Professional Documents
Culture Documents
Ambalat sebagai daerah yang kaya akan minyak bumi tentunya sangat menguntungkan
bagi Indonesia.sebagai sumber devisa yang sangat memadai untuk meciptakan kemakmuran
Blok Ambalat masuk dalam wilayah Indonesia tahun 1980, berdasarkan deklarasi Juanda
tahun 1957. Dalam deklarasi yang diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB
Sesuai prinsip negara kepulauan, Blok Ambalat seluas 6.700 kilometer persegi,
merupakan wilayah Indonesia. Tahun 1990, kandungan minyak Blok Ambalat diberikan kepada
perusahaan minyak Italia dan konsensi Ambalat Timur diberikan kepada Chevron.
Sebagai sebuah negara yang merdeka tentunya bangsa Indonesia mempunyai hak untuk
melindungi seluruh daerah kekuasaannya agar tidak diambil dan diakui oleh orang lain. Asset
Negara yang berupa kekayaan alam menjadi sebuah kekayaan yang harus dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia dan tentunya rakyat Indonesia
Sesuai dengan deklarasi juanda maka Indonesia mempunyai hak untuk mengelola dan
mempergunakan kekayaan alam yang ada di Ambalat untuk kepentingan bangsa dan Negara dan
berhak untuk mempertahankannya. Dan apabila ada yang ingin dan bertujuan untuk mengambil
alih serta menguasainya maka berhak untuk mempertahankannya baik dengan cara damai
dan Ligitan milik Malaysia tahun 2002. Dan Blok Malaysia mengklaim bahwa Ambalat yakni
Blok ND 6 dan ND 7 yang kaya minyak menjadi miliknya. Bahkan tahun 2003, Malaysia
Tetapi bukan hanya itu konflik pertama kali muncul persoalan yang timbul setelah pada
tahun 1967 pertama kali dilakukan pertemuan teknis hukum laut antara Indonesia dan Malaysia
kedua belah pihak akhirnya sepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagai keadaan
status quo), kemudian pada tanggal 27 Oktober 1969 dilakukan penanda tanganan perjanjian
antara Indonesia dan Malaysia disebut sebagai Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia -
Malaysia, kedua negara masing-masing melakukan ratifikasi pada 7 November 1969, tak lama
berselang masih pada tahun 1969 Malaysia membuat peta baru yang memasukan pulau Sipadan,
Ligitan dan Batu Puteh (Pedra blanca) tentunya hal ini membingungkan Indonesia dan Singapura
dan pada akhirnya Indonesia maupun Singapura tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut.
Kemudian pada tanggal 17 Maret 1970 kembali ditanda tangani Persetujuan Tapal batas Laut
Indonesia dan Malaysia akan tetapi, kembali pada tahun 1979 pihak Malaysia kembali membuat
peta baru mengenai tapal batas kontinental dan maritim dengan serta merta secara sepihak
membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok maritim Ambalat kedalam
wilayahnya yaitu dengan memajukan koordinat 4° 10' arah utara melewati pulau Sebatik. Tentu
peta inipun sama nasibnya dengan terbitan Malaysia pada tahun 1969 yaitu diprotes dan tidak
diakui oleh pihak Indonesia dengan berkali-kali pihak Malaysia membuat sendiri peta sendiri
padahal telah adanya perjanjian Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia tahun
1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970, masyarakat
Indonesia melihatnya sebagai perbuatan secara terus menerus dari pihak Malaysia seperti ingin
Melihat hal tersebut maka persengkataan antara Indonesia dan Malaysia semakin
meruncing lagi dan tidak temu jalan keluarnya walau kedua belahpihak telah beberapa kali
mengadakan pertemuan bilateral tentang masalah itu (Ambalat). Kemanakah ambalat akan
Pengaruh sengketa mabalat sangat luar biasa terhadap perpolitikan Indonesia terutama
pada elit politik. Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah Indonesia akan bersikap
tegas terhadap Malaysia, jika memang perbuatan Angkatan Laut Diraja Malaysia, melakukan
pengecekan, sejauh mana pelanggaran yang dilakukan kapal asal Malaysia tersebut.
Begitu pula yang disampaikan oleh ketua MPR Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menyatakan
prihatin soal kasus Ambalat. Pasalnya, ditengah situasi bangsa yang tengah menghadapi hajatan
besar yakni Pilpres, kembali terjadi gangguan yang mengancam kedaulatan negara.
mengambil sikap tegas terhadap kasus Ambalat. Ketua MPR menambahkan, meski tengah cuti
kampanye dalam menghadapi Pilpres, namun Presiden dan Wakil Presiden tetap harus aktif
memimpin negara, terlebih jika muncul ancaman dari luar seperti kasus Ambalat ini
Melihat tanggapan dari para elit plitik tentang kasus ambalat sebenarnya pemerintah
harus cepat tanggap terhadap permasalahan yang ada agar tidak ada kegusaran dan kegelisahan
pada pemerintahan yang akan mengakibatkan perseteruan pribadi hanya karena kurang cepatnya
pemerintah merespon masalah yang ada baik dengan cara diplomasi yang damai
Pemerintah yang mempunyai hak penuh atas ambalat sesuai dengan keputusan PBB harusnya
mengambil langkah konkret karena masalah ini sudah lama berlangsung dan belum mencapai
kesepakatan yang jelas, Hal tersebut sesuai dengan pasal 46 Konvensi Hukum Laut Internasional
Menurut pandangan yang saya pemerintah dalam hal ini sudah melakukan langkah yang
tepat sebagaimana yang diberitakan oleh media, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara
dengan PM Malaysia, Muhammad Najib melalui telpon. Kedua kepala negara sepakat untuk
Berikut keterangan pers SBY kepada wartawan dalam kunjungan kerjanya di Semarang :
"Saya berharap agar perundingan solusi yang kita pilih untuk menyelesaikan perbedaan
terhadap perbatasan laut di wilayah Ambalat itu bisa berjalan lebih cepat, lebih efektif dan
lebih kondusif. Saya juga menyampaikan agar bisa dihindari tindakan yang sifatnya provokatif
yang bisa memancing apapun yang sesungguhnya sama-sama tidak dikehendaki.
Terhadap itu semuanya Perdana Menteri Malaysia, pada prinsipnya memberikan respon yang
positif/setuju terhadap langkah-langkah yang meski kita jalankan dengan sebaik-baiknya itu".
Disini kita wajib melihat betapa indonesia dengan lapang dada memberikan jalan yang
arif dengan menunjukkan betapa besarnya bangsa indonesia yang menjunjung tinggi perdamaian
dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Dan hal itu perlu cepat ditanggapi melihat semakin
gencarnya provokasi yang dilakukan oleh malaysia dikawasan ambalat. Selain itu pemerintah
harus cepat dan sigap dalam memutuskan sesuatu seperti menetapkan batas wilayah indonesia
baik secar hukum internasional agar kejadian seperti ini tidak terulang dikemudian hari.
Angkatan senjatapun harus selalu sugap melihat fenomena yang ada untuksealu menjaga baris
perbatasan indonesia dan mengambil keputusan yang cepat sehingga bangsa indonesia tidak
dianggap hanya bangsa yang lemah dan tidak mampu menjaga hak miliknya sendiri.
B. Pengaruh Sengketa Ambalat Terhadap Sistem Politik Malaysia
Ambalat diklaim oleh pihak Malaysia setelah pengadilan Internasional memberikan pulau
Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia. Pengadilan Internasional membuat keputusan tersebut
karena pihak Malaysia terlihat ‘serius’ untuk memiliki Sipadan dan Ligitan.
Melihat hal itu Malaysia sesuai dengan pasal 121 UNCLOS (The United Nations
Convention on the Law of the Sea) 1982 dapat dibenarkan.Kebijakan politik luar negeri Malaysia
mengklaim Ambalat di dasarkan pada pengunaan peta laut yang di produksi pada tahun 1979
yang mana peta itu dibuat dengan tanpa berdasarkan atas kesepakatan dengan Negara lain yang
mempunyai hak yang sama terhadap daerah yang diakui oleh Malaysia. Menurut Prescott
(2004), peta tersebut memuat Batas Continental Shelf di mana klaim tersebut secara keseluruhan
melewati media line, deviasi maksimum pada dua sekor sekitar 5 mil laut.
Pada peta itu, Malaysia menganut aturan 70 mil laut, sedangkan Indonesia berdasarkan
konvensi internasional, gunakan batas 12 mil laut yaitu united nation convention law of sea atau
Perlu diketahui, peta itu tidak disetujui negara-negara tetangga lantaran mencaplok
banyak wilayah. Negara yang tak setuju seperti Singapura, Inggris yang mewakili Brunei
Dalam peta itu, Malaysia secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan
memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya, yaitu dengan memajukan koordinat
Beberapa aksi sepihak yang dilakukan Malaysia berkaitan dengan usaha politiknyua
menggembosi Indonesia
Tgl 21 Februari 2005 di Takat Unarang {nama resmi Karang Unarang) Sebanyak 17
pekerja Indonesia ditangkap oleh awak kapal perang Malaysia KD Sri Malaka,
Malaysia dan Indonesia memberikan hak menambang ke Shell, Unocal dan ENI. [3]
Berkaitan dengan itu pula surat kabar Kompas mengeluarkan berita bahwa Menteri
[4]
Pertahanan Malaysia telah memohon maaf berkaitan perkara tersebut . Berita tersebut
segera disanggah oleh Menteri Pertahanan Malaysia yang menyatakan bahwa kawasan
tersebut adalah dalam kawasan yang dituntut oleh Malaysia, dengan itu Malaysia tidak
mempunyai sebab untuk memohon maaf karena berada dalam perairan sendiri. Sejajar
surat kabar KOMPAS yang dianggap menyiarkan informasi yang tidak benar dengan
sengaja.
maaf dalam sebuah berita yang dilaporkan di halaman depan harian tersebut pada
4 Mei 2005, di bawah judul Kompas dan Deputi Perdana Menteri Malaysia
Sepakat Berdamai.[5]
Pada koordinat: terjadi ketegangan yang melibatkan kapal perang pihak Malaysia KD
Sri Johor, KD Buang dan Kota Baharu berikut dua kapal patroli sedangkan kapal perang
dari pihak Indonesia melibatkan KRI Wiratno, KRI Tongkol, KRI Tedong Naga KRI
[6]
K.S. Tubun, KRI Nuku dan KRI Singa yang kemudian terjadi Insiden Penyerempetan
Kapal RI dan Malaysia 2005, yaitu peristiwa pada tgl. 8 April 2005 Kapal Republik
(Malaysia) sebanyak tiga kali, akan tetapi tidak pernah terjadi tembak-menembak karena
adanya Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005
bahwa pada masa damai, unsur TNI AL di wilayah perbatasan RI-Malaysia harus
tembakan bilamana setelah diawali adanya tembakan dari pihak Malaysia terlebih dahulu.
menganjurkan agar warga Malaysia mengurangi pemakaian tenaga kerja berasal dari
Indonesia
Tgl 24 Februari 2007 pukul 10.00 WITA, yakni kapal perang Malaysia KD Budiman
dengan kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh satu mil laut,
pada sore harinya, pukul 15.00 WITA, kapal perang KD Sri Perlis melintas dengan
kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh dua mil laut yang
setelah itu dibayang-bayangi KRI Welang, kedua kapal berhasil diusir keluar wilayah
Republik Indonesia.
Tgl 25 Februari 2007 pukul 09.00 WITA KD Sri Perli memasuki wilayah RI sejauh 3.000
yard yang akhirnya diusir keluar oleh KRI Untung Suropati, kembali sekitar pukul 11.00,
satu pesawat udara patroli maritim Malaysia jenis Beech Craft B 200 T Superking melintas
memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard, kemudian empat kapal perang yakni KRI Ki Hadjar
Dewantara, KRI Keris, KRI Untung Suropati dan KRI Welang disiagakan.
KESIMPULAN
Sebagai bangsa yang mempunyai kebanggaan dan rasa memiliki terhadap segala hal yang ada
dalam daerahnya seharusnya Indonesia dapat memilih mana yang harus dipertahankan dengan
sekuat tenaga agar kejadian seperti pengakuan Negara lain terhadap asset Negara tidak lagi
terulang. Banyak hal yang perlu dibenahi dari sikap nasionalisme sebagai bangsa yang merdeka
dan berpegang teguh pada pancasila dan UUD 1945, Indonesia seharusnya mampu nerbuat
banyak di dunia internasional sebagai bukti eksistensi dan rasa percaya diri bahwa kita mampu
sehingga tidak disepelekan bangsa lain. Sebagaimana kasus kita dengan Malaysia yang
seenaknya menganggap enteng oaring Indonesia. Rasa kebanggaan kita tidak boleh tercabik
hanya nkarena bangsa Indonesia kurang mampu memberikan rasa aman dan sejahtera kepada
penduduknya sendiri lantas menjadikan kita lemah dan bergantung pada Negara lain. Hal itu
seharusnya dapat dihindari jika Indonesian lebih berani mengambil keputusan dan berperan aktif
Upaya kearah itu masih terbuka lebar dan tidak pernah terlambat untuk berbuat. Para pemimpin
harus lebih memikirkan nasib rakyatnya sebelum ia memikirkan nasibnya sendiri, para pemimpin
harus berani lapar sebelum ia dapatmemberikan kesejahteraan terhadap rakyatnya dan pemimpin
wajib berada dalam pasukan paling depan utnuk membela rakyatnya sebelum Indonesia benar-
Marilah semua berperan serta dalam mewujudkan system yang ideal, mewujudkan peran yang
Saifullah
150600296