You are on page 1of 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN

PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES


SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP ELASTISITAS PADA SISWA SMA

Eka Cahya Prima, Ida Kaniawati


Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract: Low mastery of physics concepts due to lack of process skills which it was
trained in the learning process. The observation result that the failure to achieve
mastery of concepts in physics due to some subject-oriented learning process in
practice only a matter of course in learning cognitive aspects. Learning model problem
based learning with inquiry approach is able to train and involve students' process skills
to solve a problem through the stages of the scientific method. This study aims to
measure the increase in the mastery of concepts and science process skills after
application of the learning model are compared with the conventional model. The
design used in this study is to pretest and posttest control group study with a sample of
students grade XI IPA-6 and XI IPA-7 in high school one of Bandung, which is
determined by purposeful sampling technique. The results showed that the significant
influence the implementation of the learning model to increase mastery of the concept
of elasticity in the experimental class with high category (<g> = 0.77) higher increase
than the control class who were categorized (<g> = 0.50), the existence of significant
influence implementation of the learning model of science process skills enhancement
with high category (<g> = 0.87) higher increase than the control class increased with
category (<g> = 0.59). And the linear correlation (F tc=3,2<F(0,99.(5⁄33)=3,635) positive
improvement of science process skills to increase after application of the concept of
mastery learning model is categorized high (0.508<ρ<0.887).
Keywords: problem based learning, model learning approach inquiry, science process
skills, mastery concept.
PENDAHULUAN pelajaran pada pertemuan ini, dan
Pembelajaran secara aktif dilakukan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
dengan mengolah pengalaman dengan cara Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran
mendengar, membaca, menulis, mendiskusi- pada beberapa pokok bahasan fisika diperoleh
kan, merefleksi rangsangan, dan memecahkan bahwa nilai rata-rata setiap pokok bahasan
masalah. Dengan demikian, upaya pengem- tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal
bangan keterampilan proses dapat dilakukan yang ditetapkan oleh sekolah. Ketidak-
dengan melakukan proses pembelajaran yang tercapaian KKM tersebut mengindikasikan
di dalamnya terdapat kegiatan yang bahwa tingkat penguasaan konsep siswa
berorientasi pada pemecahan masalah. belum tercapai. Padahal ketercapaian standar
Berdasarkan hasil pengamatan pada salah kompetensi menurut PP Nomor 19 Tahun
satu proses pembelajaran fisika di salah satu 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
SMA di kota Bandung diamati bahwa guru Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 6
membuka pelajaran dengan mengucapkan menyatakan standar nasional pendidikan yang
salam, kemudian siswa ditanya apakah ada berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
tugas pada pertemuan sebelumnya atau tidak, pada satu satuan pendidikan dimaksudkan
ternyata tidak ada tugas. Guru memberikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
contoh fenomena yang berkaitan dengan Pada proses pembelajaran, siswa hanya
kinematika kemudian memperagakan salah berperan sebagai
Padahal penerima
seharusnya materi
siswa pelajaran.
turut serta
satu contoh yang
pelajaran gerak akan
di depan kelas. Materi
dijelaskan pada mengembangkan keterampilan proses yang
pertemuan ini dibuat dalam bentuk bagan dimilikinya sehingga mampu meningkatkan
materi. Setelah selesai pembahasan contoh penguasaan konsep mengenai pokok bahasan
soal, siswa diberikan pekerjaan rumah berupa yang sedang dipelajari melalui masalah.
soal-soal yang berkaitan dengan materi Menurut Oon Sen Tan (2004:7), ketika

179
180 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 179-184

peserta didik mempelajari sesuatu dan alternatif pemecahan masalahnya. Guru


diberikan masalah, hal tersebut memberikan melatih keterampilan menerapkan konsep.
siswa tantangan untuk berfikir lebih dalam. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap menulis-
Berdasarkan uraian yang telah disampai- kan tindakan kerja yang akan dilakukan,
kan diatas, ditemukan masalah kurangnya serangkaian tindakan kerja yang akan
tingkat penguasaan konsep siswa disebabkan dilakukan kemudian dituliskan secara
proses pembelajaran yang tidak berorientasi berurutan dalam lembar kerja siswa. Siswa
pada masalah. Sehingga diperlukan model menggunakan alat dan bahan untuk
pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi memperoleh data dalam rangka menyelesai-
siswa kan masalah dengan prosedur yang telah
dalam untuk menjadi pebelajar
menyelesaikan masalah,secara
hal aktif
ini dirancang sebelumnya. Setiap pengambilan
diungkapkan oleh Barbara dan Younghoon data diamati dengan teliti untuk mengurangi
(Tan, 2004: 168). Albanese dan Mitchel (Tan, paralaks. Guru melatih keterampilan me-
2004:7) memperkuat bahwa dibandingkan rencanakan penelitian, keterampilan meng-
dengan model pembelajaran konvensional, gunakan alat dan bahan, serta keterampilan
lebih baik digunakan model pembelajaran mengamati pada siswa.terakhir yaitu tahap
berbasis masalah yang mampu meng- Pada tahapan
konstruksi konsep dan mengembangkan menuliskan hasil kegiatan, setelah diperoleh
keterampilan proses. Sebagai solusi atas data, siswa akan membuat grafik dalam
permasalahan diatas, digunakan model mengkomunikasikan hasil penelitiannya dan
pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu memperoleh keteraturan data yang selanjut-
model pembelajaran yang menggunakan nya bisa digunakan untuk meramal data yang
masalah sebagai titik tolak pembelajaran. akan diperoleh pada pengambilan data
Dalam tahapan pembelajaran PBL, pada selanjutnya. Guru melatih keterampilan
tahap pemberian masalah, siswa mengamati meramalkan dan keterampilan berkomunikasi
suatu fenomena yang diperagakan oleh guru. pada siswa. Masalah tersebut adalah masalah
Guru melatih keterampilan mengamati pada yang memenuhi konteks dunia nyata baik
siswa. Berdasarkan fenomena tersebut yang ada di dalam buku teks maupun dari
ditemukan beberapa masalah dikarenakan sumber lain seperti peristiwa yang terjadi
adanya konflik kognitif pada siswa, dengan di lingkungan sekitar, peristiwa dalam
masalah tersebut akan muncul pertanyaan keluarga atau kemasyarakatan untuk
“mengapa” dalam diri siswa yang memuncul- tentang berpikir dan keterampilan
belajar
kan rasa penasaran. Guru melatihkan
keterampilan mengamati dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh
mengajukan pertanyaan pada siswa. Siswa pengetahuan dan konsep yang esensial dari
akan mengamati lebih seksama dan materi pelajaran.
didapatkan beberapa data awal. Menurut Barrows (Tan, 2004:memecahkan
masalah, 171), Siswa
Pada tahap ke dua yaitu tahap menuliskan menginvestigasi
masalah, mengumpulkan data, dan mengko-
apa yang diketahui, berdasarkan data awal munikasikan hasil kegiatan melalui kegiatan
yang diperoleh, siswa akan melakukan eksperimen dengan diterapkan model
serangkaian kegiatan ilmiah untuk ditafsirkan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian
konsep apa yang berhubungan dengan terdahulu yang telah dilakukan terkait dengan
masalah tersebut sesuai dengan pemahaman pembelajaran fisika berbasis masalah
yang telah diketahui sebelumnya. Guru dalam menemukan bahwa secara eksplisit
hal ini melatihkan keterampilan menafsirkan pembelajaran berbasis masalah mampu
pengamatan. meningkatkan penguasaan konsep pada
Pada tahap ke tiga yaitu tahap menuliskan stuktur kognitif dan keterampilan proses
inti permasalahan, pemahaman konsep yang (Tan, 2004: 208).
sebelumnya telah diketahui siswa diterapkan
dalam rangka menulis masalah utama pada
fenomena yang telah diamatinya. Guru METODE
melatih keterampilan menerapkan konsep Metode yang digunakan dalam penelitian
pada siswa. ini adalah metode kuantitatif dengan
Pada tahap ke empat yaitu tahap pendekatan quasy experimental design dan
menuliskan cara pemecahan masalah, desain penelitian control group pretest and
serangkaian konsep dikumpulkan dalam posttest (Sugiyono, 2005: 70). Kelas
kegiatan kelompok untuk memecahkan eksperimen maupun kelas kontrol diberikan
masalah kemudian dirumuskan beberapa tes penguasaan konsep elastisitas dan tes
keterampilan proses sains sebelum dan
Eka Cahya Prima, Ida Kaniawati, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas pada Siswa SMA 181

sesudah diterapkan model pembelajaran. Grafik di atas menunjukkan bahwa kelas


Penelitian dilaksanakan peneliti secara eksperimen mengalami peningkatan kete-
kolaboratif dengan guru mata pelajaran fisika rampilan proses sains yang lebih tinggi
dan siswa. Jumlah kelas yang digunakan dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas
adalah satu kelas reguler untuk kelas eksperimen mengalami peningkatan keteram-
eksperimen dan satu kelas reguler untuk kelas pilan proses sains dengan kategori tinggi
kontrol yang merupakan sampel yang (<g>=0,87) lebih tinggi peningkatannya
mewakili seluruh kelas yang dipilih peneliti dibandingkan dengan kelas kontrol yang
dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan hanya mengalami peningkatan penguasaan
hasil uji homogenitas terhadap nilai pretest konsep dengan kategori sedang (<g>=0,59).
kedua kelas diperoleh bahwa keduanya Rekapitulasi perbandingan peningkatan
homogen. setiap jenis keterampilan proses sains
Aspek utama yang akan dijadikan berdasarkan nilai gain ternormalisasi terhadap
penilaian adalah peningkatan penguasaan nilai pretest dan posttest pada kelas
konsep dan peningkatan keterampilan proses eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan
sains yang ditunjukkan dengan hasil pretest pada gambar 2 di bawah ini:
dan posttest. Peningkatan ini dihitung dengan
gain ternormalisasi antara nilai pretest dan
posttest. Pada kelas eksperimen diterapkan
model PBL dan kelas kontrol diterapkan
model konvensional.
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri Kota
Bandung tahun ajaran 2010/2011 dengan
pertimbangan dalam menetapkan populasi
penelitian di sekolah yang telah memiliki
laboratorium fisika yang cukup lengkap. Gambar 2. Grafik Perbandingan Peningkatan
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Nilai
IPA 6 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI Gain Ternormalisasi terhadap Nilai Pretest dan
IPA 7 sebagai kelas kontrol teknik sampling Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas
yang digunakan adalah teknik sampling Kontrol
purposive. Pada aspek keterampilan mengamati,
kelas eksperimen mengalami peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kategori tinggi (<g>=0,74) lebih
1. Hasil Penelitian Peningkatan tinggi peningkatannya dibandingkan dengan
Keterampilan Proses Sains kelas kontrol yang mengalami peningkatan
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik
dengan kategori sedang (<g>=0,67). Pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol
terjadi peningkatan keterampilan proses sains. aspek keterampilan merencanakan penelitian,
Peningkatan tersebut diukur dengan gain peningkatan keterampilan proses sains pada
kelas eksperimen terkategori tinggi
ternormalisasi antara skor pretest dan postest. (<g>=0,85) lebih tinggi peningkatannya
Peningkatan keterampilan proses sains pada dilihat dari nilai gain ternormalisasinya
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas dibandingkan dengan kelas kontrol yang
kontrol dapat dilihap pada gambar 1 di bawah terkategori sedang (<g>=0,47). Pada aspek
ini: keterampilan berkomunikasi, kelas
eksperimen mengalami peningkatan dengan
kategori tinggi (<g>=0,97) lebih tinggi
peningkatannya dilihat dari nilai gain
ternormalisasinya dibandingkan dengan kelas
kontrol yang mengalami peningkatan dengan
kategori sedang (<g>=0,67). Pada aspek
keterampilan menafsirkan pengamatan, kelas
eksperimen mengalami peningkatan dengan
Gambar 1. Grafik Perbandingan Peningkatan kategori tinggi (<g>=0,92) lebih tinggi
Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Nilai peningkatannya dilihat dari nilai gain
Gain Ternormalisasi terhadap Nilai Pretest dan ternormalisasinya dibandingkan dengan kelas
Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol yang hanya mengalami peningkatan
Kontrol dengan kategori sedang (<g>=0,63).
182 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16, Nomor 1, April 2011, hlm. 179-184

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh hanya mengalami peningkatan penguasaan


bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan konsep dengan kategori sedang (<g>=0,50).
pengaruh model pembelajaran problem based Rekapitulasi perbandingan peningkatan
learning dengan pendekatan inkuiri setiap penguasaan konsep berdasarkan nilai
dibandingkan model konvensional terhadap gain ternormalisasi terhadap nilai pretest dan
peningkatan keterampilan proses sains. posttest pada kelas eksperimen dan kelas
Peningkatan keterampilan proses sains kontrol ditunjukkan pada gambar 4 di bawah
tersebut sesuai dengan yang diungkapkan ini:
oleh Glazer (2001) bahwa: “Model problem
based learning terdiri dari suatu proses
penyajian situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang diharapkan memberikan
kemudahan kepada siswa dalam melakukan
proses pembelajaran yang utuh.” Menurut
Barraws (Ibrahim dan Nur, 2004) menyatakan
bahwa: “PBL dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan keterampilan
berpikir, mengembangkan pengetahuan dan Gambar 4. Grafik Perbandingan Peningkatan
keterampilan proses.” Keterampilan proses ini Penguasaan Konsep Setiap Aspek Kognitif
dilatihkan kepada siswa pada tahap Berdasarkan Nilai Gain Ternormalisasi terhadap
menuliskan tindakan kerja yang dilakukan Nilai Pretest dan Posttest antara Kelas
dalam sintaks model pembelajaran problem Eksperimen dan Kelas Kontrol
based learning. Menurut Nurhayati (Abbas,
2000: 60) menyatakah bahwa: “Pada tahap ini Pada aspek kognitif pemahaman konsep
siswa menuliskan dan mengerjakan tindakan (C2), peningkatan pada kelas eksperimen
kerja yang mereka lakukan untuk terkategori tinggi (<g>=0,76) lebih tinggi
memecahkan masalah tersebut.” Ketika peningkatannya dibandingkan dengan kelas
proses itu dilakukan oleh siswa, maka banyak kontrol yang terkategori sedang (<g>=0,53).
keterampilan proses yang dilatihkan kepada Pada aspek kognitif penerapan konsep (C3),
siswa. peningkatan pada kelas eksperimen
terkategori tinggi (<g>=0,76) lebih tinggi
2. Hasil Penelitian Peningkatan peningkatannya dibandingkan dengan kelas
Penguasaan Konsep kontrol yang terkategori sedang (<g>=0,49).
Peningkatan penguasaan konsep Pada aspek kognitif analisis konsep (C4),
digambarkan dalam gambar 3 di bawah ini: peningkatan pada kelas eksperimen
terkategori sedang (<g>=0,68) lebih tinggi
peningkatannya dibandingkan dengan kelas
kontrol yang terkategori sedang (<g>=0,37).
Pada aspek kognitif sintesis konsep (C5),
peningkatan pada kelas eksperimen
terkategori sedang (<g>=0,60) sama besar
peningkatannya dibandingkan dengan kelas
kontrol terkategori sedang (<g>=0,61). Pada
aspek kognitif evaluasi konsep (C6),
peningkatan pada kelas eksperimen
Gambar 3. Grafik Perbandingan Peningkatan terkategori sangat tinggi (<g>=0,90) lebih
Penguasaan Konsep Berdasarkan Nilai Gain tinggi peningkatannya dibandingkan dengan
Ternormalisasi terhadap Nilai Pretest dan Posttest kelas kontrol terkategori rendah (<g>=0,32).
antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh
Grafik di atas menunjukkan bahwa kelas bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan
eksperimen mengalami peningkatan pengaruh model pembelajaran problem based
learning dengan pendekatan inkuiri
penguasaan konsep yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas dibandingkan model konvensional terhadap
eksperimen mengalami peningkatan peningkatan penguasaan konsep.
Peningkatan penguasaan konsep tersebut
penguasaan konsep dengan kategori tinggi sesuai dengan yang diungkapkan oleh
(<g>=0,77) lebih tinggi peningkatannya
dibandingkan dengan kelas kontrol yang M.Taufiq Amir (4:2009) bahwa:
“Penggunaan PBL dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa tentang apa yang
Eka Cahya Prima, Ida Kaniawati, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk
183
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siswa SMA

mereka pelajari sehingga diharapkan mereka autentik dan bermakna yang diharapkan
dapat menerapkannya dalam kondisi nyata memberikan kemudahan kepada siswa dalam
pada kehidupan sehari-hari.” Ketika melakukan proses pembelajaran yang utuh.”
diterapkan model pembelajaran ini, siswa Pembelajaran yang utuh ini dapat
lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mencerminkan adanya tiga aspek yang
mereka sendiri menemukan konsep tersebut. mendukung sesuai dengan tujuan
Siswa bukan hanya sekedar memperoleh pembelajaran IPA adanya produk, proses, dan
informasi mengenai ilmu pengetahuan tetapi sikap yang dibangun ketika diterapkannya
juga membangun konsep yang dimilikinya model PBL. Ketika diterapkan PBL, terjadi
untuk membentuk struktur pengetahuan yang perubahan pusat pembelajaran dari belajar
utuh. berpusat pada guru kepada belajar berpusat
(1997)Hal ini terjadi karenabahwa:
menyatakan menurut Fogarty
“Ketika pada siswa sehingga tercipta kondisi
diterapkannya PBL, terjadi konfrontasi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan
kepada siswa dengan masalah-masalah siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau
praktis, berbentuk ill-structured, atau open memberi kesempatan kepada siswa untuk
ended melalui stimulus dalam belajar.” berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep
Karena menurut Glazer (2001) menyatakan yang dipelajarinya melalui keterampilan
bahwa: “Dengan pembelajaran bermakna proses yang diperolehnya ketika melakukan
diharapkan memberikan kemudahan kepada kegiatan percobaan. Hal ini yang menjadikan
siswa dalam melakukan proses pembelajaran adanya korelasi antara keterampilan proses
yang utuh.” dengan penguasaan konsep yang diperoleh
oleh siswa. Menurut M. Taufiq Amir (2009)
3. Hasil Penelitian Hubungan Peningkatan menyatakah bahwa: “Ketika diterapkan
Keterampilan Proses Sains terhadap model PBL, Siswa lebih memahami konsep
Peningkatan Penguasaan Konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri
Berdasarkan hasil temuan penelitian menemukan konsep.” Ketika proses itu
diperoleh nilai interval koefisien korelasi dilakukan oleh siswa, maka banyak
populasi antara peningkatan keterampilan keterampilan proses yang dilatihkan kepada
proses sains dan peningkatan penguasaan siswa.
konsep berada pada rentang 0,508<ρ<0,887 Perkembangan ilmu pengetahuan
dengan taraf signifikansi 1%. Korelasi positif berlangsung semakin cepat sehingga para
tersebut berada pada rentang 0,60<ρ≤0,80. guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua
Dapat disimpulkan bahwa nilai interval fakta dan konsep kepada anak didiknya.
koefisien korelasi dua variabel untuk populasi Sehingga dengan diterapkannya model PBL
berada
tinggi. pada Makainterval korelasi
dengan linier terkategori
diterapkan model akan menstimulus siswa untuk melakukan
pembelajaran problem based learning dengan kegitan proses pemecahan masalah yang akan
pendekatan inkuiri, terjadi peningkatan membangun konsep yang dimilikinya. Sesuai
keterampilan proses sains dengan kategori dengan pendapat
mengatakan para ahli
bahwa psikologimudah
anak-anak yang
tinggi (<g>=0,87) yang mempengaruhi memahami konsep-konsep yang rumit dan
peningkatan penguasaan konsep dengan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh
kategori tinggi (<g>=0,77). Kedua konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai
peningkatan tersebut saling mempengaruhi dengan situasi dan kondisi yang dihadapi,
secara linier dibuktikan berdasarkan hasil dengan mempraktekkan sendiri upaya
pengolahan data diperoleh F =3,2 dan penemuan konsep melalui perlakuan terhadap
F tc
kenyataan fisik, melalui penanganan benda-
0,99.(5⁄33) =3,635, maka berdasarkan
atas, data tersebut berdistribusi linear kriteria di
dengan benda yang benar nyata, akan terbentuk
taraf signifikansi 5%. Adapun korelasinya penguasaan konsep yang utuh mengenai
terkategori tinggi dengan nilai koefisien permasalahan yang dihadapinya.
korelasi linier berada pada rentang
0,508<ρ<0,887 dengan taraf signifikansi 1%
terkategori tinggi. KESIMPULAN
Peningkatan keterampilan proses sains Berdasarkan kegiatan penelitian yang
tersebut mempengaruhi peningkatan 184telah dilakukan di salah satu SMA Kota
penguasaan konsep. Hal ini sesuai dengan Bandung dapat MIPA,
Jurnal Pengajaran disimpulkan
Volume 16, beberapa
Nomor 1, Aprilhal
2011, hlm. 179-184
yang diungkapkan oleh Glazer (2001) bahwa: sebagai berikut:
“Model problem based learning terdiri dari 1.Adanya peningkatan keterampilan proses
suatu proses penyajian situasi masalah yang sains yang lebih tinggi pada kelas
eksperimen dengan perbedaan sangat Publishing Company, Inc.
signifikan dibandingkan dengan Delisle, R. (1997). How to Use Problem
peningkatan keterampilan proses sains pada Based Learning in the Classroom. New
kelas kontrol. York: Springer Publishing Company,
2.Adanya peningkatan penguasaan konsep Inc.
Dent J.A. and Harden, R.M. (2005). A
yang lebih tinggi pada kelas eksperimen Practical Guide For Medical Teacher.
dengan perbedaan sangat signifikan
dibandingkan dengan peningkatan (Second Ed.). Elsevier Churchill
Livingstone.
penguasaan konsep pada kelas kontrol. Hofstein, et al. (1982). “The Role of
3.Adanya korelasi linier positif peningkatan Laboratory in Science Teaching:
keterampilan proses sains terhadap Nenglected Aspect of Research.” Review
peningkatan penguasaan konsep setelah of Educational Research. 52, (2), 201-
diterapkan model pembelajaran problem 217.
based learning dengan pendekatan inkuiri Ibrahim, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan
terkategori tinggi. Masalah. Surabaya: University Press.
Maknun, J. et al. (2007) “Analisis Kemahiran
Generik yang Dikembangkan Pelajaran
SARAN Fisika Sekolah Menengah Kejuruan
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah (SMK) Topik Kinematika Partikel.”
dilakukan peneliti menyarankan beberapa hal Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan
sebagai berikut: INVOTEC, 1-14.
1.Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut Nelkon, M. and Parker, P. (1975). Advanced
mengenai penerapan model pembelajaran Level Physics Third edition with SI units.
problem based learning dengan pendekatan Hongkong: The Hongkong Printing Press
Ltd.
inkuiri pada pokok bahasan lain, sehingga Putu, Y. (2002). “Belajar Berdasarkan
dapat dilihat konsistensi pengaruh Masalah (Problem Based Learning)
penerapan model pembelajaran tersebut Dengan Pendekatan Kelompok
terhadap peningkatan keterampilan proses Kooperatif Sebagai Upaya Peningkatan
sains dan penguasaan konsep. Kualitas Pembelajaran Fisika Siswa
2.Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut Kelas III SLTP Negeri 2 Singaraja”.
pada aspek keterampilan proses sains secara Tesis Program Studi Pendidikan Fisika
menyeluruh sehingga dapat diketahui Jurusan Pendidikan Matematika dan
apakah penerapan model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Negeri
problem based learning dengan pendekatan Singaraja: tidak diterbitkan.
inkuiri baik diterapkan pada seluruh aspek Rustaman, N.Y. (2005). Perkembangan
keterampilan proses sains. Penelitian Pembelajaran Inkuiri Dalam
Pendidikan Sains. Makalah pada
Seminar FPMIPA Universitas
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Indonesia, Bandung.
Amir, M. (2009). Inovasi Pendidikan melalui Schwartz, P. et al. (2001). Problem Based
Problem based Learning. Jakarta: Learning Case Studies, Experience, and
Prenada Media Group. Practice. London: Stylus Publishing,
Amin, Z. (2003). Basics in Medical Inc.
Education. Singapore: World Scientific Semiawan C. et al. (1992). Pendekatan
Publishing. Keterampilan Proses. Jakarta: PT
Barbara. et al. (2001). Energizing Teacher Gramedia Widiasarana Indonesia.
Education And Professional Tan, Oon Seng. (2004). Enhancing Thinking
Development with Problem Based through Problem Based Learning
Learning. Virginia: Stylus Publishing, Approaces. Singapore: Thomson
LLC. Learning.
______.(2001). The Power Of Problem Based Uno, H. (2009). Model Pembelajaran
Learning. Virginia: Stylus Publishing, Menciptakan Proses Belajar Mengajar
LLC. yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Barel, J. (2007). Problem based learning an Aksara.
inquiry approach. Virginia: Corwin Wenning, C. (2005). “Levels of inquiry:
Press. Hierarchies of pedagogical practices and
Barrows, H.S. dan Tamblyn, R.M. (2001). inquiry processes.” Journal Physics
Problem Based Learning An Approach Teacher Education Online. 2, (3), 3-11..
to Medical Education Springer series on
medical education. New York: Springer

You might also like