Abstract : Employment issues is a topic that requires a new approach in
handling issues as more complex variations. Coping is clearly justified as directly correlated mission and goals of the company. One treatment that is applied is the application of occupational safety and health program that tested correlations to employee discipline. This study therefore aimed to determine the correlations between the attitude of the application of occupational safety and health programs with employee discipline. This study uses the subject as many as 57 employees of PT. PLN (Persero) Pekanbaru branch, data were collected by using two scales, namely the attitude scale implementation of occupational safety and health program in the flats by the researcher based upon the theory aitemAnoraga by the number 30 and the scale used employee discipline compiled by the researchers based on the theory Prawirosentono discipline delivered by the number of 28 items. Sampling in this study using the technique of method Summated ratings, analysis of data using product moment analysis, with the help of a computer program SPSS 18.0 for windows. Based on the analysis it was found that there was a positive correlations between the attitude of the implementation of occupational safety and health programs with employee discipline, the correlation coefficient (r) of 0.738 with a significance (p) of 0.000 then the hypothesis is accepted, there is a positive and significant correlations between attitudes towards the implementation of the program occupational safety and health with the disciplined employee. The higher the attitude of the implementation of safety and health program will contribute enormously in improving employee discipline. Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan disiplin kerja pegawai. Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 57 orang pegawai PT. PLN (Persero) cabang Pekanbaru, data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua buah skala, yaitu skala sikap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di susun sendiri oleh peneliti berdasarka teori Anoraga dengan jumlah 30 aitem dan skala disiplin kerja pegawai yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori kedisiplinan yang disampaikan oleh Prawirosentono dengan jumlah 28 aitem. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik metode summated ratings, analisis data dengan menggunakan analisis product moment, dengan bantuan komputer program SPSS 18.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara sikap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan disiplin kerja pegawai, koefisien korelasi sebaran 0,738 dengan p = 0,000 maka hipotesis diterima, berarti semakin tinggi sikap penerapan program keselamatan dan kesehtan kerja akan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan disilin kerja pegawai.
Kata kunci : sikap penerapan program K3, disiplin kerja
A. PENDAHULUAN sanggup menjalankannya dan tidak
Dunia usaha yang semakin mengelak untuk menerima sanksi-sanksi kompetitif di era pasar bebas memaksa apabila melanggar tugas dan wewenang setiap unit usaha meningkatkan daya yang diberikan. saingnya agar tetap eksis dan survive di Pendapat ahli tersebut menjelaskan tengah perubahan yang fluktuatif. Selain semua kondisi tersebut yang di dasari oleh peningkatan pemakaian teknologi mutahir tingkat kedisiplinan yang dapat dalam infrastruktur peningkatan kualitas menjelaskan suatu pekerjaan baik personal sumber daya manusia menjadi hal yang dan tim dapat diselesaikan sebagaimana paling penting mendapat perhatian yang hasil yang diharapkan. Berbagai penelitian serius. Kesadaran tentang peningkatan yang telah dilakukan para ahli manajemen kualitas SDM ini tentu beralasan dan pengalaman para praktisi dalam mengingat hampir semua perangkat berbagai organisasi, menyatakan bahwa produksi dibawah kendali operasional salah satu indikator manajemen sumber pegawai selaku tenaga kerja yang menjadi daya manusia yang efektif adalah tolak ukur standar produksi baik dalam kedisiplinan yang berkaitan langsung kualitas dan kuantitas. dengan keberhasilan peningkatan kinerja, Standar sumber daya manusia yang baik pada tingkat personal, kelompok kerja berkualitas adalah ditandai dengan dan pada tingkat organisasi. Dengan kata keterampilan yang memadai, professional lain, apabila manajemen dalam suatu dan kreatif (Sagir, 1988). Schultz (dalam organisasi tidak mampu menekankan Helmi,1996)mengidentifikasi karakteristik kedisiplinan sebagai bagian dari dari sumber daya manusia yang berkualitas pengelolaan sumber daya manusia dalam melalui faktor-faktor yang menentukan organisasi sulit diharapkan peningkatan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu tingkat kinerja pegawai (As’ad, 2003) kecerdasan, bakat, kepribadian, tingkat Hal ini karena kedisiplinan dalam pendidikan, kualitas fisik, etos (semangat kaitannya dengan kinerja dan produktivitas kerja) dan disiplin kerja. kinerja itu sendiri memuat semua hal yang Disiplin sebagaimana asal katanya diperlukan dalam proses kerja yang efektif, discipline (inggris) yang berarti tertib, taat, sebagaimana dijelaskan melalui aspek- mengendalikan tingkah laku, penguasa aspek yang terkandung dalam kedisplinan diri, kendali diri, latihan membentuk, (Nitisemito, 1996), yaitu: persepsi sebagai meluruskan atau menyempurnakan motif yang mendorong untuk menghargai sesuatu, sebagai kemampuan mental atau orang lain sehingga terkondisikan karakter moral, hukum yang diberikan ketentraman atau ketenangan dalam untuk melatih atau memperbaiki, bekerja (aspek psikologis), relevansi sikap kumpulan atau sistem peraturan bagi pegawai dengan standar serta tujuan yang tingkah laku (Nawami, 2003). dirumuskan dalam organisasi (aspek Siswanto (2002) menjelaskan personal), kecenderungan meleburnya disiplin kerja sebagai suatu sikap sikap individu dalam kehidupan kelompok menghormati, menghargai, patuh dan taat (aspek sosial), dan lingkungan kerja yang kepada peraturan-peraturan yang berlaku, kondusif karena berkembangnya nilai-nilai baik yang tertulis maupun tak tertulis serta kebersamaan menjadi aspek lingkungan yang mengembangkan fungsi kedisiplinan keselamatan dan kesehatan kerja dalam dalam bekerja. sebuah perusahaan dapat merugikan kedua Fungsi pengembangan perilaku belah pihak, baik pihak pegawai maupun disiplin itu sendiri dalam organisasi pihak perusahaan. Di pihak pegawai akan seringkali dilakukan dengan pemberian timbul keragu-raguan dan kekhawatiran sanksi dan hukuman, dimana untuk dalam melaksanakan aktivitasnya karena beberapa kasus dianggap efektif namun mereka merasa tidak dilindungi keamanan, tidak selalu berfungsi dalam setiap kasus keselamatan dan kesehatan kerjanya. tindakan indisipliner.Menurut As’ad Sementara di pihak perusahaan jika terjadi (2003) tindakan pendisiplinan dengan kecelakaan maka akan menimbulkan hukuman tidak selalu dapat merubah kerugian yang bukan saja harus membiayai perilaku pegawai untuk bertindak lebih pengobatan pegawai yang mengalami baik, bahkan apabila tindakan kecelakaan tersebut tetapi juga harus pendisiplinan tersebut tidak tepat menanggung resiko terhentinya pekerjaan penerapannya, dapat mengakibatkan yang sedang berlangsung (Siagian, 2002). semakin buruknya kinerja pegawai Hal yang paling mendasar dari penerapan tersebut. Kedisiplinan seharusnya adalah program keselamatan dan kesehatan kerja keadaan tertib dimana orang yang adalahupaya untuk memperlakukan tergabung dalam organisasi tunduk pada pegawai sesuai dengan harkat martabat peraturan yang telah ada dengan senang kemanusiaan dengan pengkondisian hati dimana proses pendisiplinan sebagai kehidupan kerja yang berkualitas latihan dalam program pembinaan yang (Suma’mur, 1996). bertujuan mengembangkan diri agar dapat Penerapan program keselamatan dan berperilaku tertib (Rivai, 2004) kesehatan kerja dalam tinjauannya Upaya pelatihan kedisiplinan melalui terhadap kedisplinan pegawai dalam pembinaan dapat dilakukan melalui bekerja dapat dilihat melalui fungsi sikap kesadaran akan pentingnya keselamatan pegawai terhadap penerapan program dan kesehatan kerjayang diterapkan dalam keselamatan dan kesehatan kerja oleh manajemen organisasi sebagai program perusahaan. Dimana sikap itu sendiri keselamatan dan kesehatan kerja (K3), merupakan kecenderungan individu untuk dimana secara filosofi program ini merespon dengan cara yang khusus dimaknai sebagai suatu pemikiran dan terhadap stimulus yang ada dalam upaya untuk menjamin keutuhan dan lingkungan atau suatu kecenderungan yang kesempurnaan baik jasmaniah maupun relatif stabil dan berlangsung terus rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan menerus untuk bertingkah laku dan manusia pada umumnya, sementara secara bereaksi dengan suatu cara tertentu praktis, sebagai upaya perlindungan agar terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat persoalan tertentu (Caplin, 2000) dan sehat selama melakukan pekerjaan di Kartono (1991) menambahkan pengertian tempat kerja serta bagi orang lain yang tentang sikap sebagai suatu bentuk memasuki tempat kerja maupun sumber evaluasi atau reaksi perasaan terhadap dan proses produksi dapat secara aman dan stimulus tertentu. Interpretasi konsep sikap efisien dalam pemakaiannya (Tunggal, tersebut gdalam bahasan ini adalah ketika 2009). program keselamatan dan kesehatan kerja Dasar penerapan program dinilai memberikan kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ketenangan, kesehatan, dan keamanan upaya memberikan jaminan bagi pegawai maka pegawai menunjukkan sikap positif di satu pihak dan organisasi atau terhadap pekerjaan, iklim kerja dan perusahaan di pihak lain. Tidak adanya perusahaan yang ditunjukkan dengan jaminan yang tertuang dalam program komitmen untuk mendisiplinkan diri dalam bekerja agar sesuai dengan tujuan B.Tinjauan Pustaka perusahaan. Disiplin berasal dari akar kata Sikap positif yang ditunjukkan “disciple” yang berarti belajar. Disiplin pegawai terhadap penerapan program merupakan arahan untuk melatih dan keselamatan dan kesehatan kerja juga membentuk seseorang melakukan sesuatu dipelajari pegawai sebagai motif untuk menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu berperilaku disiplin dalam bekerja karena proses yang dapat menumbuhkan perasaan adanya keseimbangan kebutuhan dan seseorang untuk mempertahankan dan tujuan antara pegawai dengan perusahaan, meningkatkan tujuan organisasi secara yang artinya adanya konsekuensi positif objektif, melalui kepatuhannya yang diterima pegawai dari penerapan menjalankan peraturan organisasi program keselamatan dan kesehatan kerja (Siagian,2002). menjadi sumber motivasi bagi para Nawawi (2006) menyebutkan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas disiplin atau tata tertib diartikan sebagai pekerjaannya sehari-hari. kesediaan mematuhi ketentuan berupa Bahaya kecelakaan akibat kerja yang peraturan-peraturan sebagai kesediaan menimpa para pegawai jika tidak dicegah mematuhi ketentuan berupa peraturan- dan ditanggulangi secara baik dan benar peraturan yang secara eksplisit perlujuga maka tentunya akan mengganggu mencakup sangsi-sangsi yang akan operasional dan proses kerja yang pada diterima jika terjadi pelanggaran terhadap akhirnya akan berdampak negatif terhadap ketentuan-ketentuan tersebut. Siswanto produktivitas kerja pegawai. Oleh sebab (2002) mengemukakan disiplin kerja itu, diperlukan kebijaksanaan pihak sebagai suatu sikap menghormati, manajemen perusahaan untuk menerapkan menghargai, patuh dan taat terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja peraturan-peraturan yang berlaku baik secara efektif di dalam setiap aktivitas yang tertulis maupun yang tidak tertulis kerja pegawai sehingga kecelakaan akibat serta sanggup menjalankannya dan tidak kerja ini dapat diminimalisir. mengelak menerima sangsi-sangsi apabila Berdasarkan penjelasan diatas, maka ia melanggar tugas dan wewenang yang penulis ingin mengetahui fungsi sikap telah diberikan kepadanya pegawai terhadap penerapan program Faktor-faktor Yang Mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja dalam Disiplin Kerja usaha meningkatkan disiplin kerja Faktor-faktor yang dapat pegawai, untuk itu dalam penelitian ini mempengaruhi disiplin kerja adalah penulis memberi judul : “Hubungan sebagai berikut (Nurmansyah, 2010) : Antara Sikap Terhadap Penerapan a. Tidak adanya ketegasan bagi setiap Program Keselamatan Dan Kesehatan pelanggaran disiplin, ketegasan diperlukan Kerja (K3) Terhadap Disiplin Kerja agar tujuan perusahaan yang telah Pegawai Pada PT. PLN (Persero) ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan Pekanbaru” efisien. Bertitik tolak dari latar belakang b. Kurangnya ancaman atau sangsi yang yang diuraikan sebelumnya, maka penulis diberikan kepada setiap pelanggaran yang mencoba merumuskan permasalahan disiplin. penelitian sebagai berikut: Apakah c. Tingkat kesejahteraan pegawai kurang terdapat hubungan antara sikap terhadap terpenuhi kedisiplinan dapat dilaksanakan penerapan program keselamatan dan dengan baik bila perusahaan telah kesehatan kerja pada PT. PLN (Persero) memberikan tingkat kesejahteraan atau Pekanbaru? kompensasi yang cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup pegawai dan keluarganya. d. Kurangnya partisipasi dari pegawai, Sesuatu tersebut dilakukan untuk kedisiplinan dapat dilaksanakan bila dapat menimbulkan dampak atau akibat itu dapat dapat dukungan atau partisipasi dari berupa peraturan, keputusan dan kebijakan pegawai karena mereka merasa bahwa yang dibuat oleh suatu organisasi dan peraturan yang dibuat merupakan hasil perusahaan (Summa’mur,1996). kesepakatan atau persetujuan bersama Pengertian penerapan selain menurut untuk kemajuan bersama. Summa’mur di atas dijelaskan juga e. Kurangnya keteladanan dari pimpinan menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam perusahaan, keteladanan pimpinan sangat Dangur,2006) juga mendefinisikan diperlukan untuk mempengaruhi pegawai implementasi sebagai pelaksanaan agar mereka mau dan bersedia mematuhi keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam peraturan dan ketentuan yang telah bentuk undang-undang, namun dapat pula ditetapkan perusahaan. berbentuk perintah atau keputusan- Aspek-aspek Disiplin kerja keputusan eksekutif yang penting. Menurud Prawirosentono (1999), Pengertian Program disiplin kerjadapat ditelusuri berdasarkan Menurut Summa’mur (1996) pengertian aspek-aspek sebagai berikut : program adalah cara yang disahkan untuk 1. Ketepatan terhadap waktu mencapai tujuan, beberapa karakteristik 2. Komitmen terhadap perjanjian kerja tertentu yang dapat membantu seseorang 3. Pelaksanaan tugas yang di berikan untuk mengin dentifikasi suatu aktivitas 4. Taat pada peraturan sebagai program atau tidak yaitu: Sikap Terhadap Penerapan Program 1) Program cenderung membutuhkan staf, K3 misalnya untuk melaksanakan atau sebagai Mengenai definisi sikap, banyak ahli pelaku program. yang mengemukakannya sesuai dengan 2) Program biasanya memiliki anggaran sudut pandang masing-masing. Adapun tersendiri, program kadang biasanya juga antecendent berarti sikap. Oleh sebab itu diidentifikasikan melalui anggaran. Sarwono (2010) menyatakan bahwa sikap 3) Program memiliki identitas sendiri, merupakan reaksi atau respon yang masih yang bila berjalan secara efektif dapat tertutup dari seseorang terhadap suatu diakui oleh publik. stimulus atau objek. Sikap belum Program Keselamatan Kerja merupakan suatu tindakan atau aktivitas, Heldjaracman (dalam Syaflinda, akan tetapi merupakan predisposisi 2008) mengatakan setiap program tindakan suatu prilaku. keselamatan kerja dapat terdiri dari : Berdasarkan pengertian sikap di atas, a) Didukungolehmanajemenpuncak (top maka dapat diketahui bahwa sikap identik management) dengan respons dalam bentuk perilaku, b) Menunjukseorangdirekturkeselamatank tidak dapat diamati secara langsung tetapi erja dapat disimpulkan dari konsistensi c) Pembuatan pabrik dan operasi yang perilaku yang dapat diamati. Secara bertindak secara aman (aspek teknis) operasional, sikap dapat diekspresikan d) Mendidik pegawai untuk bertindak dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang secara aman merupakan respons reaksi dari sikapnya e) Menganalisakecelakaan terhadap objek, baik berupa orang, f) Menjalankan peraturan-peraturan peristiwa, atau situasi. keselamatan kerja. Pengertian Penerapan/Implementasi Maksud dan tujuan program Penerapan atau implementasi keselamatan kerja secara umum adalah merupakan penyediaan sarana untuk untuk mencegah dan mengurangi melaksanakan sesuatu yang menimbulkan kecelakaan, mencegah dan mengendalikan dampak atau akibat terhadap sesuatu. timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan kerja serta bagi orang lain yang memasuki penularan, serta untuk menunjang tempat kerja maupun sumber dan proses tercapainya rencana produksi dengan produksi dapat secara aman dan efisien peralatan, lingkungan dan pekerjaan agar dalam pemakaiannya. tindakan lebih efektif, maka dibuat suatu Faktor-faktor yang Mempengaruhi program keselamatan kerja (Danggur, Pelaksanaan Program K3 2006). Secara umum kecelakaan kerja Program Kesehatan Kerja menurut Maspouri (1992) adalah kejadian Menurut Panggabean (dalam yang tidak diduga sebelumnya yang tidak Syaflinda,2008) Program kesehatan kerja dikehendaki dan dapat mengacaukan dibedakan menjadi dua yaitu sebagai proses yang telah diatur dari suatu berikut : efektivitas yang dapat menimbulkan 1. Keadaanfisik, terdiridari : korban jiwa atau harta benda. Selanjutnya a. Pemeriksaanjasmani menurut Bennet (dalam Santoso, 2004), b. Pemeriksaansecaraberkalauntukpersona kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka, lia dan setiap kejadian terdapat empat faktor c. Klinik medis yang mempunyai staff dan yang bergerak dalam satu kesatuan perlengkapan yang baik berantai, yakni lingkungan, bahaya, 2. Kesehatan mental, terdiridari : peralatan, dan manusia. a. Tersedianyapenyuluhankejiwaandanpsi Disamping itu menurut Suma’mur (1996), kiater penyebab timbulnya kecelakaan kerja b. Kerjasama dengan spesialis dan adalah : lembaga-lembaga psikiater dari luar 1. Tindakan atau perbuatan manusia yang organisasi. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe c. Pengembangan dan pemeliharaan act) program hubungan kemanusiaan yang 2. Keadaan lingkungan yang tidak aman tepat. (unsafe condition) Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Menurut Summa’mur (1996), ada Kerja (K3) beberapa langkah yang dilakukan untuk Pengertian keselamatan dan mencegah dan mengurangi terjadinya kesehatan kerja (K3) menurut Tunggal kecelakaan akibat kerja, yakni : (2009) adalah sebagai berikut : 1. Peraturan perundangan-undangan, a) Secara filosofi, keselamatan dan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan kesehatan kerja (K3) adalah suatu mengenai kondisi-kondisi kerja pada pemikiran dan upaya untuk menjamin umumnya, perencanaan konstruksi, keutuhan dan kesempurnaan baik perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pengujian dan cara kerja peralatan industri. pada khususnya dan manusia pada 2. Standarisasi, yaitu penetapan standar- umumnya, hasil karya dan budayanya standar resmi misalnya konstruksi yang menuju masyarakat adil dan makmur. memenuhi syarat-syarat keselamatan dan b) Secara keilmuan, keselamatan dan jenis-jenis peralatan industri tertentu. kesehatan kerja (K3) adalah ilmu 3. Pengawasan (inspeksi), yaitu apakah pengetahuan dan penerapannya dalam dipenuhinya ketentuan mengenai usaha mencegah kemungkinan terjadinya perundang-undangan yang diwajibkan. kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 4. Riset teknis, menentukan sifat dan c) Secara praktis, keselamatan dan ciri-ciri bahan yang berbahaya dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu penyelidikan tentang alat-alat pengaman. upaya perlindungan agar tenaga kerja 5. Riset medis, yaitu meliputi penelitian selalu dalam keadaan selamat dan sehat tentang efek-efek psikologis dan patologis selama melakukan pekerjaan di tempat lingkungan dan teknologis dan keadaan dengan jelas dan cepat. Penerangan yang fisik yang menyebabkan kecelakaan. tidak sempurna sehingga gelap atau dapat 6. Riset psikologis, yaitu penyelidikan membuat silau, yang berpengaruh negatif tentang pola-pola kejiwaan yang terhadap keterampilan kerja. Warna ruang menyebabkan terjadinya kecelakaan. kantor yang serasi dapat meningkatkan 7. Riset statik, untuk menerapkan jenis- produksi dan semangat kerja (Anoraga, jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, 2009). siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa b. Suhu dan sirkulasi udara yang tidak penyebabnya. sempurna, sehingga ruangan kerja berdebu 8. Pendidikan dan latihan, menyangkut dan lembab. Temperatur dan kelembapan keselamatan dan kurikulum teknik, yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat sekolah-sekolah perniagaan atau kursus- mempengaruhi kondisi fisik, semangat kursus pertukangan. kerja, dan emosi pegawai. 9. Penggairahan (persuasi), yaitu c. Kebisingan merupakan bunyi-bunyi penggunaan aneka cara penyuluhan dan yang tidak dikehendaki dan menggangu pendekatan lain untuk menimbulkan sikap serta dapat merusak pendengaran dan untuk selamat. penggunaan musik ditempat kerja pada 10. Asumsi, yaitu intensif finansial untuk waktu-waktu tertentu dapat menciptakan meningkatkan pencegahan kecelakaan, suasana kerja yang lebih serasi. misalnya dalam bentuk pengurangan premi d. Ketentuan-ketentuan kerja yang sering yang dibayar oleh perusahaan, jika dilanggar, seperti fasilitas umum didalam tindakan keselamatan sangat baik. perusahaan yang tidak terpelihara, 11. Usaha keselamatan pada tingkat contohnya WC yang tidak dibersihkan, perusahaan yang merupakan unsur utama lantai licin dan kotor memungkinkan orang efektif tidaknya penerapan keselamatan tergelincir, tempat pembuangan sisa-sisa kerja, pada perusahaanlah sangat bahan pembuangan yang tidak sempurna, tergantung kepada tingkat kesadaran akan cara penempatan mesin dan bahan baku keselamatan kerja oleh semua pihak yang yang tidak tepat, jalur lalu lintas digunakan bersangkutan. untuk menempatkan bahan-bahan baku, Aspek-aspek Keselamatan dan dan ruang kerja yang terlalu padat dan Kesehatan Kerja (K3) sesak. Berdasarkan teori tiga faktor yang 2. Mesin dan alat-alat kerja menyebutkan bahwa aspek-aspek Kondisi mesin dan peralatan kerja dapat Keselamatan dan Kesehatan (K3) berpengaruh baik secara langsung maupun (Anoraga, 2010) antara lain : tidak langsung terhadap kemungkinan 1. Lingkungan kerja timbulnya kasus kecelakaan kerja. Lingkungan kerja ialah segala sesuatu Peralatan dan mesin kerja yang tidak yang berada disekitar pegawai dan yang ergonomis dapat cepat menimbulkan dapat mempengaruhi dirinya dalam kelelahan bagi pegawai. Peralatan yang menjalankan tugas-tugas yang dibebankan baik adalah yang senantiasa siap kepadanya. Keadaan lingkungan kerja dipergunakan pegawai. Menurut memberikan pengaruh yang besar terhadap Mangkunegara (2001) kesalahan dapat kinerja pegawai. Lingkungan kerja yang terletak pada mesin yang letaknya salah, baik dapat mempertinggi efisien dan tidak dilengkapi alat pelindung, dan alat- efektifitas kerja. alat kerja yang telah rusak atau terlalu tua Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja dan alat-alat perlindungan perseorangan yang penting untuk diperhatikan antara telah rusak. lain : 3. Manusia a. Penerangan yang baik memungkinkan pekerja melihat objek yang dikerjakannya Dibawah ini merupakan kesalahan- Jumlah subjek dalam penelitian ini kesalahan manusia yang dapat sebanyak 58 orang (pegawai) bagian menimbulkan kecelakaan, meliputi : pemasangan dan pemutusan listrik PT. a. Sikap yang tidak wajar, seperti PLN (Persero) cabang pekanbaru. sembrono, tidak mengindahkan instruksi, Penentuan jumlah subjek dalam penelitian lalai, melamun, tidak memakai alat ini di dasarkan pada teori yang pelindung diri, tidak kooperatif serta tidak dikemukakan oleh Arikunto (2006) sabar. disebutkan bahwa jika populasi ≤ 100 b. Kondisi fisik yang kurang sehat orang maka semua dijadikan sampel dalam cenderung mengakibatkan menurunnya penelitian, namun jika populasi > 100 produktivitas kerja, cepat mengalami orang maka penarikan jumlah sampel kelelahan dan kurang konsentrasi. Kurang dilakukan dengan sistem persentase, mulai sehat secara fisik maupun psikis, seperti dari 10% - 15%, 20% - 25% keatas. cacat badan, tuli, kurang penglihatan, Metode Pengumpulan Data reaksi yang lamban dan kekuatan fisik Adapun metode pengumpulan data yang umum yang kurang, emosi yang tidak digunakan dalam penelitian ini adalah stabil, kepribadian yang rapuh, cara dengan menggunakan metode skala berpikir serta motivasi kerja yang rendah terhadap masing-masing variabel memberikan peluang yang lebih besar penelitian, dengan tujuan untuk pada terjadinya kecelakaan kerja. mengungkap hubungan antara sikap c. Kurangnya kecakapan dalam terhadap penerapan program keselamatan mengerjakan suatu pekerjaan, dapat dan kesehatan kerja dengan disiplin kerja: dikarenakan belum cukup latihan, salah 1. Skala Sikap Terhadap Penerapan mengerti instruksi, tidak mendapat Program K3 pelajaran terlebih dahulu mengenai suatu Skala Sikap Terhadap Penerapan pekerjaan, serta merasa asing dalam Program Keselamatan dan Kesehatan pekerjaan. Kerja (K3) dalam penelitian ini Hipotesis menggunakan dibuat berdasarkan model Terdapat hubungan yang positif antara skala Likert (Azwar, 2000). Dengan Sikap Terhadap Penerapan Program menggunakan skala akan diperoleh fakta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau pendapat dari subjek penelitian, dengan disiplin kerja pegawai pada PT. karena model seperti ini bersandar pada PLN (Persero) cabang pekanbaru. laporan diri, pengetahuan dan keyakinan pribadi. Dasar penggunaan metode ini C. METODE adalah karena subyek merupakan orang Lokasi Penelitian yang paling tahu tentang dirinya sendiri: Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN apa yang dinyatakan subyek adalah benar (Persero) cabang pekanbaru. dan dapat dipercaya dan interpretasi Populasi dan Sampel Penelitian subyek tentang pernyataan-pernyataan Populasi dalam penelitian ini adalah yang diajukannya adalah sama dengan apa seluruh pegawai di bagian lapangan PT. yang dimaksud oleh pembuat skala (Hadi, PLN (Persero) berjumlah 60 orang 1995). (pegawai). Teknik pengambilan sampel dalam 2. Skala Disiplin Kerja penelitian ini dilakukan dengan metode Skala disipin kerja dalam penelitian ini purposive samplingy aitu pemilihan disusun dalam pernyataan yang sekelompok subjek yang didasarkan pada mendukung atau favorable dan yang tidak ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang mendukung atau unfavorable dengan 4 mempunyai kesamaan yang sama dengan alternatif jawaban, dengan menghilangkan ciri-ciri atau sifat-sifat dari populasi. jawaban netral. Penghilangan jawaban netral ini berguna untuk menghindarkan mempengaruhi tingkat kedisiplinan subjek pada kecenderungan untuk tidak pegawai tersebut. Deskriptif data memberikan jawaban.. penelitian menunjukakn, sebanyak 16 Teknik Analisis Data orang (28%) pegawai dikategorikan dalam Sebelum melakukan uji analisis hubungan, sikap penerapan program K3 sangat tinggi, data yang akan dianalisis harus memenuhi 21 orang (37%) pegawai dikategorikan asumsi prasyarat yaitu; uji normalitas dalam sikap penerapan program K3 tinggi, sebaran dan uji linieritas hubungan antara 20 orang (35%) pegawai dikategorikan variabel bebas dengan variabel terikat. Uji dalam sikap penerapan program K3 prasyarat analisis normalitas sebaran dan sedang. Sementara untuk kualitas disiplin uji linieritas hubunganmenggunakan kerja, sebanyak 10 orang (20%) bantuan program SPSS 18,0 for Windows. dikategorikan disiplin kerja sangat tinggi, 31 orang (52%) dikategorikan disiplin D. Hasil kerja tinggi, 16 orang (28%) dikategorikan Berdasarkan hasil uji korelasi produck disiplin kerja sedang. moment untuk menguji hipotesis dalam Disiplin cenderung diartikan sebagai penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hukuman dalam arti sempit, namun hubungan yang signifikan dengan arah sebenarnya disiplin memiliki arti yang yang positif antara sikap penerapan lebih luas dari hukuman. Menurut program k3 dengan disiplin kerja. Munandar (2004) disiplin adalah Berdasarkan hasil analisis hubungan kesanggupan menguasai diri yang diatur. penerapan program K3 dengan disiplin Disiplin berasal dari bahasa latin, yaitu kerja pegawai memperoleh koefisien diciplina yang berarti latihan atau korelasi sebesar 0,738 dan P: pendidikan, kesopanan dan kerohanian 0,000(P<0,01). Hasil ini menunjukkan serta pengembangan tabiat. Disiplin bahwa ada hubungan yang sangat menitik beratkan pada bantuan kepada signifikan antara sikap penerapan program pegawai untuk mengembangkan sikap K3 dengan disiplin kerja pegawai. Hal ini yang baik terhadap pekerjaan. Disiplin sesuai dengan hipotesis awal yang pegawai yang baik akan mempercepat diajukan peneliti, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi, sedangkan hipotesis diterima. disiplin yang rendah akan menjadi Hal ini semakin tinggi sikap penghalang dan memperlambat pencapaian penerapan program K3, maka semakin tujuan organisasi. tinggi disiplin kerja pegawai. Namun Disiplin adalah ketaatan terhadap sebaliknya semakin rendah sikap aturan dan disiplin tidak berkaitan dengan penerapan program K3 maka semakin nilai dari apa yang akan dicapai oleh suatu rendah tingkat disiplin kerja pegawai aturan, dengan kata lain setiap disiplin tersebut. Kita dapat mengetahui besanya dilihat dengan tidak mempertimbangkan hubungan tersebut dengan melihat apakah aturan yang ditaati bermanfaat atau koefisien korelasi (r) sebesar 0,738 dan P: tidak sebelum pada akirnya membuat 0,000(P<0,01). Dan semakin diperkuat pegawai bergairah untuk bekerja. Bicara dengan hasil koefesien determinant(R2) tentang disiplin kerja yang tinggi erat yang telah di peroleh sebesar 0,545 dan kaitan nya dengan kinerja, perstasi kerja berarti 54,4% sikap penerapan program atau pun K3.Menurut Nurmansyah (2010) K3 mempengaruhi tingkat kedisiplinan disiplin adalah sikap kesediaan dan pegawai. kerelaan seseorang untuk memahami dan Penelitian ini juga menunjukkan mentaati norma-norma peraturan yang bahwa tingginya sikap penerapan program berlaku disekitanya. Dalam kaitannya K3 yang dimiliki pegawai PT.PLN dengan pekerjaan (Persero) cabang Pekanbaru, Disiplin yang baik mencerminkan menyimpulkan hasil yang signifikan besarnya rasa tanggung jawab seseorang fungsi penerapan program K3 dengan terhadap tugas-tugas yang diberikan peningkatan produktivitas kerja pegawai. kepada nya. Hal ini mendorong gairah Dengan judul yang relatif sama kerja, semangat kerja, dan terwujudnya Sulistyarini (2010) juga berhasil tujuan perusahaan, pegawai, dan membuktikan asumsi tentang adanya masyarakat. Oleh karna itu setiap menajer pengaruh program K3 terhadap berusaha agar para bawahannya produktivitas kerja pegawai pada CV. mempunyai disiplin yang baik. Seorang Sahabat di Klaten. Perbedaanya hanya manajer dikatakan efektif bila bawahannya pada fungsi tujuan dari metodologinya. berdisiplin yang baik, untuk memelihara Fisalamah (2010) untuk melihat fungsi dan meningkatkan kedisiplinan yang baik korelasi sementara Sulistyarini lebih jauh adalah hal yang sulit, karna banyak faktor lagi melihat sumbangsih dari variabel K3 yang mempengaruhinya. Menurut (Rsquared) dan fungsi peramalan Siswanto (2002) disiplin kerja sebagai permasamaan garis regresinya terhadap suatu sikap menghormati, menghargai, variabel dependen.Signifikansi pengaruh patuh dan taat terhadap peraturan- penerapan program K3 juga telah peraturan yang berlaku baik yang tertulis dibuktikan oleh Perpitasari (2011) yang maupun yang tidak tertulis serta sanggup menemukan pengaruh yang signifikan menjalankannya dan tidak mengelak programkeselamatan dan kesehatan kerja menerima sanksi-sanksi apabila ia terhadap kinerja pegawai bagian produksi melanggar tugas dan wewenang yang PT. Bentoel Malang. diberikan kepadanya. Dengan adanya berbagai tuntutan Disiplin kerja dapat dilihat sebagai tentang masalah kesehatan dan sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi keselamatan kerja, maka perusahaan harus kepentingan organisasi maupun bagi para dapat memenuhi tanggung jawabnya pegawainya. Bagi organisasi adanya dalam memberikan perlindungan disiplin kerja akan menjamin padapegawai dengan melakukan program- terpeliharanya tata tertib dan kelancaran program tentang kesehatan dan pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh keselamayan kerja. Oleh sebab itu, hasil yang optimal. Sedangkan bagi pemerintah memberikan jaminan kepada pegawai akan diperoleh suasana kerja yang pegawai dengan menyusun Undang- menyenangkan sehingga akan menambah undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 semangat kerja dalam melaksanakan Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada pekerjaannya. Dengan demikian, pegawai tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dapat melaksanakan tugasnya dengan dengan Peraturan Pemerintah Tentang penuh kesadaran serta dapat Pernyataan berlakunya peraturan mengembangkan tenaga dan pikirannya kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun semaksimal mungkin demi terwujudnya 1948), yang merupakan bukti tentang tujuan organisasi (Hasibuan, 2003). disadarinya arti penting keselamatan kerja Efektifitas fungsi penerapan program di dalam perusahaan (Ranupandojo dan K3 dalam hubungannya dengan berbagai Husnan, 2002). Lalu, menurut penjelasan tujuan dan fungsi suatu badan usaha telah Undang-undang Republik Indonesia dibuktikan dengan beberapa penelitian, Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa seperti Fisalamah (2010) dalam sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga penelitiannya dengan judul Hubungan berperan aktif dan ikut bertanggung jawab Antara Sikap Terhadap Penerapan atas pelaksanaan program pemeliharaan Program Keselamatan Dan Kesehatan dan peningkatan kesejahteraan demi Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pegawai terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan Pada PT. Bangun Tenera Riau, keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung variabel dalam penelitian ini sebagai dasar jawab dalam masalah ini, tetapi para tinjauan. pegawai juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama. DAFTAR PUSTAKA E.Kesimpulan Anoraga, P.(2009). Psikologi kerja. Adapun kesimpulan yang diungkapkan Jakarta: Rineka Cipta oleh peneliti dari penelitian ini adalah ada Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian hubungan positif yang sangat signifikan suatu pendekatan praktik. Jakarta : antara sikap penerapan program Rineka Cipta. keselamatan dan kesehatan kerja (K3) As’ad. M. (2003) Psikologi industri, terhadap disiplin kerja pegawai PT. PLN Yogyakarta:PT. Liberty. (Persero) cabang Pekanbaru. Semakin biak Azwar,S. (2003). Penyusunan skala kualitas sikap penerapan progam K3 maka psikologi. Yogyakarta : Pustaka disiplin kerja akan semakin tinggi, dan Pelajar. sebaliknya semakin rendah kualitas sikap Danggur, K. (2006). Keselamatan penerapan program K3 maka semakin kesehatan kerja. Jakarta : Litbang rendah disiplin kerja pegawai nya. Danggur and Patners F. Saran Husni, L. (2000). Pengantar hukum 1. Bagi pegawai PT. PLN (Persero) ketenagakerjaan indonesia. Jakarta : cabang Pekanbaru PT. Raja Grafindo Persada. Subjek diharapkan lebih memperhatikan Nurmansyah, S.R. (2010). Manajemen keselamatan sendiri dengan mematuhi sdm srategi. Pekanbaru: Unilak peraturan dan melengkapi alat pelindung Press diri dalam bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit kerja yang di akibat kan pekerjaan itu sendiri. 2. Bagi Manager PT.PLN (Persero) cabang Pekanbaru Meskipun sikap penerapan progam K3 dan disiplin kerja sudah baik bukan tidak mungkin pihak manager memberikan pelatihan-pelatihan K3 kepada pegawai baru maupun lama agar pegawai tersebut lebih terlatih dan meningkat kan kedisiplinannya dan terhindar dari kecelakaan kerja. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas fungsi dan tujuan penelitian yang terkait dengan variabel dalam penelitian ini dengan mengembangkan variasi metodologi (misalkan dengan menggabungkan konsep penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian kualitatif) dan fungsi hubungan variabel K3 atau disiplin kerja dengan variabel- variabel lain dalam meninjau variabel K3 dan disiplin kerja atau menggunakan
Pengaruh Program K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Di Pt. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 3 Cirebon
Persepsi Mahasiswa Terhadap Penerapan Dan Pelaksanaan K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Pada Praktek Bengkel Kayu Dan Batu Di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang
Persepsi Mahasiswa Terhadap Penerapan Dan Pelaksanaan K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Pada Praktek Bengkel Kayu Dan Batu Di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang