You are on page 1of 10

MODUL 1

Penilaian dan Perawatan Bayi Baru Lahir


SKENARIO 1 :
BBLR
Ny. Erna, usia 27 tahun melahirkan bayinya di Rumah Sakit secara sectio secaria atas indikasi
plasenta previa pada usia gestasi 30-31 minggu. Penilaian skor APGAR pada bayi tersebut 5/8 dengan
berat badan lahir 1400 gram dan panjang badan 40 cm. Dokter muda yang ikut mendampingi
persalinan tersebut melakukan penilaian maturitas fisik dan maturitas neuromuskular untuk
menentukan Ballard Score. Bayi Ny.Erna kemudian dirawat di ruangan NICU untuk mendapatkan
perawatan selanjutnya.
Satu jam setelah perawatan di ruangan NICU, bayi Ny. Erna mengalami sesak nafas dengan
frekuensi nafas 75x/menit disertai dengan retraksi intercostal, frekuensi jantung 150x/menit. Suami Ny.
Erna yang mendampingi kelahiran anaknya mendapatkan penjelasan dari dokter yang merawat bahwa
kondisi seperti ini bisa terjadi pada bayi yang lahir kurang bulan. Suami Ny.Erna juga menanyakan
kepada dokter apakah bayinya mengalami pertumbuhan janin terhambat? dan bagaimana tumbuh
kembang bayinya di kemudian hari nanti ?.

Bagaimana anda menjelaskan skenario diatas ?

JUMP 1
1. APGAR skor
suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada menit ke-1
dan menit ke-5, yang dinilai terdiri atas 5 komponen, yaitu frekuensi jantung (pulse), usaha
nafas (respiration), tonus otot (activity), refleks pada ransangan (grimace) dan warna kulit
(appearance).
2. Ballard Score
Sistem penilaian untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik.

3. NICU (Neonatal Intensive Care Unit)


Suatu unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir usia 0-28 hari yang memerlukan perawatan
khusus misalnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah, mengalami gangguan sistem
pernafasan (asfiksia), mengalami kesulitan dalam proses persalinan, maupun bayi yang terlahir
secara prematur.

JUMP 2
1. Bagaimana interpretasi skor APGAR pada bayi tersebut 5/8 dengan berat badan lahir 1400
gram dan panjang badan 40 cm?
Jawab:
 Nilai APGAR 5/8
Makna: skor 4-6 (Asfiksia Sedang)
Status vital: 1. Pernafasan tidak teratur atau tidak ada pernafasan
2. Denyut jantung >100 x/menit.
 Berat Badan Lahir 1400 (BBLahirNormal: >2500-4000 gr)
Makna: Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR
 Panjang Badan 40 cm (PanjangBadanNormal: 48-52 cm)
Makna: PB kurang
 Prematur adalah bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu (antara
20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2009).
 American Academy Pediatric mendefinisikan prematuritas adalah kelahiran hidup bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
 Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
 Faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir terdiri dari faktor ibu, faktor janin dan
faktor persalinan/kelahiran.
a. Faktor ibu yaitu: infeksi (korioamnionitis), toksemia/eklampsia, penyakit kronik ibu
(hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit paru dan diabetes melitus).
b. Faktor janin yaitu: prematuritas, bayi KMK, gawat janin, bayi kembar, kelainan
bawaan, inkompatibilitas golongan darah, dan depresi susunan saraf pusat oleh obat-
obatan.
c. Faktor persalinan kelahiran: polihidramnion, oligohidramnion, perdarahan pranatal
(plasenta previa, solutio plasenta), kelainan his, dan kelainan tali pusat (tali pusat
menumbung, lilitan tali pusat).

2. Bagaimana cara menentukan maturitas fisik dan maturitas neuromuskular pada bayi tersebut?
Jawab:
 Menggunakan Ballard Score untuk menentukan usia gestasi.

 Penilaian maturitas neuromuskular


a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan
saat otot diregangkan. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi
ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya.
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-
jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut.
c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan
dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan
bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan
lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan.
d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut
dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan
memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi. Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur
sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal.
e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi
melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
diletakkan pada siku bayi.
f. Heel To Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi
bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat
mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja
periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan
dengan angka pada lembar kerja).
 Usia gestasi sesuai skor
3. Apa indikasi bayi Ny. Erna dirawat diruangan NICU dan bagaimana perawatannya?
Jawab:
 Kriteria rawat ruang NICU
1. Strata primer
Semua pasien anak dengan gangguan fisiologis yang membutuhkan pemantauan ketat
tanda vital dan sistem organ (setidaknya setiap kurang dari 4 jam) dengan prediksi akan
terjadi perbaikan. Bila dalam pemantauan diperkirakan membutuhkan perawatan
intensif di strata yang lebih tinggi maka harus segera dirujuk ke PICU dengan strata
yang lebih tinggi.
2. Strata sekunder dan tersier
untuk pasien dengan kondisi yang mengancam nyawa dan membutuhkan peralatan lebih
lengkap dibandingkan dengan PICU strata primer.
 Kriteria pasien anak yang masuk PICU berdasarkan prioritas:
1. Prioritas pertama adalah anak yang menderita sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat
sembuh sempurna dan tumbuh serta berkembang sesuai potensi genetiknya.
2. Prioritas kedua adalah anak yang menderita sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara
medis belum dapat ditanggulangi, namun dengan terapi intensif dapat mengatasi keadaan kritis
sepenuhnya hingga anak kembali pada keadaan sebelum dirawat di PICU.
3. Prioritas Ketiga adalah anak yang menderita sakit kritis dengan penyakit dasar yang
menyebabkan anak tidak bisa kontak dengan lingkungannya secara permanen dan mengalami
gangguan tumbuh kembang.
4. Prioritas Terakhir adalah anak yang menderita sakit kritis dengan prognosis buruk sehingga
dengan terapi intensif pun tidak tertolong

4. Mengapa setelah satu jam perawatan di ruangan NICU, bayi Ny. Erna mengalami sesak nafas
dengan frekuensi nafas 75x/menit disertai dengan retraksi intercostal, frekuensi jantung
150x/menit?
Jawab:
 Hubungan dengan BBLR dan plasenta previa
 Penelitian case-control tahun 2014 di RSUD yogyakarta: ibu dengan plasenta previa memiliki
risiko 2,943 kali melahirkan BBLR dibanding yang tidak mengalami plasenta previa.
 Plasenta previa merupakan salah satu penyulit pada ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia
sampai syok, sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim (Manuaba, 1998).
 Di Indonesia, kematian neonatal dini 68,6% karena prematur/BBLR,dan asfiksia (SKRT 2001).
Data yang diperoleh dari UKK Perinatologi IDAI 2004,kematian neonatus untuk bayi yang
lahir di rumah sakit yang disebabkan olehasfiksia sebesar 23,2%, gawat napas 21,2%, untuk
bayi yang lahir di luar rumahsakit gawat napas sebesar 29,4% dan asfiksia 14,3%.
 Frek. Nafas: 75 x/menit Takipneu, Frek. Pernapasan neonatus 40-60 x/menit.
Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan
oleh kekurangan surfaktan (rasiolesitin/sufingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah, dan tulang iga
yang mudah melengkung (pliable torak). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita
bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumoni. Di samping itu sering
timbul pernapasan periodik (periodic breathing) dan apnea yang disebabkan oleh pusat
pernapasan di medulla belum matur.
 Frek. Denyut jantung: 150x/menit Normal, Frekeunsi denyut jantung neonatus antara 120 –
160 kali per menit.

5. Apakah bayi Ny. Erna mengalami pertumbuhan janin terhambat?


Jawab:
 Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang kecil masa kehamilan sering ditandai
mengalami hambatan pertumbuhan janin.
 Suspek PJT masa kehamilan jika terdapat satu atau atau lebih tanda-tanda di bawah ini:
1. TFU 3cm atau lebih dibawah normal
2. Pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau <8 kg pada usia
kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI 30)
3. Estimasi berat badan <10 persentil
4. Ibu merasa gerakan janin berkurang
 Faktor risiko pertumbuhan janin terhambat, yaitu:
a. Kelainan plasenta: plasenta previa
Plasenta previa: plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks
interna.
b. Obat teratogenik
c. Infeksi ibu dan janin
d. Malnutrisi
e. Kelainan kromosom

6. Apa yang dialami oleh bayi tersebut?


Jawab:
Kehamilan dengan Plasenta previa bayi lahir prematur asfiksia sedang berdasarkan skor
APGAR

7. Bagaimana tumbuh dan kembang bayinya dikemudian hari?


Jawab:
 Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan
datang.
 Menurut Manuaba, berdasarkan penyebabnya, BBLR dibedakan menjadi:
a. BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 38 minggu) yang dikenal dengan
BBLR sesuai masa kehamilan, dan
b. BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) atau dikenal dengan istilah kecil
masa kehamilan.
BBLR KMK dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
(1) Proportionate Intra Uterine Growth Retardation (PIUGR), yaitu janin
yang menderita gangguan pertumbuhan cukup lama mulai
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir. Gangguan
pertumbuhan yang lama tersebut menyebabkan berat badan,
panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang
tetapi seluruh ukuran antopometri tersebut berada di bawah masa
gestasi yang sebenarnya.
(2) Disproportionate Intra Uterine Growth Retardation (DIUGR) adalah
janin yang mengalami gangguan pertumbuhan sub-akut. Gangguan
terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir.
Panjang badan bayi dan lingkar kepala normal, akan tetapi berat tidak
sesuai dengan masa gestasi dalam keadaan ini. Bayi tampak kurus dan
lebih panjang dengan tanda-tanda sedikit jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat (Putra, 2012).
 Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah
c. pertumbuhannya akan lambat,
d. kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang
berat lahirnya normal.
e. Bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Little et al., 2011).
 Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif. Yaitu bertambahnya jumlah,
ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
 Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, dalam pola yang teratur. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh,
jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motoric,
emosi, dan perkembangan perilaku.
 Tahap tumbuh kembang anak
1. Masa prenatal (prenatal period)
a. Masa zigot/mudigah : konsepsi-2minggu
b. Masa embrio : 2 minggu-8/12 minggu
c. Masa janin/fetus : 9/12 minggu-lahir
2. Masa bayi (infancy)
d. Masa neonatal : 0-28 hari
e. Masa pascaneonatal : 29 hari-12/15 bulan.
Masa bayi reflex primitive pada anak
1. Reflex rooting (sentuhan pada ujung mulut dan terjadi reflek membuka mulut serta
mengikuti arah sentuhan) muncul saat lahir dan umur 3 bulan menghilang.
2. Reflex moro (terkejut) muncul saat lahir dan umur 5-6 bulan menghilang.
3. Reflex palmar grap (menggenggam)  muncul saat lahir dan umur 6 bulan
menghilang.
4. Reflex tonic neck (reflex kepala bayi berpaling ke satu sisi) muncul saat lahir dan
umur 9-10 bulan menghilang.
5. Reflex adductor spread of knee jerk muncul saat lahir dan umur 7-8 bulan
menghilang.
3. Masa anak dini (toddlerhood) : usia 1-3 tahun
4. Masa prasekolah (preschool/early childhood): usia 3-6 tahun
5. Masa sekolah : usia 6-18/20 tahun
 Dampak BBLR terhadap kecerdasan
Berdasarkan Penelitian di Amerika dan Inggris erat badan mempengaruhi IQ atau
intelegensia (British Med Journal)
• Ini berlaku untuk bayi dgn BBLR maupun bayi normal, peningkatan beratbadan berbanding
lurus dengan peningkatan IQ • (Matte ; New York Academy of Med)
• Perbedaan lebih jelas pada anak laki-laki ; kenaikan 1 kg berat badan meningkatkan score IQ
sampai 4,6
• Pada anak perempuan ; peningkatan kenaikan 1 kg berat badan meningkatkan score IQ sampai
2.8
 Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejaktahun 2000 – 2003 asfiksia
menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagaipenyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia,
malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan etelah mengalami
asfiksia saat lahir, kini hidup dengan morbiditas jangka panjangseperticerebral palsy , retardasi mental dan
gangguan belajar.
 Data dari RisetKesehatan Dasar Depkes tahun 2007 menyatakan bahwa kematian pada bayi barulahir usia 0-6
hari 35,9% disebabkan oleh gangguan pernafasan. WHO mendefinisikan asfiksia neonatorum sebagai kegagalan
bernapas secara spontandan teratur segera setelah lahir

Secara garis besar hal-hal berikut harus diperhatikan pada resusitasi bayikurang bulan :
a. Menjaga bayi tetap hangat
Bayi yang lahir kurang bulan hendaknya mendapatkan semua langkah untukmengurangi kehilangan
panas.
b. Pemberian oksigen penggunaan oksigen aliran bebas (21%) menurunkan risiko mortalitas dan
hipoksik iskemik ensefalopati. saat ini belum cukup bukti untukmerekomendasikan
penggunaan oksigen aliran bebas sebagai ganti oksigen100%, karena beberapa penelitian yang
menggunakan oksigen aliran bebastetap menggunakan oksigen 100% sebagai cadangan pada lebih
dari ¼ objekpenelitiannya. Untuk menghindari pemberian oksigen yang berlebihan saat
resusitasipada bayi kurang bulan, digunakan blender oksigen dan oksimeter agar jumlahoksigen yang
diberikan dapat diatur dan kadar oksigen yang diserap bayi dapatdiketahui. Saturasi oksigen lebih dari
95% dalam waktu lama, terlalu tinggibagi bayi kurang bulan dan berbahaya bagi jaringannya yang
imatur.
c. Ventilasi Bayi kurang bulan mungkin sulit diventilasi dan juga mudah cedera denganventilasi
tekanan positif yang intermiten. Hal-hal berikut perludipertimbangkan:
1. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Jika bayi bernapas spontan dengan frekuensi jantung diatas 100 x/menittapi tampak sulit
bernapas dan sianosis pemberian CPAP mungkinbermanfaat. CPAP diberikan dengan memasang sungkup
balon yang tidakmengembang sendiri atau T- piece resuscitator pada wajah bayi dan mengatur katup
pengontrol aliran atau katup Tekanan Positif AkhirEkspirasi (TPAE) sesuai dengan jumlah CPAP yang diinginkan.
Pada umumnya TPAE sampai 6 cmH cukup. CPAP tidak dapat digunakandengan balon mengembang sendiri.i

2. Tekanan terendah digunakan untuk memperoleh respons yang


adekuat Jika VTP intermiten diperlukan karena apnu, frekuensi jantung kurangdari 100 x/menit,
atau sianosis menetap, tekanan awal 20-25 cmmmh cukup untuk sebagian besar bayi kurang bulan. Jika tidak
ada perbaikanfrekuensi jantung atau gerakan dada, diperlukan tekanan yang lebih tinggi.

3. Pemberian surfaktan secara signifikan Bayi sebaiknya mendapat resusitasi lengkap sebelum surfaktan
diberikan.Penelitian menunjukkan bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 30minggu mendapatkan
keuntungan dengan pemberian surfaktan setelahresusitasi, sewaktu masih di kamar bersalin atau bahkan jika
merekabelum mengalami distres pernapasan.iv.Pencegahan terhadap kemungkinan cedera otakSetelah
resusitasi, perlu dilakukan pemantauan kadar gula darah, kejadianapnu dan bradikardi pada bayi, jumlah
oksigen dan ventilasi yang tepat, pemberianminum yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati sambil
mempertahankannutrisi melalui intravena dan pemantauan kecurigaan tehadap infeksi

You might also like