You are on page 1of 25

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

“The Use of Financial Statement Analysis in


Performance Measurement”

Dibuat Oleh :

HIQMAH RAMADHAN APRILIANO 17102466

NELLY YULINDA 1710246650

SAIPUL ANWAR 1710245721

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tujuan utama dari sebuah entitas bisnis adalah meningkatkan nilai entitas
tersebut. Peningkatan nilai suatu entitas harus dibarengi dengan peningkatan kinerja
perusahaan pula. Salah satu aspek yang dapat dilihat dalam rangka penilaian kinerja
adalah dengan meningkatnya penjualan. Dan semua hal tersebut dapat direfleksikan
dalam suatu laporan. Laporan yang menggambarkan perkembangan finansial
perusahaan dari suatu periode tertentu. Laporan tersebut biasa disebut dengan
laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Esensi laporan keuangan sangat penting mengingat dari laporan keuangan berbagai
keputusan penting mengenai kelangsungan hidup dari entitas bisnis terjadi.
Tujuan utama dari laporan keuangan adalah penyedia informasi yang penting
bagi users of information. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC)
No. 1 dijelaskan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan
ekonomi. Agar dapat memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan
harus berkualitas. Menyediakan informasi yang berkualitas tinggi adalah penting
karena hal tersebut akan secara positif memengaruhi penyedia modal dan pemegang
kepentingan lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan
alokasi sumber daya lainnya yang akan meningkatkan efisensi pasar secara
keseluruhan.
Laporan keuangan dapat berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan maka
perlu mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos-pos dalam suatu laporan
keuangan yang sering disebut analisis laporan keuangan. Dalam hal ini analisa rasio
dapat dipakai dalam memberikan gambaran kinerja keuangan mengenai
perkembangan perusahaan dan keberlanjutan perusahaan tersebut melakukan
usahanya. Analisa rasio adalah menggambarkan suatu perbandingan antara jumlah
tertentu (dari neraca atau rekening rugi laba) dengan jumlah yang lain. Dengan
menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likuiditas,
rentabilitas, aktivitas suatu badan usaha.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah laporan keuangan itu dapat menilai kinerja keuangan
perusahaaan.
2. Apakah analisis rasio keuangan dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
3. Bagaimanakah hubungan antara laporan keuangan terhadap kinerja
keuangan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengtahui kinerja keuangan mnggunakan analisis rasio
likuiditas,solvaiitas,aktivitas,dan profitabilitas.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat meningkatkan kinerja keuangan.
3. Untuk mengtahui hubungan antara laporan keuangan dan kinerja
keuangan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya pengertian kinerja
dapat dimaknai secara beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil dari
suatu proses penyelesaian pekerjaan, sementara sebagian yang lain memahaminya
sebagai perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Kinerja juga dapat digambarkan sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan


suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi perusahaan yang
tertuang dalam perumusan strategi planning suatu perusahaan. Penilaian tersebut
tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi
keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang
dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan

Menurut Ilgen and Schneider (Williams, 2002: 94): “Performance is what the
person or system does”. Hal senada dikemukakan oleh Mohrman et al (Williams,
2002: 94) sebagai berikut: “A performance consists of a performer engaging in
behavior in a situation to achieve results”. Dari kedua pendapat ini, terlihat bahwa
kinerja dilihat sebagai suatu proses bagaimana sesuatu dilakukan. Jadi, pengukuran
kinerja dilihat dari baik-tidaknya aktivitas tertentu untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.

Menurut Mangkunegara, Anwar Prabu, kinerja diartikan sebagai : ”Hasil kerja


secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.” Sedangkan menurutNawawi H. Hadari, yang dimaksud dengan kinerja
adalah: ”Hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental
maupun non fisik/non mental.”

Dari beberapa pendapat tersebut, kinerja dapat dipandang dari perspektif hasil,
proses, atau perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas
dalam konteks penilaian kinerja, tugas pertama pimpinan organisasi adalah

4
menentukan perspektif kinerja yang mana yang akan digunakan dalam memaknai
kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya.

2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat


beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut
Armstrong (1998 : 16-17) adalah sebagai berikut:

1. Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian,


motivasi, komitmen, dll.
2. Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan
dengan kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan,
manajer, atau ketua kelompok kerja.
3. Faktor kelompok/rekan kerja (team factors). Faktor kelompok/rekan kerja
berkaitan dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
4. Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan dengan
sistem/metode kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
5. Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan
tekanan dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun
eksternal.

Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu mendapat
perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang optimal.

Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting
dalam penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri pegawai akan
menentukan kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan kerja pegawai,
dimana mampu tidaknya karyawan dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh
terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki karyawan
semakin menentukan kinerja yang dihasilkan.

5
2.2 Pengertian Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah kualifikasi dan


efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode
akuntansi. Adapun penilaian kinerja menurut Srimindarti (2006:34) adalah penentuan
efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik.

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan di atas


kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis
kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,
menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu. Pengukuran kinerja digunakan sebagai
dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan
misi.

2.2.1 Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja


keuangan perusahaan adalah:

1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu


perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera
diselesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-
hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada
waktunya.

6
Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan
tahap pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian yang akan diukur,
penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja yang
sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja
sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang
diinginkan (Mulyadi, 2001: 251).

Pengukuran kinerja memerlukan alat ukur yang tepat. Dasar filosofi yang dapat
dipakai dalam merencanakan sistem pengukuran prestasi harus disesuaikan dengan
strategi perusahaan, tujuan dan struktur organisasi perusahaan. Sistem pengukuran
kinerja yang efektif adalah sistem pengukuran yang dapat memudahkan manajemen
untuk melaksanakan proses pengendalian dan memberikan motivasi kepada
manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.

2.2.2 Alat Ukur Kinerja Keuangan


Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk pada
para manajer dan untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian
kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama dalam organisasi
atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat mempengaruhi perilaku
para manajer.Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat keserasian tujuan. Dengan
kata lain, kinerja mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan perusahaan.
Ada beberapa alat ukur kinerja keuangan. Salah satunya menurut Hansen
Mowen dalam bukunya “Manajemen Biaya” (2001:822) adalah:
1. Laba atas Investasi (ROI)
Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat Investasi, yaitu
alat ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang akan
dipakai adalah menghitung laba yang dihasilkan per rupiah investasi.
2. Laba Residual (Residual Income)
Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian
rupiah yang diperlukan aktiva operasi perusahaan.
3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added)
Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika
ekonomic value added positif, berarti perusahaan sedang menghasilkan
kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan tidak bisa menghasilkan
kekayaan.

7
Adapun kelebihan dan kekurangan alat ukur kinerja keuangan yang
diungkapkan oleh Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” (2001:488-453,
461-465) adalah:
1. Laba atas Investasi (Return o Ivestment)
Kelebihan Return on Investment :
a. Mendorong para manajer untuk menaruh perhatian yang seksama
terhadap hubungan antara pendapatan penjualan, biaya dan investasi.
b. Mendorong para manajer untuk melaksanakan efisiensi biaya.
c. Mencegah para manajer untuk melakukan investasi yang berlebihan.
Kekurangan Return on Investment :
a. Tidak mendorong manajer untuk melakukan investasi dalam proyek
yang berakibat menurunkan Return on Investment pusat laba,
meskipun proyek tersebut menaikkan profitabilitas perusahaan secara
keseluruhan.
b. Mengakibatkan manajer memastikan perhatiaannya kepada sasaran
jangka pendek dan mengorbankan jangka panjang.
2. Laba Residual (Residual Income)
Kelebihan Residual Income :
a. Penggunaan Residual Income sebagai ukuran kinerja dan menghindari
kerugian yang telah dihitung dengan menggunakan Return on
Investment.
b. Dengan menggunakan Residual Income mendorong manajer untuk
memasarkan orientasinya ke tujuan-tujuan jangka pendek.
Kekurangan Residual Income :
a. Residual Income hanya mendorong manajer untuk memusatkan
orientasinya ke tujuan-tujuan jangka pendek.
b. Residual Income sebagai pengukur kinerja pusat laba sangatlah
dipengaruhi oleh metode depresi aktiva tetap.
c. Residual Income merupakan angka absolut, yang tidak dapat digunakan
untuk membandingkan kemampuan berbagai pusat laba dalam
menghasilkan laba.

8
2.2.2 Penilaian Kinerja Keuangan

Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat


digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di
perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja perusahaan baik
maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor
melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi
kenaikan harga saham. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi
dari nilai perusahaan.

Sedangkan bagi perusahaan, informasi kinerja keuangan perusahaan dapat


dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatannya.

2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka


pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian
dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa


yang akan datang.

4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada


umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.

5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat


meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

2.2.3 Prinsip Pengukuran Kinerja

Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:

1. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.


2. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya
tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
3. Kerja yang tak diukur selayaknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang
diukur.

9
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-
alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
6. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan
adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja dari
mereka menjadi operasional.
7. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara kerap.
8. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera
dan tepat waktu.
9. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen
kendali yang efektif.

2.2.4 Ukuran Pengukuran Kinerja

Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
secara kuantitatif yaitu :

1) Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criterium).

Yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai
kinerja manajernya. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerjanya, orang
akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut sebagai akibat
diabaikannya kriteria yang lain yang kemungkinan sama pentingnya dalam
menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagiannya.

Sebagai contoh manajer produksi diukur kinerjanya dari tercapainya target


kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan akan
mengabaikan pertimbangan penting lainnya mengenai mutu, biaya, pemeliharaan
equipment dan sumber daya manusia.

2) Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterium)

Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran dalam


menilai kinerja manajernya. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasi kelemahan
kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari
ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan berbagai
kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya
mengerahkan usahanya kepada berbagai kinerja.

10
Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya dengan berbagai
kriteria antara lain profitabilitas, pangsa pasar, produktifitas, pengembangan
karyawan, tanggung jawab masyarakat, keseimbangan antara sasaran jangka pendek
dan sasaran jangka panjang. Karena dalam ukuran kriteria beragan tidak ditentukan
bobot tiap-tiap kinerja untuk menentukan kinerja keseluruhan manajer yang diukur
kinerjanya, maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya, perhatian, dan
sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut persepsinya
menjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara keseluruhan. Tanpa ada
penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang dinilai didalam menilai kinerja
menyeluruh manajer, akan mendorong manajer yang diukur kinerjanya menggunakan
pertimbangan dan persepsinya masing-masing didalam memberikan bobot terhadap
beragan kriteria yang digunakan untuk menilai kinerjanya.

3) Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterium)

Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran


memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai
ukuran menyeluruh kinerja manajernya. Karena disadari bahwa beberapa tujuan lebih
panting bagi perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan tujuan yang lain,
beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu kepada beragan kriteria
kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan
bobot beragam kriteria kinerja masing-masing.

2.3 Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan


tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi (Jumingan, 2006:242):

1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis


dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih
dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam
persentase (relatif).
2. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3. Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.

11
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua
periode waktu yang dibandingkan.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
6. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2.4. Analisis Rasio Keuangan


2.4.1 Definisi Rasio Keuangan
Pengertian rasio menurut Munawair (2002:64) adalah menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa perubahan rasio ini
dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik dan
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan
sebagai standar.
Menurut A. Sartono (2001:113) pengertian analisis rasio keuangan merupakan
analisis terhadap kelemahan dan kekuatan bidang finansial yang dapat membantu
dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan
datang.

Sedangkan pengertian rasio keuangan menurut James C Van Home dalam


kasmin (2008:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi
dan diperoleh dengan membagi suatu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan
digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil
rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

12
Jadi, dari definisi di atas rasio keuangan merupakan suatu cara untuk
membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Dilakukan untuk menganalisis laporan
keuangan tertentu dengan rasio-rasio dari laporan keuangan dalam satu periode
maupun beberapa periode. Dengan menggunakan analisa perubahan rasio dapat
memberikan gambaran tentang kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

2.4.2 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan


Jenis-jenis rasio menurut John J. Wild, dkk (2010:44), yaitu:
1. Rasio likuiditas (liquidity ratio) untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi
kewajiban jangka pendek.
2. Rasio solvabilitas (leverage ratio) untuk mengetahui sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dimodali oleh modal pinjaman.
3. Rasio aktivitas (activity ratio) untuk mengukur kecepatan dan efektivitas
perusahaan dalam mengelola aset.
4. Rasio profitabilitas (profitability ratio) untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba.
Begitu juga dengan A. Sartono (2001:14) membagi 4 jenis analisis rasio yang
digunakan dalam penilainan kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang berkepentingan sebelum pengambilan keputusan terhadap suatu
perusahaan.

2.4.3 Teknik Pengukuran Kinerja Keuangan


Alat ukur kinerja yang baik harus disesuaikan dengan tujuan analisisnya, yaitu
untuk menilai kinerja suatu perusahaan serta informasi-informasi lain yang diperlukan.
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan keuangan adalah menggunakan
analisis perbandingan rasio keuangan. Analisis perbandingan laporan keuangan
adalah metode atau teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan
keuangan untuk dua periode atau lebih. Analisis ini juga dapan menilai sumber dan
penggunaan modal kerja yang kemudian akan diketahui sumber-sumber serta
penggunaan modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode
tertentu.

13
Analisis perbandingan rasio keuangan ini digunakan untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dari neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut. Adapun rasio keuangan yang populer adalah
sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Ratio ini terdiri dari :
1) Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan kemampuan untuk membayar
kewajiban lancar yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Current
ratio ini mempunya ukuran standar yang minimum 200%.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2) Rasio Cepat (Quick Ratio) menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang


paling likuid mampu menutupi utang lancar.Semakin besar ratio ini maka
semakin baik. Ratio ini juga disebut dengan acid test ratio.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 – (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 + 𝑝𝑟𝑒𝑝𝑎𝑖𝑑 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒)
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

3) Kas Rasio atas Hutang Lancar menunjukkan porsi jumlah kas


dibandingkan dengan total aktiva lancar.
𝐾𝑎𝑠
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

4) Kas Rasio atas Aktiva Lancar menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan
dengan total aktiva lancar.
𝐾𝑎𝑠
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

5) Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva menunjukkan porsi aktiva lancar atas
total aktiva.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

14
6) Aktiva Lancar dan Total Hutang menunjukkan porsi aktiva lancar atas total
kewajiban perusahaan.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

b. Rasio Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam


membayar kewajiban jangka panjang atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas antara lain:
1) Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang atas Modal) menggambarkan
sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada
pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Namun bagi pemegang
saham atau manajemen rasio ini sebaiknya besar.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

2) Total Debt to Total Assets Ratio menunjukkan sejauh mana hutang dapat
ditutupi oleh aktiva. Semakin besar rasionya semakin aman. Supaya aman
porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

3) Debt Service Ratio menunjukkan sejauh mana laba setelah dikurangi


bunga dan penyusutan serta biya non kas dapat menutupi bunga pinjaman.
Semakin besar ratio ini semakin besar perusahaan dapat menutupi semua
hutang-hutangnya.
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
Laba Bersih + Bunga + Penyusutan + Beban Non kas
=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

c. Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Rasio profitabilitas ini terdiri dari :
1) Profit margin menunjukkan seberapa besar porsentase pendapatan bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar ratio ini semakin baik,

15
karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup
tinggi.
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

2) Return on Assets (ROA) menggambarkan perputaran aktiva yang diukur


dari volume penjualan. Semakin besar besar rasio ini maka semakin baik.
Jadi ini berarti bahwa aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐴 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

3) Return on Equity menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila


diukur dari modal pemilik. Semakin besar maka akan semakin baik.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)

4) Operating Ratio menunjukkan biaya operasi per rupiah penjualan, makin


besar rasio ini maka makin buruk.
𝐻𝑃𝑃 + 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜

5) Contribution Margin menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan


laba yang akan menutupi biaya tetap atau biaya operasional lainnya.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐶𝑀 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

d. Rasio Aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam


menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya. Adapun yang termasuk rasio ini adalah :
1) Inventory Turn Over menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan
dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini maka akan semakin
baik, karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
Harga Pokok Penjualan
Inventory turn Over =
Rata − rata Persediaan Barang

16
2) Fixed Assets Turn Over menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila
diukur dari volume penjualan.Semakin tinggi ratio ini maka semakin baik,
artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi.
Penjualan
Fixed Asset turn Over =
Aktiva Tetap Bersih

3) Receivable Turn Over menunjukkan berapa cepat penagihan piutang.


Semakin besar semakin baik, karena penagihan dilakukan dengan cepat.
Netto Sales
Receivable Turn Over =
Average Receivable

4) Total Asset Turn Over menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua
aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.
Penjualan
Total Asset Turn Over =
Total Asset

5) Accounts Receivable collection period menunjukkan berapa lama


perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya
semakin baik,
Penjualan Rata − rata
Accounts Receivable collection period =
Penjualan per hari

6) Rasio Pertumbuhan menggambarkan porsentase pertumbuhan pos-pos


perusahaan dari tahun ke tahun.
Penjualan thn ini − Penjualan thn lalu
Kenaikan Penjualan =
Penjualan thn ini

Laba Bersih thn ini – Laba thn lalu


Kenaikan Laba Bersih =
Laba Bersih tahun lalu

7) Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis). Adalah suatu analisis
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan
dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode
dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

17
8) Analisis break event adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak menderita kerugian, tapi belum memperoleh keuntungan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, semuanya merupakan
permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan
keuangan, dan setiap analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat
agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Berikut ini penulis akan menyajikan teknik-teknik penilaian kinerja keuangan
beserta penjelasannya menurut Hansen Mowen dalam bukunya“Manajen Biaya”
(2001:822) adalah:
1. Laba atas Investasi (Return on Investment)
Merupakan tolak ukur dari keseluruhan kinerja perusahaan. Retun on
Investment (ROI) dapat didefinisikan dengan tiga cara, yaitu :

a. Laba operasi merujuk pada penghasilan sebelum pajak dan bunga.


b. Aktiva operasi adalah semua aktiva yang diperlukan untuk
menghasilkan laba operasi untuk divisi dan laba bersih untuk
perusahaan. Untuk menghitung rata-rata aktiva operasi adalah :

Rata-rata Aktiva Operasi = (Nilai Buku awal + Nilai Buku Akhir) : 2

2. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added)


Merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan.
Jika economic value added positif, berarti perusahaan sedang menghasilkan
kekayan, dan jika economic value added negatif berarti perusahaan tidak
menghasilkan kekayaan.
3. Perhitungan Economic Value Added adalah laba operasi setelah pajak
dikurangi biaya modal dari tiap sumber pembiayaan dan mengalikan dengan
biayanya.

EVA = Laba Operasi – (rata-rata tertimbang biaya modal x modal yang dipakai)
18
4. Biaya modal, rumusnya adalah :

Contoh Perhitungan Analisis Rasio Keuangan:

19
1. Likuiditas Perusahaan

Likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi


kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Masalah likuiditas dapat dihitung
dengan dua cara, yaitu dengan cara perhitungan menggunakan rasio(quick ratio,
current ratio, dan cash ratio dan dengan menghitung periode penagihan rata- rata
(average collection period). Untuk laporan keuangan diatas saya menggunakan
pendekatan yang pertama yaitu dengan perhitung rasio (Current ratio, quick ratio dan
cash ratio)

Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%

Tahun 2010 = (Rp 227.819.168.461 : Rp 123.450.557.939) x 100% = 184,54 %

Tahun 2011 = (Rp 185.436.645.162 : Rp 96.911.386.652) x 100% =191,34%

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah


dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan laba perusahaan.

Quick ratio = {(aktiva lancar – persediaan) / hutang lancar} x 100%

Tahun 2010 = {(227.819.168.461- 82.424.270.814) / 123.450.557.939} x 100% =


117,77%

Tahun 2009 ={( 185.436.645.162 – Rp 68.458.457.208) / 96.911.386.652} x 100% =


120,706%

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling likuid dan mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar quick ratio maka
semakin baik pula perusahaan pula kondisi perusahaan. Namun apabila quick ratio
memiliki perbandingan 1:1 atau 100% perusahaan tersebut dianggap kurang baik.

20
Cash ratio = (kas / hutang lancar) x 100%

Tahun 2010 = ( 9.435.631.304 / 123.450.557.939) x 100% =7,64%

Tahun 2009 = ( 5.398.758.478 / 96.911.386.652) x 100% = 5,57%

Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar.

2. Solvabilitas Perusahaan

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban


finansialnya saat perusahaan tersebut dilikuidasi. Solvabilitas dapat diukur dengan
cara membandingkan jumlah aktiva dengan jumlah hutang. Untuk laporan keuangan
diatas perhitungan solvabilitasnya saya menggunakan “total debt to capital asset.”

Total debt to capital assets = (total hutang / total aktiva) x 100%

Tahun 2010 = (140.879.700.667 / 275.390.730.449) x 100% = 51,51%

Tahun 2009 =(103.889.967.660 / 219.198.880.369) x 100% = 47,395%

Kelikuidan suatu perusahaan tidak dapat ditentukan oleh solvabilitas


perusahaan tersebut. Perusahaan yang solvable belum tentu likuid begitu pula
sebaliknya.

3. Rentabilitas Perusahaan

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba


dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rentabilitas
berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Hal ini terjadi karena perbedaan antara aktiva
dan laba yang mana yang akan dibandingkan dengan yang lain. Rentabilitas dibagi
menjadi dua, yaitu:

Rentabilitas ekonomi

Rentabilitas ekonomi bisa iukur dengan menggunakan gross prifit margin. Untuk
laporan keuangan diatas maka perhitungannya sebagai berikut:

Gross profit margin = (laba kotor / penjualan netto) x 100%

21
Tahun2010 = (62.009.766.595 / 516.581.827.788) x 100% = 12,003%

Tahun 2009 = (68.153.669.345 / 447.956.185.580) x 100% =15,214%

Operating ratio ={(HPP + biaya adm) / penjualan netto} x 100%

Tahun 2010 ={(454.572.061.193+17.362.828.146) / 516.581.827.788} x 100% =


91,357%

Tahun 2009 ={(379.802.516.235+16.984.119.010) / 447.956.185.580}x100%


=88,577%

Net Profit Margin = (laba setelah pajak / penjualan netto)x100%

Tahun 2010 =( 28.443.539.773 / 516.581.827.788) x 100% = 5,506%

Tahun 2009 =( 30.909.406.991 / 447.956.185.580) x 100% = 6,9%

Rentabilitas usaha

Rentabilitas usaha adalah perhitungan rentabilitas suatu perusahaan dengan


cara membandingkan laba usaha dengan modal sendiri.

2.4.4 Hubungan Rasio Keuangan dan Kinerja Perusahaan

Fahmi (2012:50) menyatakan rasio keuangan dan kinerja perusahaan


mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan sangat banyak jumlahnya dan
setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing. Investor akan meliha rasio
dengan penggunaan yang paling sesuai dengan analisis yang akan ia lakukan. Jika
rasio tersebut tidak mempresentasikan tujuan dari analisis yang akan ia lakukan maka
rasio tersebut tidak akan dipergunakan, karena dalam konsep keuangan dengan
namanya fleksibilitas, artinya rumus atau berbagai bentuk formula yang dipergunakan
haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti.

2.4.5 Manfaat Analisis Rasio Keuangan


Kegunaan analisis rasio keuangan sangat beragam tergantung dari sudut
pandang pengguna analisis tersebut. Menurut A. Sartono (2001:114) tujuan analisis
rasio keuangan adalah sebagai berikut:

22
1. Bagi manajemen perusahaan, rasio keuangan digunakan untuk perencanaan
dan mengevaluasi performance (prestasi) manajemen dikaitkan dengan
prestasi rata-rata industri.
2. Bagi manajer kredit, rasio keuangan digunakan untuk memperkirakan risiko
potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan dengan adanya
jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang diminta.
3. Bagi investor, rasio keuangan digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi nilai
saham dan obligasi berbagai perusahaan dan digunakan untuk mengukur
adanya jaminan aas keamanan dana yang akan ditanamkan dalam
perusahaan.
4. Bagi manajer perusahaan, rasio keuangan digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan melakukan merger (penggabungan) dengan perusahaan lain.

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012:109) manfaat analisis rasio keuangan


adalah:
1. Untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
2. Sebagai rujukan untuk membuat perencanaan bagi pihak manajemen.
3. Sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif
keuangan.
4. Bagi pare kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang
akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran
bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
5. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan prospek, pertumbuhan dan


potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja keuangan
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin
dikendalikan dimasa depan dan untuk memperkirakan kapasitas produksi dari sumber
daya yang telah ada.
PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan (revisi 2009) menyatakan
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Karakteristik laporan keuangan mempunyai cirri-cirie yang
relevan, jelas dan dapat dimengerti, dapat di uji kebenarannya, mencerminkan
keadaan perusahaan menurut waktunya secara tepat, dapat dibandingkan, lengkap
dan netral.

Manfaat dari analisis rasio keuangan dapat diketahui adanya kelemahan-


kelemahan dari tahun-tahun sebelumnya. Manfaat lain adalah dapat memberikan
informasi apakah perusahaan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-
rata, pada rata-rata atau di bawah rata-rata. Apabila diketahui bahwa perusahaan di
bawah rata-rata maka pimpinan perusahaan akan mencari faktor-faktor yang
menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan sehingga dapat meningkatkan
rasio keuangan perusahaan.
Dalam menganalisis laporan keuangan terdapat empat rasio keuangan yang
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Keempat rasio tersebut yaitu
likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA.

Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, PT Bumi Aksara,


Jakarta.

Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Ekonisia,


Yogyakarta.

Srimindarti, C. 2006. Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur


Kinerja, STIE Stikubank, Semarang.

Munawir, S. 2012. Analisis Informasi Keuangan, Liberty, Yogyakarta.

25

You might also like