You are on page 1of 14

Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No.

1 2009

PEMANFAATAN AIR TANAH JAKARTA


Samsuhadi

Pusat Teknologi Lingkungan, Deputi TPSA, BPP Teknologi


Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat

Abstract
The Jakarta groundwater is one of the water resources in which people rely on it in great
deal. With the limitation of the Water Supply Company to serve its user, groundwater
becomes very valuable and dependable resource. The magnitude of extraction reaches
out above it’s save yield. In the year of 2002 about 1230 to 1590 millions cubic meters
water were accumulated from precipitation. Approximately of 1027 million cubic meters
each year about to be consumed by the people of Jakarta. The groundwater consumption
tend to increase while the land capability to absorb groundwater decreasing as the land
development expanding. Hidrologically the hydraulic conductivity of the Jakarta
groundwater aquifer system is very low, so that the groundwater flowrate from the south
region of Jakarta basin is also low. With the magnitude of extraction’s very havily, the
cone of depression incident has been occurring in the north Jakarta region. Along with
this incident, a land subsidence was also occurring in the neighboring area. To overcome
these problems, the assessment of the artificial recharge to the Jakarta aquifer
particularly at the critical locations has been done. Schemes of the artificial recharges
were simulated. Locations and magnitudes of these schemes were recommended to
prevent further depression and saltwater intrusions.

Key words : groundwater, aquifer, basin Jakarta, simulation, artificial recharge.

1. Pendahuluan tekanan akuifer artesis. Insiden penurunan muka


air tanah dan tinggi tekan ini terutama sangat
Seperti sudah kita sadari bersama terasa di kawasan utara Jakarta. Selain
bahwa air tanah Jakarta menjadi tumpuan penurunan muka air tanah, insiden penurunan
harapan warga Jakarta dalam pemenuhan muka tanah juga terjadi di kawasan yang sama.
kebutuhan air bersih. Hal ini dimungkinkan Walaupun penurunan muka air tanah
karena sistem penyediaan air bersih yang sudah dangkal atau penurunan tinggi tekan air tanah
ada tidak menjangkau semua warganya artesis bukan merupakan penyebab langsung
(diperkirakan hanya 38% warga Jakarta yang turunnya muka tanah, akan tetapi rongga antar
dapat menikmatinya, sehingga pilihan sumber butir tanah yang kosong (akibat turunnya muka
lain yang dapat diharapkan adalah air tanah, air tanah) dapat memicu pemadatan tanah
karena air sungai yang mengalir ke Jakarta juga (kompaksi). Dari aspek lain, walaupun tidak
tidak layak untuk dimanfaatkan karena seburuk insiden penurunan muka tanah dan
permasalahan kualitas yang sangat buruk. penurunan muka air tanah, intrusi air laut di
Karena sebagian besar warga Jakarta kawasan pesisir masih menjadi masalah yang
memanfaatkan air tanah sebagai sumber air serius. Perambatan intrusi air laut khususnya
bersih, terjadilah ekstraksi air tanah secara dikawasan pantai semakin meningkat 1).
besar-besaran dan hampir tanpa terkendali. Dengan terjadinya insiden seperti diatas,
Akibat dari ekstraksi air tanah yang besar ini, pemanfaatan air tanah terancam tidak dapat
sistem air tanah menanggung beban yang sangat dipertahankan keberlanjutannya, karena
berat. Aliran imbuhan air tanah yang seharusnya kemampuan sistem untuk memenuhi kebutuhan
didapat dari area resapan yang berasal dari warganya semakin menurun dan kemampuan
selatan Jakarta (yang mengalir melalui akuifer sistem untuk memperoleh kesimbangan dirinya
dan menjadi air tanah artesis) maupun yang juga tidak pernah tercapai.
berasal dari resapan lokal (dari hujan lokal yang
kelak menjadi air tanah dangkal) tidak dapat 2. Tujuan Pembuatan Paper
mengimbangi tingkat pengambilan air tanah yang
sangat tinggi. Dengan adanya permasalahan yang
Penggunaan air tanah sudah melebihi terjadi pada sistem air tanah Jakarta terutama
kemampuan alamnya untuk mengembalikan pada akufer air tanah dalam, yang terjadi defisit
keseimbangannya secara mandiri yang sangat besar antara pemanfaatan dengan
(homoeostatis). Akibat dari pemakaian yang tidak suplesi (pemanfaatan air tanah yang tinggi
dikendalikan, terjadi penurunan yang luar biasa sementara suplesi air tanah berlangsung sangat
pada muka air tanah akuifer dangkal maupun lambat), solusinya adalah mengembalikan

9
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

kondisinya sehingga secara ekologis tercapai Daerah Aliran Sungai yang mengalir kekawasan
keseimbangan dan pemanfaatan air tanah dapat Jakarta dan sekitarnya (Gambar 1).
berkelanjutan. Penerapan Imbuhan buatan pada Kalau ditelusuri dari hulu, aliran air tanah
air tanah dalam (air tanah artesis) adalah salah dimulai dari lereng gunung Pangrango, gunung
satu opsi skema untuk menambah ketersediaan Gede dan gunung Salak, gunung Halimun
air tanah. Jika keseimbangan dapat dicapai, dimana didaerah hulu ini air tanah mulai diterima
dampak yang lain adalah dapat mencegah oleh permukaan tanah dan kemudian meresap
terjadinya intrusi air laut yang lebih jauh. kedalam tanah, kemudian setelah meresap
kedalam tanah, oleh akuifer dialirkannya kearah
3. Kondisi Hidrogeologis Sistem hilir sebelah selatan menjadi air tanah dangkal
Air Tanah Jakarta (air tanah bebas) dan air tanah dalam (air tanah
tertekan, atau sering disebut juga air tanah
Secara fisik sumberdaya air tanah artesis).
Jakarta tidak dibatasi oleh wilayah administrasi, Selanjutnya sesampainya dikawasan
akan tetapi lebih dibatasi oleh wilayah aliran air utara, yang diatasnya meliputi wilayah
tanah, yang terminologi umumnya disebut basin. Kabupaten Bogor, kota Depok, sebagian
Basin Air tanah Jakarta ini mempunyai area yang Kabupaten dan kota Tangerang, sebagian
sangat luas yang secara fisik mengikuti 14 wilayah kabupaten dan kota Bekasi dan paling

Keterangan :
Sungai Luas (Ha)
1. Cengkareng 11.674
2. Angke 27.338
3. Pesanggrahan 12.182
4. Sekretaris 2.065
5. Grogol 4.493
6. Krukut 11.337
7. Mampang 3.486
8. Ciliwung 38.176
9. Cipinang 5.534
10. Sunter 14.673
11. Buaran 2.053
12. Cakung 3.405
13. Jatikramat 1.785
14. Cakung Timur 10.037

Gambar 1. Pembagian DAS sungai sungai yang mengalir ke kawasan Jakarta (Tambunan, 2005)

10
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

besar adalah Propinsi DKI Jakarta, lapisan tanah sebagai sumber air yang dapat diandalkan.
pembawa air tanah (akuifer) terbagi lagi menjadi Sejumlah batuan juga berada dikawasan ini
beberapa lapisan yang semakin kompleks dan sehingga ini merupakan batas timur dari akuifer
sifatnya sangat lokal 27). Jakarta
Akuifer Jakarta secara geologis Dari uraian diatas dapat disimpulkan
memperlihatkan strata tanah yang sangat bahwa akuifer Jakarta mempunyai batas fisik
beragam dan sangat kompleks. Untuk membagi yang meliputi 3 (tiga) wilayah propinsi (Banten,
secara tegas lapis demi lapis pada akuifer Jawa Barat dan DKI) dan lebih rinci lagi terdiri
Jakarta, hampir tidak mungkin. Disana sini atas 12 (dua belas) pemerintah daerah tingkat II
terdapat zona–zona air tanah yang terperangkap yakni Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota
dalam lensa–lensa kecil. Walaupun agak sulit Depok, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,
untuk dikelompokkan secara vertikal, secara Kota Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
kasar akuifer Jakarta dapat dikelompokkan Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Utara 25).
menjadi 3 (tiga) lapis, yakni lapis kesatu
merupakan akuifer air tanah dangkal (akuifer 4. Penggunaan Air Tanah Dan
bebas) yang mempunyai kedalaman hingga 50 Permasalahannya
meter dibawah muka tanah, lapis kedua
merupakan akuifer tertekan (akuifer artesis) Pengguna air tanah basin Jakarta
mempunyai kedalaman antara 50 hingga 150 meliputi penduduk yang bermukim di wilayah
meter dibawah muka tanah dan lapis ketiga JABODETABEK, jika dilihat secara ringkas,
merupakan akuifer tertekan, mempunyai kondisi sekarang dan kemudian penulis mencoba
kedalaman antara 150 hingga 250 meter untuk memproyeksikannya hingga tahun 2025,
dibawah permukaan tanah. Akuifer artesis lazim perkiraan jumlah populasi, kebutuhan air bersih
juga disebut akuifer dalam. Dilihat dari segi jenis dan kebutuhan air tanah akan meningkat seperti
tanahnya, akuifer Jakarta pada umumnya disajikan pada tabel 1 dibawah ini dengan
merupakan butiran pasir lepas, tanah aluivial asumsi bahwa :
walaupun diselang seling dengan tanah lempung  Kebutuhan air bersih ini ditentukan dengan
yang kedap air (yang ini kelak membuat akuifer perkiraan konsumsi air bersih perorang
itu tidak menerus) mempunyai potensi yang perhari sebesar 200 liter, sudah termasuk
sangat baik sebagai penyimpan air tanah 12). kebutuhan untuk industri, dll.
Jika dilihat secara lokal, dengan tingkat  Perhitungan proyeksi jumlah penduduk,
kelulusan yang tinggi, maka dapat diperkirakan proyeksi kebutuhan air bersih dan proyeksi
bahwa porositas dan konduktivitas hidrolis kemampuan PDAM memproduksi air
mempunyai besaran yang tinggi, akan tetapi bersihnya dilakukan dengan menggunakan
mengingat kompleksitas basin yang sedemikian analisa regresi dengan kecenderungan
tinggi, dimana akuifer sering dijumpai tidak disesuaikan dengan perkembangan yang
menerus, mengakibatkan kecepatan aliran air sedang berlangsung (eksponensial,
tanah secara menyeluruh (total) yang rendah. logaritmik, polynomial atau linier)
Dampak dari rendahnya kecepatan aliran air
tanah ini dapat menyebabkan defisit neraca air Tabel 1. Kondisi jumlah penduduk, kebutuhan air
pada wilayah atau kawasan tertentu, terutama bersih dan kemampuan PDAM memproduksi air
yang jauh dari daerah imbuhan 25). bersih dan kebutuhan air tanah
Tingkat produktivitas akuifer Jakarta
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yakni : Kondisi Proyeksi
Jenis Obyek Satuan
1. Akuifer dengan produksi baik, menghasilkan 2002 2025
air tanah diatas 5 liter/detik. 1. Jumlah jiwa 21.600.698 27.800.000
2. Akuifer dengan produksi sedang, Penduduk
menghasilkan air tanah 5 liter/detik. 2. Kebutuhan Juta m3 1548 2.000
3. Akuifer dengan produksi rendah, air bersih
menghasilkan air tanah dibawah 5 liter/detik. 3. Produksi Juta m3 561.21 645
Akuifer dengan produksi baik berada tepat di PDAM
bawah wilayah DKI. 4. Kebutuhan Juta m3 986,79 1.355
Di sebelah barat, disekitar wilayah air tanah
Tangerang akuifer mempunyai produksi baik dan Sumber : Hasil perhitungan
sedang. Dikawasan ini juga terdapat batuan
kedap air yang juga menjadi batas fisik akuifer Data kondisi eksisting kontur tinggi muka
Jakarta untuk sebelah barat, sedangkan air tanah dan tinggi tekan air tanah menunjukkan
disebelah timur, dikawasan Bekasi, akuifer bahwa kondisi akuifer basin Jakarta tidak
mempunyai produktivitas yang sangat rendah, menunjukkan gambaran yang memuaskan. Muka
sehingga hampir tidak mungkin digunakan air tanah menunjukkan penurunan terjadi sejalan

11
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

dengan berjalannya tahun. Bahkan dibeberapa sehingga dari aspek ini dapat diperkirakan
kawasan besaran penurunan tinggi tekan air apakah kecepatan air tanah dapat
tanah yang ekstrim. Dikawasan Jakarta Barat mengimbangi kecepatan pengambilan
lokasi sekitar Mookervart (TOL Bandara) (ekstraksi) air tanah oleh penduduk. Dengan
penurunan tinggi tekan hingga negative (-) 20 melihat kenyataan dilapangan, terlihat bahwa
meter pada tahun 1986 menjadi hingga (-) 40 beberapa kasus kekurangan air tanah hingga
meter pada tahun 2000, demikian juga dengan menurunnya muka air tanah yang sangat
tinggi tekan air tanah disekitar Pulomas terjadi dalam, dapat dipastikan bahwa hal ini
penurunan hingga (-) 20 meter terhadap muka air merupakan cerminan ketidak seimbangan
laut pada tahun 1986 menjadi (-) 25 meter pada antara tingkat pengambilan air tanah dan
tahun 2000. kecepatan air tanah. Terlebih lagi kasus
Pada tahun 2000 pula data pengamatan penurunan tinggi tekan air tanah dalam yang
menunjukkan penurunan tinggi tekan (-) 30 meter paling parah terjadi di kawasan utara Jakarta
dikawasan Bekasi Utara. (Gambar 2 dan 3) 17,32). yang notabene jauh dari daerah imbuhan,
Pemerintah Daerah DKI Jaya mengeluarkan sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor
peraturan yang diperkirakan dapat memberikan jarak relatif antara lokasi ekstraksi dan
dampak yang signifikan dalam pengembalian daerah imbuhan dan juga rendahnya
kondisi muka air tanah melalui SK Gubernur no. kecepatan aliran air tanah merupakan
115 tahun 2001, akan tetapi masih belum masalah yang memicu terjadinya penurunan
memberikan hasil yang memuaskan. muka air tanah dan hal ini belum
Berdasarkan uraian diatas, dapat terpecahkan.
diidentifikasikan masalah masalah sebagai 3. Tindakan penanggulangan kekurangan air
berikut : tanah tidak pernah berhasil mengatasi
1. Meskipun akuifer basin Jakarta mempunyai masalah pokok, dan kebijakan pengelolaan
karakteristik yang baik sebagai penyimpan sumberdaya air tanah yang diterapkan dapat
air tanah, harus dikaji apakah secara dikatakan tidak pernah efektif mengatasi
kuantitatif neraca air tanah sudah masalah, hal ini terbukti bahwa setiap tahun
menunjukkan besaran yang seimbang antara masalahnya berulang bahkan mungkin lebih
ekstraksi (pengambilan) dan imbuhannya. parah. Warga tetap kekurangan air bersih,
2. Secara hidrolis karaktetristik akuifer dan air tanah tidak mengganti sumber air
menentukan kecepatan aliran air tanah, bersih alternatif.

(a)

(b)

Gambar 2. Kontur piezometrik air tanah dalam, lapis 1 (kedalaman dibawah – 140 m)
(a). Kondisi tahun 1987 (Indec, 1987), (b). Kondisi tahun 2000 (Wandowo, 2000)

12
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

(a)

(b)

Gambar 3. Kontur piezometrik air tanah dalam, lapis 2 (kedalaman 40 – 140 m).
(a). Kondisi tahun 1987 (Indec, 1987), (b). Kondisi tahun 2000 (Wandowo, 2000)

Di samping masalah seperti yang telah 5.1. Kependudukan Dan Penggunaan


disebutkan diatas, ada beberapa pertanyaan Air Tanah
yang dijadikan arahan untuk mendapatkan solusi
yang paling tepat atau optimal, yaitu : Perkiraan proyeksi penduduk, kebutuhan
Berapakah tingkat kebutuhan air bersih air bersih dan kebutuhan air tanah untuk
warga JABODETABEK? Berapa besar kawasan JABODETABEK, disajikan seperti pada
kemampuan PDAM memasok air dan berapa Gambar 4 dan Gambar 5 dibawah ini. Dari
tingkat kebutuhan air tanah? Berapa besar grafik yang disajikan pada gambar 4 dan 5
potensi air tanah akuifer Jakarta? diatas, diketahui bahwa kebutuhan sumberdaya
1. Sampai sejauh mana efektifitas koordinasi air tanah ini akan meningkat sejalan dengan
kelembagaan pengendali sumberdaya air pertambahan jumlah penduduk. Hal ini berarti
tanah menjalankan peraturan pengendalian jika diasumsikan tidak terjadi perubahan pola
sumberdaya air tanah sehingga dapat pengelolaan dan pemanfaatan air tanah, maka
dijalankan secara konsekuen? sudah dapat dipastikan bahwa kondisi air tanah
2. Dapatkah imbuhan buatan sebagai akan bertambah parah, sehingga penggunaan air
pengganti imbuhan alami, meningkatkan tanah sudah tidak berkelanjutan lagi.
potensi air tanah? Kebutuhan air bersih warga
JABODETABEK yang pada saat ini diperkirakan
5. Konsep Pemecahan Masalah Air sebesar  1549 juta m3 dan jumlah ini masih
Tanah Jakarta terus meningkat di masa masa yang akan
datang. Dengan kemampuan PDAM yang

13
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

terbatas, sebagian besar dari kebutuhan air ini pintas memasukkan air kedalam akuifer. Proses
didapat dari air tanah. Pada tahun 2002 ini ini seharusnya dilakukan dengan memanfaatkan
PDAM hanya dapat menyediakan air bersih kinerja akuifer dalam mengembalikan
sebesar 339 juta m3 dan belum ada keseimbangan hidrolisnya, akan tetapi tidak
penambahan kapasitas hingga sekarang, jadi dapat tercapai karena kecepatan pengambilan
secara garis besar sisanya sebesar  1210 juta tidak dapat diimbangi oleh kecepatan aliran air
m3 dipenuhi dari air tanah. Untuk DKI Jakarta, tanah untuk mencapai keseimbangan hidrolisnya,
dari perhitungan kebutuhan air bersih  612 juta sehingga dibeberapa kawasan mengalami
m3/tahun, PDAM Jakarta hanya mampu penurunan yang sangat hebat, terutama di area
menyediakan 232 juta m3/tahun atau ± 38 % dari yang jauh dari daerah pengisian.
kebutuhan, sehingga sisanya sebesar  380 juta Untuk mengembalikan tinggi muka air
m3/tahun mengandalkan potensi air tanah. tanah dangkal, program sumur resapan. yang
Dari sisi neraca air tanah, banyaknya dituangkan kedalam SK Gubernur 115 tahun
curah hujan yang jatuh di basin Jakarta hingga 2000 tentang sumur resapan perlu ditingkatkan
mencapai antara 2000 – 3500 mm pertahun, jika efektifitas penerapannya. Sementara itu untuk
luas basin ± 3000 km3, maka basin Jakarta akuifer tertekan perlu diadakan imbuhan buatan.
menerima air hujan antara 6000 – 10.500 juta m3 Karena skema imbuhan buatan ini dianggap lebih
pertahun. Dari presipitasi yang jatuh di basin efektip dibanding dengan metode yang lain
Jakarta ini, diperkirakan 1230 hingga 4850 juta (Hutasoit, 2003). Pengisian air tanah ini
m3 setiap tahun akan meresap kedalam tanah. dilakukan pada lokasi – lokasi yang mengalami
Jika 5 % dari air yang meresap ini terserap lebih krisis yang paling parah, yakni lokasi dimana
dalam oleh akuifer artesis, maka potensi air terjadi depresi kerucut yang sangat dalam.
tanah dangkal berkisar antara 1170 hingga 4600 Teknologi skema penyuntikan air kedalam akuifer
juta m3 pertahun sementara air tanah dalam ini sudah dikenal dan diterapkan di Amerika
mempunyai potensi sebesar 62 hingga 230 juta Serikat (Orange County, California). Maksud dari
m3. penyuntikan air kedalam akuifer ini juga untuk
Di sisi lain, pembangunan kota Jakarta meninggikan muka air tanah 18).
dan wilayah sekitarnya (BODETABEK) sudah Selain daripada penanggulangan secara
sedemikian rupa sehingga terdapat banyak sekali fisik, tindakan koordinasi pengelolaan
bangunan, jalan raya dan areal parkir yang sumberdaya air tanah secara terpadu juga harus
menutupi permukaan tanah. Luas tanah terbuka dilakukan secara bersamaan. Pihak terkait
menjadi semakin sempit. Kegiatan penutupan (stakeholders) terdiri atas para pemegang
permukaan tanah ini masih berlangsung, kendali di Pemerintah Daerah yang warganya
sehingga potensi pengisian kembali (imbuhan merupakan pengguna air tanah basin Jakarta ini.
alam) air tanah yang diharapkan dari peresapan Koordinasi pengelolaan ini merupakan lintas
langsung semakin menurun. sektoral yang merupakan kerjasama antar 3
Seperti yang diketahui, bahwa tanah propinsi (Jawa Barat, Banten dan DKI).
terbuka ini seharusnya dapat menjadi tempat Kebijakan pengelolaan air tanah yang selama ini
peresapan air hujan yang turun ke bumi yang hanya berlaku lokal sudah seharusnya berlaku
selanjutnya menjadi tempat pengisian langsung secara lebih luas. Masing masing stakeholder
bagi air tanah, terutama untuk air tanah dangkal, mempunyai suatu kepentingan yang sama
akan tetapi harapan ini tidak menjadi kenyataan. (something in common) dalam mengatasi
Akibat semakin menyempitnya lahan untuk masalah air tanah ini.
peresapan air hujan, kapasitas air tanah yang Pelaksanaan peninggian muka air tanah
dapat dimanfaatkan jumlahnya menurun. Tidak dilakukan dengan cara menyuntikkan air kedalam
terjadi keseimbangan antara pengisian air tanah akuifer, Sebelum pelaksanaan penyuntikan itu
dan pengambilannya. dilakukan, karena membutuhkan biaya yang
Dari perkiraan neraca air tanah diatas, mahal dan waktu yang relative lama, maka
diketahui bahwa persediaan air tanah maupun air terlebih dahulu dilakukan simulasi model yang
permukaan seharusnya cukup untuk memenuhi bertujuan untuk mengamati perilaku air tanah jika
kebutuhan air bersih penduduk JABODETABEK. dilakukan skema penyuntikan (imbuhan buatan).
Akan tetapi di beberapa kawasan, terutama di Dari model ini pula akan diketahui secara
kawasan utara Jakarta terjadi masalah air tanah, kuantitatif volume air baku yang akan disuntikkan
dan yang sering mengemuka adalah masalah dan lokasi tempat penyuntikan. Simulasi
kualitas dan kuantitas air tanah. permodelan menggunakan Visual Modflow
Akan tetapi sebelum itu terjadi, ada (Waterloo Hydrologic, 1996). Skema penyuntikan
beberapa tindakan pengatasan masalah yang akan dilakukan terhadap akuifer tertekan. Hasil
dapat dilakukan yakni tindakan fisik menambah simulasi disajikan seperti pada gambar 6 ~ 9.
cadangan air tanah, yakni merupakan tindakan

14
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

30,000,000

28,000,000

26,000,000
jiwa

24,000,000

22,000,000

20,000,000
02

04

06

08

10

12

14

16

18

20

22

24
20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20
JABODETABEK tahun

Sumber: Hasil perhitungan

Gambar 4. Proyeksi jumlah penduduk JABODETABEK hingga tahun 2025


2500

2000

1500
juta M3

1000

500

0
02

04

06

08

10

12

14

16

18

20

22

24
20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20
tahun
Kebutuhan air bersih Produksi PDAM Kebutuhan Air Tanah

Sumber: Hasil perhitungan

Gambar 5. Proyeksi kebutuhan air bersih, produksi PDAM dan kebutuhan air tanah
untuk wilayah JABODETABEK hingga tahun 2025

Gambar 6. Hasil simulasi imbuhan buatan untuk Gambar 7. Hasil simulasi imbuhan buatan untuk
akuifer lapis I (kedalaman dibawah -140 m) akuifer lapis I (kedalaman dibawah -140 m
(Situasi sebelum imbuhan dilakukan) (Situasi sesudah imbuhan dilakukan)

15
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

Gambar 10. Lokasi imbuhan buatan pada akuifer


air tanah dangkal (Lapis 2)
Gambar 8. Hasil simulasi imbuhan buatan untuk
akuifer lapis 2 (kedalaman -40 hingga -140 m)
(Situasi sesudah imbuhan dilakukan)

Gambar 11. Lokasi imbuhan buatan pada akuifer


air tanah dangkal (Lapis 1)

Pada akuifer tertekan lapis kedua,


terdapat 10 sel yang direkomendasikan untuk
Gambar 9. Hasil simulasi imbuhan buatan untuk pelaksanaan penyuntikan. Sumur penyuntikan
akuifer lapis 2 (Situasi sebelum imbuhan yang direkomendasikan konsentrasikan disekitar
dilakukan) TOL Bandara untuk Jakarta Barat dan di Jakarta
Adapun dari simulasi permodelan timur disekitar Pulogadung. Jumlah sumur
penyuntikan air tanah, hasilnya diperlihatkan penyuntikan yang direkomendasikan sebanyak
seperti pada gambar di bawah ini. 10 unit sumur dengan besaran air total yang
akan disuntikkan adalah 130.000 m3 perhari atau

16
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

kira kira 1500 liter/detik. Dengan air sebanyak itu, kemampuan untuk mengalirkan air tanah hingga
setiap sumur akan dialirkan air sebanyak kira kira ke kawasan utara Jakarta sangat rendah.
150 liter/detik untuk disuntikkan kedalam akuifer Kecepatan aliran air tanah yang diekspresikan
tertekan lapis kedua. Pada akuifer air tanah dengan angka kelaluan hidrolis yang rendah,
tertekan lapis terbawah (lapis kesatu) dengan yakni berkisar 0,00002 m/detik hingga 0,0001
kedalaman di bawah 140 m direkomendasikan 8 m/detik, atau ± 2 m/hari. Dengan kata lain bahwa
unit sumur yang akan digunakan sebagai kecepatan pengaliran air tanah hanya sekitar 2
imbuhan buatan. Adapun lokasi sumur tersebar m/hari 33). Oleh karena itu banyak terjadi
disepanjang kawasan Jakarta pusat memanjang masalah. Masalah yang menonjol adalah
dari mulai area tol bandara hingga Jakarta Timur turunnya muka air tanah. Semakin keutara
disekitar Pulomas seperti diperlihatkan pada masalah penurunan muka air tanah semakin
gambar 8. Volume total air yang disuntikkan parah, hingga terjadi depresi kerucut yang
kedalam akuifer sebesar 100.000 m3 untuk sangat dalam.
setiap hari atau kira-kira 1.160 liter/detik. Dengan Konsep pemecahan masalah air tanah
demikian setiap sumur akan dialirkan air yang utama adalah ditujukan untuk menaikkan
sebanyak 145 liter/detik. muka air tanah (dan tinggi tekan). Wacana
pengisian buatan akan lebih tepat jika diterapkan
5.2. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Air untuk mengisi air tanah tertekan, sedangkan
Tanah basin Jakarta untuk air tanah dangkal karena masih dapat
mengandalkan resapan dari permukaan tanah.
Seperti diketahui bahwa sarana Pengelolaan air tanah dangkal akan lebih tepat
penyediaan air bersih untuk Jakarta tidak jika diterapkan suatu kebijakan yang melibatkan
sepenuhnya dapat diperoleh dari Perusahaan Air stakeholders yang lebih luas sesuai dengan
Minum, maka air tanah merupakan salah satu batasan fisik akuifer basin Jakarta.
cara yang paling banyak dipilih bagi warga Sebagai salah satu usaha agar
Jakarta untuk mendapatkan air bersih sebagai pemanfaatan air tanah dapat lebih berkelanjutan,
sumber air bersih alternatif. Air baku yang kebijakan pengisian air tanah dangkal, melalui
dipergunakan untuk penyediaan air bersih yang Keputusan Gubernur nomor 115 tahun 2001
dilayani oleh PDAM berasal dari air permukaan. tentang pembuatan sumur resapan di Propinsi
Akan tetapi jangkauan pelayanan PDAM hanya DKI Jaya dirasakan kurang efektip dalam
mampu melayani bagian kota tertentu saja, mengatasi permasalahan air tanah. Oleh karena
sehingga masyarakat Jakarta harus itu peraturan perundangan ini sudah selayaknya
mengandalkan air tanah sebagai pemenuhan diadakan penyempurnaan, yakni disempurnakan
kebutuhan air bersihnya. Seperti juga diketahui sedemikian rupa sehingga peran masyarakat
bahwa sangat sedikit atau bahkan tidak satu kota luas ikut dilibatkan dalam mengatasi masalah air
metropolitanpun didunia ini yang mengandalkan tanah.
penyediaan air bersihnya utamanya dari air Sebagai arahan dalam perumusan
tanah, kecuali Jakarta. kebijakan yang akan ditempuh dibidang
Keterbatasan penyediaan air permukaan sumberdaya air tanah, ditujukan agar 21):
ini juga memicu industri dalam usaha a. Mengelola sumberdaya air tanah dari hulu
pemenuhan air bersihnya. Beberapa industri hingga hilir dengan mengacu pada DAS 14
menggunakan air tanah tidak cukup hanya dari sungai yang mengalir dikawasan
sumur dangkal saja, akan tetapi sudah JABODETABEK.
merambah air tanah yang lebih dalam, karena b. Memberdayakan masyarakat bagi
pertimbangan kapasitas yang lebih besar. Akibat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
pemanfaatan air tanah yang semakin tidak c. Memelihara kawasan konservasi yang sudah
terkendali menyebabkan penurunan muka air ada dan menetapkan konservasi baru
tanah (pada air tanah dangkal) juga penurunan diwilayah tertentu.
tinggi tekan (pada air tanah tertekan). Sebagai d. Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka
akibat dari penurunan muka air tanah dan menanggulangi permasalahan air tanah.
penurunan tinggi tekan yang ekstrim ini akan Dengan arahan kebijakan ini, strategi
menurunkan pula muka air tanah (dan tinggi yang ditempuh dalam bidang sumberdaya air
tekan) disekitar industri tersebut, yang tanah adalah :
selanjutnya akan dapat memicu ketegangan a. Mengoptimalkan upaya konservasi
sosial, karena secara langsung berdampak pada rehabilitasi dan penghematan sumberdaya
penyediaan air bersih warga sekitarnya. air (baik air permukaan maupun air tanah)
Dari segi fisik, secara geologis akuifer melalui sosialisasi penghematan,
Jakarta mempunyai kemampuan yang baik meningkatkan kerja sama antar unit dan
dalam menyimpan air tanah. Akan tetapi ini instansi terkait dalam pengelolaan dan
sifatnya hanya lokal, untuk secara keseluruhan, penegakan hukum.

17
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

b. Meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas menteri (MENDAGRI) karena badan pengelola


masyarakat, swasta dan pemerintah dalam ini mempunyai daerah kewenangan yang
mengatasi masalah air tanah (baik kualitatif melintasi batas propinsi.
maupun kuantitatif), mengikutsertakan
masyarakat dalam penegakan hukum dalam 6. Pembahasan Hasil Kajian
penanganan sumber sumber penyebab
permasalahan. Sistem air tanah di kawasan Jakarta dan
sekitarnya, yang merupakan daerah studi ini,
5.3. Konsep Pengelolaan Sumberdaya Air tidak lepas dari sistem sumberdaya air secara
Lintas Wilayah keseluruhan. Dampak yang sedang dialami oleh
badan air tanah tidak hanya disebabkan oleh
Secara geografis akuifer Jakarta pola pemakaian atau pemanfaatan air tanah
mempunyai area permukaan yang tersebar yang kurang terorganisasi dengan baik, akan
meliputi 3 wilayah propinsi, yakni : tetapi juga terdapat korelasi pengaruh sebagai
1. Propinsi DKI Jakarta, akibat pengendalian sumberdaya air keseluruhan
2. Propinsi Jawa Barat yang terdiri atas wilayah secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena
(Kota dan kabupaten Bogor, Kota Depok, adanya siklus hidrologi yang melibatkan seluruh
Kota dan Kabupaten Bekasi) komponen air, baik air angkasa, air permukaan
3. Propinsi Banten yang terdiri atas wilayah dan air tanah.
(Kota dan Kabupaten Tangerang) Adapun untuk sistem air bawah tanah,
Selain itu diatas wilayah geografis Propinsi DKI sistem akuifer sebenarnya tidak bisa dilihat
Jakarta mengalir 14 buah sungai, wilayah sebagai sistem hidrogeologi yang rigid dan
Propinsi lain juga dialiri oleh beberapa dari skematisasi yang kaku sesuai dengan definisi
sungai sungai tersebut. akuifer dan akuitarnya, karena dari interpretasi
Berkaitan dengan kondisi ini maka data pemboran tanah memperlihatkan bahwa
beberapa wilayah tersebut mempunyai suatu ketegasan batas antara akuifer dan akuitard itu
kesamaan kepentingan (something in common), sangat berbeda dengan anggapan diatas kertas.
yakni : Untuk sistem akuifer Jakarta, terdapat lapisan
1. Karena keempatbelas sungai tersebut pasir lensa yang ditemui pada kedalaman
mengalir, maka ada suatu kondisi yang tidak tertentu, jadi tidak secara tegas mempunyai
dapat dihindari bahwa warga dari gabungan perbatasan fisik yang jelas, sehingga keterkaitan
wilayah (JABODETABEK) mempergunakan dengan sistem struktur tanah sekitarnya sangat
sungai sungai tersebut (terlepas dari fungsi erat.
apapun) Pemaparan fakta dari kondisi sistem air
2. Warga di wilayah ini juga mempergunakan tanah Jakarta seperti yang diuraikan pada uraian
akuifer air tanah yang sama dalam sebelumnya yaitu kondisi muka air tanah dari
memanfaatkan air tanahnya. ketiga lapis akuifer maupun kondisi penurunan
Dengan adanya persamaan kepentingan ini, muka tanah dan juga terdeteksinya air payau,
maka terdapat alasan yang kuat bahwa perlu secara umum dapat dikatakan bahwa insiden
diusulkan suatu sistem pengelolaan DAS penurunan muka tanah, penurunan muka air
bersama dengan tema ”one river one tanah dan terjadinya intrusi air laut, tidak bisa
management”. dilihat hanya sebagai akibat pola pemanfaatan
Beberapa aspek yang perlu mendapat air tanah yang buruk saja. Akan tetapi dapat
perhatian dalam membentuk badan pengelola dilihat secara lebih jauh, sistem air tanah
adalah : merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pada
1. Regulasi yang mengatur standar kualitas khususnya dan sistem hidrologi pada umumnya.
keempatbelas sungai Oleh karena itu remedi yang menyeluruh untuk
2. Regulasi yang mengatur perlindungan hulu mengatasi permasalahan air tanah ini
seluruh sungai sungai diatas. sebenarnya tidak secara khusus hanya terpusat
3. Regulasi yang mengatur daerah tangkapan pola pengambilan saja yang dikendalikan, akan
air tetapi strategi pengendalian sumberdaya air
4. Regulasi yang mengatur pemanfaatan air tanah dan air permukaan secara terpadu juga
tanah akuifer Jakarta harus mengemuka.
5. Regulasi yang mengatur penggunaan lahan Penurunan muka air tanah pada
6. Pemantauan bersama kualitas dan kuantitas beberapa kawasan tertentu terutama pada area
sungai dan potensi air tanah dimana terjadi kerucut depresi yang dalam
7. Regulasi yang mengatur sistem dan pola merupakan suatu kenyataan bahwa pada akuifer
imbuhan air pada akuifer air tanah Jakarta. untuk area ini terjadi ketidakseimbangan
Adapun tanggung jawab badan terhadap neraca air tanah. Secara umum
pengelola harus diatas gubernur atau setingkat kapasitas pengambilan air tanah didaerah

18
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

kerucut depresi tersebut melebihi kapasitas 1. Dari kajian kependudukan dan kebutuhan air
pengisiannya. Sehingga terjadi kerucut depresi bersih dapat disimpulkan seperti disajikan
yang disebutkan diatas. Hal ini dimungkinkan pada tabel di bawah ini
karena terdapatnya kegiatan fisik dikawasan
tersebut misalnya kegiatan industri berat yang JENIS TAHUN
SATUAN
mengkonsumsi air tanah yang tinggi atau ANALISIS 2002 2025
kegiatan lainnya yang juga menggunakan air 1. Jumlah
jiwa 21.600.698 27.779.399
tanah dalam jumlah besar. Penduduk
2. Kebutuhan
Bila ditinjau lebih jauh terjadinya Juta m3 1.548,79 1.994,72
penurunan muka air tanah yang mencolok ini Air bersih
3. Kemampuan
kemungkinan disebabkan oleh
PDAM
ketidakseimbangan kuantitatif volume air tanah Juta m3 576,86 644,91
memasok air
seperti yang telah diuraikan diatas, kemungkinan bersih
yang lain adalah property akuifer yang sensitive 4. Kebutuhan
Juta m3 1,027.72 1,429.14
terhadap ekstraksi air tanah. Properti akuifer ini Air tanah
antara lain adalah porositas tanah, angka 5. Ketersediaan 1230 -
Juta m3 ?
kelaluan, koefisien storage, ataupun kondisi air tanah 1590
kelokalan akuifer itu sendiri, seperti terjadi lensa
pengelompokan dan kasus kelokalan yang lain. Sehingga dari tabel diatas dapat disimpulkan
Bisa juga oleh karena gabungan dari penyebab bahwa potensi air tanah akuifer basin
diatas. Jakarta dalam keadaan kritis, karena
Untuk kasus penurunan muka tanah, perimbangan antara pemakaian dan
dampak yang disebabkan oleh menurunnya perkiraan imbuhan alam yang diterima oleh
muka tanah tidak menjadi satu satunya faktor air tanah (akuifer bebas) memperlihatkan
penyebab. Ada dua penyebab lain yang perbedaan yang tipis. Ini berarti telah atau
menyumbang terjadinya penurunan muka tanah, sangat dekat dengan saat pertemuan antara
yakni adanya sebagian kegiatan geologi yang laju konsumsi air tanah yang naik dengan
menyebabkan terjadinya kompaksi butir tanah ketersediaan sumberdaya yang semakin
yang terjadi sepanjang masa dan adanya beban menurun. Jika tidak dilakukan intervensi
berat akibat adanya struktur diatas muka tanah, maka potensi sumberdaya air tanah akan
dalam hal ini pada umumnya bangunan menurun dan defisit dengan tingkat
bertingkat. Menurut Distamben, DKI (2003), konsumsi semakin jauh.
faktor penyebab yang paling dominan adalah 2. Kerucut depresi dan penurunan muka tanah
beban berat bangunan yang menyumbang 80% (land subsidence) yang terjadi di kawasan
terhadap laju penurunan muka tanah, sedangkan utara Jakarta memperlihatkan bahwa
pengambilan air tanah menyumbang 17,5%, distribusi ekstraksi air tanah sangat tidak
yang berarti bahwa proses kompaksi akibat seimbang. Kondisi yang tidak seimbang ini
pengambilan air tanah bukan satu satunya dimungkinkan karena kecepatan pengisian
penyebab. air tanah pada akuifer bagian utara Jakarta
Masalah keberadaan air payau didalam lebih rendah dibandingkan dengan volume
akuifer basin Jakarta juga tidak merupakan satu ekstraksi total dikawasan terjadinya insiden
satunya dampak dari pengambilan air tanah yang (kerucut depresi dan land subsidence).
berlebihan. Disamping gejala bergesernya Mengingat daerah pengisian air tanah
interface air asin dan air tawar, kehadiran air berada dikawasan selatan Jakarta, dan
payau dalam sistem air tanah basin Jakarta juga diperlukan waktu yang relatif lama hingga air
disebabkan oleh hadirnya air asin sejak ribuan tanah pengisi sampai di kawasan utara
tahun yang silam. Hal ini sudah dibuktikan bahwa Jakarta, ini juga memperkuat bahwa besaran
keberadaan air asin di beberapa kawasan konduktivitas hidrolis akuifer ini sampai pada
Jakarta tidak terkait dengan aktifitas tahap terlalu kecil untuk tingkat ekstraksi
pengambilan air tanah (Wandowo, 2000). Juga lokal saat ini.
diketahui bahwa keberadaan air asin yang 3. Angka kelaluan yang sangat rendah dan
ditemukan pada beberapa lokasi sumur mempunyai rentang variasi yang sangat
pemantauan diperkirakan sudah disana sejak lebar (terrendah 0.01 m perhari hingga
jaman purba (Wandowo, 2000) tertinggi 14 meter perhari) yang
memperlihatkan bahwa kecepatan aliran air
7. Kesimpulan dan Saran tanah yang juga rendah, sifatnya lokal (tidak
menerus), dengan demikian untuk besaran
Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan k (angka kelaluan) dari formasi total akan
bahwa : jauh kebih rendah setelah lapisan pasir itu
tidak langsung berhubungan, hal ini

19
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

menyebabkan terjadinya kesenjangan 3. Diperlukan instrumen perundangan dan


antara laju ekstraksi dengan kecepatan program pengendalian sumberdaya air tanah
pengisian air dari akuifer sekitarnya. yang lebih menyentuh permasalahan yang
Kecepatan ekstraksi jauh lebih tinggi actual, antara lain kebijakan perlindungan
daripada kecepatan pengisian air tanah, dan daerah tangkapan air diselatan Jakarta, yaitu
sudah terjadi beberapa tahun sehingga daerah pegunungan (Gunung Salak, Gede
berdampak pada insiden penurunan muka dan Pangrango) maupun di daerah
air tanah dan penurunan permukaan tanah. penggunaan air tanah terutama di wilayah
4. Instrumentasi perundang – undangan yang JABODETABEK antara lain dengan cara :
menyangkut pengelolaan sumberdaya air  Memperketat persyaratan menebang
tanah yang diharapkan dapat pohon didaerah tangkapan air.
mengendalikan penggunaan air tanah, tidak  Penyempurnaan SK Gubernur nomor
berjalan sesuai dengan harapan. Surat 115 tahun 2001 sehingga diarahkan
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor. tidak hanya pemilik gedung baru,
115 tahun 2000 hanya efektip untuk diperluas jangkauan sasaran kewajiban
pengembang atau pemilik gedung yang pembuatan sumur resapan yaitu tidak
sedang dibangun. hanya pemilik bangunan baru di Jakarta
5. Skema imbuhan buatan (yang berfungsi saja akan tetapi meliputi seluruh warga
menahan laju penurunan muka air tanah JABODETABEK. Oleh karena itu untuk
dan muka tanah) untuk akuifer air tanah keperluan ini dibutuhkan kerjasama
Jakarta trutama pada lokasi insiden yang lintas propinsi.
dimaksud diatas, secara teoritis dapat  Sosialisasi secara menyeluruh melalui
diterapkan. media masa cetak dan elektronik
6. Dari beberapa fakta dan insiden yang telah terhadap pedoman konservasi air tanah
terjadi, dapat disimpulkan bahwa termasuk perlindungan daerah
pemanfaatan air tanah Jakarta tidak dapat tangkapan air, cara cara pembuatan
dipertahankan secara jangka panjang. sumur resapan dll.
Untuk mengganti pasokan air minum warga, 4. Perlu dilakukan kajian teknis secara lebih
pemanfaatan air permukaan harus lebih menyeluruh dan mendetail kemungkinan
diintensifkan. penerapan imbuhan buatan pada akuifer
Jakarta, antara lain :
Saran yang dapat diberikan dalam  Penyelidikan karakteristik tanah secara
penelitian ini adalah, sebagai berikut : lebih detail yang meliputi porositas
1. Diperlukan sistem penyediaan air bersih tanah, koefisien kelaluan hidrolis pada
yang memadai oleh Perusahaan Air Minum kawasan kritis.
DKI Jakarta, yaitu sistem penyediaan air  Kajian dan pemilihan teknologi yang
bersih yang tidak bersumber pada air tanah paling tepat dalam implementasi teknik
untuk daerah yang mengalami penurunan air imbuhan buatan.
tanah yang ekstrim dan untuk daerah pesisir,  Kajian secara kuantitatif dan kualitatif
yaitu dengan : terhadap air baku yang akan disuntikkan.
 Tidak mengembangkan sistem  Kajian perlunya sistem purifikasi yang
penyediaan air bersih yang berbasis air paling tepat terhadap air baku yang akan
tanah. disuntikkan.
 Memanfaatkan secara optimal sumber  Analisa mengenai dampak lingkungan di
air permukaan yang ada di kawasan lokasi penyuntikan air.
JABODETABEK.
2. Diperlukan perluasan sistem penyediaan air DAFTAR PUSTAKA
bersih (yang dalam hal ini dikelola oleh
PDAM Jaya) agar lebih menjangkau warga 1. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Jakarta secara lebih luas, terutama pada : Daerah DKI Jakarta. 2004. Kebijakan dan
 Daerah pesisir, yaitu area dimana air Strategi Pemda DKI Jakarta
tanahnya mempunyai salinitas tinggi Mengantisipasi Bencana Serta Dampak
(payau) Kemarau dan Banjir. Lokakarya.
 Daerah yang kritis, yaitu daerah yang Perubahan Iklim Bencana Alam di DKI
mengalami penurunan muka tanah dan Jakarta ”Antisipasi dan Mitigasi Dampak
muka air tanah yang ekstrim. Kemarau Banjir”. Jakarta.
 Penambahan sambungan umum di 2. Bear, J. 1979. Hydraulic of Groundwater.
daerah pemukiman padat dan warganya McGraw-Hill. New York.
mempunyai tingkat ekonomi rendah.

20
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

3. Chang, J – H. 1968. Climate and Themes in Resource Management.


Agriculture: An Ecological Survey. Aldine Longman Scientific & Technical. John
Publishing Co. Chicago: Wiley & Sons. Inc. New York.
4. Chiang, C.Y., M. F. Wheeler dan P.B. 15. McDonald, Michael T dan Allen W.
Bedient. 1989. A Method of Characteristics Harbaugh. 1997. A Three – Dimensional
Technique and Mixed Finite Elements Finite – Difference Groundwater Flow
Method for Simulation of Groundwater Model.
Solute Transport. Water Resources 16. Indec & Associates Ltd. 1987. Cisadane
Research. July 1989. Vol.25. No.7. 1541- River basin development feasibility study.
1549. Final feasibility report. Main report. Vol.1.
5. Djajaputra, A. Aziz. 2001. Penurunan Muka Jakarta. Indonesia
Tanah dan Faktor Beban Permukaan 17. Indec & Associates Ltd. 1987. Cisadane
Daerah Jakarta. Seminar Tinjauan Geologi River Basin Development Feasibility Study.
Terhadap Daerah Genangan Di Wilayah Final Feasibility Report. Groundwater.
D.K.I. Jakarta dari Faktor Penurunan Vol.3. Jakarta. Indonesia.
Tanah Secara Non-Alami. 3 Mei 2001. 18. Orange County Water District. 1999. Water
Diselenggarakan oleh Laboratorium Factory 21. http://www.ocwd.com
Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil 19. Puslitbang Teknologi Sumber Daya Air
Universitas Indonesia dan Dinas Departemen Pemukiman dan Prasarana
Pertambangan Pemda DKI. Jakarta. Wilayah. 2000. Studi Banjir di Wilayah
6. Dinas Pertambangan DKI Jakarta. 2000. Kamal – Cengkareng – Kapuk. Propinsi
Studi Pengaruh Pemompaan Air Bawah DKI Jakarta.
Tanah Terhadap Land Subsidence dan 20. Lindstrom, F.T. and W.T. Piver. 1991.
Intrusi Air Laut, Mathematical Models for Describing
7. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Peta Transport in the Unsaturated Zone of Soil.
Hidrogeologi Indonesia. Lembar 1209-1. The Handbook of Environmental
Bogor. Jawabarat. Disalin dari : Laporan Chemistry. Vol 5 Part A. Springer-Verlag.
Tahunan DGTL, 1994/1995. Berlin.
8. Freeze, Allan R., John A. Cherry. 1979. 21. Pemerintah Daerah DKI Jakarta.2000.
Groundwater. Prentice Hall. Englewood Agenda 21 Daerah Khusus Ibukota
Cliffs, New Jersey. Jakarta.
9. Fujioka, Yamaguchi. 1982. Pengamatan 22. Peta Geologi Tata Lingkungan Indonesia.
System Air Tanah Jakarta. Tinjauan 1996. Lembar: DKI Jakarta. Direktorat
Hidrogeologi Basin Jakarta. Geologi Tata Lingkungan. Bandung.
10. Hadipurwo, Satryo dan Syamsul Hadi. 23. Rogers, Peter P. dan Myron B. Fiering.
2000. Konservasi Air Tanah Daerah 1986. Use of Systems Analysis in Water
Jakarta – Bogor. Menyertai Peta Management. Water Resources Research.
Pengendalian Pengambilan Air Tanah. Vol. 22. No.9. Agustus 1986. Hal. 146s-
Direktorat Geologi Tata Lingkungan. 158s.
11. Havis, R.N., R.E. Smith, dan D. D. Adrian. 24. Samsuhadi. 1990. Optimal Control Of
1992. Partitioning Solute Transport Saltwater Intrusion. Application For The
Between Infiltration and Overland Flow Jakarta Groundwater Basin. Master's
Under Rainfall. Water Resources Thesis. Humboldt State University. Arcata.
Research.October 1992. Vol. 28, No. 10. California.
2569-2580. 25. Soeryantono, Herr, Dwita SK
12. Hutasoit, Lambok M. 2004. Hidrogeologi Marsudiantoro, Herlina. 2001.
Cekungan Jakarta untuk Pengembangan Pengendalian Keadaan Hidrogeologi untuk
Resapan Buatan. Laboratorium Simulasi Mencegah Peningkatan Intensitas Spasial
Numerik Hidrogeologi. Departemen Teknik Genangan Air; Studi Kasus: Cekungan Air
Geologi. ITB Tanah Jakarta di Sekitar Kampus UI-
13. IWACO, DHV Consultants, DELFT Depok. Seminar Tinjauan Geologi
HYDRAULICS, TNO, PT. Indah Karya, PT. Terhadap Daerah Genangan Di Wilayah
Kwarsa Hexagon, PT. Wiratman & D.K.I. Jakarta dari Faktor Penurunan
Associates. 1994. Jabotabek Water Tanah Secara Non-Alami. 3 Mei 2001.
Resources Management Study. Directorate Diselenggarakan oleh Laboratorium
General of Water Resources Development. Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Ministry of Public Works. Government of Universitas Indonesia dan Dinas
Indonesia. Jakarta Pertambangan Pemda DKI. Jakarta.
14. McDonald, Adrian T., David Kay. 1988. 26. Soekardi, P. dkk. 1986. Geological Aspect
Water Resources: Issues & Strategies. of The Aquifer System and Groundwater

21
Samsuhadi : Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. JAI Vol 5. No. 1 2009

Situation of The Jakarta Artesian Basin. Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset
Seminar of Geological Mapping in The Nasional. Jakarta
Urban Development. Economic and Social 34. Willis, Robert. 1976. Optimal Groundwater
Commision for Asia and The Pacific. Quality Management. Well Injection Of
Bangkok. Waste Water. Water Resources Research.
27. Taigbenu, Agpofure E, James A. Ligget Vol.12. No. 1:47-53
dan Alexander H-D. Cheng. 1984. 35. Willis, Robert and William W-G. Yeh. 1987.
Boundary Integral Solution to Seawater Groundwater System Planning And
Intrusion Into Coastal Aquifers. Water Management. Prentice Hall. Englewood.
Resources Research. Vol.20.No.8. New Jersey.
Agustus 1984. Hal.1150-1158. 36. Willis, Robert and Brad A. Finney. 1988.
28. Tambunan, Rudy P. 2005. Dampak Planning Model For Optimal Control Of
Perkembangan Fisik Kota terhadap Pola Seawater Intrusion. Journal of Waters
Tata Air Ekosistem Dataran Rendah Resources Planning and Management.
Jakarta. Disertasi. Jenjang Doktor Program March, 1988, vol.114. No.2, Paper
Studi Ilmu Lngkungan. Program no.22258
Pascasarjana. Universitas Indonesia. 37. Willis, Robert dan Philip Liu. 1984.
29. Tucciarelli, Tullio dan George Pinder. Optimization Model for Groundwater
1991. Optimal Data Acquisition Strategy for Planning. Journal of Water Resources
The Development of a Transport Model for Planning and Management. Vol. 110. No.3.
Groundwater Remediation. Water Hal 333-346.
Resources Research. April 1991. Vol. 27. 38. Willis, Robert dan Brad Finney. 1985.
No.4. 577-588. Optimal Control of Nonlinear Groundwater
30. Vacher, H.L. 1988. Dupuit-Ghyben- Hydraulics: Theoretical Development and
Herzberg of Strip-Island Lenses. Numerical Experiments. Water Resources
Geological Society of America Bulletin. Research. Vol.21. No.10. Oktober 1985.
Vol.100. April 1988. Hal 580-591 Hal.1476-1482.
31. Waterloo Hydrologic. 1997. Visual 39. Willis, Robert. 1976. Optimal Groundwater
MODFLOW. Quality Management. Well Injection Of
32. Wanakule, Nisai dan Larry W. Mays. 1986. Waste Water. Water Resources Research.
Optimal Management of Large Scale Vol.12. No. 1:47-53
Aquifers Methodology and Application. 40. Willis, Robert and William W-G. Yeh. 1987.
Water Resources Research. Vol.22. No.4. Groundwater System Planning And
April 1986. Hal. 446-465. Management. Prentice Hall. Englewood.
33. Wandowo. 2000. Teknologi Isotop Alam New Jersey.
untuk Evaluasi Dinamika Aliran Air anah: 41. Yates, S. R. 1990. An Analytical Solution
Studi Daerah Resapan dan Intrusi Air Laut for One-Dimensional Transport in
Akuifer Jakarta dan sekitarnya. Laporan Heterogeneous Porous Media. Water
akhir riset. Riset Unggulan Terpadu V. Resources Research. October 1990. Vol.
Bidang Teknologi Perlindungan 26. No. 10.2331-2338.
Lingkungan (1997 – 2000). Puslitbang
Tekinologi Isotop dan Radiasi Badan
Tenaga Nuklir Nasional. Kantor Menteri

22

You might also like