You are on page 1of 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun oleh :
Ani Rihlatun Ni'mah
NIM. 131813143038

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI PADA LANSIA
Topik : Hipertensi
Sub Topik : Bahaya Hipertensi pada Lansia
Sasaran : Klien dan Keluarga
Hari / Tanggal : Selasa / 18 Juni 2019
Tempat : Rumah Tn. Z
Waktu : 15.00 – 15.30 WIB (30 menit)
Pelaksana : Mahasiswa Profesi Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga

I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit, keluarga dapat
mengetahui dan memahami tentang Hipertensi serta perawatan
secara umum pada keluarga yang mengalami hipertensi.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga mampu :
1. Menyebutkan kembali tentang definisi Hipertensi
2. Menyebutkan kembali penyebab dan faktor resiko
Hipertensi
3. Menyebutkan kembali gejala Hipertensi
4. Menyebutkan kembali perawatan pasien dengan Hipertensi

II. Sasaran
Peserta dalam penyuluhan ini adalah klien dan keluarga binaan

III. Materi
Terlampir

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab

V. Media
1. Leaflet
2. Flyer

VI. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Ferry Efendi, S.Kep.,Ns.,M.Sc., PhD
2. Pelaksana : Ani Rihlatun Ni'mah, S.Kep

VII. Setting Tempat


Penyaji

pembimbing

Peserta

VIII. Pelaksanaan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 3 Menit Pembukaan :
1. Menguca 1) Menjawab salam
2) Mengenal tim penyuluh
pkan salam
3) Mengetahui kontrak
2. Memperk
waktu penyuluhan
enalkan diri 4) Mengerti tujuan dari
3. Menjelas penyuluhan
kan kontrak waktu 5) Mengetahui poin-poin
4. Menjelas yang akan disampaikan
kan tujuan dari penyuluhan
5. Menyebut
kan materi penyuluhan yang akan
diberikan
6. Menyebar
kan leaflet kepada peserta
2. 15 Menit Pelaksanaan :
Mengkaji pengetahuan peserta tentang 1) Mendengarkan dan
memperhatikan materi
Hipertensi
Menjelaskan materi tentang :
1. Definisi Hipertensi secara umum
2. Penyebab Hipertensi
3. Klasifikasi Hipertensi
4. Tanda dan gejala Hipertensi
5. Komplikasi Hipertensi
6. Pencegahan Hipertensi
7. Pengobatan Hipertensi
3. 10 menit Diskusi atau Tanya jawab dan evaluasi :
1) Mengajukan
1) Memberikan kesempatan pada
pertanyaan
peserta untuk bertanya kemudian
2) Menanggapi jawaban
didiskusikan bersama 3) Menjawab pertanyaan
2) Menanyakan kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan
3) Memberikan reinforcement kepada
peserta bila dapat menjawab dan
menjelaskan kembali pertanyaan
atau materi yang telah disampaikan
4. 2 Menit Terminasi :
1) Mengucapkan terimakasih 1) Mendengarkan dan
kepada peserta membalas salam
2) Mengucapkan salam penutup

IX. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Peserta yang hadir adalah anggota keluarga binaan
b. Pembuatan Susunan Acara penyuluhan (SAP), leaflet dikerjakan
maksimal sehari sebelum acara dilaksanakan
c. Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan
e. Kontrak waktu dan tempat diberikan pada satu hari sebelum
acara dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Peserta antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan
b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari
awal sampai akhir
c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan Run down kegiatan
yang sudah dibuat dalam SAP
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP yang telah dibuat
3. Kriteria Hasil
a. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
b. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
dijelaskan
c. Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan
penyuluh dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan
penyuluhan dengan benar
MATERI PENUYULUHAN
HIPERTENSI PADA LANSIA

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg
(Brunner and Suddarth, 2002). Menurut WHO yang dikutip oleh
Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau
lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum
seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Klasifikasi Hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Tekanan darah normal : 130/80 mm Hg
2. Tekanan darah tinggi ringan: 140-159/90-99 mm Hg
3. Tekanan darah tinggi sedang: 160-179/100-109 mm Hg
4. Tekanan darah tinggi berat: 180-209/110-119 mm Hg
5. Tekanan darah tinggi sangat berat: ≥210/≥120 mm Hg

B. Tanda dan Gejala Hipertensi


Adapun gejala Hipertensi adalah:
1. Sakit kepala
2. Mudah marah
3. Mata terasa berat atau pandangan kabur
4. Susah tidur
5. Terasa sakit di tengkuk
6. Mual muntah
7. Bisa timbul mimisan
C. Penyebab
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: bawaan dari orang tua/keturunan
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah. Penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjutusia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksidan volumenya
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
D. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik
dapat berdampak pada :
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri
merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya
kasus ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit (complete stroke).
2. Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan
pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami
gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan
kerja keras jantung untuk memompa darah.
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam
ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah
rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami
gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.
Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah
berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan pada
pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini menyebabkan
permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah
berkurang. Sementara itu, nefrosklerosis maligna meruapakan
kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole
diatas 130 mmHg yang terganggunya fungsi ginjal
4. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan
kerusakan pembuluh darah dan saraf pada mata.
E. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan asupan etanol
c. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis
dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-
lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit
berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
d. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks.
3) Terapi tanpa obat bisa dilakukan dengan berolah raga secara
teratur, dari berbagi macam olah raga yang ada. Salah satu
olah raga yang dapat dilakukan yaitu senam hipertensi pada
lansia.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
b. Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
c. Step 2
d. Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
e. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
3. Terapi Herbal
a. Blimbing
b. Saledri
c. Mentimun
d. Alpukat
e. Semangka
f. Mengkudu

F. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan
primer. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat
terkontrol secara normal dan stabil mungkin.
b. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
c. Batasi aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC


Fhajar Pranama, Vendyik. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah
Pada Lansia Hipertensi Di Desa Pomahan Kecamatan Pulung Kabupaten
Ponorogo, Karya Tulis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1-
abstrak-i.pdf
Departemen Kesehatan. 2012. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Buku Saku. http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf,
Apley, A. Graham, Louis Solomon; Terjemahan Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley; edisi ke-7, WidyaMedika, Jakarta, 2000, hal. 28
Arumdita. 2010. Klasifikasi Tekanan Darah.

You might also like