You are on page 1of 3

2.1.

2 Evaluasi Kesesuaian Lahan


Evaluasi lahan adalah bagian dari proses perencanaan tata guna tanah dengan
membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan
dengan kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Tujuan evaluasi lahan
adalah untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tujuan tertentu (Sitorus, 2004;
Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Pengelolaan sumber daya alam disamping
memberikan manfaat masa kini, juga menjamin kehidupan masa depan, harus dikelola
sedemikian rupa sehingga fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Dewasa ini
dinamika pemanfaatan lahan berlangsung relatif lebih cepat dan akibatnya terjadi perubahan
fungsi pemanfaatan lahan yang cenderung menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan
dan pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya daya dukung lahan, sehingga
pemanfaatan lahan perlu diarahkan menurut fungsinya untuk menghindarkan dampak
pembangunan yang negatif (Faturuhu, 2009)
Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh
kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terain, dan hidrologi
dengan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Kecocokan antara
sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang
dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial
dikembangkan untuk komoditas tersebut, artinya bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk
penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan yang
diperlukan akan mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan (Sitorus, 2004).
Inti prosedur evaluasi lahan adalah menentukan jenis penggunaan (jenis tanaman) yang akan
ditetapkan, kemudian menentukan persyaratan dan pembatas pertumbuhannya dan
akhirnya membandingkan persyaratan penggunaan lahan(pertumbuhan tanaman) tersebut
dengan kualitas lahan secara fisik. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan yang biasa digunakan
adalah klasifikasi menurut metode FAO (1976). Metode ini digunakan untuk
mengklasifikasikan kelas kesesuaian lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif,
tergantung data yang tersedia(Sitorus, 2004)
Hasil penilaian kesesuaian lahan dapat berupa kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas
kesesuaian lahan potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kelas kesesuaian
lahan aktual menyatakan kesesuaian lahan berdasarkan data dari hasil survei tanah atau
sumberdaya lahan, belum mempertimbangkan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang berupa sifat lingkungan fisik termasuk
sifat-sifat tanah dalam hubungannya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.
Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-
usaha perbaikan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus memperhatikan aspek ekonominya.
Artinya, apabila lahan tersebut dibatasi kendala-kendalanya, maka harus diperhitungkan
apakah secara ekonomi dapat memberikan keuntungan.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
Penentuan Lokasi Berpotensi untuk Pengembangan Karet secara Fisik
Penentuan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan karet secara fisik dilakukan dengan
mengoverlay peta kesesuaian lahan yang akan digunakan dalam skala 1:50 000 dengan peta
administrasi Kabupaten Sukabumi skala 1:50000. Peta kesesuaian lahan tersebut merupakan
hasil evaluasi kesesuaian lahan.
Menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1993), penilaian klasifikasi kesesuaian lahan
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu sebagai berikut:
Ordo : Pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergotong sesuai (S)
dan tidak sesuai (N).
Kelas : Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat sesuai (S1),
cukup sesuai (S2) dan marginal sesuai (S3).
Kelas S1 : Sangat sesuai
Lahan ini tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap penggunaannya
secara berkelanjutan dan produksi serta tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa
diberikan.
Kelas S2 : Cukup sesuai
Pembatas akan mengurangi produksi serta meningkatkan masukan yang diperlukan, sehingga
memerlukan tambahan (input) untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang
optimum.
Kelas S3 : Sesuai marginal
Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan
atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan dan memerlukan input lebih besar dari
pada lahan kelas S2.
Lahan kelas tidak sesuai (N) adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki faktor pembatas
yang berat terbagi pada 2 kelas yakni :
Kelas N1 : Tidak sesuai pada saat ini
Lahan ini mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak
dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas
sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka
panjang.
Kelas N2 : Tidak sesuai selamanya
Lahan ini mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan
lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Dalam evaluasi kesesuaian lahan dikenal “Kesesuaian Lahan Aktual‟ dan‟Kesesuaian Lahan
Potensial'. Kesesuaian Lahan Aktual (atau kesesuatan saat ini/saat survai dilakukan) adalah
kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada dan belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada. Kesesuaian Lahan Potensial adalah keadaan
lahan yang dicapai setelah adanya usaha-usaha perbaikan (approvement).

You might also like