You are on page 1of 35

Imunisasi Pada Bayi dan Anak

Berisiko

By: dr. Mardiati, M.Ked(Ped), Sp.A


Pasien imunokompromais
• Penekanan respons imun dapat terjadi pada penyakit
defisiensi imun kongenital (primer) dan defisiensi imun
di dapat (sekunder)
DEFISIENSI IMUN PRIMER
Defisiensi imun primer humoral, defisiensi imun primer
seluler dan kombinasi keduanya seperti pada penyakit
X-linked agammaglobulinemia, Bruton, Wiskott-
Aldrich, ataxia telangiectasia dan syndrom D George,
kontraindikasi untuk vaksinasi dengan vaksin hidup.
Dapat diberikan imunisasi pasif dengan gammaglobulin
pasif dengan imunoglobulin intravena
• Pada defisiensi komplemen dapat diberikan
semua jenis vaksin baik hidup ataupun vaksin
kuman mati/yang dilemahkan sedangkan pada
defisiensi fagosit misalnya pada penyakit
granulomatosis, tidak boleh diberikan vaksin
bakteri hidup dan dianjurkan untuk divaksinasi
terhadap penyakit influenza dan
pneumokokus
DEFISIENSI IMUN SEKUNDER
terjadi pada:
1.Pengobatan kortikosteroid dosis tinggi sama
atau lebih dari 20 mg sehari atau 2
mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan> 1
bulan
2.Pengobatan dengan alkylating agents,
antimetabolik dan radioterapi, untuk penyakit
keganasan seperti leukemia dan limfoma
• Pada pasien dengan sistem imun tertekan tidak boleh
diberikan imunisasi vaksin hidup karena dapat
berakibat fatal disebabkan bakteri/virus akan
bereplikasi hebat karena tubuh tidak dapat
mengontrolnya.
Vaksin hidup, seperti:
- Polio oral
- MMR
- BCG
 Baru dapat diberikan setelah penghentian pengobatan
imunosupresif minimal 3 bulan
• Vaksinasi dengan mikroorganisme mati atau
yang dilemahkan dapat segera diberikan
seperti:
- Hepatitis B
- Hepatitis A
- DTP dosis sama dengan anak sehat
- Influenza
- Hib
PENGOBATAN KORTIKOSTEROID
• Pada pasien pengobatan
kortikosteroid
(1) Topikal atau obat semprot hidung,
paru, salep kulit, salep mata,
injeksi lokal intra artikular Vaksin
hidup
(2) Kortikosteroid dosis rendah yang
diberikan setiap hari atau selang
hari
• Pada pasien yang mendapat kortikosteroid
sistemik dosis tinggi setiap hari atau selang sehari
dan lama pemberian < 14 hari  dapat diberikan
vaksin hidup segera setelah penghentian
pengobatan.
• Pada pasien yang mendapat kortikosteroid
sistemik dosis tinggi setiap hari atau selang sehari
dan lama pemberian > 14 hari  dapat diberikan
vaksin hidup setelah penghentian pengobatan 1
bulan
• Keluarga pasien imunokompromaise yang kontak
langsung dianjurkan untuk mendapatkan vaksinasi
polio inaktif, varisela dan MMR
• Pengecualian untuk pasien ALL dalam keadaan remisi
lebih dari 1 tahun, dapat diberikan imunisasi dengan
virus hidup varisela
• Pasien defisiensi imun kongenital ataupun yang
didapat, imunisasi tidak akan memberikan respons
maksimal yang diinginkan, sehingga dianjurkan
memeriksakan titer antibodi serum setelah imunisasi
diberikan sebagai data untuk pemberian imunisasi
berikutnya.
Penyakit Hodgkin
• Pasien penyakit hodgkin yang berumur >24 bulan
dan orang dewasa (close contact) dianjurkan
mendapat imunisasi pneumokok dan Hib, karena
pasien berisiko terhadap kedua penyakit
tersebut. Respon antibodi paling baik bila
imunisasi diberikan 10-14 hari sebelum dilakukan
imunoterapi. Apabila diberikan bersama dengan
imunoterapi hasilnya kurang evektif dan harus
diulang 3 bulan setelah kemoterapi atau
radioterapi dihentikan.
• Pada splenektomi dianjurkan untuk pemberian
imunisasi pneumokok dan Hib sebelum
pengangkatan limpa Dianjurkan profilaksis
dengan antibiotik penisilin dengan dosis untuk
anak < 5 tahun 2x125 mg sehari dan > 5 tahun 2 x
250 mg sehari. Dapat juga profilaksis dengan
amoksisilin 20 mg/kg sehari
• Pada pasien keganasan seperti leukemia dan
limfoma sebelum memulai pengobatan dengan
kemoterapi sebaiknya diberikan dahulu imunisasi
Pasien transplantasi sumsum tulang (TST)
• Resipien transplantasi sumsum tulang (TST) alogenik
akan menjadi defisiensi imun disebabkan:
1. Pengobatan imunosupresi terhadap penyakit primer
2. Kemoterapi dan radioterapi yang diberikan
3. Reaktivitas imunologi antara graft dan penjamu
4. Pengobatan imunosupresi yang diberikan setelah
transplantasi dilakukan.
Sebaiknya sebelum transplantasi dilakukan diberikan
imunisasi  polio dan DPT
• Imunisasi influenza dapat diberikan 1 tahun
setelah transplantasi, dan diulangi setiap tahun
sebelum epidemi tiba. Imunisasi dengan hepatitis
B diberikan setelah 1 tahun transplantasi
• Pasien berumur >12 tahun yang akan mendapat
organ transplantasi sebaiknya diperiksa terlebih
dahulu titer antibodi campak, rubela dan varisela.
Mereka yang berisiko tinggi harus mendapat
imunisasi MMR sebelum transplantasi dilakukan
Rekomendasi imunisasi pada TST alogenik
Vaksin Rekomendasi Keterangan
DTaP Ya Setelah 6-12 bulan pasca TST , dosis 3x
Influenza Ya Setelah 6-12 bulan pasca TST
IPV Ya Setelah 6-12 bulan pasca TST , dosis 3x
Hib konjugasi Ya Setelah 6-12 bulan pasca TST , dosis 2-3x
Pneumokokus Ya Setelah 6-12 bulan pasca TST , dosis 1 atau
polisakarida 2
Pneumokokus Pertimbangka Setelah 6-12 bulan pasca TST , dosis 3x
konjugasi n
Hepatitis B Ya Setelah 6-12 bulan pasca TST , dosis 3x
Campak Pertimbangka Diberikan 24 bulan pasca TST
n
Rubela Pertimbangka Wanita yang berpotensi akan hamil
n
Varisela Pertimbangka Pasien seronegatif, diberikan 24 bulan
n pasca TST
Bayi prematur dan berat lahir rendah
• Bayi prematur dapat diimunisasi sesuai dengan
umur kronologisnya dengan dosis dan jadwal
yang sama dengan bayi cukup bulan
• Vaksin DTwP atau DTaP, Hib dan OPV diberikan
pada umur 2 bulan.
• Bila bayi masih dirawat pada umur 2 bulan
sebaiknya diberikan IPV, bila akan diberikan OPV
sebaiknya ditunda sampai saat bayi akan
dipulangkan dari rumah sakit/rumah bersalin
untuk menghindarkan penyebaran virus polio
Infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
• Pasien HIV mempunyai risiko lebih besar
untuk mendapatkan infeksi sehingga
diperlukan imunisasi
• WHO menganjurkan imunisasi rutin untuk
anak HIV yang asimptomatik HIV  imunisasi
BCG tidak diberikan
Pemberian imunisasi pada HIV anak rekomendasi WHO/UNICEF dan ACIP
VAksin Asimptomatik HIV Simtomatik HIV Catatan
BCG Tidak diberikan Tidak diberikan Infeksi HIV sukar
ditegakkan pada usia
bayi
DTP diberikan diberikan
OPV Diberikan IPV
Campak diberikan diberikan Diberikan usia 9
bulan, tidak diberikan
bila supresi imun
berat
Hepatitis B diberikan diberikan
Toksoid tetanus diberikan diberikan 5 dosis
MMR diberikan diberikan Tidak pada sel T
CD4<15%
Hib diberikan diberikan
Pneumokokus diberikan
Varisela diberikan diberikan Tidak pada sel T
CD4<15%
Influenza diberikan diberikan Usia > 6 bulan
IMUNISASI BAYI PADA IBU BERISIKO
Ibu menderita hepatitis B
• Ibu yang menderita hepatitis B akut atau uji
serologis HBsAg (+), dapat menularkan
hepatitis B pada bayinya. Imunisasi hepatitis B
pada bayi ditentukan oleh status HBsAg ibu.
Skema imunoprofilaksis hepatitis B pada bayi berdasarkan status HBsAg ibu

Berat lahir ≥ 2000 g Berat lahir < 2000 g


HBsAg positif Vaksin hepatitis B + HBIg (dalam Vaksin hepatitis B + HBIg
rentang umur 12 jam) (dalam rentang umur 12 jam)
Imunisasi dengan 3 dosis vaksin Imunisasi dengan 4 dosis vaksin
pada 0, 1, dan 6 bulan umur pada 0, 1, 2-3, dan 6 bulan
kronologis umur kronologis
Periksa anti-HBs dan HBsAg pada Periksa anti-HBs dan HBsAg
umur 9-15 bulan pada umur 9-15 bulan
Bila HBsAg dan anti-HBs negatif, Bila HBsAg dan anti-HBs
reimunisasi dengan 3 dosis, dengan negatif, reimunisasi dengan 3
interval 2 bulan, dan periksa kembali dosis, dengan interval 2 bulan,
HBsAg dan anti-HBs dan periksa kembali HBsAg dan
anti-HBs
HBsAg tidak Vaksin hepatitis B (dalam 12 jam) + Vaksin hepatitis B + HBIg
diketahui HBIg (dalam 7 hari) bila hasil (dalam 12 jam)
pemeriksaan HBsAg ibu positif
Periksa HBsAg ibu segera Periksa HBsAg ibu segera, bila
tidak dapat dilakukan dalam 12
jam, berikan HBIg
Berat lahir ≥ 2000 g Berat lahir < 2000 g
HBsAg negatif Dianjurkan vaksin hepatitis Vaksin hepatitis B dosis 1
B saat lahir dalam 30 hari umur
kronologis, bila secara
klinis keadaannya stabil,
atau pada saat keluar dari
RS sebelum 30 hari umur
kronologis
Imunisasi hepatitis B dalam Imunisasi hepatitis B dalam
3 dosis pada umur 0-2, 1-4, 3 dosis pada umur 1-2, 2-4,
dan 6-18 bulan umur dan 6-18 bulan umur
kronologis kronologis
Bila vaksinasi kombinasi Bila vaksinasi kombinasi
mengandung hepatitis B, mengandung hepatitis B,
berikan saat usia 6-8 berikan saat usia 6-8
minggu umur kronologis minggu umur kronologis
Evaluasi anti-HBs dan Evaluasi anti-HBs dan
HBsAg tidak perlu HBsAg tidak perlu
dilakukan dilakukan
BCG dapat diberikan
Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh
diberikan dan catat berat badan bayi tiap 2
minggu
Imunisasi pada anak dengan penyakit kronis

• Beberapa penyakit infeksi dapat dicegah


apabila waktu terpapar dengan timbul infeksi
kurang dari 72 jam. Misalnya seorang anak
yang menderita varisela, teman sekelas dapat
dicegah dengan imunisasi varisela apabila
kontak < 72 jam dan tidak terjadi kontak
berikutnya
Air susu ibu dan imunisasi
• Tidak terdapat kontraindikasi pada bayi yang
sedang menyusui bila ibunya diberikan
imunisasi baik dengan bakteri atau virus hidup
dan kuman yang dilemahkan.
Travel Vaccination
• Dalam buku International Travel and Health” 2007 dari
World Health Organization, dikatakan bahwa statistik
tahun 2005 dari The World Tourism Organization,
kunjungan turis seluruh dunia telah melebihi 800 juta
orang, mayoritas sebanyak 50% atau sekitar 402 juta
adalah turis internasional dengan tujuan kunjungan
berlibur, rekreasi dan bersenang-senang, lalu sebanyak
42% atau sekitar 337 juta adalah turis untuk kunjungan
teman dan keluarga, wisata agama seperti ibadah Haji
dan untuk mencari pengobatan, sisanya sekitar 8%
adalah turis yang tidak jelas tujuan kunjungannya
Vaksin yang diperlukan untuk
wisatawan
• Vaksinasi rutin
 Hepatitis B
 Polio
 BCG
 DPT
 Campak
 MMR
 Hib
 Pneumokokus
 Influenza
 Varisela
 Rotavirus
 HPV
 Tifoid
• Vaksinasi pilihan
 Kolera
 Hepatitis A
 Japanese ensefalitis
 Meningokokus
 Rabies
 Tick borne ensefalitis
 Tifoid
 Yellow Fever
• Vaksinasi Wajib
Yellow Fever
Meningokokus
Vaksinasi dalam keadaan bencana
Vaksinasi rekomendasi CDC pada situasi bencana
Jika catatan vaksinasi ada
Anak dan orang dewasa harus divaksinasi sesuai
dengan jadwal vaksinasi yang sudah
direkomendasikan
Jika catatan vaksinasi tidak ada
Anak-anak berusia <10 tahun harus diperlakukan
seolah-olah belum mendapatkan vaksinasi yang
dianjurkan, mencakup:MMR, DTaP, IPV, Hib, Hep
B, PCV, Varisela,hepatitis A
Anak – anak dan remaja (usia 11-18 tahun)
harus mendapat vaksinasi sebagai berikut:
TDaP
Meningokokus konjugasi (usia 11-12 dan 15
tahun)
Influenza
• Dewasa (diatas 18 tahun) harus menerima
vaksinasi
• Tetanus dan difteri toxoid (Td), jika sudah
menerima vaksin yang mengandung TT> 10
tahun
• Vaksin pneumokokus polisakarida untuk orang
dewasa > 65 tahun atau dengan resiko
• Vaksin influenza
TERIMA KASIH

You might also like