You are on page 1of 11

BAB I

ANALISA SENGKETA BLOK AMBALAT

Ambalat sebagai daerah yang kaya akan minyak bumi tentunya sangat menguntungkan

bagi Indonesia.sebagai sumber devisa yang sangat memadai untuk meciptakan kemakmuran

untuk bangsa indonesia

Blok Ambalat masuk dalam wilayah Indonesia tahun 1980, berdasarkan deklarasi Juanda

tahun 1957. Dalam deklarasi yang diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB

ini, Indonesia diterapkan sebagai negara kepulauan.

Sesuai prinsip negara kepulauan, Blok Ambalat seluas 6.700 kilometer persegi,

merupakan wilayah Indonesia. Tahun 1990, kandungan minyak Blok Ambalat diberikan kepada

perusahaan minyak Italia dan konsensi Ambalat Timur diberikan kepada Chevron.

Sebagai sebuah negara yang merdeka tentunya bangsa Indonesia mempunyai hak untuk

melindungi seluruh daerah kekuasaannya agar tidak diambil dan diakui oleh orang lain. Asset

Negara yang berupa kekayaan alam menjadi sebuah kekayaan yang harus dipergunakan dengan

sebaik-baiknya untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia dan tentunya rakyat Indonesia

sebagaimana yang tetuang dalam UUD’1945 pasal 33.

Sesuai dengan deklarasi juanda maka Indonesia mempunyai hak untuk mengelola dan

mempergunakan kekayaan alam yang ada di Ambalat untuk kepentingan bangsa dan Negara dan

berhak untuk mempertahankannya. Dan apabila ada yang ingin dan bertujuan untuk mengambil

alih serta menguasainya maka berhak untuk mempertahankannya baik dengan cara damai

ataupun melalui peperangan.


Peta kepulauan ambalat

Masalah timbul saat Mahkamah Internasional memutuskan memberikan Pulau Sipadan

dan Ligitan milik Malaysia tahun 2002. Dan Blok Malaysia mengklaim bahwa Ambalat yakni

Blok ND 6 dan ND 7 yang kaya minyak menjadi miliknya. Bahkan tahun 2003, Malaysia

memberikan konsensi ke Petronas dan Shell.

Tetapi bukan hanya itu konflik pertama kali muncul persoalan yang timbul setelah pada

tahun 1967 pertama kali dilakukan pertemuan teknis hukum laut antara Indonesia dan Malaysia

kedua belah pihak akhirnya sepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagai keadaan

status quo), kemudian pada tanggal 27 Oktober 1969 dilakukan penanda tanganan perjanjian

antara Indonesia dan Malaysia disebut sebagai Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia -

Malaysia, kedua negara masing-masing melakukan ratifikasi pada 7 November 1969, tak lama

berselang masih pada tahun 1969 Malaysia membuat peta baru yang memasukan pulau Sipadan,

Ligitan dan Batu Puteh (Pedra blanca) tentunya hal ini membingungkan Indonesia dan Singapura

dan pada akhirnya Indonesia maupun Singapura tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut.

Kemudian pada tanggal 17 Maret 1970 kembali ditanda tangani Persetujuan Tapal batas Laut
Indonesia dan Malaysia akan tetapi, kembali pada tahun 1979 pihak Malaysia kembali membuat

peta baru mengenai tapal batas kontinental dan maritim dengan serta merta secara sepihak

membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok maritim Ambalat kedalam

wilayahnya yaitu dengan memajukan koordinat 4° 10' arah utara melewati pulau Sebatik. Tentu

peta inipun sama nasibnya dengan terbitan Malaysia pada tahun 1969 yaitu diprotes dan tidak

diakui oleh pihak Indonesia dengan berkali-kali pihak Malaysia membuat sendiri peta sendiri

padahal telah adanya perjanjian Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia tahun

1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970, masyarakat

Indonesia melihatnya sebagai perbuatan secara terus menerus dari pihak Malaysia seperti ingin

melakukan ekspansi terhadap wilayah Indonesia. (sumber berdasarkan www.wikipedia.com).

Melihat hal tersebut maka persengkataan antara Indonesia dan Malaysia semakin

meruncing lagi dan tidak temu jalan keluarnya walau kedua belahpihak telah beberapa kali

mengadakan pertemuan bilateral tentang masalah itu (Ambalat). Kemanakah ambalat akan

berlabuh? Ke Indonesia atau ke Malaysia seperti simpadan?


BAB II

PENGARUH SENGKETA AMBALAT TERHADAP SISTEM POLITIK INDONESIA

DAN SISTEM POLITIK MALAYSIA

A. Pengaruh Sengketa Ambalat Terhadap Sistem Politik Indonesia

Pengaruh sengketa mabalat sangat luar biasa terhadap perpolitikan Indonesia terutama

pada elit politik. Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah Indonesia akan bersikap

tegas terhadap Malaysia, jika memang perbuatan Angkatan Laut Diraja Malaysia, melakukan

pelanggaran teritorial. Walaupun demikian, pemerintah sebelumnya akan melakukan

pengecekan, sejauh mana pelanggaran yang dilakukan kapal asal Malaysia tersebut.

Begitu pula yang disampaikan oleh ketua MPR Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menyatakan

prihatin soal kasus Ambalat. Pasalnya, ditengah situasi bangsa yang tengah menghadapi hajatan

besar yakni Pilpres, kembali terjadi gangguan yang mengancam kedaulatan negara.

Menurut Hidayat, presiden sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang harus

mengambil sikap tegas terhadap kasus Ambalat. Ketua MPR menambahkan, meski tengah cuti

kampanye dalam menghadapi Pilpres, namun Presiden dan Wakil Presiden tetap harus aktif

memimpin negara, terlebih jika muncul ancaman dari luar seperti kasus Ambalat ini

Melihat tanggapan dari para elit plitik tentang kasus ambalat sebenarnya pemerintah

harus cepat tanggap terhadap permasalahan yang ada agar tidak ada kegusaran dan kegelisahan

pada pemerintahan yang akan mengakibatkan perseteruan pribadi hanya karena kurang cepatnya

pemerintah merespon masalah yang ada baik dengan cara diplomasi yang damai

Pemerintah yang mempunyai hak penuh atas ambalat sesuai dengan keputusan PBB harusnya

mengambil langkah konkret karena masalah ini sudah lama berlangsung dan belum mencapai
kesepakatan yang jelas, Hal tersebut sesuai dengan pasal 46 Konvensi Hukum Laut Internasional

seputar teritori wilayah perairan.

Menurut pandangan yang saya pemerintah dalam hal ini sudah melakukan langkah yang

tepat sebagaimana yang diberitakan oleh media, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara

dengan PM Malaysia, Muhammad Najib melalui telpon. Kedua kepala negara sepakat untuk

menyelesaikan sengketa melalui perundingan dan tidak saling memprovokasi.

Berikut keterangan pers SBY kepada wartawan dalam kunjungan kerjanya di Semarang :
"Saya berharap agar perundingan solusi yang kita pilih untuk menyelesaikan perbedaan
terhadap perbatasan laut di wilayah Ambalat itu bisa berjalan lebih cepat, lebih efektif dan
lebih kondusif. Saya juga menyampaikan agar bisa dihindari tindakan yang sifatnya provokatif
yang bisa memancing apapun yang sesungguhnya sama-sama tidak dikehendaki.

Terhadap itu semuanya Perdana Menteri Malaysia, pada prinsipnya memberikan respon yang
positif/setuju terhadap langkah-langkah yang meski kita jalankan dengan sebaik-baiknya itu".

Disini kita wajib melihat betapa indonesia dengan lapang dada memberikan jalan yang

arif dengan menunjukkan betapa besarnya bangsa indonesia yang menjunjung tinggi perdamaian

dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Dan hal itu perlu cepat ditanggapi melihat semakin

gencarnya provokasi yang dilakukan oleh malaysia dikawasan ambalat. Selain itu pemerintah

harus cepat dan sigap dalam memutuskan sesuatu seperti menetapkan batas wilayah indonesia

baik secar hukum internasional agar kejadian seperti ini tidak terulang dikemudian hari.

Angkatan senjatapun harus selalu sugap melihat fenomena yang ada untuksealu menjaga baris

perbatasan indonesia dan mengambil keputusan yang cepat sehingga bangsa indonesia tidak

dianggap hanya bangsa yang lemah dan tidak mampu menjaga hak miliknya sendiri.
B. Pengaruh Sengketa Ambalat Terhadap Sistem Politik Malaysia

Ambalat diklaim oleh pihak Malaysia setelah pengadilan Internasional memberikan pulau

Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia. Pengadilan Internasional membuat keputusan tersebut

karena pihak Malaysia terlihat ‘serius’ untuk memiliki Sipadan dan Ligitan.

Melihat hal itu Malaysia sesuai dengan pasal 121 UNCLOS (The United Nations

Convention on the Law of the Sea) 1982 dapat dibenarkan.Kebijakan politik luar negeri Malaysia

mengklaim Ambalat di dasarkan pada pengunaan peta laut yang di produksi pada tahun 1979

yang mana peta itu dibuat dengan tanpa berdasarkan atas kesepakatan dengan Negara lain yang

mempunyai hak yang sama terhadap daerah yang diakui oleh Malaysia. Menurut Prescott

(2004), peta tersebut memuat Batas Continental Shelf di mana klaim tersebut secara keseluruhan

melewati media line, deviasi maksimum pada dua sekor sekitar 5 mil laut.

Pada peta itu, Malaysia menganut aturan 70 mil laut, sedangkan Indonesia berdasarkan

konvensi internasional, gunakan batas 12 mil laut yaitu united nation convention law of sea atau

UNCLOS yang diakui PBB.

Perlu diketahui, peta itu tidak disetujui negara-negara tetangga lantaran mencaplok

banyak wilayah. Negara yang tak setuju seperti Singapura, Inggris yang mewakili Brunei

Darussalam, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Dalam peta itu, Malaysia secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan

memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya, yaitu dengan memajukan koordinat

arah utara melewati pulau Sebatik.

Beberapa aksi sepihak yang dilakukan Malaysia berkaitan dengan usaha politiknyua

menggembosi Indonesia
 Tgl 21 Februari 2005 di Takat Unarang {nama resmi Karang Unarang) Sebanyak 17

pekerja Indonesia ditangkap oleh awak kapal perang Malaysia KD Sri Malaka,

 Angkatan laut Malaysia mengejar nelayan Indonesia keluar Ambalat.

 Malaysia dan Indonesia memberikan hak menambang ke Shell, Unocal dan ENI. [3]

 Berkaitan dengan itu pula surat kabar Kompas mengeluarkan berita bahwa Menteri
[4]
Pertahanan Malaysia telah memohon maaf berkaitan perkara tersebut . Berita tersebut

segera disanggah oleh Menteri Pertahanan Malaysia yang menyatakan bahwa kawasan

tersebut adalah dalam kawasan yang dituntut oleh Malaysia, dengan itu Malaysia tidak

mempunyai sebab untuk memohon maaf karena berada dalam perairan sendiri. Sejajar

dengan itu, Malaysia menimbang untuk mengambil tindakan undang-undang terhadap

surat kabar KOMPAS yang dianggap menyiarkan informasi yang tidak benar dengan

sengaja.

o Pemimpin Redaksi Kompas, Suryopratomo kemudian membuat permohonan

maaf dalam sebuah berita yang dilaporkan di halaman depan harian tersebut pada

4 Mei 2005, di bawah judul Kompas dan Deputi Perdana Menteri Malaysia

Sepakat Berdamai.[5]

 Pada koordinat: terjadi ketegangan yang melibatkan kapal perang pihak Malaysia KD

Sri Johor, KD Buang dan Kota Baharu berikut dua kapal patroli sedangkan kapal perang

dari pihak Indonesia melibatkan KRI Wiratno, KRI Tongkol, KRI Tedong Naga KRI
[6]
K.S. Tubun, KRI Nuku dan KRI Singa yang kemudian terjadi Insiden Penyerempetan

Kapal RI dan Malaysia 2005, yaitu peristiwa pada tgl. 8 April 2005 Kapal Republik

Indonesia Tedong Naga (Indonesia) yang menyerempet Kapal Diraja Rencong

(Malaysia) sebanyak tiga kali, akan tetapi tidak pernah terjadi tembak-menembak karena
adanya Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005

bahwa pada masa damai, unsur TNI AL di wilayah perbatasan RI-Malaysia harus

bersikap kedepankan perdamaian dan TNI AL hanya diperbolehkan melepaskan

tembakan bilamana setelah diawali adanya tembakan dari pihak Malaysia terlebih dahulu.

 Shamsudin Bardan, Ketua Eksekutif Persekutuan Majikan-majikan Malaysia (MEF)

menganjurkan agar warga Malaysia mengurangi pemakaian tenaga kerja berasal dari

Indonesia

 Pihak Indonesia mengklaim adanya 35 kali pelanggaran perbatasan oleh Malaysia.

 Tgl 24 Februari 2007 pukul 10.00 WITA, yakni kapal perang Malaysia KD Budiman

dengan kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh satu mil laut,

pada sore harinya, pukul 15.00 WITA, kapal perang KD Sri Perlis melintas dengan

kecepatan 10 knot memasuki wilayah Republik Indonesia sejauh dua mil laut yang

setelah itu dibayang-bayangi KRI Welang, kedua kapal berhasil diusir keluar wilayah

Republik Indonesia.

Tgl 25 Februari 2007 pukul 09.00 WITA KD Sri Perli memasuki wilayah RI sejauh 3.000

yard yang akhirnya diusir keluar oleh KRI Untung Suropati, kembali sekitar pukul 11.00,

satu pesawat udara patroli maritim Malaysia jenis Beech Craft B 200 T Superking melintas

memasuki wilayah RI sejauh 3.000 yard, kemudian empat kapal perang yakni KRI Ki Hadjar

Dewantara, KRI Keris, KRI Untung Suropati dan KRI Welang disiagakan.
KESIMPULAN

Sebagai bangsa yang mempunyai kebanggaan dan rasa memiliki terhadap segala hal yang ada

dalam daerahnya seharusnya Indonesia dapat memilih mana yang harus dipertahankan dengan

sekuat tenaga agar kejadian seperti pengakuan Negara lain terhadap asset Negara tidak lagi

terulang. Banyak hal yang perlu dibenahi dari sikap nasionalisme sebagai bangsa yang merdeka

dan berpegang teguh pada pancasila dan UUD 1945, Indonesia seharusnya mampu nerbuat

banyak di dunia internasional sebagai bukti eksistensi dan rasa percaya diri bahwa kita mampu

sehingga tidak disepelekan bangsa lain. Sebagaimana kasus kita dengan Malaysia yang

seenaknya menganggap enteng oaring Indonesia. Rasa kebanggaan kita tidak boleh tercabik

hanya nkarena bangsa Indonesia kurang mampu memberikan rasa aman dan sejahtera kepada

penduduknya sendiri lantas menjadikan kita lemah dan bergantung pada Negara lain. Hal itu

seharusnya dapat dihindari jika Indonesian lebih berani mengambil keputusan dan berperan aktif

dalam kancah internasional.

Upaya kearah itu masih terbuka lebar dan tidak pernah terlambat untuk berbuat. Para pemimpin

harus lebih memikirkan nasib rakyatnya sebelum ia memikirkan nasibnya sendiri, para pemimpin

harus berani lapar sebelum ia dapatmemberikan kesejahteraan terhadap rakyatnya dan pemimpin

wajib berada dalam pasukan paling depan utnuk membela rakyatnya sebelum Indonesia benar-

benar mati berkalang tanah dan diinjak harga dirinya.

Marilah semua berperan serta dalam mewujudkan system yang ideal, mewujudkan peran yang

nyata untuk Indonesia tercinta.


TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Analisa Sengketa Ambalat Serta Pengaruhnya


Terhadap
Sistem Politik Indonesia dan Sistem Politik Malaysia

Saifullah
150600296

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
Jurusan Komunikasi

You might also like