You are on page 1of 10

"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 63

"FIDUCIARY DUTY" SEBAGAI STANDAR PARA DIREKSI


DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
Dr. Chatamarrasjid Ais, S.H.,M.H.

Hubungan kerja antara direksi dan perseroan


yang memberikan pekerjaan adalah hubungan
berdasarkan kepercayaan (fiduciary duty).
Direksi dalam melakukan tugasnya, haruslah
mempergunakan wewenang yang dimilikinya
untuk tujuan yang patut. Direksi tidak dapat
atau tidak boleh memperoleh keuntungan
untuk dirinya pribadi, bila keuntungan ini
diperoleh karena kedudukannya sebagai
direksi pada perusahaan itu.

A . PENDAHULUAN

Direksi dalam melakukan tugasnya berdasarkan kepercayaan, jadi


harus berbuat bona fidel, untuk kepentingan perseroan secara keseluruhan,
dan bukanlah untuk kepentingan para pemegang saham. Lebih jauh ia
harus melakukan kegiatan sesuai dengan jalan pikirannya sendiri, apa
yang terbaik bagi perseroan, dan bukan apa yang baik menurut
pertimbangan pengadilan. Direksi yang memperoleh hak dan dibebani
kewajiban untuk memutuskan apa yang penting untuk perseroan, dan
bagaimana melaksanakannya berdasarkan pertimbangan praktis ,
putusannya bila dilakukan dengan itikad baik dan tujuan yang benar, tidak
terbuka bagi pengadilan untuk ditinjau kembaJi 2 Pemegang saham pada
suatu Rapat Umum Pemegang Saham, memberikan suaranya untuk
kepentingan dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan perusahaan.
Fiduciary duty. A duty to act for someone else's benefit, while
subordinating one's personal interests to that of the other person .

I Bona fide berarti: in or with good faith; honestly; openly; and sincerely; without deceit
or fraud; etc. (Black's Law Dictionary).
2 Barwick CJ , Me Tiernan and Kitto JJ in Harlowe's Nominees Pry Ltd v Woodside (Lakes
Ellfrance) Oil Co NL (1968) 121 CLR 483 at 493; dimuat dalam H A J Ford, page 288.

Namar 1 Tahun XXXI


64 Hukllm dan Pembangllnan

It is the highest standard of duty implied by law (e.g. trustee,


guardian).
Black's Law Dictionary, page 625
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Direksi harus
bertolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya
berdasarkan dua prinsip dasar, yaitu pertama kepercayaan yang diberikan
perseroan kepadanya (fiduciary duty), dan kedua prinsip yang merujuk
pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi (duty of skill and
care). Kedua prinsip ini, di samping "statutory duties ", menuntut Direksi
untuk bertindak dengan itikad baik, berhati-hati, semata-mata untuk
kepentingan dan tujuan perseroan. Pelanggaran terhadap kedua prinsip ini
membawa konsekuensi yang be rat bagi Direksi, seperti terlihat antara lain
dalam Pasal 85 dan Pasal 90 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas (UUPT), karena ia dapat dimintai
pertanggungjawaban secara pribadi.
(1) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.
(2) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi
apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I).
(3) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit
1110 (satu per sepuluh) bag ian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya
menimbulkan kerugian pada perseroan.
Pasal 85 UUPT
Di sini terlihat bahwa Pasal 85 UUPT bertolak dari prinsip
fiduciary duty bagi direksi. Maksud dari pernyataan untuk kepentingan
dan usaha perseroanperseroan dalam Pasal 85 Ayat (1) UUPT, haruslah
diartikan sebagai kepentingan perseroan sebagai suatu bad an usaha
komersial (commercial entity).
Bilamana direksi berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka
sendiri, atau pihak ketiga, atau merugikan pemegang saham tertentu.
maka tujuan-tujuan ini memperlihatkan tidak adanya itikad baik dari
direksi tersebut.
Ada dua prinsip standar yang harus dipenuhi oleh direksi atau
dewan direksi dalam membuat keputusan. Pertama ia harus dilkukan
dengan itikad baik untuk kepentingan perseroan, dan kedua, harus dibuat
untuk tujuan yang benar. Fiduciary duty, menuntut suatu standar yang

lanuari - Maret 2001


"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 65

tinggi, sebagaimana dikatakan oleh hakim Cardozo pada kasus Meinhard


vs Salmon (1928) 249 NY 458; 164 NE 545 3 :
Many forms of conduct permissible in a workaday world for those
acting at arm's length, are forbidden to those bound by fiduciary
ties. A trustee is held to something stricter than the morals of the
market place. Not honesty alone, but the punctilio of an hOllor the
most sensitive, is then the standard of behaviour.
Pada kasus Hogg v Cramphorn Ltd. [1967] Ch 254, Chancery
Division, Pengadilan berpendapat bahwa wewenang yang diperoleh
direksi, haruslah dipergunakan untuk tujuan yang patut.
Facts. To prevent a takeover bid by Baxter, the directors devised a
scheme under which 5,707 unissued preference shares carrying 10
votes per share on a poll were allotted to trustees for the company's
employees. This effectively prevented the takeover by Baxter. In this
action, a shareholder successfully challenged the validity of the
allotment4 .
Direksi yang menghindari pengambilalihan (takeover) perseroan,
dengan keyakinan yang tulus dan jujur demi kepentingan perseroan.
dengan cara penjatahan saham yang berada dibawah wewenang direksi.
tidaklah mengambil keputusan yang sesuai dengan kepentingan perseroan.
Pengadilan berpendapat bahwa kewenangan yang dipercayakan pada
direksi (fiduciary power) untuk mengeluarkan saham, dilakukan untuk
tujuan yang tidak patut, yaitu untuk mencegah suatu pengambilalihan, jadi
untuk suatu tujuan yang tidak sesuai dengan dasar pemebrian wewenang
kepada direksi tersebut. Tidaklah cukup alasan bahwa direksi
melakukannya dengan keyakinan yang tulus ballWa hal itu dilakukan untuk
kepentingan perseroan.
Tetapi pandangan di atas tidak disetujui oleh pengadilan yang
lebih kemudian, karena hakim-hakimnya berpendapat, bahwa walaupun
pengeluaran saham adalah untuk memanipulasi pemungutan suara dalam
Rapat Umum Pemegang Saham, pengeluaran saham tersebut adalah sah,
sejauh direksi telah bertindak bona fide untuk kepentingan perseroan.
Prinsip-prinsip dalam doktrin fiduciary adalah sebagai berikut:
• company directors must not, in any matter falling within the scope of
their service, have a personal interest or inconsistent engagement with

3 Sebagaimana dimuat dalam H A J Ford , page 291.


4 Dimuat dalam Andrew Hicks & S.H.Goo , page 342.

Nomar 1 Tahun XXXI


66 Hukum dan Pembangunan

a third party , except with the company's fully informed consent (the
conflict rule).
• company directors must not misuse their position for their own or a
third party's possible advantage, except with the company's fully
informed consent, and therefore they maust account to the company
for any gain which they make in connection with their fiduciary office
(the profit rule).
• company directors must not misappropriate the company's property
for their own or a third party's benefit (the misappropriation rule)'.
Prinsip di atas konsepnya berbeda satu sarna lain, tetapi seringkali
diterapkan bersamaan dan berhimpitan.

B. DIREKSI TIDAK BOLEH MEMPEROLEH KEUNTUNGAN


Oireksi tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi karena posisi
yang dijabatnya . Oi antara tindakan direksi yang dapat merugikan
perseroan, adalah transaksi self dealing dan ajaran Corporate Opportunity.
Self dealing. Exixts where person in fiduciary or confidential
relationship uses property of another for his OWn personal benefit.
Black's Law Dictionary, page J359
Transaksi self dealing mengandung unsur conflict of interest, yaitu
antara kepentingan pribadi direksi dengan kepentingan perseroan.
Transaksi antara pribadi direksi dengan perseroan membuka kemungkinan
(bila tidak "fair"), akan merugikan perseroan , dan dengan sendirinya
merugikan pemegang saham .
Corporate opportunity doctrine. This doctrine precludes corporate
fiduciaries from diverting to themselves business opportunities in
which the corporation has an expectancy, property interest or right,
or which in fairness should otherwise belong 10 corporation.
Black's Law Dictionmy , page 340
Ajaran Corporate Opportunity menyatakan bahwa direksi atau
organ perusahaan lainnya tidak diperbolehkan mengambil kesempatan
untuk memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri, jika kesempatan
tersebut sebenarnya dapat diberikan kepada perseroan.
Oalam kasus Keech v Sandfortf' (1726) Sel Cast t King 61 ; bila
seorang direksi memperoleh keuntungan pribadi karena kedudukannya

, H A J Ford . page 348

lanuari - Morel 2001


"Fiduciary Duly" sebagai Stanliar Para Direksi 67

sebagai direksi, baik dari informasi maupun "corporate opportunity" yang


diperolehnya , maka keuntungan tersebut harus diperhitungkan untuk
perusahaan tempatnya bekerja. Hal ini dimaksudkan untuk menekan
godaan direksi untuk mengambil keuntungan pribadi, yang mudah
diperolehnya dengan memanfaatkan jabatan atau kedudukannya yang
tinggi di perusahaan.
Di sini timbul pertanyaan, bagaimana kalau perseroan, tidak
memanfaatkan atau menolak "corporate opportunity" yang ada. Dalam hal
yang demikian direksi juga tidak dapat memanfaatkan kesempatan itu, dan
dengan demikian tidak dapat mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri
sebagaimana diperlihatkan dalam kasus Regal (Hastings) vs Gulliver-
[1942] 1 All ER 378, [1967] AC 134, House of Lords.
Facts. Regal (hastings) Ltd owned a cinem11. A subsidiary, Hastings
Amalgamated Cinemas Ltd (Amalgamated), was set up to buy long
leases of two other cinemas so that all three could be sold as a going
concern. The owner of the two cinemas was only willing to grant the
leases if Amalgam11ted 's fully paid-up capital was 5, 000
poundsterling or if the directors lVould give personal guarantees for
the rent. The directors of Regal were not prepared to give personal
guarantees and Regal could not contribute capilal of more than
2, 000 poundsterling for the shares in Amalgamated. In the end it was
decided that four directors, Bobby, Griffiths, Bassell and Bentley,
would themselves subscribe for 2, 000 shares. The chairman,
Gulliver, found outside subscribers for 500 shares, and the
company 's solicitor, Garton, took the remaining 500 shares. The
deal went through, Amalgam11ted acquired the leases. All the shares
in Regal and the individually held shares in Amalgamated were then
sold and the four directors made a useful profit on selling those
shares. The new controllers caused Regal to bring an action and
successfully required the directors to account for their profit to
Regal?
Walaupun di sini direksi dan pihak lain tidaklah berbuat tidak
jujur (not acted dishonestly) dan telah melakukan pekerjaannya "bona
fide " , Hakim Lord Russell of Killowen menyatakan bahwa direksi
tersebut memperoleh keuntungan, karena dan hanya karena mereka adalah
direksi Regal dan dalam pelaksanaan jabatan direksi tersebut. Pendapat ini
dapat menimbulkan implikasi (yang belum tentu dapat diterima oleh Lord

6 Andrew Hicks & S.H.Goo, op.cit , page 347.


, Ibid. page 348.

Nomor 1 Tahun XXXI


68 Hukum dan Pembangunan

Russel sendiri), yaitu bahwa direksi itu dapat memperoleh keuntungan bila
hal itu dilakukan setelah mereka berhenti dari jabatan, atau berada pada
posisi yang tidak ada hubungan ''fiduciary duty" lagi. Pada sisi lain
putusan ini, dalam hal perusahaan tidak memiliki kemampuan keuangan,
direksi akan menahan diri untuk tidak melakukan yang terbaik bagi
perusahaan. Hakim lain, Lord Greene bersedia menerima bahwa direksi
tersebut dapat memperoleh keuntungan, bila dapat dibuktikan bahwa uang
untuk membeli saham tersebut hanya dapat diperoleh dari pribadi direksi
tersebut, dan ini adalah satu-satunya cara yang terbuka bagi para direksi
tersebut, maka tuntutan perusahaan dapat dikalahkan.
«
Tetapi dalam kasus Peso Silver Mines Ltd v Cropper 1966) 58
DLR (2d) I, pengadilan berpendapat bila "Board of Directors" telah
menolak "corporate opportunity" secara bona fide dan demi kebaikan
perusahaan, maka direksi dapat mengambil kesempatan tersebut untuk
dirinya sendiri. Kasus ini adalah sebagai berikut:
Peso Silver Mines LId v Cropper concerned a managing director, C,
who took up a mining opportunity which his company, Peso, had
rejected mainly because of lack of funds. Early in 1962 Peso's
directors, including C, were told of mining claims neear claims it
already held which were available for acquisition by Peso. The
directors decided that it was inadvisable for Peso to acquire Ihe
claims because its finances were limited. Later C and other
purchased the claims at the price at which they had been offered to
Peso, and caused a new company to be formed to take them over.
Another company was formed to develop the claims. C acquired
shares in both the new companies in return for his share in the
claims being transfered to the first new company. After the control
of Peso changed, C was dimissed and Peso sued him, claiming that
he was accountable for his shares in the new companies.
Peso did not succeed at first instance, on appeal to the British
Columbia Court of Appeal, or on further appeal to the Supreme
Court of Canada. The last Court said that C did not obLain his
interest in the new companies by reason of his position of director of
Peso and in execution of that office. When the claims were offered lO
Peso it was C's duty to take part in the decision of the board as 10
whether the offer should be accepted. There were crucial findings of
fact that C and his co-directors acted in good faith, solely ill the
interests of Peso and with sound business reasons in rejecting the
offer. C had not acquired as director any information unavailable to
any prospective purchaser. Later, when C was approached as a

lanuari - Maret 2001


"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 69

potential purchaser he was approached not in his capacity as a


director, but as a member of the public. The Supreme Court of
Canada adopted the view of Lord Greene MR in the Regal (Hastings)
case when it was before the Court of Appeal that if, after a board
rejects an opportunity, a director puts up the money for the
investment himself, he is not to be treated as having done so on
behalf of the company'.

C. PERTENTANGAN ANTARA KEPENTINGAN PERSEROAN


DANPRIBADI
Direksi berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan setiap
keuntungan pribadi yang diperoleh karena jabatannya kepada perseroan.
Lebih jauh direksi tidak boleh berada dalam posisi dimana kewajibannya
terhadap perseroan bertentangan dengan kepentingan pribadinya (the no-
conflict rule). Dengan demikian, umpamanya direksi tidak dapat menjual
miliknya pribadi kepada perseroan, karena dalam hal ini terdapat
pertentangan kepentingan antara pribadi direksi dengan kepentingan
perseroan. Pribadi direksi menghendaki agar miliknya dapat terjual
dengan harga setingi-tingginya, sebaliknya direksi berkewajiban agar
perseroan dapat membeli dengan harga serendah mungkin. Hal ini dapat
dilihat dalam kasus Aberdeen Railway Co. v Blaiki Bros-[1843-60] All
ER Rep 249, House of Lords.
Facts. The railway company agreed to buy chairs from a
partnership, Blaiki Bros. A member of the partnership was also a
director of the company. When the partners sought to enforce the
contract the defendant company succesfully claimed that the contract
was voidable'.
Direksi harns menghindari konflik kepentingan seperti ini. Tidak
seorang direksipun boleh melibatkan diri dalam suatu kontrak dimana ia
memiliki kepentingan pribadi, yang dapat menimbulkan kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan dengan kepentingan perusahaan yang harns
dilindunginya. Kontrak yang melibatkan konflik kepentingan seperti ini
adalah "voidable".
Ide sentral dari hubungan fiduciary adalah melayani kepentingan
pihak lain. Suatu hubungan fiduciary timbul ketika satu pihak berhak
mengharapkan pihak lain untuk berbuat untuk kepentingan pihak pertama

8 H A J Ford, op.cit. page 376


" Andrew Hicks & S.H.Goo, op.cit., page 366-367.

Nomor 1 Tahun XXXI


70 Hukum dan Pembangunan

itu atau dalam kepentingan bersama, mengenyampingkan secara terpisah


kepentingan pihak kedua. Kewajiban untuk melayani kepentingan pihak
lain, memberikan implikasi mengharuskan pihak yang melayani untuk
menghindari menempatkan dirinya dalam posisi cenderung menyukai
kepentingannya sendiri atau kepentingan pihak lain yang bukan seharusnya
dilayani.
Konflik kepentingan ini terutama timbul bila direksi secara pribadi
melakukan transaksi dengan perusahaan, atau direksi mempekerjakan
dirinya sendiri untuk memperoleh kontra prestasi dari perusahaan.
Lord Cranworth LC 10 dalam pertimbangannya pada kasus
Aberdeen Railway Co. v Blailde Bros yang telah dikutip di atas. di dalam
pertimbangannya mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, apakah
sebagai seorang direksi perusahaan kereta api telah mencegah atau tidak
mencegah terjadinya transaksi atas nama perusahaan dengan dirinya atau
dengan perusahaan dimana ia adalah mitra usaha? Direksi adalah badan
yang menerima pendelegasian managerial pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat umum (general affairs) yang harus dikerjakan oleh perusahaan.
Suatu korporasi hanya dapat melakukan pekerjaan melalui agen, dan tentu
saja adalah tugas si agen untuk melakukan yang terbaik bagi korporasi itu
dalam menangani pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan
kegiatannya. Agen 1m harus setia menjalankan tug as kewajiban
berdasarkan kepercayaan yang diberikan (fiduciary duty) kepadanya. Tak
seorangpun yang memperoleh kepercayaan seperti ini , untuk menempat-
kan dirinya dalam suatu posisi yang mempertentangkan kepentingan
pribadi dengan kepentingan perusahaan. Jadi dalam kasus ini tidak perlu
dipersoalkan apakah transaksi dalam kasus tersebut, patut atau tidak patu!.

D. PERTANGGUNG JAWABAN SEBAGAI CONSTRUCTIVE


TRUSTEES"
Bila seorang direksi melanggar "fiduciary duty", maka direksi
yang memperolah keuntungan dari pelanggaran tersebut, diwajibkan
memegangnya sebagaimana seorang constructive trustee, begitu pula
setiap orang yang diketahui membantu terjadinya pelanggaran atau
menenma keuntungan juga dibebani kewajiban untuk bertindak sebagai

10 Ibid.
IIa constructive trust is a relationship with respect to property subjecting the person by
whom the title to the property is held to an equitable duty to convey it to another on the
ground that his acqllsition or retention of the property is wrongful and that he would be
unjustly enriched if he were permitted to retain the property (Black's Law Dictioanary ,
page 314-3(5).

fanuari - Maret 2001


"Fiduciary Dul)''' sebagai Standar Para Direksi 71

seorang constructive trustee. Pihak ketiga yang menerima sebidang tanah


milik perseroan, dan mengetahui bahwa tujuannya adalah tidak patut dan
melanggar "fiduciary duty" wajib mempertanggungjawabkannya kepada
perusahaan, sebagai seorang yang dipercayai dan konstruktif. Sebagai
conroh dapat dikemukakan kasus Belmont Finance Corporation Ltd v
Williams Furniture Ltd (No.2)-[J980] 1 All ER 393, Court of Appeal.
Facts. Cil)' owned all the shares in Belmont. The case essentially
involved two complex transactions: (a) the directors of Belmont
caused it to pay 500,000 poundsterlings 10 some third parties for a
piece of properl)'; (b) those third parties paid City 489,000
poundsterlings for all the shares in Belmont. It was found that these
transactions were illegal for breach of a statulOry provision (now CA
1985, s. 151) prohibiting financial assistance by a company for the
purchase of its own shares. The issue was whether City was liable as
constructive trustee for the 489,000 poundsterlings which it had
received with knowledge of the circumstances l2
Hakim yang mengadili perkara ini, memutuskan direksi bersalah
karena "misfeasance" 1J, tetapi mereka tidaklah berbuat tidak jujur.
Mereka dapat membuktikan bahwa mereka melakukannya dengan itikad
baik. City tidak bertanggung jawab untuk keseluruhan 500,000 pound-
steriings atas dasar ini.

E. KESIMPULAN
I. Tiga prinsip dalam doktrin fiduciary adalah aturan berupa: a) the
conflict rule; b) the profit rule; dan c) the misappropriation rule.
2. Direksi tidak boleh berada dalam posisi dimana kepentingan pribadi
bertentangan dengan kepentingan perusahaaniperseroan. Direksi harus
selalu mengutamakan atau melayani kepenringan perusahaani
perseroan.
3. Direksi tidak boleh mengambil keuntungan pribadi, yang diperolehnya
dalam hubungan atau karena kedudukannyaijabatannya sebagai direksi.
Direksi dilarang melakukan self dealing atau mengalihkan corporate
opportunity .

12Andrew Hicks , op.cit.368-369.


13Misfeasance menurut Black's LaIV Dictionary adalah: The imprope r performance of
some act which a person may lawfully do.

Nomor I Tahun XXXI


72 Hukum dan PembalIgunan

4. Terbuka kemungkinan direksi memperoleh keuntungan, seandainya


korporasi menolak dengan tegas dan secara transparans "opportunity"
yang ada.
5. Direksi dalam melakukan tugas kewaj ibannya, harus menggunakan
wewenang yang ada padanya untuk tujuan yang patut.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Henry Campbell . Black's Law DiClionG1)" Sixth Edition. St.Pauli


Minn.: West Publishing Co. , 1990.
Chatamarrasjid. Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporale
Veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung: Citra Ad itya
Bakti, 2000.
------, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatall Usaha Berrujuan Laba.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.
Ford, HAJ, RP Austin, & 1M Ramsay. Ford,s Principles of COIporations
Law,9"'.edition. Sydney: Butterworths , 1999.
Hicks, Andrew & S.H.Goo. Cases & Materials on Company Law. 2""
edition. London: Blackstone Press Ltd .. 1997.

}ol1uor; - Maret 2001

You might also like