You are on page 1of 8

Jurnal Penelitian Pendidikan

Vol. 30 Nomor 2 tahun 2013

MODEL PENGELOLAAN TEACHING FACTORY SEKOLAH


MENENGAH KEJURUAN

M Burhan R Wijaya

Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang


Email: buhan.rubai@yahoo.com

Abstract. This study aims to identify and develop management models Factory
Teaching Vocational School through a series of tests and validation of the model
with the approach of reasearch and Development. Teaching Factory Manage-
ment Models at Vocational Schools is a concept that combines learning man-
agement approach learning Competency Based Training (CBT) and Production
Based Training (PBT) in the real atmosphere so that the process of achieving
competence or skill skills life skills (life skills) in accordance with the standards
of graduate work in the industrial world. In particular, this study aims to for-
mulate design management model development Teaching Factory Vocational
School. To achieve the research objectives above using the approach of Research
and Development, through preliminary studies, design development models, test-
ing and validation. Preliminary study phase is planned to take the flow / stage as
follows: the study of literature, study / collection of field data, and a description
and analysis of field findings (factual), namely: (1) the description of the charac-
teristics of vocational school with a standard performance indicators that can be
poured as the content of the development of Teaching Factory, (2) description of
the characteristics and potential development group management model Tefa as
an outcome groups to develop and implement management models Tefa for Voca-
tional Schools (3) description of the characteristics of potential stakeholders to
support the development and implementation TEFA management model, and (4)
preparation of the management model TEFA for Vocational Schools excellence
and innovative. Trial design done on a limited scale model group. Then the model
was accompanied by outcome group to develop and implement a model TEFA for
Vocational Schools to determine whether the model developed can be applied
correctly. Data analysis in this study, the preliminary study stage, the findings
or the facts about productive learning programs implemented are described in
the form of data presentation, and then analyzed (interpreted) qualitative. The
process and results of design development done in a peer-group analysis and
expert judgment. And the results of trials presented in the form of data as well
as design (applicability) were analyzed by descriptive qualitative. Teaching Fac-
tory management model developed can be applied in the management of Teach-
ing Factory for Vocational School and serves as a guide for managers Teaching
Factory (principals, teachers, industry partners) and can produce a constructive
contribution in a partnership between Vocational Schools with industry.

Keywords: Teaching Factory (TEFA), Competency Based Training (CBT) dan


Production Based Training (PBT)

125
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

PENDAHULUAN ngelolaan TEFA SMK untuk mengembang-


kan dan mengimplementasikan model pe-
Proses alih teknologi dan keterampilan (trans- ngelolaan TEFA SMK, (3) penyusunan model
fer of technology and skill) dari dunia usaha pengelolaan TEFA SMK. (4) Ujicoba desain
dan industri menengah dan besar menunjuk- dan pengimbasan dilakukan pada skala terba-
kan bahwa siswa tidak memperoleh pengala- tas melalui FGD untuk mengembangkan dan
man keterampilan yang memadai. Penelitian mengimplementasikan model pengelolaan
mengungkapkan bahwa perolehan kualitas TEFA SMK, apakah model dapat diterapkan
pengalaman siswa pada kerja praktik industri secara efektif dan efisien.
menengah dan besar cenderung rendah. Sen- Pengembangan Unit produksi sekolah
tuhan terhadap kelompok industri kecil dan melalui program TEFA mempunyai target
menengah (U/IKM) sangat berpotensi sebagai capaian, sebagai berikut. (1) adanya pengor-
institusi pasangan tempat dalam pembentukan ganisasian dan mekanisme pengelolaan unit
sikap kewirausahaan yang efektif agar lulu- produksi yang efektif, (2) melaksanakan ke-
san tidak terasing (secluded) dengan kema- giatan pemasaran produksi, (3) adanya keter-
juan dunia usaha/industri. Disamping itu unit libatan guru dan siswa dalam proses produksi,
produksi sekolah apabila dikelola dengan baik (4) adanya keterlibatan seluruh program studi
dapat membekali lulusan akan keterampilan, dalam meningkatkan unit produksi sekolah,
sikap kewirausahaan, hal tersebut memun- (5) adanya kesesuaian produk dengan pro-
culkan bentuk paradigma pengelolaan unit gram keahlian yang ada disekolah, (6) dapat
produksi sekolah yang didukung kerjasama memenuhi tingkat pasar produk lokal, na-
yang intensif antara SMK dengan dunia usaha sional, (7) meningkatkan nilai pekerjaan dan
dan industri secara memadai. penghasilan unit produksi, (8) meningkatkan
Persoalan pengelolaan, ketersediaan mutu hasil pekerjaan minimal sesuai dengan
bahan ajar, fasilitas, guru produktif yang ber- pasar, dan (9) meningkatkan manfaataan unit
pengalaman industri, dan siswa dalam pro- produksi dalam pelaksanaan PSG, karena unit
gram Teaching Factory (TEFA) SMK sebagai produksi sebagai replika dunia usaha dan in-
pengembangan pengelolaan unit produksi ke- dustri, dimana guru dan siswa bisa meningkat-
cil di sekolah, karena melibatkan siswa dalam kan kemampuan sekaligus kesejahteraannya.
kegiatan usaha sehingga dapat menumbuhkan Hasil ini akan memberikan dampak positif
jiwa berwirausaha siswa dan guru. Oleh karena kepada kegiatan belajar mengajar sehingga
itu pengembangan model pengelolaan TEFA menghasilkan tamatan yang bermutu sesuai
pada SMK perlu dikaji guna meningkatkan permintaan lapangan kerja.
kompetensi lulusan SMK yang berkualitas. Pendekatan program TEFA (Teaching
Untuk mencapai tujuan penelitian di Factory) adalah perpaduan pendekatan pem-
atas menggunakan pendekatan Research and belajaran CBT (Competency Based Training),
Development, melalui studi pendahuluan, dimana pelatihan yang didasarkan atas pe-
pengembangan desain model, uji coba dan kerjaan yang dilakukan oleh siswa ditempat
validasi. Tahap studi pendahuluan mengikuti kerja dan memberikan tekanan pada apa yang
tahapan sebagai berikut: studi literatur, pe- dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil
ngumpulan data lapangan, dan deskripsi ser- pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jum-
ta analisis temuan lapangan (faktual), yaitu: lah pelatihan. Dan PBT (Production Based
(1) Pendeskripsian pengelolaan TEFA pada Training) adalah proses pembelajaran keahli-
SMK; (2) Pendeskripsian karakteristik dan an dan keterampilan yang dirancang dan di-
potensi kelompok pengembang model pe- laksanakan berdasarkan prosedur dan standar

126
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk waktu penyelesaian pekerjaan. Bagian admi-
menghasilkan barangdan jasa sesuai tuntutan nistrasi mendata kuantitas produk barang ses-
pasar. uai dengan standar mutu pasar yang disetujui
Pengembangan model pengelolaan oleh konsultan sebelum proses pemasaran.
TEFA lebih mengarah kepada proses pengelo- Apabila dalam bentuk pesanan maka bagian
laan di ruang kelas dan ruang praktek berdasar pemasaran menanyakan mutu dan jumlah
prosedur dan standar bekerja di dunia industri barang kepada pemesan dan dibuat laporan.
dengan mekanisme tahapan pengembangan Produk barang yang dibuat tanpa ada pesan-
model sebagai berikut. (1) Perencanaan yang an maka bagian pemasaran bertugas menjual
dimulai dari persiapan pelaksanaan tindakan,
produk barang itu kepada konsumen Setiap
menggabungkan tindakan yang akan datang
hasil penjualan harus dilaporkan atas barang
dan merumuskan aktivitas yang dianggap
yang diproduksi kepada bagian administrasi
perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
setelah dikurangi atas biaya listrik dan ba-
Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan
kelemahan organisasi, menentukan peluang han. Apabila bahan dan perlengkapan lainnya
dan ancaman, menentukan strategi, kebi- merupakan hasil usaha dari siswa maka hasil
jakan, dan program. Semua itu dilakukan penjualan dikurangi biaya listrik. (4) evalua-
berdasarkan proses pengambilan keputusan si dan pengawasan program TEFA dilakukan
secara ilmiah disertai dengan berbagai lang- oleh konsultan yang juga bertindak sebagai
kah antisipasi guna memperkecil kesenjang- asesor atau penilai pekerjaan oleh kepala regu
an untuk mencapai tujuan secara efektif dan dan divalidasi oleh bagian produksi. Tahapan
efisien. (2) Pengorganisasian adalah suatu penilaian ini kepala regu juga bertindak seb-
proses membagi tugas sesuai dengan kemam- agai asesor bagi karyawan dan bagian produk-
puannya dalam mengalokasikan sumber daya si bertindak sebagai asesor bagi kepala regu.
yang ada, dan mengkoordinasikannya. Ada Konsultan atau asesor memberikan pe-
dua hal pokok yang harus dilaksanakan yaitu nilaian atas hasil kerja manajer dan bagian–
menetapkan struktur organisasi dan pemba- bagian lainnya. Pemberian nilai oleh asesor
gian tugas serta menetapkan wewenang dan berdasarkan atas kriteria yang ditentukan ber-
tanggung jawab bagi pimpinan dan seluruh dasarkan kompetensi pekerjaan. Nilai yang
personil yang terlibat dalam organisasi TEFA. dihasilkan asesor adalah nilai akhir dari hasil
(3) Pengelola pelaksanaan program TEFA di penilaian kepala regu, kepala bagian produksi
unit produksi kecil sekolah menerima pesanan dan juga manajer. Penilaian yang diberikan
dan memproduksi barang sesuai standar yang
kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk
telah ditetapkan oleh konsultan sesuai tugas
lembar penilaian kompetensi yang harus diisi
dan tanggung jawabnya. Siswa sebagai bagian
setelah job pekerjaan dan standar kompetensi
administrasi, produksi, perencanaan dan main-
atau keahlian selesai. Lembar penilaian kom-
tenance and repair (MR), dan quality control,
bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan petensi dibawa oleh siswa dan diberikan kepa-
konsultan. da asesor setiap melakukan penilaian standar
Order berupa konsep diadministrasikan kompetensi keahlian.
oleh bagian administrasi dan diserahkan pada METODE PENELITIAN
bagian perencana untuk diperhitungkan har-
ganya. Hasil perencanaan diserahkan kepada Penelitian ini menggunakan pendekatan
bagian produksi. Bagian produksi membagi penelitian dan pengembangan (research and
pekerjaan sesuai jumlah pekerja sesuai target development). Model prosedural yang di-

127
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

pilih mengapdatasi dari model penelitian dan pengertian bahwa sekolah melakukan per-
pengembangan Borg dan Gall (1983:775-6). encanaan, pengerjaan, serta pengendalian
Penelitian ini berupaya menghasilkan suatu produk sesuai dengan standar industri yang
pengembangan model TEFA. Tahap awal, sesungguhnya. Dari pemahaman di atas dapat
dideskripsikan pengelolaan TEFA di SMK. disimpuikan bahwa pengelolaan TEFA adalah
Menentukan kelompok pengembang SMK sistem peng-elolaan pengajaran berbasis in-
yang potensial berperan dalam penyusunan dustri yang dilaksanakan di sekolah secara
konsep model pengelolaan TEFA SMK. Ber- profesional dengan perencanaan, pengorgan-
dasarkan deskripsi temuan, berikutnya dikem- isasian, penyusunan personalia, pengarahan,
bangkan model tentatif pengelolaan TEFA dan pengawasan yang matang sehingga meng-
dan implementatif model manajemen TEFA hasilkan produk sesuai dengan standar indus-
SMK. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tri. Beberapa alasan penting perlunya peny-
SMK di Kota Semarang dengan subyek pene- elenggaraan pembelajaran dengan pendeka-
litian adalah kelompok pengembang penge- tan Teaching Factory di sekolah antara lain
lola TEFA (kepala sekolah, guru, stakeholder) (1) meningkatkan kompetensi guru dan siswa
dengan cara purposive. Pengumpulan data siswa, (2) mendorong terciptanya budaya
dalam penelitian ini dikelompokkan dalam mutu di sekolah, (3) Menciptakan budaya in-
dua tahap yaitu: pertama, studi pendahuluan dustri di sekolah, (4) diversifikasi sumber daya
dan pengembangan; kedua, tahap ujicoba dan keuangan sekolah, (5) wahana kreativitas dan
pengimbasan. Pada tahap studi pendaahuluan inovasi siswa dan guru, (6) sarana pengem-
dan pengembangan, dipilih teknik angket, ob- bangan entrepreneurship di sekolah, (7) tem-
servasi, dan dokumentasi, di samping kajian pat magang dan penampungan lulusan yang
literatur (literature review). Pada tahap uji- belum mendapat pekerjaan di dunia industri
coba dan pengimbasan, teknik pengumpulan atau dunia usaha.
data pokok adalah observasi dan angket. Kebijakan Provinsi Jawa Tengah untuk
Analisis data dalam penelitian adalah mendorong pengembangan Teaching Fac-
bentuk sajian data deskriptif (mean, median, tory di sekolah Menengah Kejuruan meru-
modus), yang kemudian diinterpretasikan se- pakan bagian dari upaya peningkatan mutu,
cara kualitatif. Proses dan hasil pengemban- kompetensi, dan kesiapan siswa memasuki
gan desain dilakukan analisis secara peer- lapangan kerja, yang secara sinergis mampu
group dan expert judgement. Hasil ujicoba dan menopang kebijakan Gubernur Jawa Tengah
pengimbasan analisis yang digunakan adalah yang mengedepankan embangunan berbasis
deskriptif dalam bentuk sajian data. Demikian kerakyatan. Berdasarkan hal ini pula Pemer-
juga dalam ukuran keterterapan desain (appli- intah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas
cability) dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pendidikan telah memberikan fasilitas bantu-
an keuangan kepada SMK terpilih baik neg-
HASIL DAN PEMBAHASAN
eri maupun swasta untuk mengembangkan
Salah satu program yang digulirkan Teaching Factory di sekolah masing-masing
pemerintah melalui Dinas Pendidikan adalah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Na-
penyelenggaraan program Teaching Fac- mun demikian program Teaching-Factory di-
tory di Sekolah Menengah Kejuruan. Teach- harapkan tidak hanya dikembangkan di SMK
ing Factory adalah sebuah pendekatan dalam yang mendapat bantuan keuangan dari pemer-
proses pembelajaran di sekolah menengah intah pusat maupun provinsi saja, tetapi selu-
kejuruan berbasis industri. Ini mengandung ruh SMK khususnya di Jawa Tengah sebagai

128
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

salah satu upaya peningkatan mutu lulusan. SMK N 1 Semarang dengan program teaching
Secara kelembagaan, Teaching Factory atau factory perakitan sepeda motor bekerjasama
Teaching Industry dapat dijalankan dalam dengan PT Kanzen motor Jakarta pada tahun
bentuk Unit Produksi.atau atau bentuk-ben- 2010 yang dirakit di SMK 1 Semarang. Tahun
tuk lainnya yang tidak bertentangan dengan 2011 dipercaya untuk merakit mobil Turang-
aturan dan perundangan yang berlaku, dan ga, dan (3) SMK Negeri 4 Semarang dengan
dijalankan secara terintegrasi dalam kegiatan mengembangkan teaching factory pembua-
pembelajaran atau di luar pembelajaran tan teknologi tepat guna yang dirancang dan
Pengorganisasian dan mekanisme di ma- dibuat oleh bidang keahlian permesinan. Jasa
sing-masing sekolah sangat mungkin ada per- Otomotif, Audio, dan LCD.
bedaan mengingat karakter produk maupun Agar program Teaching Factory tersebut
situasi dan kondisi serta lingkungan sekolah berjalan dengan baik, terarah, terukur, serta
yang berbeda-beda. Namun demikian, dengan bisa dipertanggungjawabkan, diperlukan pan-
adanya buku Petunjuk Teknis Penyelengaraan duan pola pengelolaan yang standar di dalam
Teaching Factory ada acuan dalam pelak- penyelenggaraan Teaching Factory di SMK
sanaan program, sehingga penyelenggaran sehingga memiliki pola yang standar dalam
Teaching Factory disekolah sesuai dengan proses pengembangan, pengorganisasian dan
harapan. mekanisme dan aturan main, pelaporan, moni-
Program Teaching Factory atau Teaching toring dan evaluasi dalam rangka akuntabilitas
Industry yang dilaksanakan SMK disesuaikan dan responsibility. Sekolah Menengah Kejuru-
dengan program keahlian yang diselenggara- an dengan Teaching Factory yang profesio-
kan di SMK, diantaranya: (1) SMK Negeri 7 nal mempunyai peluang dalam pembangunan,
Semarang melaksanakan teaching factory bi- yaitu turut serta membantu menanggulangi ke-
dang Perakitan Komputer merk SMK-Zyrek miskinan, apalagi jika ditopang oleh pelaku-
atas kerjasama Direktur Pembinaan SMK Di- peiaku bisnis yang kreatif dan mempunyai daya
rektorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar tahan terhadap perubahan. Oleh sebab itu SMK
dan Menengah Depdiknas dengan Direktur melalui TEFA perlu melakukan upaya yang
PT Zyrexindo Mandiri Buana No. 0769/C5.4/ mampu menumbuhkan budaya menciptakan
Kep/KP/2008. Kerjasama SMK 7 dengan peluang dan memanfaatkan situasi yang ada
PT Zyrek bertujuan untuk mengembangkan secara lebih kreatif. Cara ini ditempuh untuk
teaching factory dibidang perakitan kom- mendorong para siswa untuk memanfaatkan
puter di SMK untuk memenuhi kekurangan pengetahuan dan keterampilan yang ada guna
peralatan laboratorium praktik pada SMK, mengembangkan usaha, agar nantinya siswa
khususnya untuk mata pelajaran komputer dapat bekerja, melanjutkan atau berwirausaha.
melalui dana bantuan APBN tahun 2009, dan Pedoman penyelenggaraan Teaching Fac-
untuk pengadaan laptop/net-book SMK-Re- tory di Sekolah Menengah Kejuruan khusus-
lion untuk kegiatan belajar mengajar melalui nya di Jawa Tengah perlu pola standar dalam
perakitan di SMK Tahun 2010 berdasarkan proses pengembangan, pengorganisasian dan
alokasi dana APBN Satker Direktorat Pem- mekanisme pelaporan, monitoring dan eva-
binaan SMK, Direktorat Jendral Manajemen luasi dalam rangka akuntabilitas dan respon-
Pendidikan Dasar dan Menengah No. 2724/ sibility, sehingga kegiatan Teaching Factory
C5.4/Kep/KU/2010 tanggal 13 Oktober 2010. di SMK memberi kontribusi yang nyata bagi
Pelaksanaan Program bantuan melalui teach- kemajuan SMK, sehingga mendorong keber-
ing factory perakitan komputer diharapkan hasilan Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi.
meningkatkan kompetensi peserta didik (2) Fungsi paduan penyelenggaraan dan pengem-

129
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

bangan program Teaching Factory di SMK, laksanaan pekerjaan. Transparan pengelolaan


dapat memberikan arah, kontribusi nyata di TEFA SMK dapat mengurangi rasa saling
dalam pencapaian tujuan pendidikan, khusus- curiga antara warga sekolah dan kemitraan
nya pendidikan kejuruan. Selain itu diharap- yang saling menguntungkan dalam hubungan
kan dapat menjadi pegangan para pemangku setara dan interaktif, aktif, dan positif. Efektif
kepentingan di dalam melakukan pembinaan, ialah setiap upaya untuk mencapai hasil/output
monitoring dan cvaluasi terhadap sekolah di yang sesuai dengan yang dimginkan. Efisien
dalam penyelenggaraan program Teaching ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu
Facotry baik dalam rangka pembinaan ke- yang dipersyaratkan dengan pengorbanan
giatan Teaching Factory di sekolah. Tujuan dan sumber daya yang paling minimal terutama
Manfaat Teaching Factory adalah mendorong biaya, waktu, dan tenaga.
SMK untuk melakukan inovasi dan rekayasa Pola kepemimpinan TEFA mengguna-
teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat kan kepemimpinan intrapreneurship daripada
dan dunia industry, membangun dan mengem- enterpreneurship. Karena intrapreneurship
bangkan kemandirian SMK melalui pember- adalah enterpreneurship di dalam organisasi
dayaan potensi yang dimiliki, mengembang- (Hisrich & Peters, 2002). Ciri-ciri kepe-
kan potensi kewirausahaan SMK dan pem- mimpinan intrapreneurship (Hisrich & Pe-
binaan siswa menjadi calon wirausaha muda ters, 2002) yaitu: (1) memahami lingkungan,
potensial, meningkatkan kunkulum saat ini (2) luwes, (3) mendorong diskusi terbuka, (4)
yang akan fokus pada konsep manufaktur membangun dukungan, dan (5) ulet. Pembi-
modern, sarana praktik produktif secara lang- naan karyawan / tenaga kerja perlu dilakukan
sung bagi siswa, wahana pelatihan berbasis secara intensif dan berkeadilan agar situasi
produksi bagi siswa, memberikan kesempatan kerja kondusif.
kepada siswa dan guru untuk mengerjakan pe- Pengelola Teaching Factory menyusun
kerjaan praktik yang berorientasi pada pasar, program pengawasan akademik secara ob-
membantu pendanaan untuk pemeliharaan, jektif, bertanggung jawab dan berkelanjutan
penambahan fasilitas dan biaya-biaya oper- (keterlibatan siswa dalam produksi dan keter-
asional pendidikan lainnya, membangun ke- kaitan kurikulum). Kepala sekolah melakukan
mampuan sekolah dalam menjalin kerjasama supervisi keterlaksanaan program pengawasan
sinergis dengan pihak luar dan lingkungan akademik. Adapun secara teknis pelaksanaan-
serta masyarkat, dan mengembangkan budaya nya dapat melibatkan Wakil Kepala Sekolah
industri di sekolah. bidang Kurikulum, Ketua Program Studi /
Pengelolaan TEFA mengacu prinsip Ketua Kompetensi Keahlian, atau unit lain
bahwa pelaksanaan TEFA esuai dengan tu- yang relevan.
juan kemandirian, akuntabilitas, responsibil- Pengelola Teaching Factory harus
ity, tranparansi, kemitraan, efektif, dan efisien. mampu mengawasi pengeluaran biaya untuk
Kemandirian dalam mengatur diri sendiri menekan biaya produksi serendah-rendahnya
secara merdeka (tidak tergantung pihak lain). sehingga mampu menjual produksi barang
Akuntabilitas pertanggungjawaban tertulis dengan harga bersaing.
PJP Teaching Factory kepada pimpinan seko- Pengelola Teaching Factory menjamin
lah. Adanya prinsip akuntabilitas dalam pen- pemasok mengirim bahan baku dengan biaya
gelolaan TEFA dapat mengurangi bahkan dan mutu yang wajar sesuai yang disepakati,
menghindarkan kecurigaan telah terjadi pe- dan menyimpannya dengan baik untuk mence-
nyimpangan dan kebijakan yang keliru. Re- gah kerusakan. Periksa bahan baku yang diki-
sponsibility ialah tanggung jawab akan keter- rim pemasok untuk memastikan bahwa bahan

130
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

baku tersebut dengan harga dan mutu yang jual produk seperti yang diharapkan pasar.
telah disepakati (Dikmenjur, 2007). Dalam Kegiatan dalam pemasaran meliputi peren-
bisnis dibutuhkan untuk menjaga persediaan canaan produk, penentunan harga, distribusi
bahan baku, bahan setengah jadi dan barang dan promosi. Atau dikenal dengan singkat-
jadi untuk memenuhi target produksi dan pen- an 4P dalam kegiatan pemasaran: Product
jualan. Pengelolaan dan pengawasan persedi- (produk), Price (harga), Place (distribusi),
aan berarti anda harus menjaga agar persedi- dan Promotion (promosi).
aan sesuai dengan kebutuhan. Standar Mutu , Sistem dan Mekanisme Pelaporan ter-
Pastikan produk/jasa jadi sesuai dengan stan- bagi menjadi 2 (dua), yaitu pelaporan internal
dar mutu dengan melakukan pengujian dan dan eksternal. Pelaporan internal ini dilakukan
kriteria yang memadai. Gunakan form hasil untuk kesehatan organisasi dan usaha. Peng-
pemeriksaan barang jadi sebagai umpan balik awasannya dapat dilakukan oleh komisaris.
untuk memelihara standar proses produksi. Mekanisme pelaporan internal digunakan
Pengelola Teaching Factory memastikan untuk semua penyelenggara Teching Factory
bahwa setiap pekerj a bagian produksi telah baik yang diberi fasilitas oleh Dinas Pendidik-
mendapat instruksi yang lengkap, mudah di- an Provinsi maupun yang belum diberi fasili-
mengerti, jelas dan sederhana tentang proses tas bantuan. Adapun pelaporan eksternal untuk
produksi. Pengelola Teaching Factory mem- pertanggungjawaban kepada pemberi bantuan
pengembangan Teaching Factory, yaitu Dinas
beri mereka gambar dan diagram yang jelas.
Pendidikan Provinsi.
Setiap perubahan kebijaksanaan dan prosedur
Monotoring dan evaluasi TEFA adalah
diberikan dengan jelas pada mereka untuk
layanan pemantauan terhadap pengelolaan
menjamin mutu, biaya, dan waktu berproduksi
TEFA agar dapat malaksanakan tugas pokok
(Dikmenjur, 2007).
dan fungsinya secara lebih baik dan berkuali-
Mencegah produk jadi cacat dengan tas. Adapun fungsi dasar monitoring dan eva-
melakukan prosedur pemeriksaan rutin pada luasi (monev) adalah upaya-upaya untuk me-
proses, perencanaan yang tepat, perawatan ningkatkan atau memperbaiki kinerja TEFA
mesin yang baik dan pemberian motivasi pada secara internal yang bersifat klinis dan fungsi
pekerja produksi/jasa. eksternal dalam rangka penilaian kinerja yang
Pengelola Teaching Factory harus mam- berupa akuntabilitas dalam mengelola bantuan
pu mengawasi waktu produksi dan waktu pe- TEFA. Monev merupakan aktivitas yang ter-
nyampaian barang kepada pelanggannya. Jika program, berencana, dan berlangsung kon-ti-
Teaching Factory tidak mampu menepati jan- nyu. Oleh sebab itu akvitas monev TEFA harus
jinya kepada pelanggan maka lama kelamaan dilaksanakan, dikembangkan, dan dievaluasi.
Teaching Factory akan kehilangan pelanggan
dan pembeli dan akhirnya akan tutup. SIMPULAN DAN SARAN
Sebelum mulai berproduksi, sebaiknya
Simpulan
pikirkan dulu “siapa yang akan membeli
produk atau jasa kita”, atau dalam bahasa Model pengelolaan TEFA SMK sesuai ke-
bisnisnya “siapa pasar kita”. Pasar adalah butuhan dunia usaha dan industri yang dirumus-
wadah konsumen yang akan membeli produk/ kan dan diujicoba bersama dengan kelompok
jasa yang dihasilkan suatu perusahaan. Pasar, model (guru, pengelola SMK, dan stakeholders/
toko buku adalah pelajar/mahasiswa, pasar dunia industri). Dokumen Pedoman Pengelolaan
perusahaan rekaman adalah mereka yang TEFA SMK sesuai kebutuhan dunia usaha dan
suka musik, dan seterusnya. Pemasaran industri yang dirumuskan dan diujicoba bersama
ialah kegiatan yang dilakukan untuk men- antara kelompok model (guru, pengelola SMK,

131
M Burhan R Wijaya Model Pengelolaan Teaching Factory

dan stakeholders/dunia industri) dan kelompok Edition. New Jersey: Pearson Education
imbas efektif dan efisien diterapkan. Inc.
Saran Sallis, Edward. 2008. Total Quality Manage-
ment in Education: Manajemen Mutu
Untuk mengefektifkan pengelolaan Pendidikan. Ircissod, Yogyakarta, Ce-
TEFA pada SMK dapat diupayakan dengan takan 8.
meninbgkatkan kerjasama antara SMK den- Sisjono, 2002, Modul Penerapan CBT Secara
gan dunia industri agar dapat meningkatkan Konsisten Di SMK, Dirjen Dikdasmen,
kualitas lulusan SMK. Dan dalam pengelo- PPGT Bandung
laanya disarankan menggunakan pedoman Samsudi dan I Made Sudana (2001).Pengem-
pengelolaan TEFA SMK yang telah diru- bangan Kelompok Usaha Bersama
muskan dan diujicobakan bersama kelompok (KUB) Industri Kecil Menengah (IKM)
model secara efektif dan efisien.
Logam di Jawa Tengah untuk Mendu-
kung Pelaksanaan Pendidikan Sistem
DAFTAR PUSTAKA Ganda (PSG). Laporan Penelitian Do-
Borg, Welter R. Dan Meredith D. Gall. 1983. mestic Collaborative Research Grant.
Education Research: An Introduction. Jakarta: Proyek URGE, Dikti, Depdik-
New York dan London: Logman. nas.
Depdiknas, 2003. UU RI No 20 Tahun 2003 Stoner, J.A.F & Freeman, R.E. 2000. Manaje-
tentang SISDIKNAS. Depdiknas, 2005. men. New Jersey: Prentice-Hall Interna-
PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar tional Edition
Pendidikan Nasional Supraptono, Eko ( 2000. Pengembangan
Depdiknas, 2006. Restra Kebijakan Pendidik- Model Unit Produksi SMK Bidang
an Nasional. Rekayasa untuk Penyiapan Tenaga Ker-
Disnakertrans, 2007. Strategi Pengembangan ja Terampil. Laporan PenelitianHibah
Kerjasama Luar Negeri Untuk Magang Bersaing VII. Jakarta: Dp3M,Dikti,
dan Rekruitmen Tamatan SMK. Litbang Depdikbud.
Disnakertrans Semarang. Sugiyono.2009. Metode Penelitian Pendidik-
Hisrich, Robert, D., & Peters, Michael, P.
an (Pendekatan kuantitatif, kualitatif,
2002. Enterpreneurship. Fith Edittion.
dan R & D). Bandung: Penerbit Alfa-
New York: Mc Graw-Hill Irwin.
Mantja, W. 2008. Profesionalisme Tenaga beta.
Kependidikan Manajemen Pendidikan Terry, G.R. 2003. Prinsip-Prinsip Manaje-
dan Supervise Pengajaran. Malang: men. Jakarta: Bumi Aksara.
Elang Emas. Usman, Husaini. 1998. Manajemen Diklat.
Panjaitan, D: 2003, Modul Production Based Bandung: CV. Alfabeta.
Training, Dirjen Dikdasmen, PPGT www.pdkjateng.go.id
Bandung www.moodle.com, flearn.uksw.edu
Robbins, Stephen P and Judge,Timothy A. http://bse.depdiknas.go.id
2009. Organizational Behavior.13Th ISO 9001:2008

132

You might also like