You are on page 1of 6

ANALISIS KINERJA ARRESTER PADA JARINGAN 20 KV

DI PLN SULAWESI SELATAN


FAJRIWATI ALAM (D411 08 283) dan HERDIAN ABDI (D411 08 287)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar

Abstrak
Skripsi ini membahas tentang “Analisis Kinerja Dasar pemikiran di atas mendasari penulis untuk
Arrester pada Jaringan 20 kV di PLN Sulawesi Selatan”, menulis tugas ini dengan judul “ Analisis kinerja
dimana dalam skripsi ini akan ditentukan karakteristik arrester pada jaringan 20 kV di PLN Sulawesi
kerja dari arrester serta jarak maksimum arrester dari selatan”.
peralatan dalam hal ini adalah transformator distribusi.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode 1.2 Rumusan Masalah
Koordinasi Isolasi. Dari hasil perhitungan dan analisis
Tingkat kegagalan proteksi arrester sangat
data menunjukkan bahwa pada jaringan 20 kV penyulang
tergantung dari TID peralatan, tegangan kerja
empat Pangsid TID transformator sebesar 125 kV,
lightning arrester dan lokasi penempatan arrester itu
karakteristik kerja arrester dengan tegangan pengenal 24
sendiri. Untuk itu diperlukan analisis dan
kV, tegangan pelepasan 87 kV serta arus pelepasan
perhitungan terhadap karakteristik kerja arrester dan
sebesar 5 kA dengan tingkat perlindungan sebesar 95,7
jarak penempatan arrester terhadap peralatan.
kV. Hal ini sesuai dengan SPLN 7:1978 yang menetapkan
tingkat isolasi dasar transformator dan penangkal petir. 1.3 Tujuan Penelitian
Sedangkan dari hasil perhitungan untuk jarak penempatan
arrester terhadap transformator tidak boleh melebihi 2,745 Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
meter dimana sudah sesuai dengan kondisi teknis di 1. Mengetahui karakteristik kerja arrester dalam
lapangan sehingga penempatan dan penyambungan memproteksi peralatan pada saluran distribusi 20
arrester masih dalam kondisi yang diperbolehkan. kV di PLN Sulawesi Selatan.
2. Mengetahui jarak maksimum arrester dengan
peralatan yang terdapat pada saluran distribusi 20
Kata Kunci : kinerja arrester, jarak, koordinasi isolasi. kV di PLN Sulawesi Selatan.

1.4 Batasan Masalah


BAB I PENDAHULUAN
Dalam penyelesaian tugas akhir ini,
1.1 Latar Belakang Masalah permasalahan dibatasi pada:
1. Analisis dan pengambilan data dilakukan pada
Gangguan yang terbesar dalam sistem tenaga jaringan tegangan menengah 20 kV penyulang
listrik terjadi di daerah penyaluran (transmisi dan empat Rayon Pangsid PT. PLN (Persero).
distribusi), karena hampir sebagian besar sistem 2. Peralatan yang dilindungi oleh arrester adalah
terdiri dari penyaluran dan di antara sekian banyak transformator distribusi.
gangguan yang terjadi, petir merupakan salah satu 3. Karakteristik kerja arrester serta jarak
penyebabnya. maksimum arrester dengan peralatan pada
jaringan 20 kV.
Komponen terpenting pada sistem distribusi
adalah trafo. Trafo tersebut berfungsi sebagai
1.5 Metodologi Penelitian
penurun tegangan (step down transformer), yang
menurunkan tegangan 20 kV (tegangan menengah) Metodologi yang digunakan pada tugas akhir ini
menjadi 400/230 V (tegangan rendah). Karena trafo adalah:
terhubung dengan saluran udara 20 kV dan 1. Metode Pengambilan Data
penempatannya di tempat terbuka sehingga pada Metode pengambilan data dilakukan dengan
trafo dapat terjadi gangguan tegangan lebih akibat pengambilan data secara langsung dan melalui
sambaran petir. wawancara/diskusi dengan pihak praktisi.
2. Metode Analisis Data
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka
Metode yang digunakan dalam analisis data pada
setiap pemasangan trafo distribusi 20 kV pada setiap
penelitian ini adalah metode koordinasi isolasi,
gardu distribusi selalu dilengkapi dengan lightning
3. Studi Literature
arrester. Pemasangan lightning arrester pada setiap
Studi literature yaitu mengadakan studi dari
gardu berbeda penempatan atau kedudukannya.
buku, internet dan sumber bahan pustaka atau
Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi
informasi lainnya yang terkait dengan materi
kinerja lightning arrester tersebut dalam
yang dibahas dalam tulisan ini.
memproteksi trafo dan peralatan lainnya pada gardu
distribusi.

1
BAB II LANDASAN TEORI Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran ke
arah atas terbentuk, biasanya dari titik tertinggi
2.1. Proses Terjadinya Petir disekitarnya. Bila lidah petir ke arah atas dan ke arah
bawah bertemu (seperti terlihat pada Gambar 2.1.c),
Petir merupakan gejala alam yang biasa suatu hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi
kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa muatan awan dilepaskan ke dalam tanah.
dimana, lempeng pertama adalah awan (bisa
lempeng negatif atau lempeng positif) dan
lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral).
Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah
sebuah komponen pasif pada rangkaian lisrik
yang bisa menyimpan energi (energi storage).
Petir dapat juga terjadi dari awan ke awan Gambar 2.1.c Kilat sambaran balik dari bumi
(intrcould), dimana salah satu awan bermuatan ke awan
positif dan awan lainnya bermuatan negatif.
Awan terdiri dari daerah bermuatan Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan
positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini listrik yang ada di sekitar sambaran petir ke tanah.
menginduksikan muatan berpolaritas berlawanan Walaupun muatan awan dan bumi dinetralisir
ke awan terdekat atau ke bumi. Gradien potensial (seperti terlihat pada Gambar 2.1.d).
di udara antara pusat-pusat muatan di awan atau
antara awan dan bumi tidak seragam tapi gradien
tersebut timbul pada bagian konsentrasi muatan
tinggi. Ketika gradien tegangan tinggi pada titik
konsentrasi muatan dari awan melebihi harga
tembus udara yang terionisasi, maka udara di
daerah konsentrasi tekanan tinggi mengionisasi
atau tembus (breakdown). Gambar 2.1.d Kumpulan muatan pada
Muatan dari pusat muatan mengalir ke saluran distribusi
dalam kanal terionisasi, mempertahankan
gradien tegangan tinggi pada ujung kanal dan 2.2. Saluran Distribusi
melanjutkan proses tembus listrik. Sambaran
petir ke bumi mulai ketika suatu muatan Menurut nilai tegangannya, saluran distribusi
sepanjang pinggir awan menginduksikan suatu terbagi atas saluran distribusi primer dan saluran
muatan lawan ke bumi (diterangkan pada distribusi sekunder. Saluran distribusi Primer,
Gambar 2.1.a). terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu
Kemudian akan timbul lidah petir arah antara titik Sekunder trafo substation (Gardu
bawah menyebar dari awan ke bumi (seperti Induk) dengan titik primer trafo distribusi.
terlihat pada Gambar 2.1.b). Saluran ini bertegangan menengah 20 kV (JTM-
20 kV). Saluran Distribusi Sekunder, Terletak
pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara
titik sekunder dengan titik cabang menuju beban
(JTR-220/380 V).

2.2.1 Peralatan pada saluran distribusi

Gambar 2.1.a Muatan sepanjang pinggir Beberapa peralatan yang terdapat pada saluran
awan menginduksikan muatan lawan pada distribusi tenaga listrik yaitu :
bumi 1. Transformator Distribusi
Transformator distribusi adalah peralatan untuk
menurunkan tegangan menengah (20 kV) ke
tegangan rendah (380/220 kV).
2. Fuse
Fuse atau biasa disebut sekering adalah alat
pelindung (proteksi).

Gambar 2.1.b Lidah petir menjalar ke arah


bumi

2
3. Tiang listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada
Tiang distribusi sebagai tempat menyangga tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak
peralatan yang di atasnya seperti terjadi arus pada tegangan operasi.
transformator, isolator maupun kawat Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang
penghantar. Untuk jaringan distribusi mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul
tegangan menengah biasanya tingginya 13 tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada
meter dan untuk distribusi tegangan rendah kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi
biasanya tingginya 9 meter. bila timbul surja, arrester berlaku sebagai konduktor
4. Isolator yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi
Isolator adalah peralatan yang berfungsi ke tanah. Setelah surja menghilang arester harus
memisahkan peralatan yang bertegangan membuka dengan cepat kembali, sehingga pemutus
listrik dengan peralatan yang seharusnya daya tidak sempat membuka.
tidak bertegangan seperti tiang atau dengan
tanah. BAB III LIGHTNING ARRESTER DALAM
5. Kawat Penghantar HUBUNGAN DENGAN KOORDINASI
Kawat penghantar digunakan untuk ISOLASI SISTEM DISTRIBUSI 20 KV
melewatkan arus listrik. Makin tinggi arus
yang akan melewati, makin besar pula 3.1. Koordinasi isolasi
diameter dari kawat penghantar.
Koordinasi isolasi didefenisikan sebagai korelasi
2.2.2 Proteksi jaringan antara daya isolasi alat-alat dan sirkuit listrik di satu
pihak dan karakteristik alat-alat pelindungnya di lain
Sistem proteksi pada SUTM memakai : pihak, sehingga isolasi tersebut terlindung dari
a. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat bahaya tegangan lebih secara ekonomis. Tujuannya
fasa‐fasa untuk kemungkinan gangguan adalah menciptakan suatu sistem yang bagian-
penghantar dengan bumi dan antar bagiannya masing-masing dan satu sama lain
penghantar. mempunyai ketahanan isolasi yang diatur
b. Pemutus Balik Otomatis PBO (Automatic sedemikian rupa sehingga dalam setiap kondisi
Recloser), Saklar Seksi Otomatis SSO operasi, kualitas pelayanan dan penyediaan tenaga
(Automatic Sectionaizer). PBO dipasang listrik dapat dicapai dengan biaya seminimum
pada saluran utama, sementara SSO mungkin. Koordinasi isolasi yang baik akan mampu
dipasang pada saluran pencabangan, menjamin :
sedangkan di Gardu Induk dilengkapi a. Isolasi peralatan akan mampu menahan tegangan
dengan auto reclosing relay. kerja sistem yang normal dan tegangan tidak
c. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung normal yang mungkin timbul dalam sistem.
kenaikan tegangan peralatan akibat surja b. Isolasi peralatan akan gagal hanya jika terjadi
petir. Lightning Arrester dipasang pada tegangan lebih luar.
tiang awal/tiang akhir, kabel Tee–Off (TO) c. Jika kegagalan terjadi maka hanya pada tempat-
pada jaringan dan gardu transformator serta tempat yang menimbulkan kerusakan paling
pada isolator tumpu. minimum.
d. Pembumian bagian konduktif terbuka dan Masalah koordinasi isolasi pada sistem tenaga
bagian konduktif extra pada tiap‐tiap 4 tiang listrik menyangkut hal-hal sebagai berikut :
atau pertimbangan lain dengan nilai 1. Penentuan tingkat isolasi dari isolator hantaran
pentanahan tidak melebihi 10 Ohm. udara.
2. Menentukan tingkat isolasi dasar = TID (BIL)
e. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi
peralatan.
gangguan akibat sambaran petir langsung.
3. Pemilihan penangkap petir (Lightning Arrester).
Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada
SUTM di daerah padat petir yang terbuka.
3.3 Pemilihan dan Penempatan Lightning
f. Penggunaan Fused Cut–Out (FCO) pada
jaringan pencabangan. Arrester
g. Penggunaan Sela Tanduk (Arcing Horn) Supaya fungsi lightning arrester sebagai alat
pelindung utama dapat memberikan perlindungan
2.3 Lightning arrester pada SUTM utama dan memberikan perlindungan yang baik,
maka haruslah dikoordinasikan antara tingkat
Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu perlindungan arrester dengan tingkat isolasi
di atas tegangan operasi untuk membuang muatan peralatan yang akan dilindungi. Dalam hal ini,

3
masalah pokok yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan tingkat pengenalan arrester dan
menentukan lokasi penempatan/ pemasangan
lightning arrester harus sesuai dengan yang
BAB IV ANALISIS KINERJA ARRESTER
disyaratkan.
PADA JARINGAN 20 KV DI PLN
SULAWESI SELATAN
3.3.1 Tegangan lebih frekuensi daya
Tegangan pada saat gangguan satu fasa ke tanah 4.1 Perkiraan Tegangan Pengenal Arrester
merupakan penentuan dalam perhitungan tegangan
pengenal dari lightning arrester. Tegangan ini dapat Sistem distribusi 20 kV Penyulang Empat
dihitung dengan menggunakan perhitungan simetris, Pangsid ditanahkan dengan tahanan rendah maka
dimana koefisien dari pentanahan harus diketahui. koefisien pentanahan dipilih 100 % (pentanahan
tidak efektif) dengan tegangan sistem tertinggi
3.3.2 Perkiraan Besar Tegangan Pengenal Arrester adalah 20 kV, maka tegangan pengenal arrester
menjadi :
Menentukan perkiraan besarnya tegangan
pengenal arrester, maka harus diketahui terlebih
dahulu tegangan tertinggi dari jaringan dan koefisien sehingga tegangan pengenal yang diambil untuk
pentanahan, dengan diketahuinya kedua hal tersebut, sistem 20 kV adalah 24 kV.
maka perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester
dapat dihitung secara kasar. 4.2 Pemilihan Arus Pelepasan Impuls dari
Lightning Arrester
3.3.3 Menetukan Arus Pelepasan Impuls dari Arrester
Sistem 20 kV Penyulang Empat Pangsid
Dalam menentukan arus pelepasan impuls dari memiliki jumlah isolator hantaran udara sebesar 3
arrester sewaktu melepas arus surja petir dapat buah Dari tabel 5 pada lampiran diperoleh tegangan
digunakan rumus sebagai berikut : gelombang berjalan sebesar 355 kV. Jari-jari kawat
hantaran udara 5,625 mm serta ketinggian kawat
dari atas tanah sebesar 11 meter. Maka impedansi
hantaran udara sebesar :
3.3.4 Menentukan Tegangan Pelepasan Arrester

Tegangan pelepasan (tegangan kerja) bergantung Diambil impedansi hantaran sebesar 500 ohm, maka
pada arus pelepasan arrester (Ia) dan kecuraman besar arus pelepasan impuls dari arrester :
gelombang arus (di/dt) yang masuk ke peralatan.

3.3.5 Faktor Perlindungan dari Arrester

Faktor perlindungan lightning arrester adalah


perbandingan antara selisih tegangan tingkat isolasi Diperoleh arus pelepasan sebesar 1,246 kA,
dasar peralatan (TID) yang dilindungi dengan sehingga pemilihan kelas arus 5 kA adalah tepat.
tingkat perlindungan (TP) dari arrester terhadap
tingkat perlindungan dari arrester. Secara matematis 4.3 Tegangan Pelepasan Arrester
dapat ditulis sebagai berikut:
Tegangan pelepasan arrester untuk tegangan
pengenal 24 kV dengan arus pelepasan 5 kA dan 10
kA sebesar 87 kV.

3.3.6 Jarak Lindung Lightning Arrester 4.4 Penentuan TID Transformator


Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan Untuk setiap tegangan sistem Tingkat Isolasi
peralatan yang dilindungi. Tetapi untuk memperoleh Dasar telah ditentukan sesuai dengan standar
kawasan perlindungan yang lebih baik, maka ada Internasional yang berlaku. Untuk tegangan sistem
kalanya arrester ditempatkan dengan jarak tertentu 20 kV, TID transformator yang telah ditetapkan
dari peralatan yang dilindungi. Secara matematis sebesar 125 kV.
dapat dirumuskan sebagaio berikut :

4
4.5 Faktor Perlindungan
BAB V PENUTUP
Faktor perlindungan merupakan besar
perbandingan antara perbedaan tegangan TID dari 5.1 Kesimpulan
peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja
arrester. Sesuai pembahasan sebelumnya tegangan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat
kerja lightning arrester untuk sistem 20 kV ditarik kesimpulan :
ditetapkan sebesar 87 kV, tingkat perlindungan 1. Karakteristik kerja arrester pada jaringan
arrester dengan memperhatikan kawat penghubung distribusi 20 kV di PLN Sulawesi Selatan
toleransi pabrik ditambahkan 10% sehingga tegangan pengenal 24 kV, tegangan pelepasan 87
kV dengan arus pelepasan nominal sebesar 5 kA.
kV 2. Jarak maksimum lightning arrester terhadap
Diambil tingkat perlindungan petir 95,7 kV dengan transformator sesuai karakteristik kerja arrester
TID transformator yang telah ditetapkan sebesar 125 tidak boleh melebihi 2,745 meter (< 2,745 m).
kV. Maka besar faktor perlindungan adalah : 3. Dari hasil perbandingan di lapangan jarak
penempatan arrester terhadap trafo sebesar 2,5
meter, sehingga penempatan dan penyambungan
arrester masih dalam kondisi yang
diperbolehkan.
Faktor perlindungan ini lebih besar 20 % dari TID
peralatan, sehingga lightning arrester ini sudah
memberikan faktor perlindungan yang baik. 5.2 Saran
Untuk meningkatkan tingkat keandalan proteksi
4.6 Analisis Penempatan dan Penyambungan Arrester petir dari lightning arrester dapat dilakukan dengan :
1. Meningkatkan tahanan isolasi hantaran udara.
Untuk mengetahui penempatan lightning arrester 2. Menempatkan arrester pada titik-titik sepanjang
maka harus diketahui jarak lindung dari lightning jaringan distibusi yang berpotensi rawan terkena
arrester yang akan dipasang. Oleh karena itu, untuk sambaran petir dengan jarak penempatannya <
menentukan jarak lindung (L) maka perlu diketahui 2,745 m.
kecuraman dari gelombang datang (du/dt) dan besar
tegngan gelombang datang pada peralatan (Ut). DAFTAR PUSTAKA
Untuk lebih jelasnya dapat diilihat pada tebel
hasil perhitungan jarak penempatan arrester terhadap [1] Hutauruk, T. S., Gelombang Berjalan dan
trafo dengan parameter kecuraman gelombang yang Protteksi Surja, Erlangga, Jakarta, 1991.
berbeda-beda.
[2] Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi,
Tabel 4.1 Hasil perhitungan untuk jarak Pradnya Paramita, Jakarta, 2001.
maksimum arrester terhadap transformator
[3] L. Tobing, B., Peralatan Tegangan Tinggi, PT
Kecuraman gelombang L(m) Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
du/dt (kV)
500 2,745 [4] R. Zoro, Ir., Proteksi terhadap Tegangan Lebih
1000 1,372 pada Sistem Tenaga Listrik, Badan Penerbit ITB,
1500 0,915 Bandung, 1987.
2000 0,686
[5] …., Buku 1 Kriteria Desain Enjinering
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik,
besar kecuraman gelombang datang pada gardu PT. PLN (Persero), Jakarta Selatan, 2010.
maka jarak penempatan arrester terhadap trafo
semakin dekat dengan jarak maksimum arrester [6] SPLN 7 : 1978. “Pedoman Pemilihan Tingkat
terhadap trafo pada lokasi terjauh 2,745 m. Isolasi Transformator dan Penangkap Petir”.

[7] SPLN 26 :1980. “Pedoman Penerapan Sistem


Distribusi 20 kV Fasa-Tiga 3 Kawat dengan
Tahanan Rendah dan Tahanan Tinggi”.

5
Fajriwati Alam, lahir di Ujung
Pandang, 3 November 1990,
Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Pada tahun 2008 sampe
sekarang menjalankan studi S1 di
Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Makassar,
subjurusan Teknik Energi Listrik.

Herdian Abdi, lahir di Ujung


Pandang, 21 Desember 1989,
Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Pada tahun 2008 sampe
sekarang menjalankan studi S1 di
Jurusan Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Makassar,
subjurusan Teknik Energi Listrik.

You might also like