You are on page 1of 35

THE USE OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS IN RISK ANALYSIS”

MAKALAH KELOMPOK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Analisi Laporan Keuangan

DISUSUN OLEH:
1. Hiqmah Apriliano Ramadhan
2. Nelly Yulinda
3. Saiful Anwar

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN

Risiko adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak menentu.


Pentingnya dalam mengkaji suatu risiko dikarenakan sasaran dari
pelaksanaan manajeman risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat
yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi
dan politik. Apabila risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat
buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain
“kemungkinan” itu sudah menunjukkan ketidakpastian. Ketidakpastian itu
merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko.
Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan
untuk mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi memengaruhi
kerugian perusahaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Risiko


2.1.1 Pengertian Analisis Risiko
Secara sederhana, analisis risiko atau risk analysis dapat diartikan
sebagai sebuah prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan,
kemudian menganalisanya untuk memastikan hasil pembongkaran dan
menyoroti bagaimana dampak-dampak yang ditimbulkan dapat dihilangkan
atau dikurangi. Analisis risiko juga dipahami sebagai sebuah proses untuk
menentukan pengamanan macam apa yang cocok atau layak untuk sebuah
sistem atau lingkungan (ISO 1799, “An Introduction To Risk Analysis”, 2012).
Analisis risiko merupakan bagian dari manajemen risiko, yang terdiri
dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi kemungkinan kondisi, peristiwa, atau situasi negative
eksternal dan internal.
b. Penentuan hubungan sebab-akibat antara peluang kejadian, skalanya
dan kemungkinan dampaknya.
c. Evaluasi sebagai dampak dibawah ini asumsi dan profitabilitas yang
berbeda.
d. Penerapan teknik kualitatif dan kuantitatif untuk mengurangi
ketidakpastian dari dampak dan biaya, kewajiban, atau kerugian.
2.1.2 Analisis Sumber Risiko

Dalam teori manajemen keuangan, ada trade-off antara risiko dan


return. Jika risiko suatu investasi lebih tinggi, return yang diharapkan juga
tinggi. Banyak para manajer mengetahui risiko untuk dipertimbangkan dalam
menilai dan mengambil keputusan investasi. Penilaian dan pemahaman
trade-off antara risiko dan return membentuk landasan untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan seharusnya
mengenali apakah return yang diharapkan dapat dicapai atau tidak, yang
berarti perusahaan harus mengenali elemen risiko dalam proses pengambilan
keputusan. Risiko dapat didefinisikan sebagai variabilitas return dari apa yang
diharapkan (Brealey, Stewart, and Alan, 1995). Dengan kata lain risiko adalah

3
sebagai kemungkinan bahwa return sesungguhnya dari suatu investasi akan
lebih rendah dari return yang diharapkan. Return adalah keuntungan atau
aliran kas neto yang diperoleh dari suatu investasi. Dalam kegiatan bisnis,
perusahaan sering dihadapkan pada pengeluaran biaya yang bersifat tetap,
yang tentu saja mengandung risiko. Berkaitan dengan itu manajemen harus
tahu mengenai leverage. Leverage menunjukkan penggunaan biaya tetap
dalam usaha meningkatkan keuntungan.
Secara umum investor enggan terhadap risiko (averse risk) (Horne and
John,1992). Jika risiko lebih besar, investor mengharapkan return dari suatu
investasi yang lebih besar. Return yang tinggi tidak selalu disertai investasi
berisiko. Investasi yang berisiko tidak akan dilakukan oleh investor jika
investasi tersebut tidak memberi harapan tingkat return yang tinggi.
Sumber-sumber dan tipe-tipe risiko bisa dilihat pada bagan berikut ini:

Sumber Contoh resiko yang timbul

Internasional Ketidak stabilan pemerintah local


Ketidak stabilan kebijakan pemerintah setempat
Risiko perubahan kurs mata uang
Resesi dunia

Domestik Resesi
Inflasi atau deflasi
Perubahan tingkat bunga
Perubahan demografis
Perubahan kebijakan dalam negeri
Perubahan politik dalam negeri
Industri Perubahan teknologi
Persaingan
Perubahan kekuatan tawar menawar dalam industry
Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industry
Perusahaan Perubahan manajemen
Perubahan strategi
Risiko terkena bencana
Risiko terkena tuntutan hukum

4
Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan beberapa jenis dan sumber risiko sebagai
berikut:

1. Risiko perubahan nilai tukar yang bersumber dari luar negeri

Perubahan nilai tukar dapat berupa apresiasi atau depresiasi. Apabila


mata uang domestik mengalami apresiasi terhadap mata uang asing
berarti nilai mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.
Demikian pula sebaliknya, apabila terjadi depresiasi. Secara umum,
apabila terjadi apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing
maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan ekspor yang
dilakukan perusahaan. Sebaliknya, apabila terjadi depresiasi mata uang
domestik terhadap mata uang asing maka akan menimbulkan dampak
negatif terhadap kegiatan impor.

2. Risiko inflasi yang bersumber dari dalam negeri

Secara umum inflasi dapat mempengaruhi daya beli (purchasing power)


masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah daya beli
masyarakat sehingga dengan demikian pendapatan riil masyarakat juga
menurun. Apabila daya beli menurun maka permintaan terhadap barang
dan jasa juga akan menurun sehingga pendapatan juga akan menurun.
Jadi hal ini menggambarkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

3. Risiko teknologi yang bersumber dari industri

Teknologi dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan karena tingkat


penggunaan teknologi dapat mempengaruhi daya saing suatu
perusahaan. Di samping itu, penggunaan teknologi dapat mempengaruhi
produktivitas dan efisiensi suatu perusahaan. Jadi apabila suatu
perusahaan beroperasi pada penggunaan teknologi yang tidak memadai
maka memungkinkan tidak dapat bersaing serta tidak efisien.

4. Risiko atas keputusan-keputusan strategis

Keputusan-keputusan strategis yang diambil oleh manajemen suatu


perusahaan dapat mempengaruhi tingkat risiko suatu perusahaan. Artinya
bahwa apabila manajemen suatu perusahaan melakukan suatu kesalahan

5
dalam mengambil keputusan strategis maka memungkinkan perusahaan
akan menghadapi suatu risiko yang besar.

Meskipun risiko-risiko di atas secara langsung atau tidak langsung akan


mempengeruhi perusahaan, tetapi perusahaan harus memperhatikan risiko-
risiko yang mempunyai konsekuensi keuangan perusahaan.
Tabel dibawah ini menggambarkan kegiatan-kegiatan perusahaan dan
kaitannya dengan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajibannya dengan kas. Oleh karena itu analisis aliran kas sering dipakai
sebagai alat analisis untuk melihat kemampuan perusahaan sekaligus untuk
menganalisis risiko perusahaan. Perusahaan kadang-kadang mengalami
kebangkrutan (default) atau tidak bisa membayar kewajiban-kewajibannya
karena tidak mempunyai kas yang cukup, meskipun perusahaan tersebut
cukup menguntungkan. Laporan aliran kas akan melengkapi analisis risiko
disamping analisis rasio yang akan dibicarakan pada bab ini.

Kegiatan perusahaan dan aliran kas yang dihasilkan atau dibutuhkan:

Kegiatan Kemampuan Kebutuhan Analisis yang


Perusahaan Perusahaan yang digunakan
menghasilkan menggunakan
kas kas
Operasi Profitabilitas Kebutuhan Likuiditas
Perusahaan modal kerja jangka
pendek
Investasi Penjualan aset Kebutuhan Likuiditas
perusahaan investasi pada jangka
aktiva baru panjang
Pendanaan Kapasitas Membayar Likuiditas
Meminjam hutang dengan jangka
bunga dan panjang
kewajiban
lainnya

6
Analisis risiko dibagi menjadi dua bagian:
a) Analisis risiko jangka pendek (short term liquidity risk): memfokuskan
pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(kurang dari satu tahun) Risiko likuiditas jangka pendek membutuhkan
suatu pemahaman tentang siklus operasi perusahaan. Rasio-rasio
keuangan yang dapat digunakan untuk menilai risiko likuiditas jangka
pendek adalah:

 Rasio lancar (current ratio)


Current ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat
likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi current ratio maka
semakin likuid suatu perusahaan dan semakin rendah risiko
perusahaan.
 Rasio cepat (quick ratio)
Quick ratio merupakan instrumen untuk mengukur tingkat likuiditas
suatu perusahaan. Semakin tinggi quick ratio maka semakin likuid
suatu perusahaan dan semakin rendah risiko perusahaan.
 Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar (operating cash
flow to current liabilities)
Rasio ini menunjukkan sejauhmana kas yang dihasilkan dari
operasi dapat menutupi kewajiban lancar perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin rendah risiko yang dihadapi
perusahaan.

b) Analisis risiko jangka panjang (long term liquidity risk): memfokuskan


pada kemampuan perusahaanmemenuhi kewajiban jangka panjangnya
(lebih dari satu tahun) Risiko solvabilitas jangka panjang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga
dan angsuran pinjaman atas utang jangka panjang dan untuk memenuhi
kewajiban yang segera jatuh tempo.

7
Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai risiko
solvabilitas jangka penjang adalah:

 Rasio utang jangka panjang (long-term debt ratio)


Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang digunakan
oleh perusahaan untuk membiayai aktivanya. Semakin besar rasio
ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan.
Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin
kecil pula risiko yang dihadapi perusahaan
 Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar total utang yang dimiliki
oleh perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas. Semakin
besar rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi
perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini
maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi perusahaan.
 Rasio kewajiban terhadap aktiva (liabilities to assets ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar utang yang digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini
maka semakin besar pula risiko yang dihadapi
perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini
maka semakin kecil pula risiko yang dihadapi perusahaan.
 Rasio cakupan bunga (interest coverage ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauhmana kemampuan perusahaan
untuk dapat menutupi atau memenuhi kewajiban bunga atas
pinjamannya kepada kreditor. Semakin besar rasio ini maka
semakin kecil risiko yang dihadapi perusahaan. Demikian pula
sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin besar pula risiko
yang dihadapi perusahaan
 Rasio arus kas operasi terhadap total kewajiban (operating cash
flow to total liabilities ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauhmana kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan arus kas dari kegiatan operasi untuk
menutupi atau memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin besar
rasio ini maka semakin kecil risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

8
Demikian pula sebaliknya, semakin kecil rasio ini maka semakin
besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan.
 Rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal
(operating cash flow to capital expenditure)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar penggunaan arus kas
operasi yang dihasilkan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
pengeluaran modal. Semakin besar rasio ini maka semakin kecil
risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Demikian pula sebaliknya,
semakin kecil rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi
oleh perusahaan.

Dalam konteks investasi terdapat beberapa jenis risiko yang perlu


dipertimbangkan oleh perusahaan yaitu antara lain:

1. Risiko tingkat suku bunga (interest rate risk)


Risiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang diakibatkan adanya
perubahan suku bunga yang ada di pasaran sehingga akan
mempengaruhi pendapatan investasi. Contoh, suku bunga obligasi
adakah 8-10% pada umumnya, namun kemudian pemerintah
mengeluarkan Sukuk Ritel yang memiliki suku bunga hingga 12%.
Dengan begitu, pastinya investor lebih suka dengan Sukuk Ritel ini
2. Risiko pasar (market risk)
Risiko ini bisa dikatakan sebagai fluktuasi pasar dimana secara
keseluruhan bisa mempengaruhi variabilitas return dari investasi. Hal ini
bahkan bisa membuat investor mendapati capital loss. Perubahan ini bisa
dikarenakan beberapa hal seperti adanya resesi ekonomi, isu, kerusuhan,
spekulasi termasuk juga perubahan politik.Contoh, isu kesehatan seorang
presiden kemudian memberikan fluktuasi nilai dari rupiah terhadap dolar
yang kemudian naik.
3. Risiko inflasi (inflation risk)
Risiko ini memiliki potensi yang merugikan daya beli masyarakat terhadap
investasi dikarenakan adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.
Contoh, laju inflasi yang sudah diprediksi tidak sehat bisa berpotensi lebih
besar lagi ketika pemerintah memberlakukan kebijakan yang tidak tepat
seperti menaikkan harga BBM. Jika BBM dinaikkan Rp 1.000 per liter
9
saja, maka laju inflasi yang sedang tidak sehat bisa tambah memburuk
atau meningkat.
4. Risiko nilai tukar (exchange rate risk)
Risiko jenis ini berkaitan dengan sebuah fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain. Pada umumnya, risiko jenis ini juga
disebut sebagai currency risk atau dengan exchange rate risk. Contoh;
investor ingin menanamkan investasi yang mengharuskannya
menggunakan mata uang US$. Di saat yang sama kurs rupiah terhadap
US$ lemah, sehingga investor harus mengeluarkan rupiah dengan jumlah
yang sangat banyak dari pada ketika nilai rupiah menguat. Oleh sebab
itu, menguatnya dolar terhadap rupiah bisa memberikan kerugian.
5. Risiko likuiditas (liquidity risk)
Risiko jenis ini memiliki kaitan dengan percepatan dari sekuritas yang
diterbitkan oleh pihak perusahaan yang bisa diperdagangkan di ranah
pasar sekunder. Maka, semakin cepat laju dari sekuritas diperdagangkan,
maka akan semakin likuid pula sekuritas tersebut. Hal ini bisa dikatakan
dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya di dalam
jangka pendek atau juga jatuh tempo dengan cara menggunakan aset
yang telah ada.
6. Risiko Negara
Risiko ini disebut dengan risiko politik. Hal ini didasarkan pada kondisi
perpolitikan negara. Dari risiko ini juga masih ada kaitan dengan
perubahan ketentuan perundang-undangan yang membuat pendapatan
menurun. Bahkan tidak mungkin jika investasi yang sudah ditanam
akhirnya hilang begitu saja atau merugi. Oleh sebab itu, jika ada investor
yang akan menanamkan modal di luar negeri, memang lebih baik untuk
melihat kondisi politik negara tersebut. Jika kondisi politik baik, maka
akan berdampak positif juga bagi dunia investasi.
7. Risiko Reinvestment
Risiko ini merupakan risiko yang terjadi pada penghasilan dari suatu aset
keuangan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan aktivitas re-
investasi. Jadi, ketika hendak melakukan re-invest, perusahaan harus
benar-benar memahami apa itu re-invest serta bagaimana caranya agar
bisa mengatur atau mengelola risiko investasi ini.
10
Menurut Djohanputro (2008), Risiko dapat diklasifikasikan menjadi ke
dalam dua kategori, yaitu:

 Risiko Murni dan Spekulatif

Risiko Murni adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian dan tidak
sedikitpun mengandung kemungkinan keuntungan. Contoh dari risiko ini
adalah setiap aset pada perusahaan memiliki risiko pencurian dan tidak
ada pencurian yang mengandung keuntungkan.

Risiko Spekulatif adalah risiko yang mengakibatkan dua kemungkinan,


apakah risiko tersebut mengakibatkan keuntungan atau kerugian.
Misalnya, perusahaan yang menyimpan valuta asing dapat memperoleh
keuntungan saat nilai tukar valuta sing tersebut menguat, akan tetapi saat
mengalami penurunan nilai tukar valas tersebut, perusahaan akan
mengalami kerugian.

 Risiko Sistemik dan Spesifik

Risiko sistemik adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Ciri dari
risiko sistemik adalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan
penggabungan dengan risiko lain.

Risiko spesifik adalah risiko yang dapat didiversifikasi, dapat dihilangkan


melalui proses penggabungan. Contoh dari risiko spesifik adalah saat
mendekati Lebaran pedagang menjual ketupat, namun pada tahun baru
tiba, para pedagang ketupat tersebut berjualan terompet. Contoh tersebut
menunjukkan pada saat tahun baru tiba penjualan ketupat akan menurun
sehingga pedagang tersebut beralih menjual terompet.

2.2 Analisis Kredit dan Memprediksi Distress

Analisis kredit adalah evaluasi suatu perusahaan dari perspektif


pemegang atau potensial pemegang utang, termasuk hutang usaha,
pinjaman, dan surat utang publik. Unsur kunci dari analisis kredit adalah
prediksi kemungkinan suatu perusahaan akan menghadapi kesulitan
keuangan.

11
Analisis kredit terlibat dalam berbagai konteks keputusan:

• Sebuah pemasok potensial bertanya: Apakah saya harus menjual


produk atau jasa kepada perusahaan ini? kredit terkait akan
diperpanjang hanya untuk waktu yang singkat, tapi jumlahnya besar
dan saya harus memiliki beberapa jaminan bahwa risiko koleksi yang
dikelola.
• Seorang bankir komersial bertanya: Haruskah kita memperpanjang
pinjaman untuk perusahaan ini? Jika demikian, bagaimana
seharusnya itu terstruktur? Bagaimana seharusnya itu harga?
• Jika pinjaman diberikan, bankir harus kemudian bertanya: Apakah kita
masih memberikan pelayanan, termasuk kredit, bahwa perusahaan
ini membutuhkan? Apakah perusahaan masih sesuai dengan
persyaratan pinjaman? Jika tidak, ada kebutuhan untuk
merestrukturisasi pinjaman, dan jika demikian, bagaimana? Apakah
situasi cukup serius untuk memanggil untuk mempercepat
pembayaran kembali pinjaman?
• Seorang manajer dana pensiun, perusahaan asuransi, atau investor
lain bertanya: Apakah efek hutang tersebut investasi yang sehat?
Berapa probabilitas bahwa perusahaan akan menghadapi kesulitan
dan default pada utang? Apakah hasil yang memberikan kompensasi
yang memadai untuk risiko bawaan yang terlibat?
• Seorang investor merenungkan pembelian surat utang default
bertanya: Seberapa besar kemungkinan bahwa perusahaan ini bisa
berbalik? Mengingat hasil tinggi pada utang ini, relatif terhadap harga
saat ini, dapat saya menerima risiko bahwa utang tidak akan dibayar
penuh?

Meskipun analisis kredit biasanya dilihat dari perspektif financier, hal ini
jelas penting juga untuk peminjam:

• Seorang manajer dari sebuah perusahaan kecil bertanya: Apa saja


pilihan kami untuk pembiayaan kredit? Akan perusahaan memenuhi
syarat untuk pembiayaan bank? Jika demikian, apa jenis pembiayaan

12
akan mungkin? Bagaimana mahal itu akan? Akan persyaratan
pembiayaan membatasi fleksibilitas kami?
• Seorang manajer dari perusahaan besar bertanya: “Apa saja pilihan
kami untuk pembiayaan kredit? Apakah perusahaan cukup kuat untuk
mengumpulkan dana di pasar umum? Jika demikian, apa yang
peringkat utang kami mungkin? Apa yang diperlukan yield akan
Peringkat yang menyiratkan?

Akhirnya, ada pihak-orang ketiga selain peminjam dan pemberi pinjaman-


yang tertarik dalam edisi umum tentang bagaimana besar kemungkinan suatu
perusahaan akan menghindari marabahaya keuangan:

• Seorang auditor bertanya: Seberapa besar kemungkinan bahwa


perusahaan ini akan bertahan melebihi jangka pendek? Dalam
mengevaluasi keuangan perusahaan, yang harus saya
menganggapnya sebagai kelangsungan?
• Seorang karyawan aktual atau potensial bertanya: Seberapa yakin
saya dapat bahwa perusahaan ini akan mampu menawarkan
pekerjaan dalam jangka panjang?
• Seorang pelanggan potensial bertanya: Apa jaminan yang ada bahwa
perusahaan ini akan bertahan untuk memberikan layanan garansi,
suku cadang, update produk, dan layanan lainnya?
• Sebuah pesaing bertanya: Apakah perusahaan ini bertahan shakeout
industri saat ini? Apa implikasi dari kesulitan keuangan potensial di
perusahaan ini untuk harga dan pangsa pasar?

2.2.1 Kredit Untuk Pasar

Pemasok utama di pasar untuk kredit dijelaskan di bawah ini.

• Bank Komersial. Bank-bank komersial adalah pemain yang sangat


penting di pasar untuk kredit. Sejak bank cenderung untuk
menyediakan berbagai layanan kepada klien, dan memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang klien dan operasinya, mereka
memiliki keunggulan komparatif dalam menyalurkan kreditnya dalam

13
pengaturan di mana (1) pengetahuan yang diperoleh melalui kontak
dekat dengan manajemen mengurangi keberisikoan dirasakan kredit
dan (2) risiko kredit dapat terkandung melalui pemantauan yang
cermat dari perusahaan.

Sebuah kendala pada operasi pinjaman bank adalah bahwa risiko


kredit relatif rendah, sehingga portofolio kredit bank akan berkualitas
diterima tinggi untuk regulator bank. Karena pentingnya menjaga con
publik fi dence di sektor perbankan dan keinginan untuk melindungi
asuransi deposito pemerintah dari risiko, pemerintah memiliki insentif
untuk membatasi paparan bank untuk risiko kredit. Bank juga
cenderung untuk melindungi diri dari risiko pergeseran suku bunga
dengan menghindari pinjaman yang tetap-tingkat dengan jangka
waktu yang panjang. Karena sebagian besar modal bank berasal dari
deposito jangka pendek, pinjaman jangka panjang seperti
meninggalkan mereka terkena kenaikan tingkat suku bunga, kecuali
risiko dapat lindung nilai dengan derivatif. Dengan demikian, bank-
bank cenderung untuk memainkan peran ketika suatu perusahaan
memerlukan jangka panjang komitmen sangat untuk pendanaan.

• Lembaga Keuangan Lainnya. Bank menghadapi persaingan di pasar


pinjaman komersial dari berbagai sumber. Di AS, ada persaingan dari
tabungan dan pinjaman, meskipun yang terakhir relatif lebih terlibat
dalam hipotek pembiayaan. perusahaan pembiayaan bersaing dengan
bank-bank di pasar untuk pinjaman berbasis aset-(yaitu, dijamin
pendanaan dari spesifik aset, seperti piutang, persediaan, atau
peralatan). perusahaan asuransi yang terlibat dalam berbagai kegiatan
pemberian kredit. Sejak perusahaan asuransi jiwa menghadapi
kewajiban yang bersifat jangka panjang, mereka sering mencari
investasi durasi panjang (misalnya, obligasi jangka panjang atau
pinjaman untuk mendukung besar, jangka panjang real estat komersial
dan pengembangan proyek). bankir investasi siap untuk
menempatkan surat utang dengan investor swasta atau di pasar

14
umum (dibahas di bawah). Berbagai instansi pemerintah adalah
sumber lain dari kredit.
• Pasar Utang Publik. Beberapa perusahaan memiliki ukuran,
kekuatan, dan kredibilitas yang diperlukan untuk memotong sektor
perbankan dan mencari pendanaan langsung dari investor, baik
melalui penjualan surat berharga atau melalui penerbitan obligasi.
masalah utang tersebut difasilitasi oleh penugasan rating utang. Di
AS, Moody dan Standard and Poor adalah dua lembaga pemeringkat
terbesar. Peringkat utang suatu perusahaan memengaruhi hasil yang
harus ditawarkan untuk menjual instrumen utang. Setelah masalah
utang, lembaga pemeringkat terus memantau kondisi keuangan yang
perusahaan. Perubahan rating berhubungan dengan risiko fluktuasi fl
dalam harga sekuritas.

Bank sering memberikan pendanaan bersama-sama dengan masalah


utang publik atau sumber lain pendanaan. Dalam transaksi yang
sangat-leverage, seperti buyout leverage, bank umum menyediakan
pembiayaan bersama dengan masalah utang publik yang akan
memiliki prioritas yang lebih rendah dalam kasus kebangkrutan. Bank
“senior yang pendanaan” biasanya akan dijadwalkan untuk pensiun
lebih awal dari utang publik, dan itu akan membawa hasil yang lebih
rendah. Untuk lebih kecil atau startup fi rms, bank sering memberikan
kredit dalam hubungannya dengan ekuitas pembiayaan dari kapitalis
ventura. Perhatikan bahwa dalam kasus kedua LBO dan perusahaan
startup, bank membantu memberikan uang tunai yang diperlukan
untuk membuat kesepakatan terjadi, tapi tidak begitu dengan cara
yang melindungi dari risiko yang akan sangat tinggi di sektor
perbankan.

• Pemasok Memberikan Pembiayaan. Sektor lain dari pasar untuk


kredit adalah produsen dan pemasok lainnya dari barang dan jasa.
Sebagai soal saja, seperti perusahaan-perusahaan cenderung
membiayai pembelian pelanggan mereka secara tidak aman untuk
jangka waktu 30 sampai 60 hari. Pemasok akan, pada kesempatan,

15
juga setuju untuk memberikan lebih luas pendanaan, biasanya dengan
dukungan dari catatan aman. Sebuah pemasok mungkin bersedia
untuk memberikan pinjaman tersebut dengan harapan bahwa kreditur
akan bertahan kekurangan uang tunai dan tetap menjadi pelanggan
penting di masa depan. Namun, pelanggan biasanya akan mencari
pengaturan tersebut hanya jika bank pembiayaan tidak tersedia,
karena bisa membatasi fleksibilitas dalam memilih antara dan / atau
negosiasi dengan pemasok.

2.2.2 Proses Analisis Kredit

Analisis kredit melibatkan lebih dari “hanya” membangun kelayakan


kredit. Pertama, ada rentang kelayakan kredit, dan penting untuk memahami
di mana suatu perusahaan terletak dalam kisaran yang untuk tujuan harga
dan penataan pinjaman. Apalagi jika kreditur adalah bank atau lembaga
keuangan lainnya dengan hubungan penerus diharapkan dengan peminjam,
potensi upside peminjam penting, meskipun risiko downside harus menjadi
pertimbangan utama dalam analisis kredit. Sebuah perusahaan yang
menawarkan potensi pertumbuhan juga menawarkan peluang bagi jasa
keuangan yang menghasilkan pendapatan.

Mengingat pandangan ini lebih luas dari analisis kredit, seharusnya tidak
mengejutkan bahwa itu melibatkan sebagian besar masalah yang sama
sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya pada analisis strategi bisnis,
analisis akuntansi, analisis keuangan, dan analisis prospektif. Mungkin
perbedaan terbesar adalah bahwa analisis kredit jarang melibatkan setiap
upaya eksplisit untuk memperkirakan nilai ekuitas perusahaan. Namun,
faktor-faktor penentu nilai yang relevan dalam analisis kredit, karena bantal
ekuitas yang lebih besar diterjemahkan ke dalam risiko lebih rendah untuk
kreditur.

Di bawah ini kami menggambarkan salah satu rangkaian langkah-langkah


yang digunakan oleh pemberi pinjaman komersial dalam analisis kredit. Tentu
saja, tidak semua pemberi pinjaman komersial mengikuti proses yang sama,
tetapi langkah-langkah mewakili pendekatan yang khas. Pendekatan yang

16
digunakan oleh pemberi pinjaman komersial adalah kepentingan dalam
dirinya sendiri dan menggambarkan analisis kredit yang komprehensif.
Namun, analisis oleh orang lain yang memberikan kredit sering berbeda.
Sebagai contoh, bahkan ketika produsen melakukan beberapa analisis kredit
sebelum pemberian kredit kepada pelanggan, itu biasanya jauh lebih sedikit
luas daripada analisis yang dilakukan oleh bankir karena kredit ini sangat
pendek dan jangka produsen bersedia untuk menanggung sebagian risiko
kredit untuk kepentingan menghasilkan profit pada penjualan.

Kami menyajikan langkah-langkah dalam urutan tertentu, tetapi mereka


sebenarnya semua saling tergantung. Dengan demikian, analisis di satu
langkah mungkin perlu dipikirkan kembali, tergantung pada analisis di
beberapa langkah kemudian.

Langkah 1: Pertimbangkan Alam dan Tujuan Pinjaman

Memahami tujuan pinjaman adalah penting tidak hanya untuk


memutuskan apakah itu harus diberikan, tetapi juga untuk penataan
pinjaman. Pinjaman mungkin diperlukan untuk hanya beberapa bulan, selama
beberapa tahun, atau bahkan sebagai bagian permanen dari struktur modal
perusahaan. Pinjaman dapat digunakan untuk penggantian pembiayaan
lainnya, untuk mendukung kebutuhan modal kerja, atau untuk finance akuisisi
aset jangka panjang atau firm lain.

Dalam kasus perusahaan kecil dan menengah, bankir biasanya akan


lebih memilih untuk menjadi satu-satunya financier bisnis, dalam hal pinjaman
harus cukup besar untuk pensiun hutang yang ada. Preferensi untuk melayani
sebagai satu-satunya fi nancier bukan hanya untuk memperoleh keuntungan
dalam menyediakan menu layanan keuangan kepada perusahaan. Hal ini
juga merefleksikan keinginan tidak memungkinkan kreditur lain untuk
mempertahankan bunga unggul yang akan memberikan prioritas yang lebih
tinggi dalam kasus kebangkrutan. Jika kreditur lainnya bersedia untuk
bawahan posisi mereka ke bank, yang tentu saja akan diterima sejauh bank
yang bersangkutan.

17
Langkah 2: Perhatikan Jenis Kredit dan Tersedia Keamanan

Jenis pinjaman dianggap merupakan fungsi dari tidak hanya tujuan, tetapi
juga kekuatan keuangan dari peminjam. Dengan demikian, sampai batas
tertentu, jenis pinjaman akan ditentukan oleh analisis keuangan dijelaskan
dalam langkah berikut dalam proses. Beberapa kemungkinan adalah sebagai
berikut:

• Terbuka jalur kredit. Garis terbuka kredit memungkinkan peminjam


untuk menerima uang tunai hingga beberapa maksimum yang
ditentukan pada dasar yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu,
misalnya satu tahun. Untuk menjaga pilihan ini, peminjam membayar
biaya (misalnya, 3/8 dari 1 persen) pada keseimbangan yang tidak
terpakai, selain bunga atas jumlah yang digunakan. Garis terbuka
kredit berguna dalam kasus-kasus di mana kebutuhan uang tunai
peminjam sulit diantisipasi.
• fasilitas kredit bergulir. Ketika jelas bahwa perusahaan akan
membutuhkan kredit melampaui jangka pendek, pembiayaan dapat
diberikan dalam bentuk sebuah “revolver.” Kadang-kadang digunakan
untuk mendukung kebutuhan modal kerja, peminjam dijadwalkan
untuk melakukan pembayaran sebagai hasil siklus operasi dan
persediaan dan piutang dikonversi ke uang tunai. Namun, juga
diharapkan bahwa uang akan terus maju selama peminjam tetap
dalam performa yang baik. Selain bunga atas jumlah yang luar biasa,
biaya dibebankan pada garis yang tidak terpakai.
• Kredit modal kerja. Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai
persediaan dan piutang, dan biasanya dijamin. Saldo pinjaman
maksimum yang bisa dikaitkan dengan saldo rekening modal kerja.
Misalnya, pinjaman mungkin diperbolehkan naik tidak lebih dari 80
persen dari piutang kurang dari 60 hari.
• Pinjaman jangka. Pinjaman jangka digunakan untuk kebutuhan jangka
panjang dan sering dijamin dengan aset jangka panjang, seperti pabrik
atau peralatan. Biasanya, pinjaman tersebut akan diamortisasi,
membutuhkan pembayaran berkala untuk mengurangi saldo pinjaman.

18
• Pinjaman hipotek. Hipotek mendukung pembiayaan real estate,
memiliki jangka panjang, dan membutuhkan amortisasi periodik dari
saldo pinjaman.
• Sewa pembiayaan. pembiayaan sewa guna usaha dapat digunakan
untuk memfasilitasi akuisisi aset apapun, tetapi yang paling umum
digunakan untuk peralatan, termasuk kendaraan. Sewa mungkin
terstruktur selama periode 1 sampai 15 tahun, tergantung pada
kehidupan aset yang mendasari.

Pinjaman bank banyak dilakukan secara aman, terutama dengan


perusahaan kecil dan lebih tinggi leverage. Keamanan akan diperlukan
kecuali pinjaman jangka pendek dan peminjam mengekspos bank untuk risiko
bawaan minimal. Ketika keamanan diperlukan, salah satu pertimbangan
adalah apakah jumlah keamanan yang tersedia adalah mencukupi untuk
mendukung pinjaman. Jumlah yang bank akan meminjamkan pada
keamanan yang diberikan melibatkan pertimbangan bisnis, dan itu tergantung
pada berbagai faktor yang mempengaruhi likuiditas keamanan dalam konteks
situasi di mana firm adalah tertekan. Berikut ini adalah beberapa aturan
praktis sering diterapkan dalam pinjaman komersial untuk berbagai kategori
keamanan:

• Piutang. Piutang biasanya dianggap bentuk yang paling diinginkan


keamanan karena mereka adalah yang paling likuid. Satu bank
regional yang besar memungkinkan pinjaman dari 50 sampai 80
persen dari saldo rekening nondelinquent. Persentase diterapkan lebih
rendah ketika (1) ada banyak account kecil yang akan menjadi mahal
untuk mengumpulkan dalam kasus perusahaan tertekan; (2) ada
beberapa akun yang sangat besar, sehingga masalah dengan satu
pelanggan bisa serius; dan / atau (3) kesehatan keuangan pelanggan
berkaitan erat dengan yang peminjam, sehingga kolektibilitas yang
terancam punah hanya ketika peminjam dalam default. Pada skor
terakhir, bank sering menolak untuk menerima piutang afiliasi sebagai
keamanan yang efektif.

19
• Inventaris. Keinginan persediaan sebagai jaminan bervariasi. Skenario
kasus terbaik adalah persediaan yang terdiri dari komoditas umum
yang dapat dengan mudah dijual kepada pihak lain jika peminjam
default. persediaan yang lebih khusus, dengan daya tarik untuk hanya
satu set terbatas pembeli, atau inventaris yang mahal untuk
menyimpan atau transportasi, kurang diinginkan. bank daerah besar
yang disebutkan di atas meminjamkan hingga 60 persen pada bahan
baku, 50 persen barang jadi, dan 20 persen pada pekerjaan dalam
proses.
• Mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan kurang diinginkan sebagai
jaminan. Hal ini mungkin untuk digunakan, dan itu harus disimpan,
diasuransikan, dan dipasarkan. Menjaga biaya kegiatan ini dalam
pikiran, bank biasanya akan pinjaman hanya sampai 50 persen dari
nilai estimasi aset tersebut dalam penjualan paksa, seperti lelang.
• Perumahan. Nilai real estat sebagai jaminan bervariasi. Bank akan
sering meminjamkan hingga 80 persen dari nilai dinilai real estate siap
dijual. Namun, sebuah pabrik yang dirancang untuk tujuan yang unik
akan jauh kurang diinginkan.

Ketika keamanan diperlukan untuk membuat pinjaman yang layak,


pemberi pinjaman komersial akan memperkirakan jumlah yang dapat
dipinjamkan pada masing-masing aset yang tersedia sebagai jaminan.
Kecuali jika jumlahnya melebihi saldo pinjaman yang diperlukan, pinjaman
tidak akan diperpanjang.

Bahkan ketika pinjaman tidak dijamin awalnya, bank dapat memerlukan


“negative pledge” di firma ini aset-janji bahwa perusahaan tidak akan
menggunakan aset sebagai jaminan untuk setiap kreditur lainnya. Dalam hal
ini, jika peminjam mulai mengalami kesulitan untuk dan default pada
pinjaman, dan jika tidak ada kreditur lain dalam gambar, bank dapat menuntut
pinjaman menjadi dijamin jika ingin tetap luar biasa.

20
Langkah 3: Menganalisis Status Keuangan Calon Peminjam

Fokus analisis tergantung pada jenis pembiayaan dalam pertimbangan.


Sebagai contoh, jika pinjaman jangka pendek dianggap mendukung fluktuasi
musiman dalam persediaan, penekanan akan pada kemampuan dari
perusahaan itu untuk mengubah persediaan menjadi kas secara tepat waktu.
Sebaliknya, istilah pinjaman untuk mendukung pabrik dan peralatan harus
dilakukan dengan percaya diri dalam prospek pendapatan jangka panjang
dari perusahaan.

Pada akhirnya, pertanyaan kunci dalam analisis keuangan adalah


seberapa besar kemungkinan itu adalah bahwa arus kas akan mencukupi
untuk membayar kembali pinjaman. Dengan pertanyaan dalam pikiran,
pemberi pinjaman fokus banyak perhatian pada rasio solvabilitas: besarnya
berbagai langkah dari laba yang dan arus kas relatif terhadap utang dan
persyaratan lainnya. Sejauh rasio tersebut melebihi satu, itu menunjukkan
“margin of safety” pemberi pinjaman menghadapi. Ketika rasio tersebut
dikombinasikan dengan penilaian dari varians dalam pembilang, ia
memberikan indikasi kemungkinan tidak mampu membayar.analisis rasio dari
perspektif kreditur agak berbeda dari yang pemilik. Sebagai contoh, ada
penekanan lebih besar pada arus kas fl dan pendapatan yang tersedia untuk
semua pengadu (bukan hanya pemilik) sebelum pajak (karena bunga adalah
tax-deductible dan dibayarkan dolar sebelum pajak). Untuk menggambarkan,
perspektif kreditur jelas dalam rasio solvabilitas.

Langkah 4: Memanfaatkan Prakiraan untuk Menilai Prospek Pembayaran

Sudah tersirat dalam beberapa pembahasan di atas adalah pandangan ke


depan dari kemampuan perusahaan untuk layanan pinjaman. analisis kredit
yang baik juga harus didukung oleh perkiraan eksplisit. Dasar untuk prakiraan
seperti biasanya manajemen, tetapi, tidak mengherankan, pemberi pinjaman
tidak menerima perkiraan tersebut tanpa pertanyaan.

21
Dalam peramalan, berbagai skenario harus dipertimbangkan-termasuk bukan
hanya “tebakan terbaik” tetapi juga negatif margin profit, mungkin karena
manajer terperanjat dengan melemahnya permintaan dan dipaksa untuk
melikuidasi persediaan dengan harga jauh berkurang.

Pada kali, adalah mungkin untuk mempertimbangkan kembali struktur


pinjaman sehingga memungkinkan untuk “cash flow.” Artinya, jangka waktu
pinjaman mungkin diperpanjang, atau pola amortisasi berubah. Seringkali,
bank akan memberikan pinjaman dengan harapan bahwa itu akan terus
diperbaharui, sehingga menjadi bagian permanen dari struktur keuangan
yang perusahaan. (Pinjaman tersebut diberi label sebagai “evergreen.”)
Dalam hal ini, pinjaman masih akan ditulis seolah-olah itu adalah karena
dalam jangka pendek, dan bank harus menjamin itu sendiri dari layak “strategi
keluar.” Namun, firma akan diharapkan untuk layanan pinjaman dengan
hanya menutupi pembayaran bunga.

Langkah 5: Pasang Struktur Pinjaman Detil, Termasuk Perjanjian


Pinjaman

Jika analisis sejauh ini menunjukkan bahwa pinjaman adalah dalam


rangka itu, maka waktu untuk menarik bersama-sama struktur rinci: jenis
pinjaman, jadwal pembayaran, persyaratan pinjaman, dan harga.

Menulis persyaratan pinjaman. Persyaratan pinjaman menentukan harapan


saling peminjam dan pemberi pinjaman dengan menentukan tindakan
peminjam akan dan tidak akan mengambil. Beberapa perjanjian
membutuhkan tindakan tertentu (seperti penyediaan rutin laporan keuangan);
orang lain menghalangi tindakan tertentu (seperti melakukan akuisisi tanpa
izin dari pemberi pinjaman); yang lain memerlukan pemeliharaan rasio
keuangan tertentu. Pelanggaran perjanjian merupakan event of default yang
dapat menyebabkan percepatan langsung dari pembayaran utang, tetapi
dalam banyak kasus pemberi pinjaman menggunakan default sebagai
kesempatan untuk memeriksa kembali situasi dan baik membebaskan
pelanggaran atau menegosiasikan kembali pinjaman. Perjanjian-perjanjian
tertentu termasuk dalam perjanjian harus berisi signifikan risiko diidentifikasi

22
dalam analisis keuangan, atau setidaknya memberikan peringatan dini bahwa
risiko tersebut muncul ke permukaan. Beberapa perjanjian keuangan yang
umum digunakan antara lain:

• Pemeliharaan kekayaan bersih minimal. perjanjian ini menjamin


bahwa perusahaan akan mempertahankan “bantal ekuitas” untuk
melindungi pemberi pinjaman. Perjanjian biasanya membutuhkan
tingkat kekayaan bersih daripada tingkat tertentu pendapatan. Dalam
analisis akhir, pemberi pinjaman mungkin tidak peduli apakah itu
kekayaan bersih dikelola oleh menghasilkan pendapatan, pemotongan
dividen, atau menerbitkan saham baru. Mengikat perjanjian untuk
kekayaan bersih menawarkan perusahaan fleksibilitas untuk
menggunakan jalan ini untuk menghindari default.
• coverage ratio minimum. Terutama dalam kasus pinjaman jangka
panjang, seperti pinjaman jangka, pemberi pinjaman mungkin ingin
melengkapi kekayaan perjanjian bersih dengan satu berdasarkan
cakupan bunga atau layanan total utang. Rasio cakupan aliran dana
yang disajikan di atas akan menjadi contoh. Pemeliharaan beberapa
cakupan minimum membantu menjamin bahwa kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan dana internal cukup kuat untuk
membenarkan sifat jangka panjang dari pinjaman.
• Rasio jumlah kewajiban terhadap kekayaan bersih. Rasio ini
membatasi risiko leverage yang tinggi dan mencegah pertumbuhan
tanpa baik mempertahankan laba atau menanamkan modal.
• neraca modal kerja minimal bersih atau rasio lancar. Kendala pada
rasio ini memaksa perusahaan untuk menjaga likuiditas dengan
menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi untuk pensiun
kewajiban lancar (sebagai lawan memperoleh aset jangka panjang).
• rasio maksimum belanja modal terhadap laba sebelum penyusutan.
Kendala pada rasio ini membantu mencegah perusahaan dari
investasi dalam pertumbuhan (termasuk aset likuid yang diperlukan
untuk mendukung pertumbuhan) kecuali pertumbuhan tersebut dapat
dibiayai secara internal, dengan beberapa margin yang tersisa untuk
layanan utang.

23
Selain perjanjian keuangan seperti, pinjaman kadang-kadang
menempatkan pembatasan pada kegiatan pinjaman lainnya, menjaminkan
aset untuk pemberi pinjaman lain, penjualan suku cadang substansial aset,
terlibat dalam merger atau akuisisi, dan pembayaran dividen.

PINJAMAN HARGA. Sebuah diskusi rinci dari harga pinjaman berada di luar
lingkup teks ini. Inti dari harga adalah untuk memastikan bahwa hasil
pinjaman adalah mencukupi untuk menutupi (1) biaya pemberi pinjaman dana
pinjaman; (2) biaya pemberi pinjaman administrasi dan melayani pinjaman;
(3) premi untuk eksposur risiko default; dan (4) setidaknya kembali normal
pada modal yang diperlukan untuk mendukung operasi pinjaman. Harga ini
sering dinyatakan dalam hal penyimpangan dari prime rate-rate bank
dibebankan kepada debitur kuat. Misalnya, pinjaman mungkin diberikan pada
prime ditambah 1 1 / 2 persen. Basis alternatif adalah LIBOR , Atau London
Interbank Offer Rate, tingkat di mana bank-bank besar dari berbagai negara
meminjamkan blok besar dana untuk satu sama lain.

Bank bersaing secara aktif untuk bisnis kredit komersial, dan sangat
jarang bahwa hasil yang mencakup lebih dari 2 poin persentase untuk
menutupi biaya risiko default. Jika penyebaran untuk menutupi risiko default,
mengatakan, 1 persen, dan bank pulih hanya 50 persen dari jumlah yang
jatuh tempo pinjaman yang ternyata buruk, maka bank mampu hanya 2
persen dari pinjaman mereka jatuh ke dalam kategori tersebut. Hal ini
menggarisbawahi betapa pentingnya bagi bank untuk melakukan analisis
menyeluruh dan mengandung keberisikoan portofolio kredit mereka.

24
2.2 Contoh Kasus Analisis Risiko

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. merupakan produsen berbagai


jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Sudono
Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5
Februari 1994 menjadi Indofood Sukses Makmur. Perusahaan ini
mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.

Dalam beberapa dekade ini Indofood telah bertransformasi menjadi


sebuah perusahaan total food solutions dengan kegiatan operasional yang
mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi
dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak
para pedagang eceran.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu


perusahaan mie instant dan makanan olahan terkemuka di Indonesia yang
menjadi salah satu cabang perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh
manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat kelompok
usaha strategis (grup) yang saling melengkapi sebagai berikut:
 Produk Konsumen Bermerek (CBP)
Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
(ICBP), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal
7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam
kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk
makanan dalam kemasan.
 Bogasari
Memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta.
Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan.
 Agribisnis
Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd.
(IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak
perusahaannya termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum),
yang tercatat di BEI. Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan

25
pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit hingga
produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek.
Di samping itu, kegiatan usaha grup ini juga mencakup pemuliaan dan
pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya.
 Distribusi
Memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini
mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-
anak perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga.
PT Indofoot juga memiliki Visi dan Misi yakni :

Visi PT Indofood Tbk.:


“Menjadi Perusahaan Total Food Solutions.”
Misi PT Indofood Tbk.:
 Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan
teknologi.
 Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga
terjangkau, yang merupakan pilihan pelanggan.
 Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun
internasional.
 Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa
Indonesia, khususnya dalam bidang nutrisi.
 Meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PT Indofood Sukses Makmur
Tbk. menggunakan strategi:
Menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku untuk meningkatkan
kualitas produk, dan meningkatkan distribusi produk-produk.

Risiko bisnis yang dihadapi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk


dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jenis risiko yang pertama adalah risiko
murni, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mungkin saja menanggung risiko
tersebut apabila misalnya terjadi kebakaran atau pencurian asset seperti
pencurian persediaan. Sedangkan jenis risiko berikutnya adalah risiko
spekulatif. Risiko spekulatif ini dapat meliputi variabilitas dari biaya input,
harga jual, dan permintaan, kemudian dapat juga meliputi kemampuan
26
menjual produk baru dan mengembangkan produk yang sudah ada, dan
tingkat nilai tukar rupiah terhadap dolar. Risiko yang dihadapi perusahaan
diantaranya:
 Risiko keamanan pangan
Sebagai produsen makanan olahan dalam kemasan dan memiliki
konsumen dari segala usia, Perseroan menghadapi risiko yang berhubungan
dengan keamanan produk barang jadi yang dipasarkan.
Walaupun Perseroan telah memperhatikan faktor higienis makanan
dan memastikan bahwa bahan baku yang dipergunakan telah sesuai dengan
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dan memenuhi persyaratan
untuk memperoleh sertifikat halal, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa
produk makanan tersebut dapat tercemar ataupun terkena isu negatif lainnya.
Apabila terjadi, hal tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap
kegiatan usaha dan operasional Perseroan.
 Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas
Harga dan biaya produksi Perseroan dipengaruhi oleh harga bahan
baku di pasar internasional, terutama gandum yang digunakan untuk
memproduksi tepung terigu Grup Bogasari, dan bahan baku lainnya yang
diimpor seperti SMP dan resin (bahan baku untuk pembuatan kemasan).
Harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
· Tingkat produksi bahan baku dunia.
· Tingkat penawaran dan permintaan produk.
· Tingkat konsumsi dunia atas produk-produk; dan
· Perkembangan perekonomian dunia pada umumnya.
Fluktuasi harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak negatif
terhadap kegiatan operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Walaupun
Perseroan dapat menaikkan harga jual produknya akan tetapi Perseroan tidak
dapat secara langsung meningkatkan harga jual produk sedemikian rupa
sejalan dengan kenaikan harga bahan baku di pasar internasional dan
depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
 Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha
Sebagian besar produk Perseroan menghadapi kompetisi baik dari
perusahaan lokal maupun internasional. Tidak dapat dipastikan bahwa
27
kompetitor tidak akan mengoptimalkan upayanya dalam berkompetisi untuk
meningkatkan pangsa pasarnya dan/atau tidak akan ada tambahan pesaing
domestik maupun asing yang memasuki pasar dimana Perseroan beroperasi.
Peningkatan kompetisi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan Perseroan
untuk mempertahankan atau menaikkan pendapatannya.
 Risiko suksesi dan ketrampilan tenaga kerja
Kesuksesan Perseroan tidak luput dari faktor ketersediaan tenaga
kerja yang handal untuk terus dapat melakukan yang terbaik serta
mendukung budaya untuk terus berinovasi agar memperoleh hasil yang
unggul. Oleh karena itu Perseroan menyadari risiko kegagalan
pengembangan karyawan atau mempertahankan tenaga kerja bertalenta
dapat mempengaruhi kegiatan bisnis, daya saing, dan pertumbuhan
Perseroan secara nyata.
 Risiko bencana alam, iklim dan cuaca ekstrim
Secara geografis, fasilitas Perseroan berupa kantor, pabrik,
perkebunan dan gudang distribusi, hampir seluruhnya berlokasi di Indonesia
yang berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Letak Indonesia berada di zona pertemuan dari tiga lempengan bumi
utama yang berpotensi mengalami gempa bumi, tsunami, gelombang laut dan
letusan gunung berapi. Hal ini dapat terjadi di luar kendali Perseroan, dan
dapat membahayakan keselamatan karyawan, merusak fasilitas, dan
mengganggu jalur distribusi. Walaupun risiko ini tidak berdampak negatif
secara langsung terhadap kegiatan usaha Perseroan di masa lampau, tetapi
bencana tersebut dapat berdampak negatif terhadap keadaan ekonomi
Indonesia pada umumnya yang secara tidak langsung akan berdampak juga
terhadap Perseroan. Selain itu, beberapa kegiatan usaha dan hasil
operasional Perseroan juga tergantung pada iklim dan kondisi cuaca.
Risiko yang berhubungan dengan hal tersebut akhir-akhir ini meningkat
dengan adanya efek rumah kaca di atmosfer yang berdampak buruk terhadap
suhu global dan perubahan suhu secara ekstrim. Kondisi tersebut dapat
berdampak negatif terhadap produktivitas, kinerja dan prospek usaha
Perseroan.

28
Analisis Risiko Perusahaan
Tujuan dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang
dapat diterima dari resiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk
membantu evaluasi dan penanganan risiko. Analisis risiko akan tergantung
dari informasi dan data yang tersedia.
Risiko yang dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Resiko yang
di analisis secara kuantitatif adalah risiko keuangan dengan menggunakan
penghitungan rasio keuangan. Perhitungan rasio ini dilakukan dari data
laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk sejak tahun 2011 sampai
tahun 2013. Beberapa rasio yang sudah dianalisis adalah rasio likuiditas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
Dari hasil perhitungan rasio likuiditas, PT Indofood Sukses Makmur
Tbk memiliki rasio likuiditas yang baik yakni lebih dari 1, walaupun nilainya
fluktuatif. Rasio berikutnya adalah rasio profitabilitas. Dari hasil perhitungan
rasio profitabilitas didapatkan hasil Gross profit margin secara rata-rata selalu
mengalami peningkatan, begitu juga dengan Return On Aset (ROA)
mencerminkan tingkat pengembalian terhadap investasi aset perusahaan.
ROA secara rata-rata selalu meningkat yang dapat diartikan bahwa
pengembalian terhadap aset lancar perusahaan selalu meningkat
pula. Berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang saat ini
sedang menjadi permasalahan, didapatkan dari hasil regresi bahwa volatilitas
kurs rupiah per dolar berpengaruh negatif terhadap return harian saham PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Semakin besar ROA suatu perusahaan maka semakin baik pula
kinerja perusahaan tersebut. ROA berpengaruh negatif terhadap prediksi
kebangkrutan perusahaan yang berarti semakin tinggi rasio tinggi ROA
kemungkinan perusahaan bangkrut semakin kecil
ROA =
Tahun Perhitungan Hasil (dalam %)

2011 8.795,9/78.092,8 0,1126339432


2012 8.567,8/59.389,4 0,144264801
2013 8.360/53.716 0,15563333

29
ROE adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan
modal sendiri suatu perusahaan. ROE merupakan indikator yang penting bagi
pemegang saham untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Jika rasio ini
meningkat maka laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan akan
meningkat pula, peningkatan tersebut juga mempengaruhi harga
saham. ROE berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan
bangkrut, artinya semakin kecil ROE maka probabilitas perusahaan bangkrut
semakin besar
ROE = X 100%
Tahun Perhitungan Hasil (dalam %)

2011 8.795,9/39.719,7 0,221449306


2012 8.567,8/25.249,2 0,339329562
2013 8.260/22.114,7 0,373507214
Operating Income Return on Investment menunjukkan kefektifan
manajemen dalam menghasilkan laba operasional atas aset-aset
perusahaan, yang diukur dengan membandingkan laba operasional terhadap
total aset. Dengan kata lain OIROI mengambarkan kemampuan perusahaan
untuk menjaga biaya operasional rendah. OIROI mengukur seberapa efisien
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimiliki
yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan teresebut. Semakin besar
OIROI maka semakin efektif suatu perusahaan dalam mengelola total aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan laba.
OIROI =
Tahun Perhitungan Hasil (dalam %)

2011 6.718/78.092,8 0,086025856

2012 6.877/59.389,4 0,115795074

2013 6.847,4/53.716 0,127474123

30
Respon Terhadap Risiko
Perseroan menyadari bahwa penerapan sistem manajemen risiko yang
memadai sangat penting untuk menghadapi beragamnya risiko kegiatan
usaha yang dihadapi sejalan dengan semakin berkembangnya usaha
Perseroan. Untuk itu, Perseroan menjalankan pengelolaan terhadap risiko
dengan menerapkan sistem ERM yang telah dijalankan secara konsisten dan
berkesinambungan di seluruh organisasi, termasuk anak perusahaan.
Perseroan mengelola ERM berdasarkan kerangka dasar COSO (Committee
of Sponsoring Organization of Treadway Commission) dan ISO 31000, yang
disesuaikan dengan kegiatan usaha dan budaya Perseroan.
Direksi bertanggung jawab dan memegang peranan penting dalam
suksesnya penanganan manajemen risiko dan pengendalian internal yang
efektif. Untuk itu, Perseroan membentuk tim manajemen risiko yang
didedikasikan untuk menjalankan proses ERM dan implementasinya. Setiap
manajemen anak perusahaan, berperan penting atas proses ERM, yaitu
melakukan identifikasi risiko, menganalisa kemungkinan exposure,
menetapkan langkah-langkah perbaikan dan pengendalian internal, dan
memberikan laporan ERM kepada manajemen terkait.
Komite Audit sebagai kepanjangan tangan dari Dewan Komisaris,
melakukan pengawasan terhadap program dan implementasi manajemen
risiko. Laporan konsolidasi ERM disampaikan setiap semester kepada Direksi
dan Komite Audit. Audit Internal melakukan penelaahan yang independen
melalui audit yang dilakukan secara rutin untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa risiko yang signifikan dan kelemahan pengendalian internal
teridentifikasi dan tindakan perbaikan dijalankan. Laporan penelahaan
tersebut disajikan dalam laporan audit internal yang disampaikan secara rutin
kepada Direksi dan Komite Audit. Beberapa risiko-risiko utama yang dapat
berpotensi memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap operasional
Perseroan, dan langkah langkah Perseroan dalam mengurangi risiko tersebut
adalah sebagai berikut:
 Risiko keamanan pangan
Untuk mengurangi risiko ini, Perseroan melakukan proses kontrol yang
berkesinambungan, dimulai dari penggunaan bahan baku yang berkualitas,

31
pemilihan pemasok, proses penerimaan bahan baku dan proses produksi dan
distribusi yang sesuai dengan standard operating procedures.
Perseroan senantiasa menerapkan Good Manufacturing
Practices untuk memastikan produk dibuat dengan proses yang higienis dan
menghasilkan kualitas yang baik. Sebagian besar fasilitas produksi Perseroan
telah memperoleh sertifikasi ISO 9001 dan ISO 22000, dan/atau sertifikasi
HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Points), serta beberapa fasilitas
produksi lainnya telah memperoleh sertifikasi ISO 14000. Di samping itu,
seluruh produk Perseroan telah mendapatkan sertifikat halal dari MUI.
Sebagian besar produk Perseroan juga telah memperoleh berbagai sertifikasi
lainnya, seperti sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan
oleh lembaga pemerintahan yang berwenang. Untuk menanggapi keluhan
dan mendapatkan masukan yang berharga dari konsumen, Perseroan
menyediakan Layanan Konsumen Indofood.
 Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas
Fluktuasi harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak negatif
terhadap kegiatan operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Walaupun
Perseroan dapat menaikkan harga jual produknya akan tetapi Perseroan tidak
dapat secara langsung meningkatkan harga jual produk sedemikian rupa
sejalan dengan kenaikan harga bahan baku di pasar internasional dan
depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan melakukan kegiatan-
kegiatan strategis dengan membentuk pola hubungan kerja sama dan
kemitraan dengan petani dan pemasok, melakukan simulasi harga bahan
baku terhadap harga jual, melakukan kontrak kerja sama dengan beberapa
perusahaan dalam dan luar negeri, dan menggunakan bahan baku substitusi
tanpa mengurangi kualitas akhir dari produk barang jadi yang dipasarkan
kepada konsumen. Ketangguhan model bisnis Perseroan yang terdiri dari
kegiatan usaha komoditas dan non-komoditas juga memberikan manfaat
dalam mengurangi risiko tersebut dan dapat meredam dampak gejolak harga
komoditas yang pada akhirnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan dan keuntungan Perseroan.

32
 Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha
Untuk melanjutkan sukses dan mengurangi risiko tersebut, Perseroan
senantiasa mengikuti dinamika perkembangan pasar, meluncurkan produk
yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen, melakukan inovasi
secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk unggulan baru,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, melakukan kegiatan
pemasaran yang tepat sasaran dan menerapkan program-program efisiensi
biaya guna meningkatkan daya saing. Dalam iklim bisnis yang kompetitif ini,
Perseroan tetap menjalankan usahanya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
 Risiko suksesi dan ketrampilan tenaga kerja
Untuk mengurangi risiko ini, Perseroan melakukan kegiatan
pengembangan karyawan berkelanjutan serta program pelatihan profesional
baik internal atau eksternal. Dengan program tersebut, Perseroan dapat
mempertahankan tenaga kerja bertalenta yang sudah ada dan menarik
tenaga kerja bertalenta yang baru, demi meneruskan kelangsungan
operasional dan daya saing Perseroan di era globalisasi ini.
 Risiko bencana alam, iklim dan cuaca ekstrim
Untuk menangani risiko tersebut, Perseroan melakukan kajian
terhadap perlindungan bencana alam seperti kecukupan perlindungan
asuransi dan implementasi sistem penanggulangan krisis. Perseroan juga
melakukan kegiatan tanggung jawab sosial terkait dengan kejadian bencana
alam sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat.

33
BAB III
Kesimpulan

Analisis risiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai sebuah


prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian
menganalisanya untuk memastikan hasil pembongkaran dan menyoroti
bagaimana dampak-dampak yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau
dikurangi. Analisis risiko bersama-sama dengan analisis profitabilitas
digunakan untuk mengevaluasi daya tarik suatu perusahaan. Ada beberapa
sumber resiko : internasional, nasional ,industry dan perusahaan itu sendiri.
Sumber-sumber resiko tersebut secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi perusahaan. Rekening off balance sheet kelihatannya tidak
mempunyai pengaruh terhadap neraca karena tidak tercantum di neraca,
meskipun sebenarnya mempunyai pengaruh.penyesuaiaan bias dilakukan
dengan memasukkan item-item off balance sheet kedalam analisis.

34
Daftar Pustaka

35

You might also like