You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN ADIKSI

Disusun Oleh :

Kelompok 13

1. Septiyana Milla A 142310101089


2. Fitri Aditya Sari 142310101104
3. Moh. Afif Jakaria i 162310101197
4. Yurin ainur azifa 162310101220

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
APRIL, 2018

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN ADIKSI

1. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat


berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan , dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (UU No. 18
tahun 2014, Pasal 1). Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan
kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,
dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak
pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta
orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|2
1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut,
ternyata 14,3% di antaranya atau sekira 57.000 orang pernah atau sedang
dipasung.(RISKESDAS,2013)
Gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
Negara tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya
gangguan jiwa psikotik/skizofrenia, kecemasan, depresi. Tetapi penggunaan
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) juga menjadi masalah
kesehatan jiwa. Kasus Penyalahgunaan NAPZA masuk dengan cepat diberbagai
kalangan. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) merupakan
bahan/zat/obat yang dapat memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,
sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik secara fisik, psikis,
maupun fungsi sosialnya karena terjadinya kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA tersebut.
Di Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8 juta jiwa. Pengguna NAPZA
tidak hanya dikalangan Dewasa namun berdasarkan laporan dari BNN, sebagian
besar pengguna NAPZA tersebut adalah usia produktif, dan sebagian besar di
antaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun). 70 persen dari total
pengguna NAPZA di Indonesia anak usia sekolah, 4 persen lebih siswa SMA dan
selebihnya mahasiswa. Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN)
bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI)
memperkirakan bahwa prevalensi penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2009
adalah 1,99% dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010,
prevalensi penyalahgunaan NAPZA meningkat menjadi 2,21%. Jika tidak
dilakukan upaya penanggulangan diproyeksikan kenaikan penyalahgunaan
NAPZA dengan prevalensi 2,8% pada tahun 2015 (BNN, 2011).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, kami tertarik untuk
mengetahui serta memahami lebih dalam mengenai bagaimana seorang perawat
dapat memberikan Asuhan Keperawatan dengan klien yang mengalami

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|3
Penyalahgunaan NAPZA, sehingga dapat menurunkan prevalensi penyalahgunaan
NAPZA.

2. DEFINISI

Menurut PPDGJ III, gangguan penggunaan NAPZA terdiri atas dua bentuk
yaitu penyalahgunaan dimana mempunyai harmfull effect (membahayakan)
terhadap kehidupan orang lain. Kemudian adiksi atau ketergantungan yaitu
mengalami toleransi, putuz zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan
mengunakan dosis NAPZA lebih dari yang diinginkan.
NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) adalah bahan/ zat/ obat yang
bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjaddi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA secara patologis
(diluar pengobatan) yang sudah berlangsung selama paling sedikit satu bulan
berturut-turut dan menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial, sekolah, atau
pekerjaan. Selain itu remaja akan mengalami sakit yang cukup berat, berbagai
macam kesulitan, akan tetapi tidak mampu menghentikannya sehingga akan
berdampak terhadap kesehatan tubuh jika dipergunakan terus menerus atau
melebihi takaran mengakibatkan ketergantungan sehingga terjadi kerusakan organ
tubuh seperti jantung, paru-paru, hati, dan ginjal.
Gangguan pengunaan NAPZA atau zat adiktif adalah suatu penyimpangan
perilaku yang disebabkan oleh pengunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan
saraf pusat, yang mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, proses
pikir anak dan remaja sehingga mengganggu fungsi sosial dan pendidikan.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|4
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut UU RI No. 22/ 1997
Narkotika terdiri dari 3 golongan diantaranya yaitu:
a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
heroin, kokain, ganja.
b. Golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilhan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : morfin, petidin
c. Golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: codein

Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan


untuk menggunakan narkotika secara terus menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaanya
dikurangi atau dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan gejala fisik dan
psikis yang khas (UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika). Pecandu narkotika
adalah orang yang mengunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam
keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
Psikotropika zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (permenkes RI
No. 10 Tahun 2013).Zat yang tergolong dalam psikotropika adalah amphetamine,
ekstasy (metamfetamin), dan fenfluramin. Menurut UU RI No. 5/ 1997
psikotropika terdiri dari 4 golongan diantaranya:

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|5
a. Golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi, Sahbu, LSD
b. Golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi atau tujuan ilmu pengeetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amphetamine, Metil
Fenidat
c. Golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau untuk ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Phenobarbital, Flunitrazepam
d. Golongan IV : psikotropika yang berkhassiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam,
Nitrazepam (BK, DUM), Benzodiazepin, Pil koplo.

Zat adiktif lainnya merupakan bahan lain yang bukan narkotika atau
psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.
Ketergantungan zat merupakan pegunaan alkohol maupun zat lainnya yang
berdampak pada penyimpangan fungsi negatif yang ekstrim seperti
ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Zat adiktit meliputi yaitu:
a. Minuman alkohol, mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjaddi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan secara
bersamaan dengan narkotika atau psikotropika akan memperkuat pengaruh
obat atau zat tersebut dalam tubuh manusia. Contoh : bir, berbagai minuman
anggur, whisky, vodca, manson house, johny walker.
b. Inhalassi (gas yang dihirup) dan solven ( zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawwa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|6
tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin yang sering disalahgunakan.
Contoh : lem, tiner, penghapus cat kuku, bensin.
c. Tembakau, pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.

3. PENGKAJIAN

Kasus (Alya Nurmaya, 2016)


Hasil pengkajian didapatkan data sebagai berikut ;
Nama : AN
Usia : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terahir : SMA
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Wali : (Kedua orang tua bercerai)
AN berusia 17 tahun merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.
Orang tua berpisah sejak tahun 2009 saat AN duduk dikelas empat sekolah dasar.
AN dibesarkan dalam keluarga yang broken home (bercerai) sementara bapak
bekerja sebagai pegawai Negeri sipil dan ibu wiraswasta. Sejak orang tua berpisah
AN kehilangan figur dan sosok seorang bapak sehingga tumbuh dan besar tanpa
pengawasan orang tua dan menjadikan AN anak yang sulit di atur.
AN mengenal dan mulai merokok saat kelas dua sekolah menengah
pertama kemudian berlanjut dikelas tiga mencoba obat-obatan dan alkohol.
Sebelum menggunakan NAPZA. AN adalah anak yang aktif dan sering terlibat
Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan
napza dan adiksi

|7
dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga basket tetapi jarang melaksanakan
ibadah. Setelah menggunakan NAPZA berubah menjadi anak yang sangat tertutup
dan pendiam, menjadi malas ke sekolah, sering berbohong dan malas untuk
belajar sehingga banyak mata pelajaran yang tidak tuntas dan berpengaruh pada
nilai hasil belajarnya serta semakin jauh dari agama.
AN menunjukkan sikap dan perilaku kecenderungan berbohong, prestasi
di sekolah menurun, malas belajar, tidak mengerjakan tugas sekolah, mengantuk
dikelas, kadang tidak pulang tanpa ijin, minta banyak uang dengan berbagai
alasan tapi tidak jelas penggunaannya, suka bengong atau linglung. Menjadi anti
sosial dan bergaul hanya dengan teman sesama pemakai serta dikucilkan oleh
masyarakat lingkungan tempat tinggal.
AN menggunakan zat pada saat mengalami ketegangan, kekecewaan,
kesedihan dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan
tersebut. Jenis NAPZA yang dipakai oleh AN adalah ganja termasuk narkotiika
golongan I, memiliki daya adiksi sangat tinggi. Gejala yang dirasakan oleh AN
adalah kantung mata membengkak dan merah, bengong, sulit konsentrasi,
perasaan menjadi gembira, selalu tertawa tanpa sebab, ingin tidur terus dan nafsu
makan besar. Faktor AN menggunakan NAPZA adalah karena perasaan sedih saat
orang tuanya berpisah, dan terpengaruh oleh lingkungan nya.

3.1 FAKTOR PREDISPOSISI


Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yaitu:
a. Faktor psikologis
Dari kasus tersebut terdapat anak yang menggunakan NAPZA karena orang
tuanya berpisah. Pentingnya peran dari perkembangan presdisposisi atau
pengalaman hidup menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu
memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh
dari pengalaman dari kasus tersebut :
 Sejak orang tua berpisah AN kehilangan figur dan sosok seorang bapak
sehingga tumbuh dan besar tanpa pengawasan orang tua dan menjadikan
Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan
napza dan adiksi

|8
AN anak yang sulit di atur yang menyebabkan anak tersebut menggunakan
NAPZA.
 AN menggunakan NAPZA pada saat mengalami ketegangan, kekecewaan,
kesedihan dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaan-
perasaan tersebut.
 Setelah menggunakan NAPZA, AN menjadi anak yang sangat tertutup dan
pendiam, juga anti sosial dan bergaul hanya dengan teman sesama pemakai
serta dikucilkan oleh masyarakat lingkungan tempat tinggal.

b. Faktor sosial budaya


Anak tersebut setelah menggunakan NAPZA berubah menjadi anak yang sangat
tertutup dan pendiam, menjadi malas ke sekolah, sering berbohong dan malas untuk
belajar sehingga banyak mata pelajaran yang tidak tuntas dan berpengaruh pada nilai
hasil belajarnya serta semakin jauh dari agama. Dan juga menjadi anti sosial dan bergaul
hanya dengan teman sesama pemakai serta dikucilkan oleh masyarakat lingkungan
tempat tinggal.
c. Faktor biologis
Faktor biologis yang terdapat pada kasus :
 Orang tua berpisah sejak tahun 2009 saat AN duduk dikelas empat sekolah dasar.
AN dibesarkan dalam keluarga yang broken home (bercerai) sementara bapak
bekerja sebagai pegawai Negeri sipil dan ibu wiraswasta.
 AN mengenal dan mulai merokok saat kelas dua sekolah menengah pertama
kemudian berlanjut dikelas tiga mencoba obat-obatan dan alkohol.
 Faktor AN menggunakan NAPZA adalah karena perasaan sedih saat orang
tuanya berpisah, dan terpengaruh oleh lingkungan nya.
d. Perilaku
AN menunjukkan sikap dan perilaku kecenderungan berbohong, prestasi
di sekolah menurun, malas belajar, tidak mengerjakan tugas sekolah, mengantuk
dikelas, kadang tidak pulang tanpa ijin, minta banyak uang dengan berbagai
alasan tapi tidak jelas penggunaannya, suka bengong atau linglung.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

|9
3.2 FAKTOR PRESIPITASI

Faktor presipitasi setiap orang bermacam-macam Seseorang akan


mengeluarkan respon marah apabila dia dalam keadaan terancam. Ancaman yang
diperoleh dapat berupa ancaman internal maupun eksternal. Sesuai dengan
interpretasi pada kasus didapatkan :

1. Nature (sifat)
a. Biologis: kelemahan fisik
b. Psikologis: pengalaman mempunyai teman yang selalu memakai napza
sehingga mengakibatkan kecemasan yang meningkat dan paranoid
c. Sosial budaya: berada di lingkungan teman-teman yang sudah terbiasa
dengan pengguna napza
2. Original (asal)
a. Internal: gambaran tentang dirinya yang selalu negatif
b. External: adanya faktor teman yang mendukung penggunaan napza.
3. Timing (waktu)
adanya stresor yang muncul secara bersamaan seperti ingin coba-coba dan
mengikuti kebiasaan teman
4. Number (jumlah stressor)
seringnya seseorang mengalami kegagalan, malasah yang dihadapi baik yang
berhubungan dengan teman-temannya, berada di lingkungan teman yang
penuh dengan kebiasaan memakai napza.

3.3 TANDA DAN GEJALA


Pengaruh penggunaan NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain
intoksikasi, ada juga sindroma putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul
akibat penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala
intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat yang berbeda

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 10
Tabel 1. Tanda dan gejala intoksikasi

Opiat Ganja Sedatif Alkohol amfetamine


- Eforia - Eforia - Pengendalian - Mata merah - Selalu
- Mengantuk - Mata diri berkurang - Bicara cadel terdorong
- Bicara cadel merah - Jalan - Jalan untuk
- Konstipasi - Mulut sempoyongan sempoyonga bergerak
- Penurunan kering - Mengantuk n - Berkeringat
kesadaran - Banyak - Memperpanjang - Perubahan - Gemetar
bicara dan tidur persepsi - Cemas
tertawa - Hilang - Penurunan - Depresi
- Nafsu kesadaran kemampuan - Paranoid
makan menilai
meningkat
- Gangguan
persepsi

Tabel 2. Tanda dan gejala putus zat

Opiat Ganja Sedatif Alkohol amfetamine


- Nyeri Jarang - Cemas - Cemas - Cemas
- Mata dan ditemukan - Tangan - Depresi - Depresi
hidung gemetar - Muka merah - Kelelahan
berair - Perubahan - Mudah - Energi
- Perasaan persepsi marah berkurang
panas dingin - Gangguan - Tangan - Kebutuhan
- Diare daya ingat gemetar tidur
- Gelisah - Tidak bisa - Mual meningkat
- Tidak bisa tidur muntah
tidur - Tidak bisa
tidur

3.4 SUMBER KOPING


Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagi
menjadi 4, sebagai berikut :
a. Personal ability, merupakan kemampuan individu untuk mengatasi masalah
yang terjadi. Pada kasus-kasus yang serius pola pikir dapat juga menjadi
suatu pengaruh kepada individu untuk mengatasi masalahnya

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 11
b. Social support, dukungan sosial meliputi pemenuhan kebutuhan informasi
dan emosional pada diri individu. Strategi koping akan lebih efektif jika
didukung oleh keluarga, teman dan tenaga profesional
c. Material assets, mengacu pada uang serta barang dan jasa yang dibeli
d. Positive beliefs, yakni motivasi diri dan keyakinan dalam mengatasi
masalah. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (locus of control) yang mengarahkan individu
pada penilaian perilaku kekerasan yang akan menurukan kemampuan
strategi koping tipe problem-focused coping.
Interpretasi pada kasus : Klien kehilangan figur dan sosok seorang bapak
sehingga tumbuh dan besar tanpa pengawasan orang tua dan susah diatur. AN
difasilitasi kebutuhan sekolah oleh orang tua (Alya Nurmaya, 2016).

3.5 MEKANISME KOPING


Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan.
Nevid (2005,p:32-39) mengemukakan penanganan penyalahgunaan NAPZA
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Penanagan biologis
Makin banyak penangana biologis yang digunakan dalam menangani
masalah penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Untuk orang dengan
ketergantungan kimiawi, penanganan biologis umumnya dimulai dengan
detoksifikasi yang membantu mereka melewati sindrom putus zat.
Contohnya : kita sebagai perawat memberikan saran kepada klien untuk
melakukan deoksifikasi seperti perbanyak minum air putih, olahraga, konsumsi
sayur dan buah.
b. Penanganan behavioral

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 12
Penggunaan terapi perilaku atau terapi perilaku dalam menangani
penyalahgunaan dan ketergantungan zat menekankan pada modifikasi pola prilaku
penyalahgunaan dependen. Strategi self-control sering digunakan pada penangan
behavioral, strategi ini berfokus pada individu mengembangkan keterampilan
yang dapat mereka gunakan untuk mengubah perilaku mereka. Strategi aversive
conditioning, strategi ini berfokus pada strategi yang berhubungan dengan
penyalahgunaan untuk membuat penyalahgunaan kurang menarik. Dalam kasus
masalah minum, rasa minuman yang beralkohol yang berbeda biasanya di
pasangkan dengan zat kimia yang menyebabkan mual dan muntah atau pun
dengan kejutan listrik.
c. Penanganan psikodinamika
Psikoanalis memandang penyalahgunaan dan ketergantungan zat sebagai
tanda terjadinya konflik yang berakar pada pengalaman masa kecil atau masa lalu.

d. Penanganan kelompok pendukung nonprofesional


Terlepas dari kompleksitas berbagai faktor yang berkontribusi pada
penyalgunaan dan ketergantungan zat, masalah-masalah ini sering ditangani oleh
orang awan atau nonprofesional. Seperti dukungan dari keluarga ataupun orang
yang telah sembuh dalam masalah yang sama untuk memberikan nasihat.

3.6 RENTANG RESPON

a. Eksperimental adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa


ingin tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh kembangnya
ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf coba-
coba.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 13
b. Rekreasional adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
teman sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun,
dan sebagainya. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman
sebayanya.
c. Situasional merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan
diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu meng gunakan
zat bila sedang dalam konflik, stres, dan frustasi.
d. Penyalahgunaan adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah ber langsung selama 1
bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran
di lingkungan sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun pasien
menderita cukup serius akibat menggunakan, pasien tersebut tidak mampu
untuk menghentikan.
e. Ketergantungan adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga
telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik
ditandai dengan kondisi toleransi dan sindroma putus zat

3.7 PSIKODINAMIKA:
- Beberapa macam napza secara alamiah ada di dalam tubuh individu
- Zat ini berguna bagi tubuh untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
melakukan aktivitas fisik, meditasi, kadar napza ini selalu dalam keadaan
seimbang didalam tubuh individu
- Apabila individu mengkonsumsi napza seperti tembakau, kafein, alkohol,
obat-obatan yang legal, obat terlarang dengan pengunaan jarang, maka
akan terjadi peningkatan kadar napza tersebut di dalam tubuh.
- Kondisi ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan kimiawi tubuh,
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang lazim disebut
intoksikasi.

Faktor Predisposisi Faktor Kontribusi

1. Gangguan kepribadian a. Kondisi keluarga


(antisosial) b. Keutuhan keluarga
Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan
2. Kecemasan c. Kesibukan orang tua
3. Depresi napza dan adiksi
d. Hubungan interpersonal

| 14
Faktor Pencetus

Teman Kelompok (+
NAPZA)

Penyalahgunaan Penyalahgunaan Ketergantungan


NAPZA NAPZA NAPZA

Ketergantungan
NAPZA

4. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Dari kasus ini diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari kasus adalah:
Ketidakefektifan koping b.d penyalahgunaan zat, AN menggunakan zat tersebut
ketika dalam kondisi ketegangan, kekecewaan, kesedihan dan sebagainya dengan
maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut

5. DIAGNOSIS MEDIS YANG MUNGKIN MUNCUL


Adapun klien dengan Penyalahgunaan Naapza dalam aspek medis
didiagnosa depresi.

6. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DAN


KELUARGA

4510 Perawatan Penggunaan Zat Terlarang

Definisi: perawatan bagi klien dan anggota keluarga yang menunjukkan disfungsi
akibat penyalahgunaan maupun ketergantungan zat terlarang.

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 15
1. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan membuat batasan yang jelas
(misal, membrikan dengan hati-hati mengenai terjadinya disfungsi, tetap
berfokus pada ketergantungan dan penyalahgunaaan zat serta meningkatkan
harapan)
2. Informasikan klien bahwa frekuensi dan volume penyalahgunaaan zat
terlarang bisa mengakibatkan disfungsi yang bervariasi antara satu orang
dengan orang lain.
3. Instruksikan klien mengenai efek penggunaan zat terlarang (misalnya, secara
fisik, psikologis, dan sosial)
4. Diskusikan perawatan yang dibutuhkan berkaitan dengan kondisi medis umum
psikologis, sosial, pekerjaan, perumahan, dan kesulitan-kesulitan legal lainnya.
5. Dorong atau puji usaha klien untuk menerima tanggung jawab disfungsi yang
berkaitan dengan penggunaan zat terlarang dan perawatan yang diberikan.
6. Anjurkan pasien mengenai teknik manajemen stres (misalnya, olahraga,
meditasi, dan terapi relaksasi)
7. Instruksikan klien atau keluarga mengenai obat-obatan yang selama
perawatan.
8. Bangun program multidisiplin dengan baik (misalnya, terapi rawat jalan
jangka pendek, program detoksifikasi, perawatan dirumah berbasis komunitas)
9. Dorong klien untuk berpartisipasi dalam program dukungan sendiri selama
dan setelah perawatan ( misalnya, program 12 langakah, rational recovery)
10. Diskusikan pentingnya untuk tidak menggunakan zat terlarang, identifikasi
tujuan perawatan yang paling ideal (misal, sam sekali tidak menggunakan,
ketenangan hari demi hari atau penggunaan zat terlarang dalam dosis sedang)
11. Berikan obat-obatan sebagai mana diindikasikan (misalnya, disulfiram,
acamprosate, methadone, naltrexone, nicotine patches atau permen karet atau
buprenorphine)

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 16
12. Berikan terapi sebagai mana diindikasikan (misalnya, terapi kognisi, terapi
motivasi, konseling, dukungan keluarga, terapi keluarga, maupun pendekatan
dengan cara memberikan pujian).

7. EVALUASI HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN


7.1 EVALUASI KEMAMPUAN KLIEN DAN KELUARGA

Setelah dilakukan perawatan klien mengerti apa masalah yang sedang


dialami mulai dari penyebab, tanda gejala, perilaku yang biasa dilakukan serta
akibat yang ditimbulkan dari perilaku pengunaan napzanya tersebut. Selain itu
klien juga dapat mengontrol perilaku pengunaan napza dengan rehabilitasi
sehingga klien dapat sembuh dari ketergantungannya terhadap napza. Selain itu
perawat juga melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan penuh kepada
klien agar menjadi suport system yang baik untuk proses rehabilitasi atau
penyembuhan bagi klien.

7.2 EVALUASI TERHADAP TANDA GEJALA PADA KLIEN


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien sudah mulai bisa beradaptasi
dengan tanda dan gejala jika keinginan untuk menggunakan NAPZA. Jika tanda
dan gejalanya muncul kembali, pasien segera mencari keluargnya untuk
membantu klien mengontrol dan mencegah menggunakan NAPZA

8 DOKUMENTASI
Terlampir

9 REFERENSI

Hawari, D.2001. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA (Narkotika,


alkohol, dan Zat adiktif) 1-150. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 17
Purba, J.M, ett all. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa.USU.Medan.

Hadiwibowo, M. 2007.Pemilihan, Efek samping, dan Gamabaran Efek Kombinasi


Psikotropika Dalam Usaha Detoksifikasi Ketergantungan Napza di Panti
Rehabilitasi Puri Nurani Periode Sempetember-Desember 2003. Skripsi
[serial Online] https://repository. usd.ac.id/2805/2/998114216_Full.pdf
[diakses 07 mei 2018]

Presiden, R. I. (1997). Undang-Undang No. 5 tentang Psikotropika. Presiden


Republik Indonesia, Jakarta. http://e-
pharm.depkes.go.id/front/pdf/UU51997.pdf

Presiden, R. I. (2009). Undang-Undang No. 35 tentang Narkotika. Presiden


Republik Indonesia, Jakarta.
http://sipnap.kemkes.go.id/download/dokumen/32

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN

SP 1. PADA KLIEN
1. TAHAP ORIENTASI
1.1 Salam dan perkenalan
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mas, saya perawat Firtri, saya yang
bertugas pada shift pagi hari ini mulai pukul 07.00 hingga pukul 14.00
nanti. Kalau saya boleh tau siapa nama lengkap bapak nggih? Dan tempat
tanggal lahirnya?”
1.2 Evaluasi (keluhan klien dan keluarga) ...akan diperoleh tanda dan gejala
penyalahgunaan oba-obatan sehingga menimbulkan depresi
“Baik bapak, bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah ada keluhan?”
1.3 Validasi (kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah (data evaluasi)
“Baik mas, lalu bagaimana bapak mengatasi hal tersebut?”
1.4 Kontrak
1.4.1 Topik
“Baik, kalau mas berkenan bagaimana jika kita berbincang-bincang
sejenak pak, mungkin mas bisa menceritakan permasalahan yang mas
hadapi, supaya bapak bisa lebih tenang. Bagaimana pak, apakah mas
berkenan?”
1.4.2 Waktu

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 19
“Terima kasih mas. Mungkin nanti kegiatan ini membutuhkan waktu
sekitar 20 menit, tapi nanti bila mas merasa waktunya kurang, bisa kita
tambah untuk durasinya pak.”
1.4.3 Tempat/ Posisi
“Untuk tempatnya mau tetap disini atau kita mencari tempat lain mas,
supaya mungkin mas bisa lebih nyaman? Mas sudah nyaman dengan
posisinya mas?”
2. TAHAP KERJA
a. “Tadi kita sudah berkenalan kan dan kita juga kita sudah sepakat kalau
ngobrolnya selama 30 menit, bagaimana?”
b. “Pagi ini kita kan mau ngobrolin tentang kegiatan yang biasanya adik
kerjakan.”
c. “Nah, sekarang adik nih bagi cerita ke saya, ayo dik.”
d. “Atau adik mempunyai keluhan selama ini.”
e. “Punya teman-teman geng yang asyik atau apa saja deh.”
f. “Nah kalau menurut adik, kira-kira anak remaja yang sehat mental itu
seperti apa sih, apa adik bisa sebutkan ciri-cirinya?”
g. “Anak remaja yang sehat mental itu dik, tentunya memiliki kebiasaan
yang juga sehat, salah satunya bebas dari pengaruh narkoba atau
minuman keras, punya teman curhat yang bisa membantu untuk
menjadi lebih baik.” Kan remaja tuh punya masa depan yang masih
panjang, gimana dik?”
h. Mempertahankan kontak mata, menunjukkan sikap empati,
memperhatikan anggota keluarga serta responnya secara verbal dan
non verbal, agak mencondongkan badan ke depan, sikap terbuka,
menunjukkan kejujuran antara verbal dan non verbal.
i. Baik adik, adik sudah bisa dengan baik menyampaikan permasalahan
adik dan adik sudah paham apa yang tadi saya sampaikan.
3. TAHAP TERMINASI

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 20
3.1 Evaluasi
3.1.1 Evaluasi Subjektif : perasaan klien/keluarga dari tindakan/
intervensi keperawatan yang telah dilakukan di tahap kerja,
“Baik adik, bagaimana perasaan adik setelah kita berbincang-
bincang selama kurang lebih 20 menit dik?”
3.1.2 Evaluasi Objektif : kemampuan kognitif atau psikomotorik dari
ketrampilan yang telah dilatih perawat di tahap kerja
“Baik dik, bagaimana tadi jika adik ingin menjadi remaja yang
sehat mental? Apa yang adik harus lakukan?”
3.2 Rencana Tindak Lanjut
Masukan latihan ketrampilan yang telah dilatih di jadwal harian klien
(dosis latihan per hari sehingga klien dan keluarga dapat membiasakan /
membudaya)
“Alhamdulillah dik, adik tadi sudah sangat bagus dan sangat mengerti
bagaimana menjadi remaja yang sehat mental dan menjadi remaja yang
baik. Jadi nanti bila sewaktu-waktu adik meras terpengaruh oleh
lingkungan, coba adik ingat- ingat kembali perbincangan kita hari ini.
Adik juga dapat melakukan kegiatan yang positif yang berguna bagi
masyarakat utamanya lingkungan sekitar adik.”
3.3 Kontrak pertemuan selanjutnya
3.3.1 Tempat
“Sebelum saya undur diri, ada yang ingin adik tanyakan? Oh iya,
untuk pertemuan selanjutnya apakah tetap disini tempatnya dik?”
3.3.2 Waktu
“Untuk waktunya, kira-kira kapan kita berbincang-bincang seperti
ini lagi dik?”
3.3.3 Topik
“Nanti pada pertemuan selanjutnya, saya akan melihat
perkembangan adik apakah sudah bisa menjadi remaja yang baik

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 21
dan sehat mental. Dan mungkin nanti kita bisa membahas beberapa
hal bila nanti adik terdapat keluhan masalah atau adik ingin
bercerita hal lain.”
3.4 Salam
“Terima kasih adik sudah berkenan bercerita dengan saya dik, semoga
dengan adik bercerita dan sedikit saran dari saya tadi bisa membuat adik
lebih mengerti dan paham menjadi remaja yang sehat mental dan tidak
terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang negatif. Kalau tidak ada yang
ingin ditanyakan saya mohon permisi dulu nggih dik. Assalamu’alaikum”

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 22
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan 37 Telp./Fax. (0331) 323 450 Jember

EVALUASI PENAMPILAN KLINIK PERAWAT

NAMA:__________________________________________________________
NIM:____________________________________________________________
TINDAKAN:_____________________________________________________

NILAI
N KETERA
KEGIATAN Dilakukan Tidak
O NGAN
(1) Dilakukan (0)
I. ORIENTASI
1 Salam
2 Evaluasi
3 Validasi
KONTRAK/
KESEPAKATAN/INFORM CONSENT
4 Topic/ kegiatan/ tindakan
5 Lama/ tempat kegiatan/ tindakan
II INTI PERCAKAPAN: KEGIATAN/
TINDAKAN
A CARING
6 Peduli/ sensitive
7 Kompeten
8 Percaya diri
B PELAYANAN PRIMA

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 23
9 Memberi yang terbaik
10 Memberi lebih dari yang diharapkan
C KOMUNIKASI
11 Teknik komunikasi yang efisien
12 Tindakan sesuai SOP/ SPO
13 Memberi penjelasan
14 Memberikan kesempatan bertanya
15 Sikap professional
III TERMINASI/ PENUTUP
16 Evaluasi perasaan
17 Evaluasi pengetahuan/ ketrampilan
18 Rencana Kerja (PR) pasien/ lawan bicara
19 Perjanjian yang akan datang
20 Salam
TOTAL NILAI
Jember, April 2018
NILAI : TOTAL NILAI X 100: PENILAI
20
(………………………………….....……)

Laporan Pendahulan: Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyalahgunaan


napza dan adiksi

| 24

You might also like