Professional Documents
Culture Documents
FARHAAN ABDULLAH
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban,penyumbatan liang telinga, trauma lokal
dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektifyang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus
(22%), stafiloko kus.aureus (15%) dan bakteroides (11%). 1 Istilah otitis eksterna
akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh
liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap
pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna di fusa merupakan tipe infeksi
bakteri patogen yang paling umum disebabkan ole h pseudomonas, stafilokokus dan
proteus, atau jamur. 4
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai
tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan
didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis
eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44 %) otitis
eksterna sirkumskripta.
Penyakit ini sering diumpai pada daerah- daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.5-9
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak
peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953)
mengatakan bahwa berenang me rupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan.
Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas,lembab dan trauma
terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya
otitis eksterna.10-12 -
Oleh karena hal- hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti sampai
sejauh mana daya guna klinis pemberian larutan Burrowi dibandingkan dengan
pemakaian salep ichthyol pada pengobatan otitis eksterna akut. Semoga penelitian
ini bermanfaat bagi peneliti- peneliti selanjutnya dan bagi kita semua .
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. EMBRIOLOGI
1.1. Telinga Luar
Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial pertama dan
perkembangannya mulai pada minggu ke - 4 kehamilan. Sewaktu telinga dalam telah
berkembang, telinga tengah dan telinga luar juga berkembang. Pada bagian luar
kepala embrio, diantara lengkung brankial pertama dan kedua, suatu celah brankial
berkembang kearah yang berlawanan dari kantong faring.19
Pada minggu ketujuh pembentukan dari kartilago masih dalam proses dan
pada minggu ke-12 daun telinga dibentuk oleh penggabungan dari tonjolan- tonjolan
diatas. Pada minggu ke20 daun telinga sudah seperti bentuk telinga dewasa, tetapi
ukurannya belum seperti ukuran dewasa sampai umur 9 tahun..20,21,22,23,24
26
Gambar 2 : dikutip dari kepustakaan
Diduga bahwa atresia liang telinga dapat terjadi denga dua cara :
a. Pada awal pertumbuhan dimana terjadi malfomasi daru lengkung pertama dan
kedua brankial yang dapat menimbulkan deformitas dari dun telinga,telinga
tengah dan mastoid .21
b. Pada minggu ke 21 kehamilan terjadi kegagalan resorbsi dari sumbatan epitel
yang menimbulkan atresia liang telinga dengan daun telinga, telinga tengah dan
mastid normal. 21
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior dan
m.aurikularis posterior. Otot- otot ini menghubungkan daun telinga dengan tulang
tengkorak dan kulit kepala. Otot- otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa
orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun
telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot- otot ini. Otot intrinsik
terdiri dari m.helisis mayor, m. helisis minor, m. Tragikus, m.antitragus, m.obligus
aurkularis dan m.transpersus aurikularis. Otot- otot ini berhubungan bagian-bagian
daun telinga.8,13
Persyaratan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus servikalis
yaitu :
n.aurikularis magnus bersama dengan cabang kutaneus n. Fasialis mensarafi
permukaan posterior dan anterior dan bagian posterior. Nervus oksipitalis
mempersarafi bagian atas permukaan posteror daun telinga. Nervus aurikulo
temporalis merupakan cabang n.mandibularis memberikan persarafan daerah tragus,
krus heliks dan bagian atas heliks. Cabang aurikulus nervus menujku kekonka.
Anteheliks dan eminensia konka. Cabang nervus fasialis ada yang menuju kedasar
konka. Saraf daun telinga 24,30
Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan tertentu dapat
menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta
menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan dalam liang telinga,
disamping itu mencegah air masuk kedalam liang telinga.30
Gambar 5. potongan koranal liang telinga dan pembesaran potongan kulit bagian
tulang rawan dan bagian tulang (dkutip dari kepustakaan 27)
Gambar 7. Lapisan kulit liang telinga luar dengan unit apopillosebasea, kelenjar
sebasea dan apokrin. (dikutip dari kepustakaan 32 )
2.6. Perdarahan
Arteri- arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
2.7. Persyaratan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-
saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf
trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding
anterior dan superior liang telinga dan sekmen depan membrana timpani.
Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh fleksus servikal
saraf aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari saraf fasialis (N.VII), glosfaringeus
(N.IX) dan vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang- cabang saraf ini
menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan sekmen posterior dan
inperior membrana timpani.
Batang saraf utama pada jaringan subkutan beralan sejajar dengan
permukaan kulit. Cabang-cabang didalam dermis naik secara vertikal dari batang
saraf subkutaneus tadi. Disini saraf-saraf masuk diantara lilitan kelenar- kelenjar dan
menyelimuti masing- masing tubulus dengan sejumlah besar anastomosis. Serabut -
serabut saraf tadi membentuk suatu jaringan diatas struktur membrana propria dan
pada beberapa daerah dapat menembus kelenjar-kelenjar ekrin kecil. Masing- masing
serabut membentuk jaringan berbentuk keranjang disekeliling folikel rambut.
Ada bukti dalam pemikiran bahwa kelenjar afoktrin dari aksila dan
liang telinga luar dapat dirangsang oleh adrenalin dan preparat yang menyerupai
yang diberi secara sistemik dan melalui suntikan lokal. Sekresinya tidak diinduksi
melalui penyuntikan asetilkolin. Kolinesterase dijumpai disekeliling tubular kelenjar
apoktrin kulit liang telinga, ini menunjukan bahwa saraf yang menyarafinnya tidak
bersifat kolinergik. Temuan ini menguatkan pemikiran bahwa inervasi kelanjar
apokrin liang telinga adalah simpatomimetik.
Disini tidak ada bukti nyata akan pengaruh saraf terhadap sekresi
kelenjar sebasea, walaupun kenyataan bahwa serabut - serabut saraf tanpa myelin
dapat terlihat disekeliling kelenjar. Dinervasi kulit tidak merubah jumlah sekresi
lemak. 30
4. ETIOLOGI
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4dari 1000 orang,
kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari inflamasi,iritasi atau
infeksi pada telinga bagian luar.Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma
mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga.Berenang dalam air yang
tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear). 3
Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil (Furunkulosis) salah satu dari
satu kelenjar sebasea 1/3liang telinga luar.Pada otitis eksterna difusa disini proses
patologis membatasi kulit sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar,konka daun
telinga penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan
lingkungan.Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes
telinga.Alergenyang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin,
framycetyn, gentamicin, polimixin, anti bakteri (clioquinol, Holmes dkk, 1982) dan
anti histamin.Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang
sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk
mengorek telinga. 2
Infeksi merupakan penyakit yang paling umum dari liang telinga luar seperti
otitis eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.30 Karena itu, pada bagian
ini akan diawali dengan membicara kan otitis eksterna difusa.
Otitis eksterna difusa yang dikenal juga sebagai telinga cuaca panas ( hot
weather ear), telinga perenang ( swimmer ear), adalah merupakan suatu problema
umum dibagian otologi yang didapat pada 5 – 20 % penderita yang berobat kedokter
di daerah- daerah tropis dan subtropis pada musim panas.7,30 Otitis eksterna difusa
merupakan komplek gejala peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan
lembab dan dapat dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.
Telinga menjadi gatal serta semakin sakit dan kulit liang telinga menjadi eritema,
edema dan dilapisi oleh sekreta yang berwarna kehijau- hijauan. Dengan semakin
berkembangnya penyakit, pasien merasa sakit bila daun telinga disentuh dan bila
mengunyah. Bila peradangan tidak ditanggulangi secara adekuat, maka rasa sakit,
gatal serta sekret yang berbau akan menetap. 30
4.1. Klasifikasi otitis eksterna
4.1.1. Penyebab tidak diketahui
4.1.1.1. Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
4.1.1.2. Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
4.1.1.3. otitis eksterna membranaosa.
5. FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG
Meskipun banyak faktor penyebab otitis eksterna difusa, beberapa
diantaranya dikenal sebagai faktor penunjang yang penting utnuk terjadinya otitis
eksterna difusa akut pada seseorang.
Beberapa diantara faktor- faktor tersebut serta hubungannya
6.GEJALA KLINIS
Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut.pada suatu penelitian multisenter yang melibatkan
239 pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat 20%, sedang
27%, ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa
sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.30
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%,
sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan
keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.30 Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat - obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.30,35,37,41
8. HISTOPATOLOGI
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis
epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum
dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis
fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang,
aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.7
9. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara
lain meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Kondritis
- Furunkulosis dan karbunkulosis
- dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Karsinoma laing telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium
dini diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna. Tumor ganas
yang paling sering adalah squamous sel karsinoma, walaupun tumor primer seperti
seruminoma, kista adenoid, metastase karsinoma mamma, karsinoma prostat,
„small (oat) cell“ dan karsinoma sel rena l. Adanya rasa sakit pada daerah mastoid
terutama dari tumor ganas dan dapat disingkirkan dengan melakukan pemeriksaan
biopsi. 12
Beberapa prinsip umum yang telah dipakai sejak dahulu dalam mengobati otitis
eksterna adalah :
1. Gunakan pengobatan yang paling sederhana.
2. Hindari pengobatan yang berlebihan dari peradangan akut. Semakin dini
keadaan radangnya maka semakin ringan pulalah sebaiknya obatnya.
3. bila penyakit menimbulkan kulit lebih tebal dan kronis, maka pengobatan
boleh lebih kuat.
4. Pilihlah dengan hati- hati vehikulum dasar seperti juga memilih bahan spesifik
yang lebih sesuai.
5. Ambilah waktu untuk menerangkan kepada pasien tentang cara pengobatan
termasuk disini cara terperinci membersihkan daerah yang diobati, begitu
cara memakai serta menghilangkan obat.
6. Cobalah untuk menghindarkan pemakaian bahan-bahan yang mempunyai
insidens yang tinggi akan terjadi reaksi alergiss yang bisa menimbulkan
dermatitis kontak sekunder. Termasuk disini ialah derivate- derivat seperti
benzokain, antistamin topical seperti difenhidramin, nitrofurazon dan
beberapa antibiotika topical. Bila neomisin dipergunakan tetaplah diingat
bahwa obat ini mungkin menimbulkan dermatitis kontak alergika.8,30,33,35,42,43
Penting untuk diketahui bahwa pengobatan yang berhasil dari penyakit kulit
telinga luar ialah bila obat didalam vehikulum akan masuk kedaerah yang susah
tercapai dan dalam konsentrasi yang adekuat. Sifat dari mikroorganisme penyebab
harus diketahui dan debris yang berakumulasi mengisi liang telinga harus segera
mungkin dibuang, agar terjadi kontak antara antibiotika dengan permukaan kulit.
Rasa sakit dan gangguan tidur harus diatasi. Pengobatan harus diteruskan sampai
kulit pulih menjadi normal dan gejala hilang.8,30,33
Pemberian .
Hablur berbentuk prisma monoklin kecil, tembus cahaya berwarna putih atau
massa hablur bau cuka, rasa manis dan sepat, dalam udara panas merapuh.
Kelarutan.
Larut dalam 2 bagian air dan dalam 63 bagian etanol (95%)P, mudah larut
dalam gliserolP.
Identifikasi.
Memberikan reaksi terhadap timbal dan terhadap asetat. Besi, perak, seng,
dan tembaga. Larutkan 500 mg dalam 10 ml air, tambahkan 2 ml asam sulfat encer
P, biarkan selama 30 menit, saring. Pada filtrate tambahkan kalium heksasianoferat
(II)
Chlorida.
1g memenuhi syarat percobaan batas chloride.
Zat yang tidak larut dalam air
Larutkan 1 g dalam 10 ml air bebas karbondioksida P, larutan hanya boleh
berepalesensi lemah yang dengan penambahan 1 tetes asetat P, jernih.
Penetapan kadar.
Lebih kurang 800 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam campuran 100
ml air dan 2 ml asam asetat P, tambahkan 5 g heksamina P. titrasi dengan dihatrium
edetat 0,05 M menggunakan indikator jingga ksilenol LP hingga larutan menjadi
kuning terang pucat. Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 18,97 mg
C4 H6 O4 Pb.3H2 O.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan adtrigen. 46
Plumbum (lead = timah hitam), tidak terlalu penting peranannya dalam
pengobatan, tetapi cukup menarik dala m hal toksikologi, karena sering sekali
mengakibatkan terjadinya keracunan kronik.
Larutan plumbi asetat yang dipergunakan pada kulit tidak mempunyai efek.
Pada dosis kecil plumbi asetat rasanya kemanis- manisan ( sugar of lead) dan diikuti
rasa logam, tidak menimbulkan gejala-gejala konstipasi. Jika tertelan dalam dosis
besar terutama dalam konsentrasi tinggi, maka akan menimbulkan gejal- gejala
keracunan yang bersifat iritasi seperti mual, muntah, rasa nyeri perut, hematemesis,
melena kadang- kadang konstipasi, rasa hasu sekali, lemah dan kolaps. Jika pasien
sembuh dari gejal- gejala inio maka dapat berlanjut menjadi keracunan timah hitam
yang kronis.
Absorbsi dan ekskresi
Dalam jumlah kecil terdapat dalam makanan dan merupakan zat normal
dalam darah dan jaringan. Bila terlalu banyak tertelan secara terus menerus atau
terhirup oleh paru maka plumbum akan menumpuk dalam tubuh sehingga
menyebabkan keracunan. Plumbum mungkin diserap dari adanya abrasi kulit atau
terbawa kedalam mulut dan tertelan bersama makanan plumbum agaknya lebih
cepat diserap dibanding dengan logam lainnya kecuali air raksa, yang tetap
tersimpan dalam jaringan dalam waktu cukup lama dan ekskresinya sangat lambat.
Ini dijumpai banyak diorgan dan jaringan terutama dalam tulang, hati dan ginjal.
Pada darah terdapat dalam sel darah merah dan diekskresi melalui urine, empedu,
usus, air susu, air liur dan sedikit- sedikit melalui air penguapan.
BAB II
METODE PENELITIAN
8. Cara Kerja :
8.1. Penderita dibagi secara random menjadi 2 kelompok :
Kelompok 1 : yang mendapat pengobatan memakain tampon telinga
yang telah dibasahi dengan larutan Burrowi saring, ditetesi 3 tetes dan
diberikan tiap 2 jam sehari ( 6x perhari)
Kelompok II : yang mendapat pengobatan memakai tampon telinga
yang dilumuri dengan salep ichthyol (ichthammol).
8.2. Para penderita dari kedua kelompok ditindaklanjuti pada hari ke-3,
hari ke-5 dan dievaluasi keluhan dan tanda- tanda klinis :
8.2.1. Keluhan rasa sakit.
8.2.2. Sakit ditelinga bila ditarik, nyeri tekan tragus
8.2.3. Berkurangnya atau hilang penyempitan liang telinga
8.3. Otitis eksterna dikatakan sembuh bila pada pemeriksaan tidak
dijumpai lagi keluha rasa sakit, sakit telinga bila ditarik dan
penyempitan liang telinga.
Penilaian dibuat menurut skor sebagai berikut :
Nilai 4 : - Keluhan rasa sakit tidak ada.
- Bila tragus/ belakang telinga ditekan dan telinga
ditarik tidak meringis
Nilai 3 : - Keluhan rasa sakit tidak ada
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
Dari data penderita otitis eksterna akut yang datang berobat kepoliklinik THT
RSUP H.Adam Malik Medan dari tanggal 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember
2000 didapat 64 orang dengan distribusi yang digambarkan pada diagram dibawah
ini.
Diagram 1. Distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin dan umur
45
40
Presentasi (%)
35
30
25
20
15
10
5
0
L P L P L P Total
Umur
80
60
Jumlah
40
20
0
n % n % n %
Waktu ( Hari)
Keterangan :
N = Penderita
% = Persentase (%)
I = Kelompok I
II = Kelompok II
Dari diagram 2 diatas dapat dilihat bahwa :
Distribusi penderita berdasarkan lamanya pencarian pengobatan, pada Kelompok I
dalam 1 – 3 hari sebanyak 20 orang ( 31,30%) dan dalam 4 – 6 hari sebanyak 12
orang ( 18,70%).
Pada kelompok II dalam 1 – 3 hari sebanyak 24 orang ( 37,50%) dan dalam 4 – 6
hari sebanyak 8 orang (12,50%)
Untuk melihat perbedaan lama pencarian pengobatan pada Kelompok I dan II
dilakukan Uji Kai-Kuadrat dimana Prob. = 0,281, karena Prob. > 0,05 maka Ho
diterima maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama pencarian
pengobatan 1 – 3 hari, 4 – 6 hari pada kelompok I dan II.
Berdasarkan data diatas bahwa penderita mencari pengobatan cenderung pada hari
1 – 3, yaitu sebanyak 44 orang ( 68,80%)
80
60
Jumlah
40
20
0
n % n % n %
Hasil
80
70
60
Jumlah
50
40
30
20
10
0
n % n % n %
Keterangan :
N = Penderita
% = Persentase (%)
I = Kelompok I
II = Kelompok II
120
100
Jumlah
80
60
40
20
0
n % n % n %
Hasil
Keterangan :
N = Penderita
% = Persentase (%)
I = Kelompok I
II = Kelompok II
Dari diagram 5 diatas dapat dilihat pada Kelompok I, dimana penderita yang sembuh
sebanyak 32 orang (50%) dan tidak sembuh tidak ada () %). Pada Kelompok II
penderita yang sembuh 29 orang ( 45,3%) dan tidak sembuh 3 orang (4,7%). Prob
= 0,76, karena Prob > 0,05 maka Ho diterima. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna secara statistik dengan Uji Kai- Kuadrat angka
kesembuhan pada Kelompok I dan Kelompok II.
BAB V
PEMBAHASAN
Dari 64 orang penderita otitis eksterna akut yang diteliti dibagi 2 kelompok (
Kelompok I yang mendapat pengobatan dengan Larutan Burrowi dan Kelompok II
yang mendapat pengobatan dengan salep Ichthyol, secara uji statistik tidak ada
perbedaan yang bermakna berdasarkan penggolongan umur, jenis kelamin, lokasi
penyakit dan lamanya waktu mencari pengobatan, tetapi secara uji statistik ada
perbedaan bermakna dari hasil pengobatan.
KESIMPULAN
Pengobatan otitis eksterna akut dengan larutan Burrowi lebih efektif dibandingkan
dengan salep ichthyol walaupun secara statistik hasil penyembuhan klinisnya tidak
ada perbedaan yang bermakna.
SARAN
Pengobatan otitis ekstema akut cukup diberi larutan Burrowi saring saja karena
efektivitasnya baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
10. Austin DF. Anatomi dan Embriologi. Dalam : Balengger JJ. Penyakit Telinga,
Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Jilid II, Edisi 13. Alih Bahasa : Staf
Ahli THT RSCM, FKUL Jakarta; Bina Rupa Aksara, 1997: 105 - 7.
11. Balenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leber, Jilid II,
Edisi 13. Alih Bahasa : Staf Ahli THT RSCM, FKUI, Jakarta ; Bina Rupa Aksara,
1997: 338 - 48.
12. Bailey BJ : Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 11, Philadephia ; J.B.
Lippicont Company, 1993: 1542 - 55.
13. Russel JD, Et all : What Cause Acute Otitis Externa ? Dalam : the Journal of
Laringology and Otology, Vol 107, No. 10, 1993: 898 - 900.
14. Nan Sati CN : Pola Otitis Eksterna di RS Sumber Waras / FK UNTAR, Jakarta.,
Dalam Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VII, Ujung Pandang, 1986: 463 - 9.
16. Basjrah R, Rahman. A. Uji Coba Banding Klinik Pemakaian Larutan Burrowi dan
Kenakomb tetes pada Otitis Eksterna. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah
Kongres Nasional VII, Surabaya, 1983 : 126 - 46.
17. Thorp. MA, Et all. The Antibacterial Activity of Acid and Burrow's Solution as
Topikal Otological Preparations. The Journal of Laryngology and Otology,
October 1998, Vol. 112 : 925 - 8.
18. Thorp. MA, Et all. Burrow's Solution in The Treatment of Active Mucosal Chronic
Suppurative Otitis Media : Determining An Effective Dilution. The Journal
ofLaryngology and Otology, June 2000, Vol. 114: 432 - 5.
22. Sadler TW. Langman Embriologi Kedoteran, ed 5, Alih Bahasa dr. Irwan
Susanto, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 1995: 311 - 9.
23. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB Saunders Company,
1990:5- 7,210- 1.
24. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science,
Dalam : Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth-
Heinemann Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.
25. Ballantyne J, Groves J. Disease of the Ear, Nose and Throat. 4t ' Ed, London ;
Butterworths,. 1979 : 1 - 65.
27. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan,
ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta,
1994: 78 - 80.
28. Maqbool M. Textbook of Ear, Nose and Throat Diseases, 6"' ed, India ; Jaypee
Brothers Medical Publishers, 1993 : 6 - 11, 80 - 1 .
29. Moore GF. Anatomi and Embriology of The Ear. Dalam : Lee KJ. Text Book of
Otolaryngology and Head and Neck Surgery. Elsivier, 1998: 1 - 26.
30. Senturia HB. Disease of the External Ear, An Otologic Dermatologic. San
Fransisco ; Manual Grime & Strotton, 2nd ed, 1980: 1 - 16, 31 - 59.
31. Sobotta. Atlas Anatomi Manusia, Alih Bahasa Adji Dharma, Jakarta ; EGC, 1985
: 244 - 5.
32. Dorland. Kamus Kedokteran, ed 26, Alih Bahasa Tim Penterjemah EGC, Jakarta,
1996: 1694.
33. Tobing RPM: Kuman Penyebab Otitis Eksterna Diffusa di RS. Pirngadi Medan.
Skripsi, Lab.THT FK USUI RS.H.Adam Malik Medan, 1984.
34. Slack RWT. A Study of There Preparation in the Treatment of Otitis Externa.
The Juornal of Laryngology and Otology, Vol. 101, June, 1987: 533 - 4.
35. Mawson SR. Disease of the Ear, 4d ' ED, London ; Edward Arnold, 1979: 249
- 64.
36. Katz J. Hand Book of Clinical Audiology, 4TH ED, Baltimore ; Williams and Wilkin
Co, 1994: 11- 2.
37. Becker W, Nauman H.H, Rudolf C. Ear, Nose and Throat Diseases, 2th ed,
New York; Thieme Medical Publishers Inc, 1994: 71- 3.
38. Bluestone R. CD, Et all. Pediatric Otolaryngology, 2nd ed., Philadelphia ; WB.
Saunders Company, 1990: 312 - 4.
39. De W es _ e DD. Et all. Otolaryngology Head and neck Surgery, 7`t ' ed, St. Louis
; Mosby Company, 1988: 395 – 40
41. Kopstein E : Otitis Externa, Laringoskope, Vol 94, No.9, Baltimore ; September
1984: 1248.
47. Arif A. Obat Lokal, Dalam : Farmakologi dan Terapi, ed 4, UI, Jakarta ; 1999
501- 22.
50. The United States Pharmacopeia The National Formulary, USP XXII, NF XVII,
January 1990 : 683 - 4.
51. Martin EW. Parctice of Pharmacy, 12th ed, Pennsylvania ; Mack Publishing
Company, 1961 :702.
52. Gennaro AR. Remington's, Pharmaceutical Sciences, 18`t` ed, Pennsylvania ;
Mack Publishing Company, 1990: 764 - 5.
53. http:..ichthyol..com/contentlindex.htm.
54. Gulya AJ. Developmental Anatomy of the Ear. Dalam : Glasscock ME, et all,
Surgery of the Ear, 4h ed, Philadelphia; WB. Saunders Company, 1990: 37 - 8.
55. Hamzah M. De~ ato-Terapi. Dala m : Djuanda A. dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, FK UI, Jakarta ; Balai Penerbit FKUI, 1987: 283- 7.