Professional Documents
Culture Documents
JUMP 1
1. APGAR skor
suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada menit ke-1
dan menit ke-5, yang dinilai terdiri atas 5 komponen, yaitu frekuensi jantung (pulse), usaha
nafas (respiration), tonus otot (activity), refleks pada ransangan (grimace) dan warna kulit
(appearance).
2. Ballard Score
Sistem penilaian untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik.
JUMP 2
1. Bagaimana interpretasi skor APGAR pada bayi tersebut 5/8 dengan berat badan lahir 1400
gram dan panjang badan 40 cm?
Jawab:
Nilai APGAR 5/8
Makna: skor 4-6 (Asfiksia Sedang)
Status vital: 1. Pernafasan tidak teratur atau tidak ada pernafasan
2. Denyut jantung >100 x/menit.
Berat Badan Lahir 1400 (BBLahirNormal: >2500-4000 gr)
Makna: Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR
Panjang Badan 40 cm (PanjangBadanNormal: 48-52 cm)
Makna: PB kurang
Prematur adalah bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu (antara
20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2009).
American Academy Pediatric mendefinisikan prematuritas adalah kelahiran hidup bayi lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997).
Faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir terdiri dari faktor ibu, faktor janin dan
faktor persalinan/kelahiran.
a. Faktor ibu yaitu: infeksi (korioamnionitis), toksemia/eklampsia, penyakit kronik ibu
(hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit paru dan diabetes melitus).
b. Faktor janin yaitu: prematuritas, bayi KMK, gawat janin, bayi kembar, kelainan
bawaan, inkompatibilitas golongan darah, dan depresi susunan saraf pusat oleh obat-
obatan.
c. Faktor persalinan kelahiran: polihidramnion, oligohidramnion, perdarahan pranatal
(plasenta previa, solutio plasenta), kelainan his, dan kelainan tali pusat (tali pusat
menumbung, lilitan tali pusat).
2. Bagaimana cara menentukan maturitas fisik dan maturitas neuromuskular pada bayi tersebut?
Jawab:
Menggunakan Ballard Score untuk menentukan usia gestasi.
4. Mengapa setelah satu jam perawatan di ruangan NICU, bayi Ny. Erna mengalami sesak nafas
dengan frekuensi nafas 75x/menit disertai dengan retraksi intercostal, frekuensi jantung
150x/menit?
Jawab:
Hubungan dengan BBLR dan plasenta previa
Penelitian case-control tahun 2014 di RSUD yogyakarta: ibu dengan plasenta previa memiliki
risiko 2,943 kali melahirkan BBLR dibanding yang tidak mengalami plasenta previa.
Plasenta previa merupakan salah satu penyulit pada ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia
sampai syok, sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim (Manuaba, 1998).
Di Indonesia, kematian neonatal dini 68,6% karena prematur/BBLR,dan asfiksia (SKRT 2001).
Data yang diperoleh dari UKK Perinatologi IDAI 2004,kematian neonatus untuk bayi yang
lahir di rumah sakit yang disebabkan olehasfiksia sebesar 23,2%, gawat napas 21,2%, untuk
bayi yang lahir di luar rumahsakit gawat napas sebesar 29,4% dan asfiksia 14,3%.
Frek. Nafas: 75 x/menit Takipneu, Frek. Pernapasan neonatus 40-60 x/menit.
Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan
oleh kekurangan surfaktan (rasiolesitin/sufingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah, dan tulang iga
yang mudah melengkung (pliable torak). Penyakit gangguan pernapasan yang sering diderita
bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumoni. Di samping itu sering
timbul pernapasan periodik (periodic breathing) dan apnea yang disebabkan oleh pusat
pernapasan di medulla belum matur.
Frek. Denyut jantung: 150x/menit Normal, Frekeunsi denyut jantung neonatus antara 120 –
160 kali per menit.
Secara garis besar hal-hal berikut harus diperhatikan pada resusitasi bayikurang bulan :
a. Menjaga bayi tetap hangat
Bayi yang lahir kurang bulan hendaknya mendapatkan semua langkah untukmengurangi kehilangan
panas.
b. Pemberian oksigen penggunaan oksigen aliran bebas (21%) menurunkan risiko mortalitas dan
hipoksik iskemik ensefalopati. saat ini belum cukup bukti untukmerekomendasikan
penggunaan oksigen aliran bebas sebagai ganti oksigen100%, karena beberapa penelitian yang
menggunakan oksigen aliran bebastetap menggunakan oksigen 100% sebagai cadangan pada lebih
dari ¼ objekpenelitiannya. Untuk menghindari pemberian oksigen yang berlebihan saat
resusitasipada bayi kurang bulan, digunakan blender oksigen dan oksimeter agar jumlahoksigen yang
diberikan dapat diatur dan kadar oksigen yang diserap bayi dapatdiketahui. Saturasi oksigen lebih dari
95% dalam waktu lama, terlalu tinggibagi bayi kurang bulan dan berbahaya bagi jaringannya yang
imatur.
c. Ventilasi Bayi kurang bulan mungkin sulit diventilasi dan juga mudah cedera denganventilasi
tekanan positif yang intermiten. Hal-hal berikut perludipertimbangkan:
1. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Jika bayi bernapas spontan dengan frekuensi jantung diatas 100 x/menittapi tampak sulit
bernapas dan sianosis pemberian CPAP mungkinbermanfaat. CPAP diberikan dengan memasang sungkup
balon yang tidakmengembang sendiri atau T- piece resuscitator pada wajah bayi dan mengatur katup
pengontrol aliran atau katup Tekanan Positif AkhirEkspirasi (TPAE) sesuai dengan jumlah CPAP yang diinginkan.
Pada umumnya TPAE sampai 6 cmH cukup. CPAP tidak dapat digunakandengan balon mengembang sendiri.i
3. Pemberian surfaktan secara signifikan Bayi sebaiknya mendapat resusitasi lengkap sebelum surfaktan
diberikan.Penelitian menunjukkan bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 30minggu mendapatkan
keuntungan dengan pemberian surfaktan setelahresusitasi, sewaktu masih di kamar bersalin atau bahkan jika
merekabelum mengalami distres pernapasan.iv.Pencegahan terhadap kemungkinan cedera otakSetelah
resusitasi, perlu dilakukan pemantauan kadar gula darah, kejadianapnu dan bradikardi pada bayi, jumlah
oksigen dan ventilasi yang tepat, pemberianminum yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati sambil
mempertahankannutrisi melalui intravena dan pemantauan kecurigaan tehadap infeksi