Professional Documents
Culture Documents
Pemeliharaan alur pelayaran (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Tunning
Basin) dapat berpotensi menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air laut.
Limbah yang dihasilkan akan masuk dan mencemari air laut berupa peningkatan
konsentrasi TSS yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air laut. Saat ini (rona
lingkungan), konsentrasi TSS di air laut berkisar 1,8 – 32,04 mg/L dan masih di bawah
baku mutu berdasarkan KepMen LH No, 51 tentang baku mutu air laut, yaitu 80 mg/L.
Dengan adanya pencemaran ini, akan memungkinkan terjadi peningkatan konsentrasi TSS
pada air laut.
Selain itu, peningkatan parameter TSS di air laut dapat menimbulkan dampak turunan
terhadap estetika, terganggu kehidupan biota air seperti plankton, bentos, dan ikan, serta
persepsi negatif dari masyarakat terhadap kegiatan pemeliharaan alur pelayaran.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air laut dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, yaitu penduduk di Desa
Argawana Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Provinsi Banten yang
memanfaatkan air laut, sehingga dampaknya bersifat penting.
Wilayah sebaran dampak cukup luas di badan air penerima hingga ke arah hilir dari
lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dari peningkatan pencemar ini adalah
estetika air laut dan terganggunya biota air dan timbulnya keresahan masyarakat
sebagai dampak turunan. Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
III - 92 Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
PT. NGS BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Dampaknya akan berbalik, karena badan air penerima saat ini belum tercemar berat
dan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, dan dimungkinkan terjadi self
purification untuk memurnikan atau mengembalikan kondisi alami badan air
penerima, sehingga dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan pertimbangan bahwa pada kondisi rona lingkungan awal, badan air
penerima tersebut masih memenuhi baku mutu, akan dicemari dengan pencemaran
dari kegiatan pemeliharaan alur pelayaran, maka dianggap penting.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga, yang
akan berpotensi menyebabkan perubahan bathimetri sehingga pola arus laut berubah.
Selama proses pengerukan alur pelayaran maka akan mempengaruhi perubahan batimetri
terutama pada alur pelayaran.
Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan pemodelan hidrodinamika arus laut pada
kondisi eksisting dan setelah pengerukan. Akan di bandingkan kecepatan arus pada kondisi
eksisting dan setelah pengerukan, apabila kecepatan arus laut cenderung lebih kecil
dibandingkan pada kondisi eksisting, artinya dari sisi pelayaran kondisi perubahan arus
aman bagi kapal yang melewati alur pelayaran di area pengerukan.
Berikut ini titik observasi pembanding kecepatan arus eksisting dan setelah pengerukan
(pemeliharaan alur pelayaran) :
Berdasarkan perbandingan kecepatan arus ada kondisi eksisting (E) dan setelah
pengerukan (O) maka pada area pengerukan berdasarkan data kecepatan arus di titik
observasi (E1; E2; E3 dan E4) kecepatan arus laut mengecil setelah pengerukan sehingga
aman bagi pelayaran.
Untuk menentukan sifat penting dampak dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
perubahan kecepatan arus laut yag cenderung mengecil tidak mengganggu penduduk
di sekitar alur pelayaran, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
area yang mengalami perubahan kecepatan arus laut cenderung hanya di area
pengerukan, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
tidak ada komponen hidup lainnya yang terganggu. Oleh karena itu, dampaknya
bersifat tidak penting.
Dampaknya akan berbalik, karena pada suatu saat kedalaman perairan akan kembali
seperti seula, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka prubahan pola arus laut pada tahap operasi
dianggap dampak negatif tidak penting.
Untuk menentukan sifat penting dampak dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, yaitu penduduk di Desa
Argawana Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Provinsi Banten yang
memanfaatkan air laut, sehingga dampaknya bersifat penting.
Wilayah sebaran dampak terbatas hanya di sekitar tapak proyek sehingga dampaknya
bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang timbul adalah keresahan masyarakat. Oleh karena itu,
dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan pertimbangan bahwa pada kondisi rona lingkungan awal, maka dianggap
negatif penting.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga juga
akan menimbulkan terjadinya perubahan gelombang. Sehingga akan menimbulkan dampak
lanjutan terhadap abrasi, terkikisnya pesisir pantai dan perubahan garis pantai.
Berdasarkan dari hasil pemodelan hidrodinamika arus laut, cenderung pada area di dalam
area pengerukan kecepatan arus mengecil sedangkan pada area titik observasi E5 dan E6
pada area di dekat garis pantai mengalami peningkatan kecepatan. Berdasarkan kondisi
tersebut maka ada potensi terjadinya abrasi terjadinya abrasi akibat kegiatan pemeliharaan
alur pelayaran merupakan dampak negate penting
Untuk menentukan sifat penting dampak dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, yaitu penduduk di Desa
Argawana Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Provinsi Banten yang
memanfaatkan air laut, sehingga dampaknya bersifat penting.
Wilayah sebaran dampak pada area yang berdekatan dengan area, sehingga
dampaknya bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dari terjadinya abrasi adalahkeresahaan. Oleh
karena itu, dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan pertimbangan bahwa pada kondisi rona lingkungan awal, maka terjadinya
abrasi dianggap negatif penting.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga akan
mengakibatkan kekeruhan perairan akibat dari air yang telah bercampur dengan material-
material halus melimpah dan masuk ke laut. Akibat dari kegiatan ini maka berpotensi
meningkatkan sebaran sedimen sampai jarak tertentu.
Berdasarkan hasil pemodelan sebaran sedimen mencapai jarak 1000 m dari area
pengerukan, berdasarkan pertimbangan tersebut maka dampak dikategorikan penting.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari peningkatan sedimentasi dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Luas sebaran dampaknya meliputi radius ± 1km dari lokasi kegiatan, sehingga
dampaknya bersifat penting.
Dampaknya akan berbalik (berhenti) pada saat pekerjaan selesai dilakukan, sehingga
dampaknya bersifat tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan pemeliharaan
alur, terhadap peningkatan sedimentasi dikategorikan dampak negatif penting.
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
III - 101
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PT. NUSANTARA GAS SERVICE
Proses regasifikasi berpotensi mengganggu lalu lintas laut, terutama pada saat
pembongkaran (unloading) LNG dari kapal tanker. Pembongkaran LNG memerlukan
waktu paling lama sekitar 12 jam, dan selama pembongkaran tidak ada aktivitas di sekitar
kapal yang sedang unloading, termasuk kegiatan nelayan yang akan melewati daerah
unloading. Kegiatan tersebut akan berpotensi menggangu lalu lintas laut khususnya
perairan Teluk Banten lokasi kegiatan maerupakan jalur lalu lintas laut bagi nelayan
Pengoperasian Demaga terutama yaitu aktifitas kapal pengangkut LNG dan pada saat
pembongkaran kapal tanker produksi LNG termasuk jetty dengan panjang 1,1 km
berpotensi menggangu lalu lintas laut dan aktifitas nelayan khususnya di perairan Teluk
Banten. Aktifitas kapal pengangkut LNG yaitu datang dan perginya kapal pengangkut,
unloading dan pada saat berputarnya kapal di area dermaga akan mengganggu lalu lintas
laut, terutama bagi nelayan. ritasi kapal pengangkut LNG relatif sedikit yaitu paling
banyak sekitar 10 kapal dalam sebulan, namun teluk Banten di lokasi kegiatan merupakan
jalur lalu lintas laut terutama bagi nelayan
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga akan
mempengaruhi lalu lintas di laut khususnya perairan Teluk Banten lokasi kegiatan
merupakan jalur lalu lintas laut bagi nelayan pada saat pulang maupun pergi melaut/
mencari ikan dan penyebrangan ke pulo panjang
Untuk menentukan sifat penting dampak dari terganggunya kelancaran lalu lintas dapat
dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah pengguna perairan sekitar teluk banten
dekat dengan lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Intensitas dampak cukup tinggi dilakukan selama tahap operasi, sehingga dampaknya
bersifat penting.
Timbulnya gangguan lalu lintas laut akan menimbulkan dampak terhadap timbulnya
sikap dan persepsi negatif masyarakat karena terganggu kelancaran lalu lintas laut.
Oleh karena itu dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan proses
regasifikasi, pengoperasian dermaga dan pemeliharaan alur pelayaran, terhadap lalu lintas
laut dikategorikan dampak negatif penting.
A) Proses Regasifikasi,
proses regasifikasi memiliki potensi untuk menurunkan kualitas air laut. Proses regasifikasi
juga akan berpotensi menurunkan kualitas air laut, khususnya parameter suhu. Kebutuhan
air laut sebagai media pemanas, dan kemudian akan kembali ke laut dengan suhu dingin,
akan menurunkan suhu air laut di sekitar outlet untuk proses regasifikasi. Penurunan
kualitas air laut akan mempengaruhi gangguan derivatif untuk biota air termasuk plankton,
benthos, ikan, terumbu karang dan organisme pesisir seperti lamun. Dari data yang
diperoleh di sekitar proyek, ada 45 spesies fitoplankton. Hasil analisis indeks fitoplankton
keanekaragaman (H ') di perairan Banten Teluk sekitar lokasi lokasi proyek berkisar antara
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air laut dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah orang yang terkena adalah tidak ada. sehingga efek tidak penting.
Wilayah menyebar dampak yang cukup luas di perairan laut dari lokasi kegiatan,
sehingga efek tidak penting.
Tidak ada komponen lingkungan yang terkena dampak lainnya. Oleh karena itu,
dampaknya tidak penting.
Dampaknya akan berubah, karena jari-jari rata-rata 100 m dari suhu air pembuangan
sudah kembali normal, sehingga efek yang signifikan.
Berdasarkan pertimbangan bahwa pada kondisi rona lingkungan awal, badan air penerima
tersebut masih memenuhi baku mutu dari proses regisifikasi, maka dianggap negatif tidak
penting.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga dapat
meningkatkan konsentrasi TSS yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air disekitar lokasi
kegiatan sampai jarak tertentu, mengingat kualitas air laut sangat berpengaruh terhadap
interaksi komponen lingkungan yang ada di dalam perairan. Gangguan terhadap kualitas
air laut khususnya peningkatan kekeruhan akan memberikan dampak ikutan terhadap
komponen biota air laut dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pemeliharaan alur
pelayaran akan menimbulkan dampak lanjutan terhadap terganggunya biota air sebagai
penghuninya.
Dari data diperoleh di sekitar lokasi proyek, terdapat 45 jenis fitoplankton. Hasil analisis
indeks keanekaragaman fitoplankton (H’) di perairan Teluk Banten sekitar lokasi tapak
proyek berkisar antara 1.25 – 2,12. Indeks keanekaragaman zooplankton berkisar antara
1,11 – 2,22 dan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener terlihat bahwa pada umumnya
kondisi perairan kisaran antara 3,05 – 7,07. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi
pencemaran perairan sekitar tapak proyek umumnya berada pada tingkat ringan atau
stabilitas komunitas biota sedang. Hasil pengamatan kondisi terumbu karang diperoleh
nilai sebesar 47% sehingga tergolong ke dalam kriteria sedang. Banyak ditemukan Rubble
(patahan karang mati) dan karang mati yang tertutup alga (Dead Coral Algae). Jenis
karang yang ditemukan adalah Anacropora forbesi, Acropora Aspera, Acropora Humilis,
Montipora capricornis, Favites flexuosa, Ctenactis echinata, Pectinia lactuca, Porites
cylindrical. Kondisi lamun di perairan pulau panjang pada saat pengambilan data
dilakukan hanya sedikit, karena lamun tertutup sedimen lumpur. Lamun yang
teridentifikasi masih hidup terdapat terdapat satu jenis yaitu Enhalus acoroides.
Tertutupnya lamun oleh sedimen menjadikan warna daun tidak hijau melainkan sudah
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
III - 105
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PT. NUSANTARA GAS SERVICE
berubah menjadi coklat. Hal ini dipengaruhi juga oleh musim hujan dimana, pada saat
musim hujan, lumpur yang ada didarata terbawa oleh air larian ke laut. Sehingga dengan
adanya TSS dan parameter logam berat yang terangkat diperairan laut wilayah studi akan
mempengaruhi keberadaan biota air disekitar lokasi. Dalam rencana implementasi, akan
ada layar lumpur untuk meminimalkan kontaminasi, tetapi masih akan menjadi penting
karena prediksi itu tidak dilakukan, dampaknya akan mengelola.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air laut dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, yaitu penduduk di Desa
Argawana Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Provinsi Banten yang
memanfaatkan air laut, sehingga dampaknya bersifat penting.
Wilayah sebaran dampak cukup luas di badan air penerima hingga ke arah hilir dari
lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dari peningkatan pencemar ini adalah
estetika air laut dan terganggunya biota air dan timbulnya keresahan masyarakat
sebagai dampak turunan. Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
Dampaknya akan berbalik, karena badan air penerima saat ini belum tercemar berat
dan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, dan dimungkinkan terjadi self
purification untuk memurnikan atau mengembalikan kondisi alami badan air
penerima, sehingga dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan pertimbangan kondisi rona awal, badan air penerima masih memenuhi
baku mutu, namun dengan kegiatan pemeliharaan alur pelayaran akan membebani
perairan, sehingga diprakirakan sebagai dampak negatif penting.
Adanya kegiatan pengadaan tenaga kerja untuk operasi, akan memberi kesempatan kerja
bagi masyarakat setempat. Disamping itu, adanya aktivitas tenaga kerja di lokasi kegiatan
akan membuka peluang berusaha bagi masyarakat setempat, seperti penyediaan
warung/toko. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di Desa Argawana yang
termasuk lokasi studi, jumlah tenaga kerja yang direkrut tersebut relatif sedikit. Selain itu
di sekitar lokasi rencana kegiatan terdapat banyak warung. Namun lapangan kerja pada
saat ini sulit untuk didapat sehingga peluang sekecil apapun dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat. Selain itu,berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga di
KecamatanPuloampel, terdapat total 1415 keluarga Pra Sejahtera (KS) (Sumber :
Puloampel dalam Angka,2014).. Jumlah ini cukup banyak, sehingga diharapkan dengan
keberadaan proyek, akan mengurangi angka tersebut dengan memberikan kesempatan
kerja bagi masyarakat lokal tentunya bagi masyarakat yang memenuhi kualifikasi
pekerjaan.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari Pengadaan Tenaga Kerja sebagai berikut :
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu sebanyak 150 orang yang akan
direkrut sebagai tenaga kerja atau sekitar 0,06% dari penduduk usia produktif di
Kecamatan pulo ampel, namun lapangan kerja pada saat ini sulit untuk didapat
sehingga peluang sekecil apapun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga
dampaknya bersifat penting.
Sementara untuk peluang usaha, peluang yang dimaksud ada pada pemenuhan makan
minum pekerja yang dapat dipenuhi oleh kantin/warung di sekitar proyek. Sehingga
kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal dan peluang usaha dalam kegiatan
pengadaan tenaga kerja diprakirakan sebagai dampak penting.
Kegiatan pengadaan tenaga kerja berpotensi melibatkan tenaga kerja dari desayang
berada di sekitar proyek seperti Desa Argawana dan desa lainnya di sekitarnya di
Kecamatan pulo ampel.
Dampak akan berlangsung lama, yaitu selama operasi. Oleh karena itu dampak
bersifat penting.
Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lainnya selama tahap operasi sehingga
sifatnya penting.
Dampak terhadap parameter kesempatan tenaga kerja dan berusaha tergolong dapat
berbalik, jika kegiatan operasi telah selesai karena akan dilakukan pemutusan tenaga
kerja. Oleh karena itu sifatnya penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan terhadap mata
pencaharian dikategorikan dampak positif penting.
Pengoperasian Dermaga terutama yaitu aktifitas kapal pengangkut LNG dan pada saat
pengisian kapal tanker produksi LNG termasuk jetty dengan panjang 1,1 km berpotensi
menggangu lalu lintas laut dan aktifitas nelayan khususnya di perairan Teluk Banten.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga akan
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas nelayan khususnya jalur pelayarannya
Puloampel yang mencari ikan di sekitar tapak proyek seperti di sekitar Pulopanjang
dan lokasi dumping, sehingga dampak diprakirakan sebagai dampak penting
Dampak akan berlangsung lama, yaitu selama operasi. Oleh karena itu dampak
bersifat penting.
Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lainnya selama tahap operasi sehingga
sifatnya penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan terhadap mata
pencaharian dikategorikan dampak negatif penting.
daerah unloading. Lokasi tangkap ikan oleh nelayan Desa Argawana dan Desa
Pulopanjang berada di sekitar Teluk Banten, Laut Jawa, Maranggai, Watu Ireng, Pulo Kali,
dan Sekitar Pulopanjang. Terkait proyek, lokasi tangkap ikan yang paling dekat dengan
tapak proyek adalah di sekitar Pulopanjang.. Hal ini dikhawatirkan oleh responden
(nelayan) akan mengganggu aktivitas melautnya khususnya jalur pelayarannya. Dampak
tersebut berlangsung cukup lama, selama operasional LNG Receiving Terminal
berlangsung.
Pengoperasian Dermaga terutama yaitu aktifitas kapal pengangkut LNG dan pada saat
pengisian kapal tanker produksi LNG termasuk jetty dengan panjang 1,1 km berpotensi
menggangu lalu lintas laut dan aktifitas nelayan khususnya di perairan Teluk Banten.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga akan
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas nelayan khususnya alur pelayaran
Berdasarkan informasi dari nelayan, hasil tangkapan tergantung dari musim. Sehingga
aktivitas yang diselenggakan pada tahap operasi proyek tidak dapat diclaim mengganggu
hasil tangkapan nelayan yang juga berhubungan dengan penurunan pendapatan.
Untuk menentukan sifat penting dampak,dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Tidak ada penduduk yang akan terkena dampak,sehingga dampaknya bersifat tidak
penting.
Kegiatan akan berpengaruh ke Desa yang berada di sekitar proyek seperti Desa
Argawana dan desa lainnya di sekitarnya di Kecamatan pulo ampel. Oleh karena itu
diprakirakan dampak bersifat penting.
Dampak akan berlangsung lama, yaitu selama operasi dilakukan dengan intensitas
yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat penting.
Tidak ada komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka dampaknya bersifat
tidak penting.
Dampak tdapat berbalik, jika kegiatan operasi telah selesai karena akan dilakukan
pemutusan tenaga kerja. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan proses
regasifikasi, pengoperasian dermaga, pemeliharaan alur pelayaran terhadap penurunan
pendapatan masyarakat dikategorikan negatif tidak penting.
Banyaknya tenaga kerja setempat (lokal) yang bekerja di proyek, serta adanya peluang
berusaha yang dapat dimanfaatkan penduduk setempat akan menyebabkan sikap dan
persepsi masyarakat menjadi positif terhadap proyek. Namun sikap dan persepsi ini dapat
berubah menjadi negatif terhadap penduduk yang tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek.
Pengoperasian dermaga untuk kepentingan sendiri termasuk jetty dengan panjang 1,1 km
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak yang timbul tersebut apabila
tidak dikelola akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Gangguan yang timbul
adalah penurunan kualitas air, terganggunya lalu lintas laut, terganggunya biota air,
terganggunya mata pencaharian yang akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif
masyarakat.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga akan
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas nelayan. Penurunan tangkapan ini akan
menimbulkan persepsi negative masyarakat khususnya nelayan.
Seperti yang diperoleh dari survey kepada masyarakat Desa Argawana dan Puloampel,
responden merasa khawatir jika proyek akan menghasilkan limbah (25%), menimbulkan
kebisingan (8%), Khawatir jika proyek akan menimbulkan ledakan gas (22,9%), dan
berkurangnya penghasilan (19,8%). Kekhawatiran yang dirasakan responden cukup
beralasan karena masyarakat sudah terbiasa hidup di sekitar lokasi proyek yang merupakan
daerah industri. Mereka menganggap keberadaan industri di sekitar tempat tinggalnya
menimbulkan beberapa gangguan kenyamanan seperti limbah, dan kebisingan. Persepsi
masyarakat tentang perusahaan gas saat ini masih terpatok pada kecelakaan ledakan gas
yang sering diberitakan di media. Sehingga responden berasumsi sama terhadap rencana
proyek.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari timbulnya sikap dan persepsi negatif
masyarakat dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut :
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu penduduk sekitar di wilayah Desa
Argawana dan Desa Pulopanjang di wilayah Kecamatan Puloampel, sehingga
dampaknya bersifat penting.
Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama operasi dilakukan namun dengan
intensitas yang tinggi. Oleh karena itu dampak bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah terjadinya konflik sosial,
maka dampaknya bersifat penting.
Dampak akan berbalik, karena dampak kegiatan operasi terhadap persepsi negative
masyarakat dapat berbalik jika sosialisasi mengenai kegiatan terus dilakukan dan
dilanjutkan dengan pemberian feed back yang pro aktif terhadap reaksi mayoritas yang
muncul seperti pelibatan masyarakat lokal dan lainnya. Oleh karena itu sifatnya tidak
penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak seluruh kegiatan pada
tahap operasi terhadap timbulnya persepsi negatif masyarkat dikategorikan dampak
negatif penting.
Terjadinya konflik sosial dapat terjadi akibat ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap
pelaksanaan kegiatan pengadaan tenaga kerja. Tenaga kerja lokal yang direkrut untuk bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk di desa lokasi studi, jumlah tenaga kerja yang
direkrut tersebut relatif sedikit. Sedikitnya tenaga kerja lokal yang direkrut tersebut dapat
mengakibatkan ketidakpuasan di masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya
konflik sosial di masyarakat yang tidak dilibatkan dalam kegiatan proyek.
Pengoperasian dermaga untuk kepentingan sendiri termasuk jetty dengan panjang 1,1 km
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak yang timbul tersebut apabila
tidak dikelola akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Gangguan yang timbul
adalah penurunan kualitas air, terganggunya lalu lintas laut, terganggunya biota air,
terganggunya alur pelayaran yang akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif
masyarakat dan akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
Pemeliharan alur kapal (Ship Channel) dan pemeliharaan kolam putar (Turning Basin).
Pekerjaan ini merupakan bagian dari pemeliharaan dermaga secara keseluruhan. Pekerjaan
ini meliputi pengerukan (Dredging) untuk menjaga kedalaman laut di area dermaga akan
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas nelayan khususnya alur pelayaran.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari terjadinya konflik sosial dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut :
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu sebagian masyarakat di wilayah
Desa Argawana dan Pulopanjang, namun akan meyebar ke wilayah sekitarnya,
sehingga dampaknya bersifat penting.
Dampak akan berlangsung lama, yaitu selama operasi dilakukan dengan intensitas
yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah persepsi negatif maka
dampaknya bersifat penting.
Dampak bersifat kumulatif karena terkait dengan dampak lainnya sehingga sifatnya
penting.
Dampak akan berbalik, jika kegiatan operasi telah selesai serta sosialisasi mengenai
kegiatan terus dilakukan. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan operasi
terhadap terjadinya potensi sosial konflikdikategorikan dampak negatif penting.
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat akan menyebabkan peningkatan debu lokal. Hal ini
disebabkan penggunaan kendaraan dan alat berat untuk mengangkut peralatan dan material
hasil bongkaran.
Pengangkutan alat berat dan amterial pasca operasi akan dilakukan melalui darat
menggunakan truk sebanyak 6 buah dengan intensitas pengangkutan 15 truk/hari.
Perhitungan besaran masing-masing parameter gas buang berdasarkan sumber emisinya
menurut Environmental Data Book (1992) dan Zears Zemansky (1976), yaitu :
b. NO2
c. SO2
C =
dimana :
Data rona lingkungan menunjukkan bahwa temperatur udara di wilayah studi adalah 29,7 –
29,9 oC, sedangkan kecepatan angin sesaat adalah 0,0 – 2,1 m/detik serta kadar debu
181,81 – 200,44 µg/m3 (BML = 230 µg/m3). Kendaraan truk yang digunakan cukup besar
yaitu memiliki kapasitas 8 ton, kecepatan rata-rata 40 km/jam.
Tabel 3.xx. Kadar Zat Pencemar di Udara Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat Berat dan
Material saat Pasca Operasi
Baku
Q s Rona
No. Parameter u (m/dtk) z (m) C (µg/m3) Mutu
(µg/detik/m2) (m) (µg/m3)
(µg/m3)
102-
1 CO 2,82 10 1,05 1,5 17,87 30.000
725,29
2 NO2 16,04 10 1,05 1,5 101,82 7,18-7,98 400
3 SO2 0,95 10 1,05 1,5 6,06 1.18-2,98 900
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa besarnya konsentrasi polutan yang dihasilkan
untuk gas CO sebesar 0,02 kali, NO2 sebesar 12,76 kali dan SO2 sebesar 2,03 kali dari
kondisi rona lingkungan hidup awal. Dan untuk semua parameter masih memenuhi baku
mutu kualitas udara ambien PP No. 41 Tahun 1999.
Debu akan menyebar dan menyebabkan gangguan terhadap kegiatan masyarakat sekitar,
terutama pada musim kemarau. Dampak lain dari derivatif adalah untuk potensi Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) akibat debu terhirup dan masuk ke sistem pernapasan
terjadi. Untuk memperkirakan seberapa jauh distribusi partikel debu, persamaan dinamika
fluida-partikel digunakan dari Hukum Stoke 's.
V = gρp(dp)2/18μa
Dimana:
= 17,9 det
= 0,0052 jam.
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:
Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa radius 18,8 m dari sumber kegiatan
mobilisasi alat berat dan material akan terpapar oleh debu.
Perhitungan untuk prakiraan radis sebaran debu berasal dari satu sumber (yaitu kendaraan
proyek), dan tidak memperhitungan adanya sumber lain. Besarnya radius sebaran debu
adalah radius dari kendaraan hingga area yang dileati kendaraan selama proses mobilisasi,
sehingga sebaran akan terjadi di sepanjang jalan.
Untuk memprediksi resuspensi debu yang diakibatkan oleh pergerakan alat berat di areal
kerja digunakan persamaan:
Bila diketahui silt content 6%, kecepatan alat berat adalah 10 km/jam (6,21 miles/jam),
berat alat berat adalah 30 ton, jumlah roda 4 buah, jumlah hari hujan dalam 1 tahun 187,4
hari, sehingga kecepatan sebaran debu yang akan terangkat ke udara akibat pergerakan
roda kendaraan ke udara adalah:
Apabila lebar area kerja alat berat adalah 100 m dan tinggi pengadukan (kepulan debu) 2
m, maka konsentrasi sebaran debu dari lahan yang dibongkar adalah:
Berdasarkan perhitungan di atas, hal itu menunjukkan bahwa konsentrasi debu di udara
ambient ketika alat berat beroperasi untuk Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat dan
Material mencapai 1.159,03 ug / m3. Sementara konsentrasi debu di lokasi terdekat
(penduduk dekat akses masuk) waktu incurrent (baseline) mencapai 200,44 ug / m3,
sehingga mengakibatkan peningkatan sekitar 5,8 kali. Dan jika dibandingkan dengan
standar sesuai dengan Kualitas Standard Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999,
adalah 230 ug / m3, nilai TSP dari kegiatan ini lebih tinggi dari standar. Tingginya
konsentrasi ini diharapkan akan berkurang selama proses pengangkutan yang dilakukan
bergiliran setiap satu truk. Namun tetap penting karena terdapat penduduk yang dekat
dengan akses masuk lokasi kegiatan.
Jumlah penduduk yang terkena dampak akibat sebaran partikel debu adalah penduduk
yang berada dalam radius 18,8 m dari jalan, khususnya pemukiman yang dekat
dengan akses masuk yang dilewati oleh kendaraansehingga dampaknya bersifat
penting.
Luas sebaran dampaknya meliputi radius sekitar 18,8 m dari lokasi kegiatan
konstruksi, khususnya di permukiman yang dekat dengan akses masuk yang dilewati
oleh kendaraan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Intensitas dampak rendah dan berlangsung hanya pada saat dilakukan kegiatan
konstruksi, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak adalah gangguan kesehatan
(ISPA) akibat pemaparan debu dalam konsentrasi melebihi baku mutu (230 ug / m3)
yang terhisap oleh penduduk dekat akses masuk kegiatan yang berada di lokasi yang
dilewati kendaraan pada radius 18,8 m.. Dampak terhadap ISPA diprakirakan tidak
permanen karena masa inkubasi ISPA umumnya sekitar 2 – 4 tahun tergantung kepada
kondisi kesehatan reseptor dan kuantitas debu yang terhisap, adapun lamanya
pemaparan selama konstruksi saja (sementara), sehingga dampaknya dianggap bersifat
tidak penting.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi alat berat dan
material terhadap penurunan kualitas udara, dikategorikan dampak negatif penting.
Parameter debu akan menyebar dan menimbulkan gangguan terhadap aktifitas masyarakat
sekitar, khususnya ketika musim kemarau. Dampak turunan lainnya adalah terhadap
gangguan kesehatan (ISPA) akibat debu terhirup dan masuk ke dalam sistem pernafasan.
Untuk memperkirakan berapa jauh jarak sebaran partikel debu tersebut digunakan
persamaan dinamika fluida-partikel dari Hukum Stoke.
V = gρp(dp)2/18μa
Dimana:
= 22,37 det
= 0,0062 jam.
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:
Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa radius 23,5 m dari sumber kegiatan
pembongkaran bangunan akan terpapar oleh debu.
Untuk memprediksi resuspensi debu pada areal kerja pembongkaran bangunan digunakan
persamaan:
Bila diketahui silt content 6%, kecepatan alat berat pada saat manuver adalah 10 km/jam
(6,21 miles/jam), berat alat berat adalah 30 ton, jumlah roda 4 buah, jumlah hari hujan
dalam 1 tahun 187,4 hari, sehingga kecepatan sebaran debu yang akan terangkat ke udara
akibat pergerakan roda kendaraan ke udara adalah:
Apabila lebar area kerja alat berat adalah 100 m dan tinggi pengadukan (kepulan debu) 2,5
m, maka konsentrasi sebaran debu dari lahan yang disiapkan adalah:
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa konsentrasi debu di udara
ambien pada saat alat berat bekerja untuk pembongkaran bangunan mencapai 927,22
µg/m3. Sedangkan konsentrasi debu di lokasi kegiatan paling tinggi pada saat ini (rona
awal) mencapai 200,44 µg/m3, sehingga terjadi peningkatan sekitar 4,6 kali. Dan jika
dibandingkan dengan standar sesuai dengan Kualitas Standard Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999, adalah 230 ug / m3, nilai TSP dari kegiatan ini lebih tinggi dari
standar. Sehingga besar dampaknya relatif besar.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas udara dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Tidak ada penduduk yang terkena dampak karena jarak pemukiman terdekat ± 500 m,
sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Luas sebaran dampaknya meliputi radius sekitar 23,5 m dari lokasi kegiatan,
sedangkan jarak pemukiman terdekat ±500 m, sehingga dampaknya bersifat tidak
penting.
Intensitas dampak rendah dan berlangsung hanya pada saat dilakukan kegiatan
pembongkaran, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
radius sebran lebih kecil dari jarak dengan akses masuk penduduk yaitu ±500 m,
sehingga dampaknya dianggap bersifat tidak penting.
dampak dari sebaran partkel debi akan diminimalkan dengan adanya green barrier
(akan ada) dan denga penyiraman (secara manual) di lokasi berdebu, sehingga dampak
tidak penting.
Dampak yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan
material terhadap peningkatan kebisingan bersumber dari kendaraan yang digunakan, yaitu
Dump Truck, dan peralatan lainnya. Kendaraan akan melewati tempat aktifitas penduduk
seperti permukiman, toko/warung, dan lainnya yang lokasinya berdekatan dengan akses
masuk ke lokasi kegiatan. Sumber kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan tersebut
termasuk jenis intermittent. Untuk memprediksi pola sebaran kebisingan dari kendaraan
yang melaju di jalur mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan material terhadap
lingkungan sekitarnya dibantu melalui perhitungan matematika berikut ini.
Sumber bergerak
Sedangkan untuk kawasan industri dengan baku mutu PermenLH No 48 Tahun 1999
sebesar 70 dBA, maka dalam jarak <10 m akan melebihi baku mutu, namun jika
dibandingkan dengan baku mutu Permenaker No 13 Tahun 2011 sebesar 85 dBA,
kebisingan masih dalam status aman.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari peningkatan kebisingan dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang terkena dampak akibat sebaran kebisingan adalah penduduk
yang berada dalam radius 75 m dari lokasi yang digunakan untuk mobilisasi dan
demobilisasi alat berat dan material, khususnya penduduk yang berada di dekat akses
masuk kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Luas sebaran dampaknya meliputi radius sekitar 75 m dari tapak proyek khususnya di
penduduk yang berada di dekat akses masuk kegiatan, sehingga dampaknya bersifat
penting.
Intensitas dampak cukup tinggi meskipun berlangsung hanya pada saat dilakukan
kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan material, sehingga dampaknya
bersifat penting.
Komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak adalah timbulnya keresahan
masyarakat akibat kenyamanan penduduk terganggu dalam intensitas yang cukup
tinggi, sehingga dampaknya dianggap bersifat penting.
Dampak tidak akan terakumulasi karena kebisingan yang timbul bersifat sementara.
Oleh karena itu dampaknya dianggap bersifat tidak penting.
Dampaknya akan berbalik sebab dampak yang ditimbulkan tidak bersifat permanen,
sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi
dan demobilisasi alat berat dan material terhadap peningkatan kebisingan dikategorikan
dampak negatif penting.
Untuk memberikan gambaran sebaran kebisingan sekitar alat-alat berat yang beroperasi
maka dibuatkan pemodelan sebaran kebisingan melalui perhitungan matematika, yaitu
melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :
i. Sumber suara alat yang digunakan = 85 dBA (prakiraan nilai kebisingan berasal dari
kebisingan alat berat (seprti truk) yang digunakan selama pembongkaran berdasarkan
literatur dan aktifitas yang serupa)
r2
L2 L1 - 20 log
r1
Tabel 3. 10. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan yang Bersumber dari Alat Berat pada
Kegiatan Pembongkaran Fasilitas Umum dan Sarana Penunjang
Sedangkan untuk kawasan industri dengan baku mutu PermenLH No 48 Tahun 1999
sebesar 70 dBA dan baku mutu Permenaker No 13 Tahun 2011 sebesar 85 dBA, maka
dalam jarak <5 m akan melebihi baku mutu.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari peningkatan kebisingan dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
dalam radius 100 m tidak terdapat penduduk karena jarak terdekat dari lokas kegiatan
dengan pemukiman ialah ±500 m, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Luas sebaran dampaknya meliputi radius sekitar 100 m dari lokasi kegiatan, namun
tidak terdapat penduduk pada radius tersebut karena jarak pemukiman terdekat berisar
±500 m, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Intensitas dampak cukup tinggi meskipun berlangsung hanya pada saat dilakukan
kegiatan pembongkaran bangunan, sehingga dampaknya bersifat penting
Nilai kebisingan tersebut tidak akan menimbulkan gangguan pada penurunan fungsi
pendengaran ataupun pada gangguan komunikasi karena nilainya rendah tetapi
menimbulkan gangguan kenyamanan penduduk pada saat beristirahat apabila kegiatan
dilakukan pada malam hari, namun karena tidak ada penduduk pada radius sebaran
tersebut, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Dampaknya berbalik karena waktu pemaparannya relatif singkat berpusat di satu titik,
dampaknya terjadi pada saat kegiatan berlangsung, sehingga dampaknya bersifat tidak
penting.
Pembongkaran fasilitas umum dan sarana penunjang dapat berpotensi terhadap penurunan
kualitas air laut akibat ceceran material hasil bongkaran yang terbawa oleh air hujan dan
masuk ke badan air penerima. Kondisi tersebut akan meningkatkan TSS di badan air
penerima dan mempengaruhi tingkat kekeruhan air.
Perkiraan besarnya potensi erosi pada saat kegiatan pembongkaran fasilitas umum dan
sarana penunjang adalah sebagai berikut:
A=RKLSCP
dimana:
A = rata-rata potensi erosi tanah tahunan (ton/ha)
R = indeks erosivitas hujan dihitung dengan rumus R = 0,41 x H1,09 dimana H
adalah curah hujan (mm/tahun)
K = indeks erodibiltas tanah
= 155,68 ton/ha/tahun
= 147,89 ton/ha/tahun
Adapun besarnya debit air larian (run off) di lokasi kegiatan seperti berikut :
Kegiatan pembongkaran bangunan akan dilakukan pada lahan terbangun seluas 11,25 Ha
dan lahan terbuka dapat meresap air seluas 18,75 Ha. Besarnya debit air larian di lokasi
kegiatan dihitung dengan menggunakan Rumus Chow, 1964 (Soemarwoto, 1998):
Berdasarkan U.S. Forest Service (1980), angka koefisien air larian (run off) menurut
keadaan lahan penutupnya adalah sebagai berikut :
Kondisi pada tahap operasi kegiatan berupa lahan terbangun dan lahan terbuka sehingga
diasumsikan untuk nilai C adalah 1 dan 0,45 akan berubah pada lahan terbuka yang kedap
air dengan nilai C = 0,70, sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi di wilayah studi
berdasarkan data adalah 424 mm dengan hari hujan 25 hari yang terjadi pada bulan
Januari, maka nilai Intensitas curah hujan 16,96 mm/hari atau apabila diambil rata-rata
lamanya hujan dalam sehari adalah 2 jam maka intensitas hujan adalah 8,48 mm/jam atau
0,0085 m/jam. Berdasarkan data tersebut, sebelum dan setelah adanya kegiatan
pematangan lahan, debit air larian (run off)dapat diperkirakan seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.11. Hasil Perhitungan Debit Air Larian (Run Off) Tanpa dan dengan Adanya
Kegiatan Pembongkaran Fasilitas Umum dan Sarana Penunjang
Debit
Koefesien Intensitas Daerah
Banjir
Aliran/ Curah Pengaliran
Maksimum
Jenis Penggunaan Limpasan Hujan (m2)
No. Konstanta (m3/jam)
kegiatan Lahan
Total TSS yang masuk ke perairan (dengan ada proyek) = 5.819,87 mg/L
Setelah Pembongkaran :
maka:
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh
kegiatan pembongkaran bangunan dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
tidak ada penduduk yang terkena dampakkarenna pada daerah yang terkena
pencemaran TSS tidak terdapat penduduk yang menggunakan air laut pada area
tersebut, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
III - 133
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PT. NUSANTARA GAS SERVICE
Wilayah sebaran dampak ialah sedikit, karena air larian yang masuk ke air lau sedikit
pula, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
akan dibangun kolam retensi untuk mengumpulkan air larian, sehingga sebaran air
larian dengan kekeruhan yang tinggi akan terkontrol setelah disaring memungkin
menurunkan konsentrasi TSS yang akan masuk ke air laut , sehingga dampaknya
bersifat tidak penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dari TSS ini adalah estetika air laut,
terganggunya biota air dan timbulnya keresahan masyarakat sebagai dampak turunan.
Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
Dampak bersifat kumulatif, yang disebabkan TSS terbawa air larian pada saat hujan
dan terkumpul pada perairan.walaupun akan ada kolam retensi untuk mengumpulkan
air larian. Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan akan ada kolam retensi untuk mengumpulkan air
larian, sehingga sebaran air larian dengan kekeruhan yang tinggi akan terkontrol setelah
disaring memungkin menurunkan konsentrasi TSS yang akan masuk ke air laut maka
dampak kegiatan pembongkaran fasilitas umum dan sarana penunjang terhadap penurunan
kualitas air dianggap negatif tidak penting.
B) Pembongkarana Dermaga
Pada saat ini (rona lingkungan), kandungan TSS berkisar 1,8 – 32,04 mg/L dan masih di
bawah baku mutu berdasarkan KepMen LH No, 51 tentang baku mutu air lautuntuk biota
iar (lampiran III), yaitu 20 mg/L (coral dan lamun) dan 80 mg/L (mangrove).. Dengan
adanya pembongkaran dermaga dapat meningkatkan pencemaran air laut dan berpotensi
melebihi baku mutu.
Selain itu, penemaran air laut juga dapat menimbulkan dampak turunan berupa gangguan
terhadap kehidupan biota air seperti plankon, bentos, dan ikan.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air laut dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
tidak terdapat penduduk yang terkena dampak karena jarak dari lokasi kegiatan cukup
jauh yaitu ±500 m, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dari peningkatan pencemar ini adalah
estetika air laut dan terganggunya biota air dan timbulnya keresahan masyarakat
sebagai dampak turunan. Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
Dampaknya akan berbalik, karena badan air penerima saat ini belum tercemar berat
dan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, dan dimungkinkan terjadi self
purification untuk memurnikan atau mengembalikan kondisi alami badan air
penerima, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Berdasarkan pertimbangan bahwa pada kondisi rona lingkungan awal, perairan laut
tersebut masih memenuhi baku mutu, akan dicemari dengan pencemaran dari
pembongkaran dermaga, maka dianggap negatif penting
A. Pembongkan Dermaga
Untuk menentukan sifat penting dampak dari timbulnya sedimentasi dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Luas sebaran dampaknya meliputi daerah pembongkaran dermaga yang relatif kecil
dari lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Dampaknya akan berbalik (berhenti) pada saat pekerjaan selesai dilakukan, sehingga
dampaknya bersifat tidak penting.
A. Pembongkaran Dermaga
Untuk menentukan sifat penting dampak dari terganggunya kelancaran lalu lintas dapat
dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah pengguna pengguna perairan sekitar
teluk banten dekat dengan lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Sebaran dampak perairan desa argawana hingga ke daerah pulo panjang hingga,
sehingga dampaknya bersifat penting
Dampaknya akan berbalik (berhenti) pada saat pekerjaan selesai dilakukan, sehingga
dampaknya bersifat tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan pengerukan
dan pembangunan dermaga, terhadap lalu lintas laut dikategorikan dampak negatif
penting.
Kegiatan mobilisasi & demobilisasi peralatan dan material bongkaran akan menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas darat. Pengangkutan hasil bongkaran melibatkan beberapa
kendaraan truk, jumlah ritasi pengangkutan cukup tinggi. Kondisi lalu lintas terutama di
jalan Bojonegara terutama pada jam sibuk cukup padat dan pada waktu waktu tertentu
tersendat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kegiatan mobilisasi & demobilisasi
peralatan dan material pasca operasi akan mempengaruhi lalu lintas di darat.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari terganggunya kelancaran lalu lintas dapat
dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah pengguna Jalan raya Bojonegara
khususnya di persimpangan jalan masuk ke lokasi kegiatan, sehingga dampaknya
bersifat penting.
Sebaran dampak terganggunya kelancaran lalu lintas meliputi ruas jalan raya
Bojonegara sepanjang ± 500 m, yaitu dari persimpangan sebelum jalan masuk ke
lokasi pembangunan hingga persimpangan setelah jalan masuk ke lokasi
pembangunan, sehingga dampaknya bersifat penting.
Intensitas tergolong kecil karena jumlah ritasi pada saat puncaknya hanya 20 rit/hari,
namun jangka waktu kegiatan relatif lama, yaitu sekitar 8 bulan, sehingga dampaknya
bersifat penting.
Dampak akan terakumulasi karena belangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu 8
bulan dan akan berlanjut hingga tahap operasi, sehingga dampaknya bersifat penting.
Dampaknya akan berbalik sebab dampak yang ditimbulkan tidak bersifat permanen
dan akan berhenti ketika kegiatan selesai dilakukan, sehingga dampaknya bersifat
tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi
alat berat dan material terhadap terganggunya kelancaran lalu lintas dikategorikan dampak
negatif penting.
Dari data diperoleh di sekitar lokasi proyek, terdapat 45 jenis fitoplankton. Hasil analisis
indeks keanekaragaman fitoplankton (H’) di perairan Teluk Banten sekitar lokasi tapak
proyek berkisar antara 1.25 – 2,12. Indeks keanekaragaman zooplankton berkisar antara
1,11 – 2,22 dan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener terlihat bahwa pada umumnya
kondisi perairan kisaran antara 3,05 – 7,07. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi
pencemaran perairan sekitar tapak proyek umumnya berada pada tingkat ringan atau
stabilitas komunitas biota sedang. Hasil pengamatan kondisi terumbu karang diperoleh
nilai sebesar 47% sehingga tergolong ke dalam kriteria sedang. Banyak ditemukan Rubble
(patahan karang mati) dan karang mati yang tertutup alga (Dead Coral Algae). Jenis
karang yang ditemukan adalah Anacropora forbesi, Acropora Aspera, Acropora Humilis,
Montipora capricornis, Favites flexuosa, Ctenactis echinata, Pectinia lactuca, Porites
cylindrical. Kondisi lamun di perairan pulau panjang pada saat pengambilan data
dilakukan hanya sedikit, karena lamun tertutup sedimen lumpur. Lamun yang
teridentifikasi masih hidup terdapat terdapat satu jenis yaitu Enhalus acoroides.
Tertutupnya lamun oleh sedimen menjadikan warna daun tidak hijau melainkan sudah
berubah menjadi coklat. Hal ini dipengaruhi juga oleh musim hujan dimana, pada saat
musim hujan, lumpur yang ada didarata terbawa oleh air larian ke laut. Sehingga dengan
adanya peningkatan TSS yang masuk keperairan laut akan mempengaruhi kebereadaan
biota air disekitar lokasi. Tetapi pemakarsa akan membuat kolam retensi untuk
mengumpulkan air larian selama kontruksi, sehingga sebaran air larian dengan kekeruhan
yang tinggi akan terkontrol setelah disaring memungkin menurunkan konsentrasi TSS yang
akan masuk ke air laut.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh
kegiatan pembongkaran bangunan dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah orang yang terkena dampak aktivitas nelayan lokal hanya sekitar lokasi
proyek, tidak seorang nelayan, sehingga dampaknya tidak penting
Daerah penyebaran dampak tidak cukup luas, hanya sekitar lokasi kegiatan
dampaknya tidak penting.
Tidak ada komponen lingkungan yang terkena dampak lainnya. Oleh karena itu,
dampaknya tidak penting.
dampaknya tidak kumulatif, dihasilkan oleh TSS yang dilakukan oleh limpasan ketika
hujan dan mengalir ke dalam air laut. Oleh karena itu, dampaknya tidak penting.
B. Pembongkaran Dermaga
Dari data diperoleh di sekitar lokasi proyek, terdapat 45 jenis fitoplankton. Hasil analisis
indeks keanekaragaman fitoplankton (H’) di perairan Teluk Banten sekitar lokasi tapak
proyek berkisar antara 1.25 – 2,12. Indeks keanekaragaman zooplankton berkisar antara
1,11 – 2,22 dan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener terlihat bahwa pada umumnya
kondisi perairan kisaran antara 3,05 – 7,07. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi
pencemaran perairan sekitar tapak proyek umumnya berada pada tingkat ringan atau
stabilitas komunitas biota sedang. Hasil pengamatan kondisi terumbu karang diperoleh
nilai sebesar 47% sehingga tergolong ke dalam kriteria sedang. Banyak ditemukan Rubble
(patahan karang mati) dan karang mati yang tertutup alga (Dead Coral Algae). Jenis
karang yang ditemukan adalah Anacropora forbesi, Acropora Aspera, Acropora Humilis,
Montipora capricornis, Favites flexuosa, Ctenactis echinata, Pectinia lactuca, Porites
cylindrical. Kondisi lamun di perairan pulau panjang pada saat pengambilan data
dilakukan hanya sedikit, karena lamun tertutup sedimen lumpur. Lamun yang
teridentifikasi masih hidup terdapat terdapat satu jenis yaitu Enhalus acoroides.
Tertutupnya lamun oleh sedimen menjadikan warna daun tidak hijau melainkan sudah
berubah menjadi coklat. Hal ini dipengaruhi juga oleh musim hujan dimana, pada saat
musim hujan, lumpur yang ada didarata terbawa oleh air larian ke laut. Sehingga dengan
adanya peningkatan TSS yang masuk keperairan laut akan mempengaruhi kebereadaan
biota air disekitar lokasi.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh
kegiatan pembongkaran bangunan dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:
Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, yaitu penduduk yang
memanfaatkan air laut, sehingga dampaknya bersifat penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dari TSS ini adalah estetika air laut,
terganggunya biota air dan timbulnya keresahan masyarakat sebagai dampak turunan.
Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
Dampak bersifat kumulatif, yang disebabkan TSS terbawa air larian pada saat hujan
dan terkumpul pada badan air penerima. Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.
A. Pembongkaran Dermaga
Untuk menentukan sifat penting dampak dari mata pencaharian dapat dilihat dari kriteria
dampak sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan sehingga dampaknya bersifat penting.
Kegiatan akan berpengaruh ke Desa yang berada di sekitar proyek seperti Desa
Argawana dan Pulopanjang di sekitarnya di Kecamatan pulo ampel. Oleh karena itu
diprakirakan dampak bersifat penting.
Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama pasca operasi dilakukan dengan
intensitas yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.
Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lainnya selama tahap pasca operasi,
sehingga sifatnya penting.
Dampak terhadap dapat berbalik, jika kegiatan pasca operasi telah selesai. Oleh karena
itu sifatnya penting.
A. Pembongkaran Dermaga
Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan pendapatan dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Tidak ada penduduk yang akan terkena dampak sehingga dampaknya bersifat tidak
penting.
Kegiatan akan berpengaruh ke Desa yang berada di sekitar proyek seperti Desa
Argawana dan desa lainnya di sekitarnya di Kecamatan pulo ampel. Oleh karena itu
diprakirakan dampak bersifat penting.
Dampak akan berlangsung sementara yaitu selama pasca operasi dilakukan dengan
intensitas yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.
Tidak ada komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka dampaknya bersifat
tidak penting.
Dampak dapat berbalik, jika kegiatan pasca operasi telah selesai karena akan
dilakukan pemutusan tenaga kerja. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.
A.Pelepasan Tenaga Kerja Operasi; B.Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat dan
Material; C.Pembongkaran Fasilitas Utama dan Sarana Penunjang,
D.Pembongkaran Dermaga
Banyaknya tenaga kerja setempat (lokal) yang bekerja di proyek, serta adanya peluang
berusaha yang dapat dimanfaatkan penduduk setempat akan menyebabkan sikap dan
persepsi masyarakat menjadi positif terhadap proyek. Dampak kegiatan pelepasan tenaga
kerja menyebabkan penduduk yang bekerja diproyek akan kehilangan pekerjaan dan akan
merubah sikap dan persepsi masyarakat menjadi negatif terhadap kegiatan.
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat pada kegiatan mobilisasi alat berat dan
material merupakan dampak turunan dari peningkatan kebisingan dan terganggunya lalu
lintas. Dampak kegiatan mobilisasi alat berat dan material dikatagorikan dampak penting
hipotetik terhadap peningkatan kebisingan dan terganggunya lalu lintas. Dampak yang
ditimbulkan akan menyebabkan sikap dan persepsi negatif dimasyarakat bila tidak ada
pengelolaan yang dilakukan
Untuk menentukan sifat penting dampak dari timbulnya sikap dan persepsi negatif
masyarakat dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut :
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu penduduk sekitar pasar di wilayah
Desa Argawana dan Pulopanjang khususnyaumumnya di wilayah Kecamatan
Puloampel, sehingga dampaknya bersifat penting.
Dampak akan berlangsung sementara, karena diasumsikan pekerja akan lebih mudah
memperoleh pekerjaan di proyek lain karena sudah memiliki pengalaman kerja
terlebih apabila dibandingkan dengan yang belum mempunyai pengalaman kerja.
namun dengan intensitas yang tinggi. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah terjadinya konflik sosial,
maka dampaknya bersifat penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak seluruh kegiatan pada
tahap pasca operasi terhadap timbulnya sikap dan persepsi negatif dikategorikan dampak
negatif penting.
A.Pengadaan Tenaga Kerja Operasi; B.Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat dan
Material; C.Pembongkaran Fasilitas Utama dan Sarana Penunjang,
D.Pembongkaran Dermaga
Banyaknya tenaga kerja setempat (lokal) yang bekerja di proyek, serta adanya peluang
berusaha yang dapat dimanfaatkan penduduk setempat akan menyebabkan sikap dan
persepsi masyarakat menjadi positif terhadap proyek. Dampak kegiatan pelepasan tenaga
kerja menyebabkan penduduk yang bekerja diproyek akan kehilangan pekerjaan dan akan
merubah sikap dan persepsi masyarakat menjadi negatif terhadap kegiatan dan akan
menimbulkan potensi konflik sosial di masyarakat.
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat pada kegiatan mobilisasi alat berat dan
material akan berdampak turunan pada terjadinya konflik sosial. Sikap persepsi negatif
masyarakat terjadi akibat peningkatan kebisingan dan terganggunya lalu lintas. Dampak
yang ditimbulkan akan menyebabkan konflik sosial bila tidak ada pengelolaan yang
dilakukan.
kualitas udara, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air dan terganggunya biota air.
Bila dibiarkan persepsi masyarakat akan berubah menjadi konflik sosial.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari terjadinya konflik sosial dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut :
Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu sebagian masyarakat di wilayah
Desa Argawana dan Pulopanjang, namun akan meyebar ke wilayah sekitarnya,
sehingga dampaknya bersifat penting.
Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama pasca konstruksi dilakukan dengan
intensitas yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.
Tidak ada komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka dampaknya bersifat
tidak penting.
Dampak bersifat kumulatif karena terkait dengan dampak lainnya sehingga sifatnya
penting.
Dampak akan berbalik, jika kegiatan pasca operasi telah selesai serta sosialisasi
mengenai kegiatan terus dilakukan. Oleh karena itu sifatnya penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan pasca
konstruksi terhadap terjadinyanya potensi konflik sosial dikategorikan dampak negatif
penting.
Komponen Kesehatan lingkungan adalah dampak yang berasal dari kualitas udara menurun
dan peningkatan kebisingan. masalah kesehatan lingkungan mobilisasi dan demobilisasi
alat berat dan material yang disebabkan oleh penurunan kualitas udara yang berasal dari
kendaraan mobilitas. Kegiatan ini menghasilkan peningkatan debu lokal ketika kendaraan
bergerak melalui jalan-jalan, terutama selama musim kemarau Konsentrasi debu di lokasi
tertinggi saat ini (baseline) adalah 200,44 ug / m3, sedangkan dengan mobilisasi
kendaraan, nilai diharapkan meningkat menjadi 1,159.03 ug / m3. Nilai konsentrasi debu
telah melebihi baku mutu lingkungan yang disebutkan dalam sejumlah peraturan
pemerintah 41 tahun 1999, yang merupakan 230 ug / m3. Ini menunjukkan bahwa
konsentrasi debu dari peningkatan kendaraan untuk 5,8 kali polusi debu dan penyebab
masalah kesehatan di masyarakat. Berdasarkan data dari Pulo Ampel klinik Umum, jenis
penyakit yang memiliki jumlah tertinggi pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),
pada tahun 2012 jumlah pasien 380 orang, tahun 2014 adalah 2.716 orang, dan pada tahun
2015 meningkat menjadi 3.089 orang-orang. Paparan debu akibat mobilisasi juga akan
menyebar ke radius 18,8 m dari jalan, terutama pemukiman dekat dengan entri yang
dilewati oleh kendaraan. Ada aproximately 10 rumah di sekitar area entri. Dengan
demikian, besarnya dampak yang relatif besar. masalah kesehatan lingkungan mobilisasi
dan demobilisasi alat berat dan material yang disebabkan oleh peningkatan kebisingan
yang berasal dari kendaraan yang digunakan, yaitu Dump Truck, Mixer / Molen, Welding
Machine dan peralatan konstruksi lainnya. Kendaraan akan melewati aktivitas orang
seperti perumahan, toko / kios, dan lain-lain yang terletak berdekatan dengan pintu masuk
Untuk menentukan sifat penting dampak dari gangguan kesehatan lingkungan dapat dilihat
dari kriteria dampak sebagai berikut:
penduduk yang terkena dampak sebaran partikel debu adalah penduduk yang tinggal
dalam radius wilayah 18,8 m dari jalan, terutama pemukiman dekat dengan akses
masuk lokasi kegiatan yang dilewati oleh kendaraan (40 orang / ± 10 rumah); Jumlah
orang yang terkena distribusi kebisingan warga di daerah dalam radius 175 m dari
lokasi yang digunakan untuk memobilisasi dan demobilisasi alat berat dan material
konstruksi terutama orang-orang tinggal di dekat akses masuknya aktivitas di mana
kendaraan melewati (40 orang / ± 10 rumah). Oleh karena itu, dampaknya diprediksi
bersifat penting.
Daerah penyebaran dampak mencakup radius sekitar 18,8 m dari lokasi kegiatan,
khususnya di pemukiman dekat dengan entri yang dilewati oleh kendaraan; dampak
akibat kebisingan mencakup radius sekitar 175 m dari lokasi kegiatan. Oleh karena itu,
dampaknya bersifat penting.
Intensitas dampak rendah dan berlangsung hanya pada saat dilakukan kegiatan
konstruksi pembangunan. Oleh karena itu, dampak diprakirakan bersifat tidak penting.
Dampak yang terjadi bersifat sementara, akan berhenti pada saat kegiatan berhenti.
Oleh karena itu, dampak diprakirakan bersifat tidak penting.
Sebagian besar dampak dapat dipulihkan melalui pengelolaan yang ada. Oleh karena
itu, dampak diprakirakan bersifat tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi
alat berat dan material terhadap gangguan kesehatan lingkungan dikategorikan dampak
negatif penting.
Gangguan kesehatan lingkungan adalah dampak turunan berasal dari penurunan kualitas
udara, kebisingan meningkat, dan degradasi kualitas air yang terjadi dalam kegiatan
pembongkaran fasilitas utama dan infrastruktur pendukung. masalah kesehatan lingkungan
dari kegiatan pembongkaran fasilitas utama dan prasarana pendukung yang disebabkan
oleh penurunan kualitas udara yang berasal dari penggunaan alat berat pekerjaan
penggalian dan pembongkaran bangunan. kegiatan pembongkaran fasilitas utama dan
fasilitas pendukung seluas 11,25 ha menghasilkan peningkatan debu lokal selama alat
bekerja, terutama di musim kemarau. Konsentrasi debu di lokasi tertinggi saat ini
(baseline) adalah 200,4 ug / m3 sedangkan kehadiran kegiatan pembongkaran, nilai
diperkirakan akan meningkat hingga 4,6 kali untuk 927,22 ug / m3. Nilai konsentrasi debu
telah melebihi baku mutu lingkungan hidup, yang diterbitkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999 adalah 230 ug / m3. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan fasilitas
pembongkaran utama berpotensi menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat.
Berdasarkan data dari Pulo Ampel klinik Umum, jenis penyakit jumlah tertinggi pasien
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pada tahun 2012 jumlah pasien sebanyak 380
orang, tahun 2014 seperti di 2716, dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 3.089 orang-
orang. Paparan debu akibat aktivitas pembongkaran fasilitas utama dan prasarana
pendukung juga diharapkan menyebar ke radius 23,5 m dari lokasi kegiatan, terutama ke
selatan karena angin dominan bertiup dari utara. Namun, jarak arus dari lokasi kegiatan
pembukaan lahan pemukiman terdekat adalah ± 500 m sehingga distribusi debu tidak
diharapkan untuk mencapai pemukiman. Dengan demikian, besarnya dampak yang relatif
kecil. .
masalah kesehatan lingkungan dari kegiatan pembongkaran fasilitas utama dan prasarana
pendukung yang disebabkan oleh peningkatan suara yang datang dari operasi alat berat.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, kebisingan di lokasi diperkirakan akan
mencapai nilai tertinggi dan distribusi 85 dBA noise terjadi hingga radius 50 m dari lokasi
kegiatan. nilai telah melebihi baku mutu lingkungan (55 dBA untuk daerah perumahan)
dan dengan demikian berpotensi menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat sekitar.
Namun, jarak dari lokasi persiapan lahan untuk pemukiman terdekat yang ± 500 m,
sehingga distribusi suara tidak diharapkan untuk warga. Dengan demikian, besarnya
dampak yang relatif kecil. masalah kesehatan lingkungan dari kegiatan pembongkaran
fasilitas utama dan prasarana pendukung juga disebabkan oleh penurunan kualitas air laut
yang berasal dari fasilitas pembongkaran material yang tumpah dilakukan oleh air hujan
dan ke badan air penerima. Hal ini akan meningkatkan padatan tersuspensi (TSS) di badan
air penerima. Peningkatan TSS tidak memiliki efek langsung pada kesehatan tetapi
menurunkan estetika lingkungan. Peningkatan TSS akan menimbulkan masalah kesehatan
ketika air digunakan sebagai sumber air bersih. ketersediaan Gangguan sumber air bersih
akan membantu proses distribusi dan pengembangan kuman. limpasan material dari
kegiatan pembongkaran fasilitas utama dan prasarana pendukung, terutama membangun
tanah dan bahan lainnya dicuci ke badan air berpotensi meningkatkan kehadiran
mikroorganisme patogen dalam air sehingga risiko masalah kesehatan bagi orang-orang
yang berada dalam kontak dengan air yang terkontaminasi. Saat ini kualitas air TSS
mengandung tinggi 32,04 mg / L dan jauh di bawah standar kualitas Keputusan LH Nomor
51 tahun 2004, namun hasil perhitungan menunjukkan bahwa beban pencemaran dari TSS
akan lebih tinggi dengan adanya kegiatan pembongkaran fasilitas utama dan penunjang
infrastruktur untuk mencapai 2.451,32 mg / L. Namun, hasil survei menunjukkan bahwa
tidak ada orang yang menggunakan air laut sebagai sumber air bersih dan kemungkinan
kontak dengan air laut relatif kecil karena pemukiman yang jauh dari laut. Kali ini lokasi
jarak ke aktivitas pemukiman terdekat adalah ± 500 m. Selanjutnya, saluran air akan
dibangun mengarah ke laut timur sehingga mengandung tinggi TSS air bukan tentang
permukiman yang terletak di laut barat. Hal ini menunjukkan besarnya dampak masalah
kesehatan lingkungan akibat degradasi kualitas air relatif kecil.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari gangguan kesehatan lingkungan dapat dilihat
dari kriteria dampak sebagai berikut:
Tidak ada orang yang terkena distribusi partikel debu karena wilayah distribusi
meliputi radius sekitar 23,5 m dari kegiatan konstruksi, jarak ini lebih kecil dari jarak
ke perumahan yang ± 500 m; tidak ada orang yang terkena oleh kebisingan meningkat
karena jarak dari lokasi kegiatan untuk penduduk setempat adalah ± 500 m, sedangkan
distribusi dampak mulai 10-50 m; tidak ada orang dipengaruhi oleh peningkatan TSS
karena tidak ada orang yang menggunakan air laut. Oleh karena itu, dampaknya
diprediksi akan tidak penting.
Dalam daerah yang terkena tidak ada daerah pemukiman. Oleh karena itu, dampaknya
diprediksi akan tidak penting.
Dampaknya terjadi bersifat sementara, akan berhenti ketika aktivitas berhenti. Oleh
karena itu, dampaknya diprediksi akan tidak penting.
Sebagian besar dampaknya dapat dipulihkan melalui manajemen yang ada. Oleh
karena itu, dampaknya diprediksi akan tidak signifikan.
Mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan kegiatan bahan akan berdampak pada kesehatan
peningkatan morbiditas karena lingkungan terganggu. Morbiditas (penyakit) adalah suatu
kondisi sakit, penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup.
Peningkatan morbiditas (angka penyakit) merupakan turunan dari dampak kualitas udara
menurun dan meningkat kebisingan. Efek kesehatan dari menghirup partikel debu ke
potensi saluran pernapasan menyebabkan asma, pilek, Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA), dan gangguan paru-paru. Sementara kontak langsung dengan debu dapat
menyebabkan iritasi kulit dan mata. Pengendapan debu di paru-paru dipengaruhi oleh
beberapa faktor, termasuk jenis dan karakteristik dari debu itu sendiri. Durasi paparan dan
daya tahan seseorang juga dipengaruhi oleh efek dari paparan debu akan muncul. Semakin
tinggi konsentrasi partikel debu di udara dan semakin lama paparan berlangsung,
kemungkinan jumlah partikel yang menetap di paru-paru juga berkembang. Data
Puskesmas Pulo Ampel menunjukkan bahwa penyakit pernapasan dan batuk adalah antara
10 penyakit utama yang sering timbul dalam tiga tahun terakhir. Hasil survei juga
menunjukkan bahwa responden dan anggota keluarga sering mengalami gangguan
pernapasan. Dengan demikian, dengan mobilisasi alat dan bahan berat kegiatan, prevalensi
penyakit ini diperkirakan akan meningkat. Dengan demikian, morbiditas (kesakitan) secara
umum sekitar lokasi kegiatan diperkirakan meningkat juga. Efek kesehatan dari paparan
kebisingan berulang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, terutama dalam
persidangan (tuli sementara dan tuli permanen). Jenis gangguan di persidangan sangat
dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebisingan, paparan panjang, pola dan spektrum suara,
sensitivitas individu, keadaan kesehatan dan pengaruh obat-obatan. Gangguan pendengaran
umumnya mulai muncul setelah terpapar kebisingan> 85 dBA. Selain gangguan
pendengaran (auditory), gangguan fisiologis, psikologis dan komunikasi juga dapat muncul
dikategorikan sebagai gangguan non-pendengaran. gangguan fisiologis yang dimaksud
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
III - 155
BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PT. NUSANTARA GAS SERVICE
meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan munculnya pusing / vertigo.
gangguan psikologis kebisingan dapat mencakup kurangnya konsentrasi, insomnia, stres,
kelelahan dan sebagainya. Selain itu, kebisingan dapat mengganggu komunikasi karena
gangguan kejernihan suara mengakibatkan kesalahan informasi atau sinyal yang diterima.
Ancaman terhadap keamanan bisa menjadi dampak dari gangguan komunikasi. Dalam
mobilisasi alat berat dan kegiatan pembangunan, masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
proyek akan lebih berisiko mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh kebisingan
dari mesin kendaraan. Berdasarkan perhitungan, kebisingan hingga radius 75 m dari lokasi
kegiatan mobilisasi akan menyebabkan masalah kesehatan karena melebihi standar kualitas
yang ada. profil kesehatan Kecamatan Pulo Ampel menunjukkan bahwa tekanan darah
tinggi (hipertensi) termasuk dalam sepuluh penyakit dalam tiga tahun terakhir. Hal ini
menunjukkan bahwa mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan kegiatan bahan berpotensi
menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi (gangguan fisiologis). Dengan demikian,
morbiditas (kesakitan) secara umum sekitar lokasi kegiatan diperkirakan meningkat juga..
Untuk menentukan sifat penting dampak dari gangguan kesehatan lingkungan dapat dilihat
dari kriteria dampak sebagai berikut:
Penduduk yang terkena distribusi partikel debu adalah penduduk yang tinggal dalam
radius wilayah 18,8 m dari jalan, terutama pemukiman dekat dengan entri yang dilalui
oleh kendaraan dengan 40 orang (10 rumah) berisiko; Orang yang terkena distribusi
kebisingan warga di daerah dalam radius 75 m dari lokasi yang digunakan untuk
memobilisasi dan demobilisasi alat berat dan material terutama orang-orang tinggal di
dekat akses masuknya aktivitas di mana kendaraan melewati dengan 40 orang (10
rumah) beresiko. Oleh karena itu, dampaknya diprediksi akan signifikan.
Daerah penyebaran dampak mencakup radius sekitar 18,8 m dari lokasi kegiatan
konstruksi, khususnya di pemukiman dekat dengan entri yang dilewati oleh kendaraan;
dampak akibat kebisingan mencakup radius sekitar 75 m dari lokasi kegiatan. Oleh
karena itu, dampaknya diprediksi akan signifikan.
Intensitas o f dampak rendah dan berlangsung hanya pada saat kegiatan mobilisasi.
Oleh karena itu, dampaknya diprediksi akan tidak penting.
Tidak ada komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak. Oleh karena itu,
dampaknya diprediksi akan tidak penting.
Sifat dampak yang akan terakumulasi karena berinteraksi dengan morbiditas lain di
sekitar lokasi kegiatan. Oleh karena itu, dampaknya diprediksi akan penting.
Dampaknya dapat dipulihkan. Oleh karena itu, dampaknya diprediksi akan tidak
penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi
alat berat dan material terhadap gangguan kesehatan lingkungan dikategorikan dampak
negatif penting.
kegiatan pembongkaran fasilitas utama dan fasilitas pendukung tanah akan berdampak
pada kesehatan peningkatan morbiditas karena lingkungan terganggu. Morbiditas
(penyakit) adalah suatu kondisi sakit, penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan
kualitas hidup. Peningkatan morbiditas (angka penyakit) merupakan turunan dari dampak
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas air. Efek
kesehatan dari menghirup partikel debu ke potensi saluran pernapasan menyebabkan asma,
pilek, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan gangguan paru-paru. Sementara
kontak langsung dengan debu dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Pengendapan
debu di paru-paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk jenis dan karakteristik dari
debu itu sendiri. Durasi paparan dan daya tahan seseorang juga dipengaruhi oleh efek dari
paparan debu akan muncul. Semakin tinggi konsentrasi partikel debu di udara dan semakin
lama paparan berlangsung, kemungkinan jumlah partikel yang menetap di paru-paru juga
berkembang. Data Puskesmas Pulo Ampel menunjukkan bahwa penyakit pernapasan dan
batuk di antara 10 penyakit utama yang sering timbul dalam tiga tahun terakhir. Hasil
survei juga menunjukkan bahwa responden dan anggota keluarga sering mengalami
gangguan pernapasan. Namun, masalah kesehatan lingkungan yang berasal dari
peningkatan debu tidak signifikan karena penyebarannya tidak sampai ke pemukiman
demikian, kegiatan pembongkaran sarana prasarana pendukung dan potensi rendah
meningkatkan prevalensi infeksi pernapasan, batuk dan gangguan pernapasan lainnya,
terutama di desa kecamatan Pulo Ampel Argawana. Efek kesehatan dari paparan
kebisingan berulang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, terutama dalam
persidangan (tuli sementara dan permananen tuli). Jenis gangguan di persidangan sangat
dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebisingan, paparan panjang, pola dan spektrum suara,
sensitivitas individu, keadaan kesehatan dan pengaruh obat-obatan. Gangguan pendengaran
umumnya mulai muncul setelah terpapar kebisingan> 85 dBA. Selain gangguan
pendengaran (auditory), gangguan fisiologis, psikologis dan komunikasi juga dapat muncul
dikategorikan sebagai gangguan non-pendengaran. gangguan fisiologis yang dimaksud
meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan munculnya pusing / vertigo.
gangguan psikologis kebisingan dapat mencakup kurangnya konsentrasi, insomnia, stres,
kelelahan dan sebagainya. Selain itu, kebisingan dapat mengganggu komunikasi karena
gangguan kejernihan suara mengakibatkan kesalahan informasi atau sinyal yang diterima.
Ancaman terhadap keamanan bisa menjadi dampak dari gangguan komunikasi. Dalam
fasilitas utama pembongkaran kegiatan dan sarana penunjang tanah, masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi proyek akan lebih berisiko mengalami masalah kesehatan yang
disebabkan karena suara dari mesin yang digunakan alat berat. Berdasarkan perhitungan,
kebisingan hingga radius 80 m dari lokasi kegiatan akan menyebabkan masalah kesehatan
karena melebihi standar kualitas yang ada. Ampel Pulo profil kesehatan kecamatan
menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) termasuk dalam sepuluh penyakit
dalam tiga tahun terakhir. Namun, masalah kesehatan lingkungan yang berasal dari
peningkatan suara tidak signifikan karena penyebarannya tidak sampai ke pemukiman ini
menunjukkan bahwa kegiatan pembongkaran sarana prasarana pendukung dan potensi
rendah mengakibatkan peningkatan prevalensi hipertensi (gangguan fisiologis) selain
pendengaran kerugian sebagai masalah kesehatan utama. Efek kesehatan dari peningkatan
TSS dalam tubuh air meningkat kuman. Kuman adalah mikroorganisme patogen dalam air
dengan konsentrasi tinggi TSS. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit.
degradasi kualitas air akan menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti dermatitis, air
borne diseases (penyakit menular melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari
pasien atau karier) kolera, tipus, hepatitis dan disentri, penyakit berbasis air (penyakit yang
ditularkan melalui air kepada orang lain melalui pasokan air sebagai tuan rumah (host)
menengah) misalnya Schistosomiasis (infeksi cacing parasit) dan air penyakit dicuci
(penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan pribadi dan
air alat bantu kesehatan, terutama dapur dan peralatan makan) seperti diare. Hasil survei
dan data Pulo Ampel Health Center menunjukkan bahwa penyakit kulit seperti dermatitis
dan diare, sering dialami oleh orang-orang di sekitar lokasi kegiatan. Namun, masalah
kesehatan lingkungan yang berasal dari peningkatan TSS di badan air tidak signifikan
karena penyebarannya tidak sampai ke pemukiman penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan pembongkaran sarana prasarana pendukung dan potensi memimpin rendah untuk
peningkatan prevalensi dermatitis dan gangguan lain yang serupa.
Untuk menentukan sifat penting dampak dari peningkatan morbiditas dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
Tidak ada orang yang terkena distribusi partikel debu karena wilayah distribusi
meliputi radius sekitar 23,5 m dari kegiatan konstruksi, jarak ini lebih kecil dari jarak
ke perumahan yang ± 500 m; tidak ada orang yang terkena oleh kebisingan meningkat
karena jarak dari lokasi kegiatan untuk penduduk setempat adalah ± 500 m, sedangkan
distribusi dampak mulai 10-50 m; tidak ada orang dipengaruhi oleh peningkatan TSS
karena tidak ada orang yang menggunakan air laut. Oleh karena itu, dampaknya
diprediksi tidak penting.
Tidak ada daerah pemukiman yang terkena dampak. Oleh karena itu, dampaknya
diprediksi tidak penting.
Intensitas dampak rendah dan terjadi hanya pada saat pengembangan kegiatan
dekonstruksi. Oleh karena itu, dampaknya diprediksi akan tidak penting.
Tidak ada komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak karena dampaknya
tidak mempengaruhi hingga setiap pemukiman. Oleh karena itu, dampaknya diprediksi
akan tidak penting.
Sifat dampaknya tidak akan terakumulasi karena tidak meningkat. Oleh karena itu,
dampak diperkirakan sebagai dampak tidak penting.
Dampaknya dapat dipulihkan. Oleh karena itu, dampak diperkirakan sebagai hasil
tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria penting dari dampak, dampak dari pembongkaran fasilitas dan
infrastruktur untuk meningkatkan morbiditas (kesakitan) mendukung dikategorikan
sebagai dampak negatif tidak penting.
Hasil
Pembuangan
Pengoperasian Dermaga
dan Material Konstruksi
Pembangunan Dermaga
Proses Regasifikasi
Kerukan (dumping)
Pengerukan dan
Penunjang Darat
Persiapan Lahan
KOMPONEN
dan Material
LINGKUNGAN
Penunjang
Dermaga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A. FISIK-KIMA
1. Kualitas Udara DP DTP DTP DP DP DP
2. Kebisingan DP DTP DTP DP DP DP
3. Air Larian run off DTP DTP
4. Kualitas Air DTP DTP DP DP DP DP DP DP DP DP
5. Hidrooceanografi
a. Arus DTP DTP DTP
b. Gelombang DTP DTP DP
c. Abrasi DTP DTP DP
d. Sedimentasi DP DP DP DP
6. Transportasi
a. Lalu lintas laut DP DP DP DP DP DP
b. Lalulintas Darat DP DP
B. BIOLOGI
7. Biota Air DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP
C. SOSIAL EKONOMI
BUDAYA
8. Mata Pencaharian DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP
9. Pendapatan Masyarakat DP DP DP DP DP DP
Hasil
Pembuangan
Pengoperasian Dermaga
dan Material Konstruksi
Pembangunan Dermaga
Proses Regasifikasi
Kerukan (dumping)
Pengerukan dan
Penunjang Darat
Persiapan Lahan
KOMPONEN
dan Material
LINGKUNGAN
Penunjang
Dermaga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
10. Sikap dan Persepsi
DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP
Masyarakat
11. konflik Sosial DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP
D. KESEHATAN
MASYARAKAT
12. Kesehatan Lingkungan DP DTP DTP DP DTP
13. Morbiditas DP DTP DTP DP DTP
Keterangan: DP = Dampak Penting; DTP = Dampak Tidak Penting
BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK
TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara oleh PT. Nusantara Gas Service
diprakirakan akan menimbulkan dampak penting bagi lingkungan. Dampak penting yang
diakibatkan oleh kegiatan proyek pada masing - masing tahapan yaitu tahap konstruksi dan
operasi apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan terhadap
komponen lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan
masyarakat.
Telaah dampak penting dimaksudkan untuk mengkaji dampak penting hipotetik yang telah
diidentifikasi secara lebih komprehensif dengan mempertimbangkan keterkaitan antara
suatu dampak dengan dampak lainnya. Komponen lingkungan hidup yang menjadi
reseptor perubahan dan dampak lingkungan pada hakekatnya dapat merupakan suatu
kesatuan entitas yang saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling membentuk satu
kesatuan dampak.
Setiap dampak yang tergolong Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang diuraikan dalam
Bab Prakiraan Dampak Penting sebelumnya digunakan sebagai bahan evaluasi lebih lanjut.
Berbagai DPH tersebut dibahas dalam evaluasi walaupun tidak tergolong penting karena
akan mempertimbangan ruang dan waktu terjadinya dampak dari mulai tahap, konstruksi
dan operasi. Dampak tersebut diuraikan berdasarkan urutan terbanyak jumlah DPH dalam
Tabel 4.1 dan jumlah garis dampak yang ditampilkan dalam Gambar 4.1
Hasil
Pembuangan
Pengoperasian Dermaga
dan Material Konstruksi
Pembangunan Dermaga
Proses Regasifikasi
Kerukan (dumping)
Pengerukan dan
Penunjang Darat
Persiapan Lahan
KOMPONEN
dan Material
LINGKUNGAN
Penunjang
Dermaga
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A. FISIK-KIMA
1. Kualitas Udara 4 DP + 2
DP DTP DTP DP DP DP
DTP
2. Kebisingan 4 DP + 2
DP DTP DTP DP DP DP
DTP
3. Air Larian run off DTP DTP 2 DTPP
4. Kualitas Air 8 DP +2
DTP DTP DP DP DP DP DP DP DP DP
DTP
5. Hidrooceanografi
a. Arus DTP DTP DTP 3 DTP
b. Gelombang 1 DP + 2
DTP DTP DP
DTP
c. Abrasi 1 DP + 2
DTP DTP DP
DTP
d. sedimentasi DP DP DP DP 4 DP
6. Transportasi
a. Lalu lintas laut DP DP DP DP DP DP 6 DP
b. Lalulintas Darat DP DP 2 DP
B. BIOLOGI
7. Biota Air DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP 10 DP
C. SOSIAL EKONOMI
Hasil
Pembuangan
Pengoperasian Dermaga
dan Material Konstruksi
Pembangunan Dermaga
Proses Regasifikasi
Kerukan (dumping)
Pengerukan dan
Penunjang Darat
Persiapan Lahan
KOMPONEN
dan Material
LINGKUNGAN
Penunjang
Dermaga
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
BUDAYA
8. Mata Pencaharian DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP 10 DP
9. Pendapatan Masyarakat DP DP DP DP DP DP 6 DTP
10. Sikap dan Persepsi
DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP 16 DP
Masyarakat
11. konflik Sosial DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP DP 16 DP
D. KESEHATAN
MASYARAKAT
12. Kesehatan Lingkungan 2 DP + 3
DP DTP DTP DP DTP
DTP
13. Morbiditas 2 DP + 3
DP DTP DTP DP DTP
DTP
Jumlah 8 DP
5 DP + 5 DP + 8 DP + 10 Dp + 6 DP +
3 DP 7 DP + 3 DP 3 DP 9 DP 7 DP 5 DP 2 DP 7 DP 8 DP
4 DTP 4 DTP 3 DTP 1 DTP 2 DTP
3 DTP
Keterangan: DP = Dampak Penting; DTP: Dampak Tidak Penting
IV - 3
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN PT. NUSANTARA GAS SERVICE
Penurunan
Kualitas Air
Permukaan
Terganggunya
Biota Air
Terganggunya
kesehatan
lingkungan
Peningkatan
morbiditas
Konflik Sosial
4.1.1. Dampak yang Terjadi pada Ruang dan Waktu yang Sama
Berdasarkan Tabel 4.1 Gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa jumlah dampak yang terjadi
dalam ruang (lokasi) dan waktu yang sama adalah 10 dampak penting (DP) yang terjadi
pada tahap operasi karena terdapat kegiatan yang menimbulkan dampak secara bersamaan.
Namun demikian, dalam tahap konstruksi juga terdapat dampak-dampak yang dapat
terakumulasi. Dampak yang ditimbulkan tersebut terdiri dari dampak primer dan dampak
sekunder yang akan bermuara kepada timbulnya keresahan masyarakat, serta terjadinya
konflik sosial. Berbagai dampak tersebut adalah:
1) Penurunan kualitas udara merupakan dampak primer yang ditimbulkan dari kegiatan
Mobilisasi alat dan material konstruksi, mobilisasi alat dan material serta
pembongkaran fasilitas utama dan sarana penunjang pada tahap pasca operasi yang
akan menimbulkan dampak turunan terhadap gangguan kesehatan lingkungan,
peningkatan morbiditas serta timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan
konflik sosial.
2) Peningkatan kebisingan merupakan dampak primer yang ditimbulkan dari kegiatan
Mobilisasi alat dan material konstruksi, mobilisasi alat dan material pada tahap pasca
operasi yang akan menimbulkan dampak turunan terhadap gangguan kesehatan
lingkungan, peningkatan morbiditas serta timbulnya sikap dan persepsi negatif
masyarakat dan konflik sosial.
3) Peningkatan air larian (run off) merupakan dampak primer yang ditimbulkan dari
kegiatan pematangan lahan dan kegiatan pembangunan fasilitas utama dan sarana
penunjang pada tahap konstruksi yang dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap
penurunan kualitas air, gangguan biota air, timbulnya sikap dan persepsi negatif
masyarakat dan konflik sosial.
4) Perubahan gelombang merupakan dampak primer yang ditimbulkan dari kegiatan
pemeliharaan alur pelayaran pada tahap operasi yang dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap terjadinya abrasi dan peningkatan kekeruhan, terganggunya biota air,
timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan konflik sosial.
5) Terjadinya abrasi merupakan dampak turunan dari perubahan gelombang yang
ditimbulkan dari kegiatan pemeliharaan alur pelayaran pada tahap operasi yang dapat
menimbulkan dampak lanjutan terhadap, terganggunya biota air, timbulnya sikap dan
persepsi negatif masyarakat dan konflik sosial.
Komponen kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak adalah pemeliharaan alur
pelayaran, dampak yang terdiri dari dampak terhadap penurunan kualitas air, perubahan
gelombang, terjadinya abrasi, peningkatan kekeruhan, gangguan lalu lintas laut,
terganggunya biota air, timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan konflik sosial.
Dampak-dampak yang ditimbulkan tersebut berupa dampak primer dan dampak sekunder.
1) Penurunan kualitas air sebagai dampak primer akan menimbulkan dampak turunan
terhadap terganggunya biota air, timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan
konflik sosial.
2) Perubahan gelombang sebagai dampak primer akan menimbulkan dampak turunan
terjadinya abrasi, peningkatan kekeruhan, timbulnya sikap dan persepsi negatif
masyarakat dan konflik sosial.
3) Terganggunya lalu lintas laut sebagai dampak primer akan menimbulkan dampak
turunan terhadap timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan konflik sosial.
4) Terganggunya biota air sebagai dampak turunan akan menimbulkan dampak lanjutan
terhadap timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan konflik sosial.
5) Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakt dan konflik sosial merupakan muara
hampir seluruh dampak yang ditimbulkan.
Area yang perlu mendapat perhatian penting adalah perairan teluk banten yang berada di
sekitar jetty karena wilayah tersebut merupakan tempat lokasi pengerukan untuk
pendalaman alur kapal pada saat konstruksi serta pengerukan untuk mempertahankan
kedalaman alur pada kegiatan pemeliharaan alur pelayaran pada saat operasi. Kegiatannya
berlangsung secara berkesinambungan yaitu kegiatan konstruksi kemudian operasi.
Berdasarkan hasil telaahan dapat dilihat bahwa rencana kegiatan LNG Receiving Terminal
Bojonegara Oleh PT. Nusantara Gas Service akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Dampak yang akan terjadi cukup banyak khususnya dampak terhadap
komponen fisik – kimia akibat penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan,
Dampak yang mungkin timbul dari rencana kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
meliputi dampak dari kegiatan pada tahap konstruksi, operasi dan pasca operasi. Pada
tahap konstruksi dan pasca operasi dampak yang ditimbulkan bersifat sementara
(temporary), sedangkan dampak dari kegiatan tahap operasi bersifat jangka panjang.
Pada tahap konstruksi, dampak yang ditimbulkan terdiri dari dampak primer, dampak
sekunder maupun dampak tersier. Dampak primer yang ditimbulkan antara lain penurunan
kualitas udara, peningkatan kebisingan, peningkatan air larian (run off), penurunan kualitas
air permukaan, terganggunya kelancaran lalu lintas darat, terganggunya lalu lintas laut,
mata pencaharian. Adapun dampak sekunder serta tersier yang ditimbulkan antara lain,
ganguan terhadap biota air, gangguan kesehatan lingkungan, peningkatan morbiditas,
timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan konflik sosial.
Upaya pengelolaan dampak yang timbul dari kegiatan pada tahap konstruksi dapat
dilakukan dengan cara mengelola dampak primer yang ditimbulkan melalui pendekatan
teknologi dan sosial kelembagaan. Pengelolaan dengan pendekatan teknologi diantaranya
membuat saluran air hujan darurat (saluran drainase sementara dan bak penangkap
sedimen yang juga berfungsi sebagai penangkap sedimen) terlebih dahulu di sekeliling
lokasi yang dimatangkan pada awal kegiatan sebelum dilakukan kegiatan pematangan
lahan, sehingga TSS yang terbawa pada saat hujan dapat dikendalikan dan diarahkan
menuju saluran drainase, mengatur kecepatan kendaraan saat melewati penduduk disekitar
akses masuk lokasi kegiatan terutama pada musim kemarau saat cuaca panas, memberi
penutup kain terpal atau plastik pada truk saat melakukan pengangkutan material, sehingga
tidak tercecer di jalan.
Pada tahap operasi, dampak primer yang ditimbulkan yaitu peningkatan kebisingan,
penurunan kualitas air permukaan, perubahan gelombang, terjadinya abrasi, peningkatan
kekeruhan, terganggunya kelancaran lalu lintas laut, mata pencaharian. Adapun dampak
sekunder maupun tersier yang ditimbulkan antara lain gangguan terhadap biota air,
timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat.
Upaya pengelolaan dampak pada tahap operasi dapat dilakukan dengan mengelola dampak
primer melalui pendekatan teknologi antara lain, mengoptimalkan pengoperasian terminal
LNG sesuai SOP, mengatur kecepatan dan keluar masuk kapal pengangkut LNG ke
dermaga. Disamping pendekatan teknologi, juga dapat dilakukan pendekatan sosial antara
lain melakukan sosialisasi terhadap kegiatan operasional yang dilakukan kepada
masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
Pada tahap Pasca Operasi, dampak yang ditimbulkan terdiri dari dampak primer, dampak
sekunder maupun dampak tersier. Dampak primer yang ditimbulkan antara lain penurunan
kualitas udara, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, terganggunya
kelancaran lalu lintas darat. Adapun dampak sekunder serta tersier yang ditimbulkan antara
lain, ganguan terhadap biota air, timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat dan
konflik sosial.
Upaya pengelolaan dampak yang timbul dari kegiatan pada tahap pasca operasi dapat
dilakukan dengan cara mengelola dampak primer yang ditimbulkan melalui pendekatan
teknologi dan sosial kelembagaan. Pengelolaan dengan pendekatan teknologi diantaranya
membuat saluran air hujan darurat (saluran drainase sementara dan bak penangkap
sedimen yang juga berfungsi sebagai penangkap sedimen) terlebih dahulu di sekeliling
lokasi kegiatan sebelum dilakukan kegiatan pembongkaran, sehingga TSS dan ceceran
material bongkaran yang terbawa pada saat hujan dapat dikendalikan dan diarahkan
menuju saluran drainase. Mengatur kecepatan kendaraan saat melewati penduduk disekitar
akses masuk lokasi kegiatan terutama pada musim kemarau saat cuaca panas, memberi
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara
Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 9
BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN PT. NUSANTARA GAS SERVICE
penutup kain terpal atau plastik pada truk saat melakukan pengangkutan material hasil
bongkaran, sehingga tidak tercecer di jalan.
1) Telah sesuai dengan rencana tata ruang Pemerintah kabupaten Serang serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam Peraturan Daerah kabupaten
Serang No. 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Serang Tahun 2011 Sampai Tahun 2031.
2) Pemanfaatan sumberdaya alam berupa pengambilan air laut untuk proses regasifikasi
pengoperasian LNG Receiving Terminal telah sesuai dengan kebijakan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
3) Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara tidak mengganggu/menimbulkan
dampak terhadap kepentingan pertahanan keamanan nasional maupun regional.
4) Setelah dilakukan prakiraan secara cermat terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan
dari setiap tahapan kegiatan terhadap komponen fisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat, kemudian dilakukan evaluasi, dampak-dampak
tersebut dapat dikelola dan dipantau.
5) Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi diketahui perimbangan dampak
penting yang bersifat positif terhadap aspek sosial dan ekonomi dengan yang bersifat
negatif terhadap aspek fisik – kimia.
6) Pemrakarsa mampu menanggulangi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan
dari kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial dan
kelembagaan.
7) Rencana kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat
dimana masyarakat setempat sebelumnya telah terbiasa dengan kegiatan industri.
8) Rencana kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas ekologis
karena lokasi kegiatan tidak berubah, yaitu bekas bangunan pabrik lama dimana secara
ekologis tidak banyak mengalami perubahan.
9) Rencana kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang telah ada di sekitar rencana lokasi kegiatan.
10) Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi
rencana kegiatan, karena limbah yang dihasilkan akan dikelola dan dipantau, air
limbah yang dihasilkan akan diolah di STP dan dimonitoring secara berkala, limbah
domestik/sampah akan ditangani dengan menyediakan TPSS, kemudian dibuat
bekerjasama dengan Dinas kebersihan kabupaten Serang.
Dari hasil telaahan rencana kegiatan terhadap berbagai komponen lingkungan yang akan
terkena dampak yang dirangkum dalam 10 kriteria kelayakan di atas, maka rencana
Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara oleh PT. Nusantara Gas Service dinilai
layak secara lingkungan.
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
A. Tahap Konstruksi
1. Penurunan Kualitas Berdasarkan rona lingkungan awal Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Udara (Peningkatan konsentrasi debu paling tinggi Berdasarkan perhitungan bahwa perlu dikelola dan dipantau
Debu Lokal) mencapai 200,44 µg/m3 konsentrasi debu di udara ambien saat
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
dan Material Konstruksi mencapai
1.159,03 ug / m3. Sedangkan
konsentrasi tertinggi debu di lokasi
kegiatan saat ini (baseline) mencapai
200,44 μg / m3, mengakibatkan
peningkatan sekitar 5,8 kali. mencakup
radius sekitar 18,8 m dari lokasi
Sifat penting dampak:
Penting, karena terjadi peningkatan
sekitar 5,8 kali, serta akses masuk lokasi
kegiatan dekat dengan permukiman
2. Peningkatan Intensitas Berdasarkan rona lingkungan awal Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Kebisingan kebisingan di permukiman Radius sebaran kebisingan terhadap perlu dikelola dan dipantau
penduduk terdekat adalah 52.18 to reseptor, khususnya penduduk, yang
64.29 dBA melewati baku mutu permukiman (55
dBA) adalah dalam radius 175 m.
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
kegiatan dekat dengan permukiman.
3. Peningkatan Air Debit run off sebelum ada kegiatan Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Larian (Run Off) adalah 154 m3/jam perlu dikelola dan dipantau
Setelah ada kegiatan debit run off
menjadi 128 m3/hari . dampak tergolong
kecil dan akan dilokalisir
IV - 13
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 14
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
Sifat penting dampak:
Penting, karena akan menambah
CSS ke perairan laut kurang dari
1000 m.
6. Terganggunya Perairan teluk banten banyak di Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
kelancaran lalu lintas penuhi oleh kapal industri dan Kegiatan pengerukan dan pembangunan perlu dikelola dan dipantau
laut sedikit kapal nelayan dermaga akan menggangu lalulintas
laut, karena perairan laut di lokasi
kegiatan merupakan jalur lalu lintas
kapal nelayan maupun industri
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
8. Terganggunya Biota Terdapat 45 jenis fitoplankton. Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Air indeks keanekaragaman Pada saat dilakukan kegiatan perlu dikelola dan dipantau
fitoplankton (H’) berkisar antara pengerukan akan meningkatkan
1.25 – 2,12. Indeks kandungan TSS dan kekeruhan
keanekaragaman zooplankton
berkisar antara 1,11 – 2,22 dan
indeks keanekaragaman Shannon- Sifat penting dampak:
Wiener kisaran antara 3,05 – 7,07. Penting, akan menimbulkan gangguan
terhadap biota air.
9. Mata Pencaharian Jumlah penduduk usia produktif Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting, sehingga
(15 – 64 th) di Kecamatan Pulo Tersedianya lowongan kerja untuk perlu dikelola dan dipantau
Ampel, yaitu 35264 jiwa masyarakat setempat
IV - 15
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 16
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
11. Timbulnya Sikap dan Hasil konsultasi publik dan survei Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
persepsi masyarakat yang dilakukan, masyarakat pada Kegiatan pada tahap konstruksi akan perlu dikelola dan dipantau
umumnya sangat mendukung menimbulkan peningkatan debu lokal
rencana kegiatan. dan kebisingan di lingkungan
permukiman, penurunan kualitas air,
terganggunya kelancaran lalu lintas,
terganggunya biota air yang ditimbulkan
beberapa kegiatan pada tahap konstruksi
baik berupa dampak primer maupun
dampak turunan. Selain itu sedikitnya
tenaga kerja yang direkrut untuk
konstruksi akan menimbulkan keresahan
masyarakat.
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
baik berupa dampak primer maupun
dampak turunan. Selain itu sedikitnya
tenaga kerja yang direkrut untuk
konstruksi akan menimbulkan keresahan
masyarakat, yang berujung pada
terjadinya konflik sosial
IV - 17
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 18
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
kegiatan dekat dengan permukiman,
yang akan mengakibatkan gangguan
kesehatan lingkungan
14 Peningkatan Di Puskesmas Puloampel, penyakit Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Morbiditas Infeksi Saluran Pernapasan Akut perlu dikelola dan dipantau
Berdasarkan perhitungan bahwa
(ISPA) merupakan penyakit yang
paling banyak diderita penduduk.
konsentrasi debu di udara ambien saat
Penyakit berbasis lingkungan lainnya Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
yang sering ditemui adalah batuk, dan Material Konstruksi mencapai
penyakit kulit dan diare 1.159,03 ug / m3. Sedangkan
konsentrasi tertinggi debu di lokasi
kegiatan saat ini (baseline) mencapai
200,44 μg / m3, mengakibatkan
peningkatan sekitar 5,8 kali. mencakup
radius sekitar 18,8 m dari lokasi
Sifat penting dampak:
Penting, karena akan meningkatkan
morbiditas penduduk di sekitar akses
masuk lokasi kegiatan
B. Tahap Operasi
1. Peningkatan Berdasarkan rona lingkungan awal Besarnya dampak: Dampak dikategorikan tidak penting namun
kebisingan kebisingan di permukiman Radius sebaran kebisingan terhadap tetap dikelola dan dipantau dengan
penduduk terdekat adalah 52.18 to reseptor, khususnya penduduk, yang pengelolaan yang sudah direncanakan
64.29 dBA melewati baku mutu permukiman (55
dBA) adalah dalam radius kurang dari
25m, sehingga radius di atas 25 m telah
memenuhi baku mutu. Permukiman
terdekat dengan lokasi kegiatan sekitar
500 m
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
2. Penurunan Kualitas Berdasarkan rona lingkungan awal Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Air Permukaan kandungan TSS tertinggi adalah sebaran dengan penambahan nilai TSS perlu dikelola dan dipantau
(Meningkatnya 32,04 mg/L 0.05 Kg/m3 (50 mg/l), dengan luas
Kandungan TSS) sebaran kurang dari 1000 m (1 km) dari
sumber
IV - 19
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 20
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
6. Terganggunya Perairan teluk banten banyak di Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
kelancaran lalu lintas penuhi oleh kapal industri dan Kegiatan pengerukan dan pengoperasian perlu dikelola dan dipantau
laut sedikit kapal nelayan dermaga akan menggangu lalulintas
laut, karena perairan laut di lokasi
kegiatan merupakan jalur lalu lintas
kapal nelayan maupun industri
IV - 21
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 22
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
kerja yang direkrut sedikit dibandingkan
dengan penduduk usia produktif ,
namun kondisi saat ini pekerjaan sulit
didapat
9. Pendapatan Jumlah penduduk usia produktif Besarnya dampak: Dampak dikategorikan tidak penting,
Masyarakat (15 – 64 th) di Kecamatan Pulo Terganggunya daearah tangkapan ikan namun dampak perlu dikelola dan dipantau
Ampel, yaitu 35264 jiwa bagi nelayan
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
Penting, karena banyaknya dampak
pada saat kegiatan operasi akan
menimbulkan keresahan masyarakat
akibat kegiatan sehingga akan
berpengaruh terhadap kelancaran dan
keberlangsung operasional proyek
12. Terjadinya Konflik Hasil konsultasi publik dan survei Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Sosial yang dilakukan, pengadaan tenaga Kegiatan pada tahap operasi akan perlu dikelola dan dipantau
kerja bukan merupakan isu pokok. menimbulkan penurunan kualitas air,
perubahan gelombang, terjadinya abrasi,
peningkatan kekeruhan, terganggunya
kelancaran lalu lintas, terganggunya
biota air yang ditimbulkan beberapa
kegiatan pada tahap operasi baik berupa
dampak primer maupun dampak
turunan. Selain itu sedikitnya tenaga
kerja yang direkrut untuk konstruksi
akan menimbulkan keresahan
masyarakat, yang berujung pada
terjadinya konflik sosial
IV - 23
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 24
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
C Tahap Pasca Operasi
1. Penurunan Kualitas Berdasarkan rona lingkungan awal Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Udara (Peningkatan konsentrasi debu paling tinggi Berdasarkan perhitungan bahwa perlu dikelola dan dipantau
Debu Lokal) mencapai 200,44 µg/m3 konsentrasi debu di udara ambien saat
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
dan Material mencapai 1.159,03 ug /
m3. Sedangkan konsentrasi tertinggi
debu di lokasi kegiatan saat ini
(baseline) mencapai 200,44 μg / m3,
mengakibatkan peningkatan sekitar 5,8
kali.
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
3. Penurunan Kualitas Berdasarkan rona lingkungan awal Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Air Permukaan kandungan TSS tertinggi adalah Adanya peningkatan TSS akibat perlu dikelola dan dipantau
(Meningkatnya 32,04 mg/L pembongkaran dermaga
Kandungan TSS)
Sifat penting dampak:
Penting, karena akan menambah TSS
terhadap perairan laut.
4. Hidrooceanografi Peningkatan kekeruhan Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Kekeruhan perairan akibat dari air yang perlu dikelola dan dipantau
telah bercampur dengan material-
material halus melimpah diperairan laut
merupakan dampak dari pembongkaran
dermaga
IV - 25
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 26
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
keluar masuk lokasi kegiatan.
6. Terganggunya Biota Terdapat 45 jenis fitoplankton. Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Air indeks keanekaragaman Pada saat dilakukan kegiatan perlu dikelola dan dipantau
fitoplankton (H’) berkisar antara pembongkaran dermaga akan
1.25 – 2,12. Indeks meningkatkan kandungan TSS dan
keanekaragaman zooplankton kekeruhan
berkisar antara 1,11 – 2,22 dan
indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener kisaran antara 3,05 – 7,07. Sifat penting dampak:
Penting, akan menimbulkan gangguan
terhadap biota air.
7. Pendapatan Jumlah penduduk usia produktif Besarnya dampak: Dampak dikategorikan tidak penting,
Masyarakat (15 – 64 th) di Kecamatan Pulo Terganggunya daearah tangkapan ikan namun dampak perlu dikelola dan dipantau
Ampel, yaitu 35264 jiwa bagi nelayan
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
beberapa kegiatan pada tahap pasca
operasi baik berupa dampak primer
maupun dampak turunan. Selain itu
sedikitnya tenaga kerja yang direkrut
untuk konstruksi akan menimbulkan
keresahan masyarakat.
IV - 27
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
IV - 28
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
Penting, karena banyaknya dampak
pada saat kegiatan pasca operasi akan
menimbulkan keresahan masyarakat
yang akan berujung pada konflik sosial
akibat kegiatan sehingga akan
berpengaruh terhadap kelancaran dan
keberlangsung operasional proyek.
10 Gangguan Kesehatan Kondisi lingkungan fisik, kimia Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Lingkungan dan biologis di wilayah Berdasarkan perhitungan bahwa perlu dikelola dan dipantau
Kecamatan pulo ampel sudah konsentrasi debu di udara ambien saat
memadai Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
dan Material Konstruksi mencapai
1.159,03 ug / m3. Sedangkan
konsentrasi tertinggi debu di lokasi
kegiatan saat ini (baseline) mencapai
200,44 μg / m3, mengakibatkan
peningkatan sekitar 5,8 kali. mencakup
radius sekitar 18,8 m dari lokasi
Sifat penting dampak:
Penting, karena terjadi peningkatan
sekitar 5,8 kali, serta akses masuk lokasi
kegiatan dekat dengan permukiman,
yang akan mengakibatkan gangguan
kesehatan lingkungan
11 Peningkatan Di Puskesmas Puloampel, penyakit Besarnya dampak: Dampak dikategorikan penting sehingga
Morbiditas Infeksi Saluran Pernapasan Akut perlu dikelola dan dipantau
Berdasarkan perhitungan bahwa
(ISPA) merupakan penyakit yang
paling banyak diderita penduduk.
konsentrasi debu di udara ambien saat
Penyakit berbasis lingkungan lainnya Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
dan Material Konstruksi mencapai
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten PT. NGS
PT. NGS BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Rona Lingkungan
No. DPH Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hidup Awal
yang sering ditemui adalah batuk, 1.159,03 ug / m3. Sedangkan
penyakit kulit dan diare konsentrasi tertinggi debu di lokasi
kegiatan saat ini (baseline) mencapai
200,44 μg / m3, mengakibatkan
peningkatan sekitar 5,8 kali. mencakup
radius sekitar 18,8 m dari lokasi
Sifat penting dampak:
Penting, karena akan meningkatkan
morbiditas penduduk di sekitar akses
masuk lokasi kegiatan
IV - 29
ANDAL Rencana Kegiatan LNG Receiving Terminal Bojonegara Ds. Argawana, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA PT. NUSANTARA GAS SERVICE
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Peta Cekungan Air Tanah Wilayah Jakarta. Direktorat Tata Lingkungan
Geologi dan Kawasan Pertambangan, Bandung.
Arthur, C. Stern. 1997. Air Quality Management Academic Press. New York, San
Francisco, London.
Arthur, R.S. 1994. Wave Forecasting And Hindcasting. Journal. Scripps Institution of
Oceanography University of California. California.
AWWA. 1992. Standar Method for the examination of Water and Wastewater, 18th
Edition.
Bayong Tjasyono. 1995. Klimatologi Umum, Penerbit ITB. Bandung.
Bibby, C.J., N.D. Burgess & D.A. Hill. 1992. Bird Census Techniques. Academic Press
Limited, London.
Carter, L. W. 1996. Environmental Impact Assessment. Mc Graw Hill. Inc., New York.
CERC. 1984. Shore Protection Manual Volume 1. US Army Coastal Engineering Research
Center, Washington DC.
Hadi, Sudharto P. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hightower, M. Michael, Gritzo, Louis A., Luketa-Hanlin, Anay, Covan. John M., et. al.
2004. Guidance on Risk Analysis and Safety Implications of a Large Liquefied
Natural Gas (LNG) Spill Over Water. SAND2004-6258, Sandia National
Laboratories, Albuquerque, NM.
John, G. Riau and David, C. Wooten. 1980. Environmental Impact Analysis Handbook.
Mc Graw – Hill Book Company, New York.
Krenkel, P.A. and Novotny, V. 1980. Water Quality Management. Academic Press, New
York.
Lee, T.D. 1978. Handbook of Variables of Environmental Impact assessment. An Arbor
Science Publisher Inc., Arbor.
Lloyd Acountistics Pty Ltd. 2002. Noise and Vibration Management Plan, A Report for
Perth Urban Rail Development, Australia.
MacKinnon, J., Phillipps, K., van Ballen, B. 1998. Burung–Burung di Sumatera, Jawa,
Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI, Bogor.
Matahelumual, Bethy C., dkk. 2002. Pengambilan Contoh Air Tanah di Daerah Kawasan
Industri Bekasi Bagian Utara. DTLGKP, Bandung.
Moleong, J. Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Munir, Moch. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Edisi Ketiga. Toppan Company Ltd., Tokyo.
Oosting, H.J. 1956. The Study of Plant Communities. Second edition. W.H. Freeman and
Company, San Francisco and London.
Parker, A. 1978. Industrial Air Pollution Handbook. Mc. Graw – Hill Book Company
(UK) Limited, England.
Prawirowardoyo, Susilo. 1996. Meteorologi. Penerbit ITB, Bandung.
Pugh, D.T. 1987. Tides, Surge and Mean Sea Level. John Wiley and Sons, Toronto.
Purnomo, H. 1997. Studi Intrusi Air Laut pada Akuifer Bebas di Wilayah DKI Jakarta. Tesis
Magister. ITB, Bandung.
Puspowardoyo, R.S. 1986. Peta Hidrogeologi Skala 1:250.000, Lembar Jakarta.
Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1990. Metodologi Penelitian Survei. Pustaka, Jakarta.
Soekardi, R. 1982. Aspek Geologi Terhadap Perkembangan Pantai dan Tata Air Tanah
Daerah Jakarta. Sarjana-Thesis. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Stern, Arthur C., Boubel, Richards W., Turner, D. Bruce, Fox, Donald, L. 1984.
Fundamentals of Air Pollution, Second Edition, Academic Press Inc, London.
Sudarsono, S. dan Takeda K. 1978. Hidrologi untuk Pengairan, Cetakan ke dua, Pradnya
Paramitha, Jakarta.
Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp & M. Muchtar. 2007.
Daftar Burung Indonesia No. 2. Indonesian Ornithologists’ Union, Bogor.
Sutrisno, S. 1985. Peta Hidrogeologi Skala 1:250.000, Lembar Cirebon.
Tjasjono, Bayong; 1999, Klimatologi Umum, Penerbit ITB, Bandung.
Turkandi, T., Sidarto, D.A. Agustiyanto, dan M.M. Purbohadiwidjojo. 1992. Peta Geologi
Skala 1:100.000, Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa.
UNEP, WHO. 1996. Water Quality Monitoring, First Edition, E&FN Spon, London.
Ward, H.B. and G.C. Whipple. 1959. Freshwater Biology, Second Edition. Wiley and Sons
Inc., New York.
Wark, Kenneth and Warner, Cecil, F. 1981. Air Pollution: Its Origin and Control, Second
Edition. Harper and Row Publishers, New York.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of Southeast Asean Waters. Naga Report \',I. 2.
The University of California, La Jolla, California