam Perawat Asisten 1 tim 3
Pukul 21.00- Perawat Anestesi 1
07.00 Perawat RR -
Petugas Sterilan 1
C. Pengaturan jaga
Pelaksanaan pengaturan jaga diatur menjadi 3 (tiga) shiff kerja
Shiff Pagi jam 07.00 – 14.00 terdiri dari 3tim
Shiff Siang jam 14.00 – 07.00 terdiri dari 1 tim
Shiff Malam jam 21.00 – 07.00 terdiri dari 1 tim
Dalam satu tim terdiri dari 1 assisten bedah, instrument, 1 scrub nurse dan
dalam satu shiff ada1 petugas jaga RR yang membantu anestesi, Jika
diperlukan tenaga tambahan / operasi cito kamar bedah memberlakukan
system on call dengan menghubungi perawat yang tinggal di asrama atau
tempat tinggal yang terdekat dengan rumah sakit.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR FASILITAS
1. Kondisi Bangunan Dan Prasarana fisik
KETERANGAN
JENIS KELENGKAPAN
No.
1 Gedung Lokasi:
Mudah dicapai dari bagian-bagian lain
dirumah sakit khususnya unit gawat
darurat, unit perawatan intensif,
radiologi, patologi dan unit perawatan
bedah.
Tiap kamar masih menggunakan AC
split 2 PK dua buah dengan system
pembuangan menggunakan exhause
fan gas-gas buang anestesi di
keluarkan dengan pipa sehingga tidak
2 Ventilasi
ada penimbunan gas anestesi dalam
kamar bedah. Didaerah tropis suhu
udara antara19 – 22 C,. Kelembaban
Udaranya 55 % (50 – 60 %).
5
6 Tata Ruang 1. Ruang Persiapan
Pasien yang akan menjalani
pembedahan masuk keruangan
bedah melalui tempat ini. Pakaian dari
ruang perawatan diganti disini dengan
pakaian dari kamar bedah. Pasien di
pindahkan ke tempat tidur (transfer
bed). Pada ruangan ini pasien dibuat
agar tidak tegang atau takut dengan
bunyi-bunyian yang asing.
Perlengkapan ruangan ini adalah :
monitor pasien, meja emergency
lengkap, standar infuse, thermometer,
stetoskop, suction pump, timbangan
berat badan, lampu baca rongen,
oxygen sentral, wastafel dan
penerangan cukup.
2. Ruang Pemulihan
Ruangan ini digunakan untuk
menempatkan pasien-pasien post
bedah. Disini pasien dipantau, bila
keadaan sudah stabil pasien akan
dikembalikan keruang perawatan.
Sedangkan pada pasien post bedah
dengan resiko tinggi dari sini
dipindahkan keruang intensif.
3. Ruang Cuci tangan
Ruangan ini biasanya terletak
berdampingan dengan kamar bedah,
seolah-olah merupakan satu
kesatuan ruangan dengan kamar
bedah, antara ruang cuci tangan dan
kamar bedah harus ada kaca tembus
pandang sehingga petugas yang
sementara melakukan cuci tangan
dapat melihat dan mengetahui
keadaan di dalam kamar bedah
4. Kamar Operasi
Ruangan ini merupakan ruang
terbatas / ketat. Orang-orang yang
bisa masuk hanyalah para petugas
yang sedang bertugas. Orang-orang
yang tidak berkepentingan dilarang
masuk, ini untuk menjaga sterilisasi
dari rungan ini. Kamar bedah
mempunyai beberapa persyaratan
a. Bentuk
Sudut-sudut kamar bedah tidak tajam,
lantai dinding dan langit-langit
melengkung, lantai dan dinding
berlapis vinyl sehingga tidak berpori,
kedap air, tidak mempunyai
sambungan, warna lantai hijau
terang, warna dinding biru terang dan
tidak memantulkan cahaya dan
mudah dibersihkan serta tidak
menampung debu.
b. Ukuran
RSUD Pringsewu mepunyai 3 kamar
operasi 2 kamar berukuran 6m X 6m
6
2 kamar berukuran 6m X 5,5m.
dengan tinggi plafon 3,5 m.
c. Pintu
Tiap kamar memiliki 2 pintu : 1 pintu
untuk pasien dengan lebar 1,60 m X
2,10 m dan 1 pintu untuk petugas
lebar 0,80 m X 2,10 m. Pintu terbuat
dari alumunium dan kaca tipe swiging
door dan selalu tertutup, tidak
bersuara sehingga tidak menggangu
operator yang sedang bekerja.
d. System gas medis
Pemasangan gas medis secara
sentral memakai system pipa, jadi
tidak ada tabung gas berada didalam
kamar operasi. System perpipaan
melalui langit-langit dan dipasang di
dinding kemudian disambung dengan
pipa yang dapat ditarik sesuai dengan
keperluan. Pipa gas tersebut
dibedakan warnanya disertai petunjuk
untuk membedakan gas Nitrogen
oksida dan oksigen.
5. Ruang penyimpanan alat-
alat bedah
Penyimpanan alat-alat bedah ditata
dengan rapi dan dikelompokan
secara terpisah menurut jenis
operasinya seperti alat untuk bedah
syaraf, orthopedic, digestif, urologi,
dan lain-lain. Hal ini dimaksud untuk
memudahkan pencarian.
a. Ruang penyimpanan steril
Alat-alat di set sesuai dengan jenis
pembedahanya setelah steril
kemudian disimpan dalam lemari.
Untuk alat yang kecil-kecil dimasukan
dalam box
b. Ruang penyimpanan tidak
steril
Untuk alat yang belum steril
tempatkan pada kereta dorong untuk
siap disterilkan. Sedangkan untuk
linen atur pada lemari linen sebelum
di set.
6. Ruang ganti pakaian
Ruang ganti pakaian pria dan wanita
terpisah. Pada ruangan inilah para
petugas kamar bedah mengganti
pakaianya dari pakaian diluar dengan
pakaian khusus di dalam kamar
ruangan bedah. Ruangan ini
mempunyai perlengkapan sebagai
berikut : lemari pakaian / locker,
tempat menampung pakaian kotor
(pakaian yang habis dipakai diruang
bedah) dan cermin
7. Ruang istirahat
Ruang istirahat perawat dan dokter
terpisah. Tapi umumnya ruang
7
istirahat ini dipakai bersama-sama.
Juga ruang ini berfungsi sebagai
ruang makan para petugas kamar
bedah, antara lain : 1 (satu) set sofa,
peralatan makan minum, televisi,
lemari es, wastafel dan tempat
sampah tertutup.
5. Ruang administrasi dan
kantor
Fungsi ruang administrasi sebagai
berikut :
Melayani adminstrasi antara
ruangan bedah dengan rumah
sakit
Melayani administrasi antara
ruang bedah dengan bagian
atau unit lainya di rumah sakit
Menyediakan keperluan
administrasi dari pasien-
pasien yang akan dilakukan
pembedahan baik rawat inap
maupun rawat jalan (one day
care) dimana administrasi
disini berhubungan dengan
keuangan
Melayani contoh darah atau
jaringan dari pasien yang
sementara menjalani
pembedaha untukdisampaikan
ke laboratorium
Mencatat jadwal operasi untuk
hari berikutnya koordinasi
dengan unit perawatan
Kantor / Ruang Konsultasi
Dengan keterbatasan ruangan yang
ada, tempat ini sebagai ruang
konsultasi, ruangan ini mempunyai
pintu yang berhubungan dengan
daerah luar, karena sering kali kepala
ruang, kepala perawat bedah maupun
dokter perlu berhubungan dengan
orang luar antara lain tamu atau
keluarga pasien yang ingin
berkonsultasi sehubungan dengan
pasien sebelum dan sesudah
menjalani pembedahan.
6. Ruang pencucian peralatan
/ instrument
Alat-alat yang habis dipakai pada saat
pembedahan, sebelum di pak dicuci
terlebih dulu ditempat ini. Ruang
sterilisasi
Alat-alat yang telah dicuci dan di pak
kemudian di sterilkan di ruang ini
sebelum disimpan kembali. Alat untuk
mensterilkan alat-alat tersebut adalah
autoclave dan sterilisator kering
7. Ruang Farmasi
Diruangan ini tersimpan persediaan
obat-obatan, alat-alat kesehatan
8
seperti benang, kateter berbagai
ukuran, drain vacum, dll.
8. Koridor
Koridor disini merupakan ruang
berfungsi penghubung antar ruang.
Oleh karena itu koridor ini harus
cukup lebar untuk lalu lintas petugas,
pasien, dengan tempat tidur / brankat
serta alat-alat yang besar. Lebar
koridor 3m
9. Gudang
Pada ruangan ini berisi rak tempat
disimpanya alat-alat/sarana
penunjang missal : WSD, spalk
almunium dsb.
10. Ruang tunggu
Tempat keluarga atau pengantar
pasien menunggu. Tempat ini perlu
disediakan tempat duduk dengan
jumlah sesuai dengan aktivitas
pelayanan bedah yang dilaksanakan
di rumah sakit.
11. Spoelhok /slopsink
Fasilitas untuk membuang kotoran
bekas operasi khususnya yang
berupa cairan. Spoelhok dalam
bentuk bak atau kloset tanpa leher
angsa (water seal).
Pada ruang spoelhok juga harus
disediakan kran air bersih untuk
mencuci tempat cairan atau cici
tangan.
12. Kamar mandi / WC / Toilet
Fasilitas diatur sesuai denag
kebutuhan, dan harus dijaga
kebersihannya karena dengan kamar
mandi / WC / Toilet yang bersih maka
citra rumah sakit khususnya instalasi
kamar bedah akan baik.
7 Tempat Penampungan / Limbah cair dibuang ditempat khusus
Pengolahan Limbah Cair yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat
pengelolaan limbah cair rumah sakit
Limbah infeksi ditempatkan pada
tempat tertutup dan tidak mudah
bocor / kantong warna kuning dan
dimusnahkan
Seluruh limbah yang dihasilkan di
kamar bedah digolongkan menjadi
limbah berbahaya / B3
8 Tempat Penampungan / Limbah padat / anggota tubuh
pengolahan limbah padat ditempatkan dalam kantong atau
tempat tertutup lalu serahkan kepada
keluarga pasien dan beri penjelasan
untuk tidak dibuang sembarangan,
bila keluarga menolak selanjutnya
dibakar atau dikubur sesuai dengan
ketentuan rumah sakit.
9
2. Jenis Peralatan
a. Peralatan Medis Umum
1) Aparatur Anestesi unit 5 buah +1 Ventilator buah
2) Operating table 5 buah
3) Operating lamp (Ceiling Type) 5 buah
4) Electro Surgery Unit 4 buah
5) Suction unit ( Besar 4 dan kecil 5)
6) Patient Monitor 7 buah
7) Stetoskop 6 buah
8) Infusion Stand 14 buah
9) Pemeras infuse 2 buah
10) Mayo instrument table : 5 buah
11) Table instrument : 5 buah
b. Peralatan medis khusus
1) Opthalmic PACHO : 1 set
c. Peralatan Non Medis
1) Masker disposible
2) Schort bedah /apron disposible
3) Penutup kepala pasien /topi disposible
4) Baju pasien dewasa dan anak
5) Sandal/ sepatu tertutup
6) Sepatu Booth : 5 pasang
d. Peralatan di ruang persiapan
1) Monitor 1 buah
2) Infuse stand 4 buah
3) Termometer 1 buah
4) Stetoskop 1 buah
5) O2 sentral
6) Hospital bed 4 buah
7) Suction unit 1 buah
e. Peralatan di ruang pemulihan
1) Hospital bed 5 buah
2) Suction unit : 1 buah
3) Patient monitor : 1 buah
4) Stetoskop 1 buah
5) Infusion stand : 5 buah
f. Alat rumah tangga
Yang termasuk alat rumah tangga adalah :
1) Alat kebersihan : sapu, sikat lantai, lap kerja, mesin
penghisap debu (vacuum cleaner), alat penyikat lantai dan
ember
2) Alat makan dan minum
3) Meubel
g. Alat ukur
Untuk dapat memonitor kondisi pada kamar bedah diperlukan beberapa
alat ukur 2 buah, yaitu:
1) Thermometer suhu ruangan
2) Hygrometer pengukur kelembaban udara.
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
11
2) Operasi bedah urologi
a. Nefrostomi dan Nefrotomi
b. Nafrektomi Total
c. Hernia Inguinalis
d. Sectio Alta ( Batu Buli)
e. Hydrocele
f. Catheterisasi
g. Circumsisi
h. Orchiopeksi/UDT
i. Orchidektomi
j. Systostomi
k. Varicocele
l. Dilatasi/Bougie
12
i. Reparasi Lain Kelopak Mata (Mengembalikan Letak Pangkal
Bulu Mata)
j. Blepharoplasti
k. Pembuangan Bola Mata (Enucleasi)
l. Infeksi Mata Endoptalmitis
m. Insisi Cornea
13
4.1.1 Pemberian Informasi Edukasi
Dokter operator memberikan informasi rencana
pembedahan kepada pasien dan atau keluarga mengenai
resiko pembedahan, manfaat yang di peroleh dari
pembedahan serta komplikasi yang mungkin terjadi,
selain itu juga alternative lain yang berhubungan dengan
prosedur bedah yang akan dilakukan. Begitu juga jika
dibutuhkan darah maka dokter menjelaskan mengenai
resiko dan manfaat maupun alternatif kebutuhan darah
tersebut
Standing Order
a. STANDING ORDER OPERASI ELEKTIF
PADA ANAK ≤ 18 TAHUN
1) Puasa minimal 6 – 8 jam untuk makanan
padat, 4 jam untuk susu dan untuk air bening
(air putih / teh) 3 jam sebelum operasi
2) Laboratorium
1) Darah Rutin
2) Waktu pembekuan dan perdarahan
(CT,BT atau PT, APTT)
3) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien
dengan adanya kelainan-kelainan bawaan)
a) Laboratorium Darah Rutin
b) Waktu pembekuan dan perdarahan
(CT,BT, atau PT dan APTT)
c) Ureum creatinim k/p
d) Elektrolit k/p
e) Gula darah sewaktu k/p
f) Albumin k/p
4) Rogent Thorak
5) Konsultasi: anestesi, pediatric, disiplin ilmu
lain sesuai indikasi : (pulmunologi,
cardiologi).
14
sebelumnya, dicurugai menderita penyakit
jantung, gangguan elektrolit)
7) Konsultasi : anestesi, penyakitdisiplin ilmu
lain sesuai indikasi : (pulmunologi, cardiologi
dan rehabilitasi). Konsultasi dapat ditunda
bila kondisi sangat mengancam jiwa.
15
untuk menghindari dari infeksi nosokomial. Bilamana pada
daerah sekitar insisi ditumbuhi bulu atau rambut maka
lakukan pembersihan dan pencukuran, dan disesuaikan
dengan jenis tindakan pembedahan.
16
7. Memasang duk steril (drapping)
Memasang duk duk steril merupakan suatu prosedur menutup
pasien diatas meja operasi dengan menggunakan alat tenun
yang steril, bertujuan memberi batas tegas daerah steril atau
daerah pembedahan, setelah permukaan kulit dilakukan
desinfeksi.
8. Membantu pelaksanaan tindakan setelah mendapatkan
persetujuan dari dokter anestesi. Semua anggota team
bekerjasama sesuai dengan peran dan fungsinya.
9. Memeriksa kelengkapan instrument dan alat lain agar tidak
tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi tertutup
dengan cara :
a. Hitung kain kasa yang belum dipakai
b. Hitung jumlah kain kasa yang dipakai
c. Jika terdapat selisih antara jumlah kain kasa yang
disediakan dengan jumlah dari sisa kain kasa dan yang
terpakai harus segera lapor kepada dokter bedah atau
scrub nurse (perawat instrumen)
d. Sirkulating nurse bersama scrub nurse, mengulangi
menghitung jumlah kain kasa
e. Jika jumlah perthitungan kain kasa sudah selesai luka
dapat ditutup.
10. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
a. Persiapan
1) Menyiapkan label atau etiket yang berisi nama
pasien, No. RM,
jenis pemeriksaan serta tanggal
2) Menyiapkan tempat untuk setiap jenis bahan
pemeriksaan
3) Menyiapkan formulir pemeriksaan yang harus diisi
oleh dokter
bedah
b. Prosedur pengumpulan bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan diterima oleh scrub nurse kemudian
diserahkan kepada sirculating nurse
c. Sirculating nurse memeriksa ulang bahan pemeriksaan
dan etiket yang menempel dan kemudian mencatat dibuku
penunjukan hasil pemeriksaan. Dokter bedah mengisi
formulir dengan lengkap, sirculating nurse menyerahkan
bahan pemeriksaan dan formulir pemeriksaan yang telah
diisi lengkap kepada petugas atau keluarga pasien.
Penyerahan atau pengiriman bahan pemeriksaan dan
formulir tersebut harus dicatat dalam buku ekspedisi.
11. Menutup luka
Setelah selesai pembedahan, luka ditutup dengan kasa
steril. Sekitar luka dibersihkan dari bekas-bekas bekuan
darah dengan NaCL 0,9% kemudian diplester atau fiksasi.
17
c. Jaringan yang diexcisi/incise
d. Nama prosedurnya
e. Macam pembedahan
f. Specimen untuk pemeriksaan
g. Tanggal, waktu mulai dan selesai operasi serta tanda
tangan dokter yang bertanggung jawab
h. Catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya
komplikasi selama operasi termasuk jumlah kehilangan
darah
18
BAB V
LOGISTIK
A. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan alat di instalasi bedah sentral dilakukan
sesuai kebutuhan. Perencanaan obat dibuat untuk obat yang belum
tersedia di kamar operasi. Sedangkan untuk peralatan dilakukan bila alat
belum tersedia atau penggantian alat yang rusak perlu ganti baru. Untuk
peralatan besar perencanaan ini masuk dalam program anggaran tahun
mendatang.
2. Permintaan barang
2.1. Petugas administrasi membuat bon permintaan barang (obat-
obatan dan sarana medis) ke bagian gudang apotik dengan cara
mengetik kode barang yang diminta otomatis akan muncul diskripsi
nama barang lalu masukan jumlah barang yang diminta
2.2. Bon permintaan dicetak rangkap 2 (dua) dan ditanda tangani oleh
kepala bagian
- Lembar 1 diserahkan ke farmasi
- Lembar 2 sebagai arsip kamar bedah
2.3. Petugas gudang akan memberikan barang-barang yang diminta
beserta bukti penyerahan
2.4. Petugas gudang dan petugas administrasi bersama-sama
menghitung dan mencocokan jenis dan jumlah barang yang diminta,
bila sudah tepat kedua petugas menadatangani bukti serah terima
barang
2.5. Untuk barang yang belum mempunyai kode computer, permintaan
menggunakan formulir permintaan barang rangkap 3 yang ditanda
tangani oleh kepala bagian
- Lembar 1 bagian gudang
- Lembar 2 bagian akutansi
- Lembar 3 arsip
2.6. Permintaan ke gudang dilakukan tiap 2 minggu sekali
2.7. Permintaan cito
- Beritahu petugas gudang adanya permintaan segera, apabila
barang yang dimaksud ada maka petugas administrasi
segera membuat bon permintaan ( prosedur 2.1. s/d 2.5. ).
Tapi jika barang tidak ada petugas pembelian / gudang obat
untuk mengusahakannya karena keadaan cito
2.8. Permintaan barang non medic
- Yang dimaksud barang non medic seperti : blangko-blangko,
alat tulis, alat kebersihan / rumah tangga, permintaan
ditujukan pada bagian logistik
19
- Petugas administrasi melakukan prosedur 2.1 s/d 2.5. diatas
- Permintaan ke logistic dilakukan pada
Senin untuk alat kantor / alat tulis
Rabu untuk alat rumah tangga
Jumat untuk bahan-bahan cairan
2.9. Permintaan linen ke bagian rumah tangga
- Permintaan linen biasanya dilakukan bila robek dan tidak bisa
digunakan lagi atau jumlah yang tersedia di kamar bedah
tidak cukup
- Untuk keadaan robek dan masih bisa diperbaiki akan dibawa
ke bagian penjahit, catat jumlah dan jenis barang pada yang
blangko permohonan perbaikan yang telah ditanda tangani
oleh kepala ruang.
- Sedangkan linen yang tidak bisa diperbaiki akan ditukar
dengan yang baru sesuai dengan jumlah dan jenis yang
diminta sertakan bukti penyerahan yang telah ditanda tangani
kepala bagian.
C. Monitoring & Evaluasi
1. Semua arsip permintaan barang medic maupun non medic disimpan
guna inventaris tiap akhir bulan
2. Semua petugas kamar bedah yang menggunakan obat / barang
medic mencatat jenis dan jumlahnya pada buku aktivitas.
3. Petugas penanggung jawab farmasi menjumlah total pamakaian
sehari dan untuk selanjutnya akan dijumlahkan tiap akhir bulan,
pada tiap akhir bulan petugas inventaris menjumlah semua stok
yang ada untuk selanjutnya dilakukan pencocokan jumlah obat/alat
yang diminta apakah sama dengan yang dipakai ditambah stok yang
masih ada.
4. Hasil penghitungan inisebagai inventaris laporan bulanan.
20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
21
Teknik melakukannya dengan cara SBAR (Situation Background Assesment
Recommendation).
- Ucapkan salam (selamat pagi/siang/malam)
- Pastikan nama dokter penerima (apakah saya dapat bicara dengan
dokter.....?)
SITUATION
- Jika benar sebutkan nama petugas (nama saya......,
perawat/petugas ruang......, akan melaporkan tentang.......)
- Sebutkan nama pasien, jenis kelamin, umur, keluhan utama saat
masuk rumah sakit, diagnose yang sudah ada atau diagnosa masuk.
- Sebutkan tujuan lapor : melaporkan kondisi terkini sebagai laporan
untuk terapi lanjut, atau untuk konsul.
- Informasikan tentang keadaan pasien saat ini diagnosis dan data
klinis pasien meliputi:
Status kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, hasil tanda
vital, EKG, dsb).
Status respirasi (frekuensi pernafasan, SpO2, analisa gas
darah, dsb)
Status gastrointestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan,
dsb).
Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb)
Hasil laborat, penunjang lain
ASSESMENT:
- Sebutkan problem pasien:
- Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dll)
- Problem gastrointentinal (perdarahan masif dan syok).
REKOMENDASI:
- Kebutuhan memindahkan pasien ke ruang khusus, melihat pasien,
mewakilkan dokter lain untuk mengecek kondisi
- Informasikan terapi yang sudah diberikan
- Infomasikan tindakan yang sudah dilakukan sehubungan dengan
kondisi saat ini
- Apabila ada perubahan terapi kapan perlu dilakukan pengecekan
dan frekuensinya
- Catat semua rekomendasi atau instruksi dokter dalam rekam medis
pasien, Jangan membuat singkatan yang tidak baku pada catatan
hasil laporan. Catat di kolom perintah pengobatan
- Konfirmasi ulang ke dokter dengan cara membacakan ulang
instruksi dokter tersebut (read back)
- Dokter mengkonfirmasi apa yang dibacakan perawat/ petugas
tersebut, berupa tanda tangan di kolom perintah pengobatan
- Cek ulang instruksi dokter tersebut
- Beri stampel “ lapor doter via telepon”. Beri tanda dimana dokter
akan menanda tangani laporan tersebut sebagai verifikasi.
22
Metoda komunikasi SBAR, tidak hanya digunakan saat terjadi komunikasi
antara perawat dan dokter, melainkan juga dapat dimanfaatkan pada berbagai
situasi, seperti:
1. Situasi kritis atau waktu yang mendesak
2. Apabila diputuskan akan membuat suatu keputusan medis dan setiap
petugas memerlukan konsistensi terhadap rencana tindakan
3. Saat perawat atau dokter jaga menelpon dokter yang merawat pasien/
konsultasi melalui telepon
4. Saat serah terima tugas atau transisi
5. Apabila petugas membutuhkan kejelasan informasi.
23
Sasaran III. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Sasaran IV. Kepastian tepat lokasi, Tepat prosedur, Tepat pasien operasi
24
/operasi sesuai dengan asesmen yang ditemukan
sesuai dengan SPO Inform Consent
e) Setelah pasien setuju untuk dilakukan tindakan operasi,
dokter bedah menanyakan kembali sisi mana yang sakit
,
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan
tujuan kepada pasien bahwa akan dilakukan
penandaan sisi yang akan dioperasi, dengan
menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang
akan dioperasi , dokter bedah segera melakukan
penandaan dengan menggunakan spidol permanen
dengan tanda garis lurus( ) ± 5 cm tepat
pada sisi yang akan dioperasi
25
f) Dokter bedah memberikan informasi tindakan dan
tujuan kepada kelurga bahwa akan dilakukan
penandaan sisi yang akan dioperasi, dengan
menggunakan spidol permanen
g) jika kedua belah pihak telah sepakat tentang sisi yang
akan dioperasi , dokter bedah segera melakukan
penandaan dengan menggunakan spidol permanen
dengan tanda garis chek( √ ) 5 cm tepat
pada sisi yang akan dioperasi
B. TIME OUT
Verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap di atas meja
operasi, sudah dalam keadaan terbius, dimana tiem anestesi dalam
keadan siaga dan tiem bedah telah dalam posisis steril
1. Team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi
insisi pada tubuh pasien, prosedur yang akan di jalankan dan
kemungkinan kesulitan teknik pembedahan yang dihadapi
selama proses berlangsungnya operasi
2. Disisi lain perawat bedah di wajibkan untuk menyatakan
kesiapan alat / instrument, keadaan sterilitas alat dan termasuk
perhitungan jumlah kasa
3. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat
antibiotika profilaksis yang telah diberikan beserta hasil
pemeriksaan penunjang seperti x-ray dan lain-lain yang sewaktu-
waktu mungkin diperlikan operator ketika menjalankan
operasinya
4. Kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi
menjadi kewajiban team anestesi untuk menyampaikanya
C. SIGN OUT
Sesaat setelah operasi, sebelum pasien dikeluarkan dari ruang
operasi, dipastikan kembali beberapa hal menyangkut nama
prosedur yang telah dikerjakan sebelumnya
1. Perhitungan jumlah instrument, jarum dan kasa secara benar jika
digunakan selama operasi serta catatan juka ada permasalahan
pada alat atau bahan habis pakai lainya. Pemberian label sesuai
identitas pasien pada jaringan yang telah diangkat dari tubuh
pasien juga menjadi perhatian pada tahap ini
26
2. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anestesi
menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa
pemulihan pasien dan perawatan pasca operasi selanjutnya
27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
28
C. Program Pemeriksaan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan
bekerja di RSUD Pringsewu, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksan
darah rutin, pemeriksan kimia darah, tes kehamilan ( khusus wanita)
rectal swab untuk petugas gizi, Rongen thorax, TKMI ( khusus dokter
umum, dokter gigi, dan dokter spesialis)
29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Kalibrasi Alat
Kalibrasi merupakan bagian dari jaminan mutu yang dilakukan setahun
sekali dan sebelum alat dipergunakan dilakukan QC untuk menjaga dan
menjamin peralatan siap dipergunakan .
Jenis peralatan yang di kamar operasi yang perlu kalibrasi
1. Cauter
2. Monitor pasien
Setiap hari pemeriksaan harian setiap alat (QC dan kalibrasi harian):
a. Menghidupkan alat
b. Kalibrasi alat
c. Dibuat catatan harian kondisi alat, apakah baik atau tidak untuk
dioperasikan.
d. Dibuat laporan alat-alat yang rusak dan tidak bisa dipergunakan.
30
- Jika fungsi tombol tidak bisa hubungi tehnisi Rumah sakit atau
tehnisi rekanan
- Penggantian suku cadang
Jika diperlukan penggantian suku cadang sangat dianjurkan
menggunakan suku cadang asli dari pabrik. Memodifikasi dari merk lain
sangat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan pada
bagian lain.
- Readjustment
Setelah dilakukan peralatan berfungsi seperti sedia kala, harus dilakukan
readjustment agar tidak terjadi penyimpangan pada out put mesin.
- Uji fungsi
Sebelum mesin digunakan dengan pasien, uji fungsi harus dilakukan
untuk memastikan bahwa mesin telah benar-benar kembali berfungsi
dengan baik.
Pengujian alat meliputi :
a. Alat baru – Acceptence test
b. Maintenace – Periodik Test
c. Perbaikan – korektive
Keuntungan dari pengujian tersebut adalah
1. Diperolehnya data yang terukur tentang kinerja suatu peralatan
2. Data awal ( accepten test) digunakan sebagai acuan pengukuran
kepatuhan (compliance test) periodik berikutnya
3. Mengetahui konsistensi dan penurunan fungi peralatan
4. Penyimpangan secara dini dapat diketahui
5. Segera dapat dilakukan perbaikan sebelum kerusakan yang lebih
parah
6. Tingkat keselamatan dan keamanan selalu diketahui
b. Pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan Rumah Sakit baik
internal maupun external, a.l :
Pelatihan umum :
- K3
- Blue Code
- PPGD
- Service Excellen
- Patien safety
- PPI : Hand Hygine
- Peningkatan mutu
Pelatihan khusus :
- BSORN
- Asistensi Endourologi
- Asistensi Laparaskopy
- Asistensi Bedah mata
31
Setelah pengangkatan sebagai karyawan tetap di bagian kamar bedah,
secara bergilir akan mendapatkan pelatihan Basic Skill Operating Room
For Nurse (BSORN) serta pelatihan-pelatihan lain yang berhubungan
dengan kamar bedah yang diselenggarakan oleh Himpunan Perawat
Kamar Bedah (HIPKABI) baik tingkat Regional atau Nasional.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini berkoordinasi dengan bagian
DIKLAT Rumah Sakit dan masuk dalam program tahunan kamar bedah.
32
Rasionalisasi : Dengan dilakukan penghitungan instrument
sebelum operasi dimulai dan sebelum operasi
ditutup diharapkan jumlah instrument
termasuk kasa yang dipakai harus sama untuk
mencegah hilang / tertinggalnya
instrument/kasa dalam tubuh pasien.
Formula Kalkulasi : Jumlah instrument yanghilang /blnX 100%
Jumlah pasien operasi dalan/bulan
Numerator :
Denominator :
Kriteria Inklusi : Semua tindakan open operasi
Kriteria Ekslusi : Tindakan close operasi
Metodelogi : Concurrent / periode berjalan
Pengumpulan Data
Tipe Pengukuran : Proses dan Outcame : data diambil sewaktu
pelaksanaan penghitungan dan laporan
kehilangan
Sumber Data : Chek list laporan perawatan intra operasi
Waktu pelaksanaan sign out
Waktu Pelaporan : Pada tanggal 10 setiap bulanya
Frekuensi Pelaporan : Satu bulan sekali
Target Kinerja : ……. %
Jumlah Sampel : Total populasi
Area Monitoring : Kamar bedah
Rencana Komunikasi : Rapat rutin, morning briefing , gugus kendali
ke Staf mutu
Referensi : SK Dir No : 060/SK/DIRUT/XI/2014 Tentang
kebijakan pelayanan instalasi Kamar Bdah dan
Unit sterilisasi
33
BAB IX
PENUTUP
Buku pedoman pelayanan bedah ini sangat penting karena bermanfaat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan perioperatif di rumah sakit.Buku ini
bersifat teknis dan praktis sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk kerja
bagi petugas yang bekerja di kamar bedah dan sarana belajar bagi para
mahasiswa yang bertugas di kamar bedah.
Dengan adanya buku pedoman ini yang merupakan langkah awal proses kerja
yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak dalam penerapan untuk mencapai tujuan yang baik
Dalam menyusun pedoman ini sangat banyak kekurangan untuk itu akan
dilakukan evaluasi dan revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan masa kini, untuk itu saran dan masukan yang mendukung
dalam mengevaluasi buku ini kami ucapkan terimakasih
Ditetapkan di Pringsewu,
Pada tanggal : 2 juli 2018
Direktur RSUD Pringsewu
Dr. Teddy,Sp.PD
NIP.19710902 2002212 1 006
34