You are on page 1of 21

SIRKUMSISI

BULAN SABIT MERAH INDONESIA


CABANG PADANG

0
SIRKUMSISI
A. PENGERTIAN
Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Sirkumsisi
bertujuan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat
pada ujung penis yang masih ada preputiumnya
Ada 3 alasan utama orang menjalani sirkumsisi :
1. Karena indikasi medis.
2. Tindakan pencegahan penyakit (untuk masa depan).
3. Alasan agama/keyakinan

B. HUKUM KHITAN DALAM ISLAM

Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti ketundukan
kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:”Kesucian (fitrah) itu ada
lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis dan
memotong kuku” (H.R. Bukhari Muslim).
Dalam fikih Islam, hukum khitan dibedakan antara untuk lelaki dan perempuan. Para ulama
berbeda pendapat mengenai hukum khitan baik untuk lelaki maupun perempuan.

1. Hukum khitan untuk lelaki:

Menurut jumhur (mayoritas ulama), hukum khitan bagi lelaki adalah wajib. Para pendukung
pendapat ini adalah imam Syafi’i, Ahmad, dan sebagian pengikut imam Malik. Imam Hanafi
mengatakan khitan wajib tetapi tidak fardlu.

Menurut riwayat populer dari imam Malik beliau mengatakan khitan hukumnya sunnah. Begitu
juga riwayat dari imam Hanafi dan Hasan al-Basri mengatakan sunnah. Namun bagi imam
Malik, sunnah kalau ditinggalkan berdosa, karena menurut madzhab Maliki sunnah adalah antara
fadlu dan nadb. Ibnu abi Musa dari ulama Hanbali juga mengatakan sunnah muakkadah.

Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mughni mengatakan bahwa khitan bagi lelaki hukumnya wajib
dan kemuliaan bagi perempuan, andaikan seorang lelaki dewasa masuk Islam dan takut khitan
maka tidak wajib baginya, sama dengan kewajiban wudlu dan mandi bisa gugur kalau ditakutkan
membahayakan jiwa, maka khitan pun demikian.

Dalil yang Yang dijadikan landasan bahwa khitan tidak wajib.

1. Salman al-Farisi ketika masuk Islam tidak disuruh khitan;

2. Hadist di atas menyebutkan khitan dalan rentetan amalan sunnah seperti mencukur buku
ketiak dan memndekkan kuku, maka secara logis khitan juga sunnah.

1
3. Hadist Ayaddad bib Aus, Rasulullah s.a.w bersabda:”Khitan itu sunnah bagi lelaki dan
diutamakan bagi perempuan. Namun kata sunnah dalam hadist sering diungkapkan untuk tradisi
dan kebiasaan Rasulullah baik yang wajib maupun bukan dan khitan di sini termasuk yang wajib.

Adapun dalil-dalil yang dijadikan landasan para ulama yang mengatakan khitab wajib adalah
sbb.:

1. Dari Abu Hurairah Rasulullah s.a.w. bersabda bahwa nabi Ibrahim melaksanakan khitan
ketika berumur 80 tahun, beliau khitan dengan menggunakan kapak. (H.R. Bukhari). Nabi
Ibrahim melaksanakannya ketika diperintahkan untuk khitan padahal beliau sudah berumur 80
tahun. Ini menunjukkan betapa kuatnya perintah khitan.

2. Kulit yang di depan alat kelamin terkena najis ketika kencing, kalau tidak dikhitan maka sama
dengan orang yang menyentuh najis di badannya sehingga sholatnya tidak sah. Sholat adalah
ibadah wajib, segala sesuatu yang menjadi prasyarat sholat hukumnya wajib.

3. Hadist riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah s.a.w. berkata kepada Kulaib: “Buanglah
rambut kekafiran dan berkhitanlah”. Perintah Rasulullah s.a.w. menunjukkan kewajiban.

4. Diperbolehkan membuka aurat pada saat khitan, padahal membuka aurat sesuatu yang
dilarang. Ini menujukkan bahwa khitab wajib, karena tidak diperbolehkan sesuatu yang dilarang
kecuali untuk sesuatu yang sangat kuat hukumnya.

5. Memotong anggota tubuh yang tidak bisa tumbuh kembali dan disertai rasa sakit tidak
mungkin kecuali karena perkara wajib, seperti hukum potong tangan bagi pencuri.

6. Khitan merupakan tradisi mat Islam sejak zaman Rasulullah s.a.w. sampai zaman sekarang
dan tidak ada yang meninggalkannya, maka tidak ada alasan yang mengatakan itu tidak wajib.

2. Khitan untuk perempuan

Hukum khitan bagi perempuan telah menjadi perbincangan para ulama. Sebagian mengatakan itu
sunnah dan sebagian mengatakan itu suatu keutamaan saja dan tidak ada yang mengatakan wajib.

Perbedaan pendapat para ulama seputar hukum khitan bagi perempuan tersebut disebabkan
riwayat hadist seputar khitan perempuan yang masih dipermasalahkan kekuatannya.

Tidak ada hadist sahih yang menjelaskan hukum khitan perempuan. Ibnu Mundzir mengatakan
bahwa tidak ada hadist yang bisa dijadikan rujukan dalam masalah khitan perempuan dan tidak
ada sunnah yang bisa dijadikan landasan. Semua hadist yang meriwayatkan khitan perempuan
mempunyai sanad dlaif atau lemah.

Hadist paling populer tentang  khitan perempuan adalah hadist Ummi ‘Atiyah r.a., Rasulllah
bersabda kepadanya:”Wahai Umi Atiyah, berkhitanlah dan jangan berlebihan, sesungguhnya
khitan lebih baik bagi perempuan dan lebih menyenangkan bagi suaminya”. Hadist ini
diriwayatkan oleh Baihaqi, Hakim dari Dhahhak bin Qais. Abu Dawud juga meriwayatkan hadist
serupa namun semua riwayatnya dlaif dan tidak ada yang kuat. Abu Dawud sendiri konon

2
meriwayatkan hadist ini untuk menunjukkan kedlaifannya. Demikian dijelaskan oleh Ibnu Hajar
dalam kitab Talkhisul Khabir.

Mengingat tidak ada hadist yang kuat tentang khitan perempuan ini, Ibnu Hajar meriwayatkan
bahwa sebagian ulama Syafi’iyah dan riwayat dari imam Ahmad mengatakan bahwa tidak ada
anjuran khitan bagi perempuan.

Sebagian ulama mengatakan bahwa perempuan Timur (kawasan semenanjung Arab) dianjurkan
khitan, sedangkan perempuan Barat dari kawasan Afrika tidak diwajibkan khitan karena tidak
mempunyai kulit yang perlu dipotong yang sering mengganggu atau menyebabkan kekurang
nyamanan perempuan itu sendiri.

C. METODE SIRKUMSISI

1. Dorsumsisi (dorsal slit) : Pertama-tama mengiris kulit di bagian punggung penis


(dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan ujung bagian dalam penis. Kedua,
mengiris kulit kulup yang mengelilingi penis (sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi
terbuka. Setelah itu menjahit luka irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung
cepat dan tidak timbul komplikasi
2. Cara Kuno : Dengan menggunakan sebilah bambu tajam. Para bong supit alias mantri
sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut. Namun cara ini
mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril
3. Metode Cincin (smart klem) : Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar
tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup
akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5
menit.
4. Metode Amputasi : setelah di anastesi preputium ditarik dengan klem dan dijepit dengan
koher/klem, preputium dipotong (bisa dengan pisau, laser CO2, electriccauter atau
dengan flashcauter), kemudian dilakukan penjahitan.

3
D.TEKNIK KONVENSIONAL (DORSUMSISI / DORSAL SLIT OPERATION)

Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian
dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan
pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronaries

Keuntungan
 Kelebihan kulit mukosa bisa diatur
 Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil
 Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa
 Tidak melukai glan dan frenulum
 Pendarahan bisa cepat diatasi
 Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.
 Baik untuk pemula.(tehnik yang paling aman)

Kerugian :
1) Pendarahan relative lebih banyak.
2) Teknik sulit dan lebih rumit
3) Insisi sering tidak rata, tidak simetris.
4) Waktu lebih lama.

Pelaksanaan Sirkumsisi :

1. Persiapan Anak :

Sebelum memutuskan apakah pasien dapat dikhitan serta untuk menghindari penyulit pada saat
atau sesudah proses khitan, atau kemungkinan adanya kontraindikasi klhitan ada beberapa hal
yang harus dicermati antaralain:

a. Hypospadia/epispadia
Hal-hal yang perlu ditanyakan/diperhatikan:
- Arah pancaran kencing ke depan, atas atau bawah.
- Apakah penis melengkung saat ereksi
- Kelainan bentuk penis, meatus uretra eksternsa, atau adanya korda.

b. Kelainan hemostasistanya:
Riwayat pendarahan lama setelah luka.
Riwayat perdarahan lama setelah cabut gigi.
Riwayat gosok gigi sering berdarah.
Riwayat kulit mudah membiru bila terkena benturan ringan.
Riwayat perdarahan lama pada keluarga ketika luka.
Riwayat operasi sebelumnya.

c. Diabetus Mellitus : Tanyakan trias DM (polidipsi, poliphagi, poliuri), pruritus, parestesi


(kesemutan), riwayat DM di keluarga.4.

4
d. Riwayat penyakit lain : misal asma bronkiale, epilepsi yang sewaktu-waktu bisa kambuh
sehingga kita bisa menyiapkan obat-obatan.

e. Riwayat penyakit menular  semisal hepatitis B,C,D, HIV positif, AIDS. 

f. Riwayat alergi obat : Riwayat reaksi gatal2, kemerahan, pusing, pingsan setelah mendapat
suntikan atau obat tertentu. Bila alergi iodin bisa diganti savlon sebagai antiseptiknya. 

2. Persiapan Inform Concern

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan terhadap pasien, hal lain yang sangat penting
terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent.
Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).

Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan


mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail,
maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh
pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.

3. Persiapan Peralatan

Perlengkapan sebelum mulai menerima pasien untuk dikhitan, terlebih dahulu kita harus
melakukan persiapan di meja operasi

a. Meja untuk pasien berbaring beserta perlaknya dan kipas angin, serta pencahayaan yang baik
atau headlamp
b. Minor set/Sirkum Set terdiri dari :
 gunting dengan ujung tajam dan tumpul
 pinset anatomis
 Klem lurus 2 buah
 Klem bengkok (mosquito) 1 buah
 Neddle holder 1 buah- semuanya berukuran kecil-sedang bukan yang
besar-besar
 Comb kecil (wadah untuk menampung betadin dan alcohol)

5
c. Wadah stainles untuk minor set- semuanya ini dalam kondisi steril
d. Jarum cutting ukuran kecil-sedang (3.0-2.0) dan benang cat-gut plain ( lebih baik lagi bila
ada yang atraumatik
e. Spuit 3 cc dan lidocain 2% atau Pehacain
f. Kassa steril yang cukup
g. Plester
h. Trifamycetin zalf atau sofratule bila ada
i. Duk steril bolong, handskun steril ukuran sesuai tangan
j. Adrenalin yang sudah dimasukkan dalam spuit untuk jaga-jaga saja
k. Alkohol 70 % dan betadine
l. Tempat sampah
m. Setelah persiapan lengkap lidocain sudah masuk dalam spuit sebanyak 2,5 cc, jarum sudah
dipegang oleh needle holder serta benang catgut sudah terpasang ( “klik” 2 kali ) di pantat
jarum, barulah kita panggil pasien

4. Tenangkan Anak

Pada umumnya setiap anak akan merasa takut jika berhadapan dengan dokter atau paramedis.
Keadaan ini merupakan salah satu hambatan besar jika anak yang akan dikhitan tidak kooperatif.
Untuk menciptakan suasana kooperativ antara operator atau asisten dan anak yang akan dikhitan,
perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut :

6
a. Alihkan perhatian dengan cara mengajak ngobrol, bercanda, atau menyuruh anak
membaca hafalan ayat Al Quran terutama pada saat dilakukan suntikan anestesi.
b. Beri kesan bahwa dikhitan bukan hal yang menakutkan.
c. Jangan meletakkan instrument atau alat suntik mudah terlihat.
d. Jangan sampai mendengar tangisan anak lain.
e. Usahakan orang tua atau keluarga tidak menunggui anak yang dikhitan, agar anak tidak
cengeng.

6. Aseptik dan Anastesi

a. Operator mencuci tangan dan memakai handscoen


b. Siapkan posisikan anak, alat dan operator yang nyaman untuk melakukan sirkumsisi
c. Mulailah dengan bismillah dan memohon perlindungan Allah SWT.
d. Lakukan tindakan aseptik, bersihkan lapangan kerja dengan betadin.

 Pegang dan tarik sedikit ujung prepusium dengan kasa steril oleh tangan kiri.
 Usapkan iodine povidon 10% ke seluruh permukaan penis dan daerah sekitarnya
dengan tangan kanan
 Perhatikan pola pengusapan yang melingkar keluar dan tidak mengusap bagian yang
sudah diusap sebelumnya Pengusapan iodin povidon maupun alkohol dimulai dari
ujung distal penis, diteruskan ke pangkal (proksimal) secara melingkar mengarah
keluar seperti pola obat nyamuk (sentrifugal), tunggu sekitar 2 menit.
 Jika ingin mengulang gantilah kassa/kapas yang baru dan lakukan cara yang sama.
 Dengan cara yang sama, usapkan juga alcohol 70%.
 Tutuplah lapangan operasi dengan duk bolong steril.

e. Lakukan anastesi : Sircumsisi pada umumnya menggunakan anestesi lokal, teknik anastesi
yang dipakai biasanya blok, infiltrasi atau gabungan keduanyaBergantung pada kondisi atau
kebiasaan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
i. Anastesi blok

7
Bertujuan memblok semua impuls sensorik dari batang penis melalui pemblokiran nervus
pudendus yang terletak dibawah fasia Buch dan ligamentum suspensorium dengan cara
memasukkan cairan anestesi dengan jarum tegak lurus sedikit diatas pangkal penis, diatas
simfisis osis pubis sampai menembus fasia Buch.

ii. Anastesi infiltrasi

Daerah penyuntikan disesuaikan dengan lokasi persarafan. Secara anatomis, cabang-cabang


saraf yang mempersarafi penis berada pada sekitar jam 11 dan jam 1, cabang cabangnya sekitar
di jam 5, jam 7 serta daerah frenulum.

Lokasi penyuntikan adalah sekitar ½ - 2/3 proksimal batang penis secara subkutis agak
kedalam sedikit agar obat masuk ke tunika albuginea. Jarum disuntikan di daerah dorsum penis
proksimal secara sub kutan, gerakkan kekanan, aspirasi, tarik jarum sambil menginjeksikan
cairan anestesi, jarum jangan sampai keluar kemudian arahkan jaruh ke lateral kiri, ulangi
seperti lateral kanan. Kemudian jarum injeksikan di daerah ventral dan lakukan infiltrasi
seperti diatas sehingga pada akhirnya terbentuk Ring Block Massage penis, karena obat
anestesi membutuhkan waktu untuk bekerja. Tunggu 3-5 menit kemudian dilakukan test
dengan menjepit ujung preputium dengan klem. Apabila belum teranestesi penuh ditunggu
sampai dengan anestesi bekerja kira-kira 3-5 menit berikutnya. Pada batas tertentu bila
dipandang perlu dapat dilakukan tambahan anestesi.

7. Membebaskan Perlengketan.

Perlengketan yang dimaksud disini adalah antara prepusium dan gland penis, kususnya
didaerah korona glandis. Hal ini diakibatkan adanya smegma yang menumpuk dan mengeras,
akibat higiene yang kurang baik atau karena kelainan phimosis.

8
Smegma yang terlanjur menumpuk dan mengeras sulit
dibersihkan dengan tangan tanpa alat bantu. Namun hal
itu tidak akan dapat dilakukan sebelum kita
membebaskan perlengketan gland penis dan mukosa
prepusium. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini
diantaranya:

i. Teknik klem
Caranya, tarik preputium ke proksimal kemudian klem
dibuka sambil didorong ke arah perlengketan. Cara ini
dilakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral
sampai terlihat sulkus korona glandis dan pangkal mukosa
prepusium di sekeliling sulkus korona glan penis.

Keuntungan tehnik ini adalah dapat membebaskan perlengketan dengan cepat sedangkan
keurangannya adalah dapat menyebabkan lecet didaerah gland dan mukosa. Yang harus
diperhatikan dalam tehnik ini bahwa ujung klem harus benar-benar tumpul.

ii. Teknik kasa


Caranya sama, preputium ditarik dengan tangan kiri ke arah proksimal sampai meregang
sehingga terlihat perlengketan, tangan kanan memegang kasa steril untuk membebaskan
perlengketan. Kemudian daerah perlengketan didorong dengan kasa dan didorong ke arah
proksimal sehingga perlengketan terlepas sedikit demi sedikit. Keuntungan tehnik ini adalah
minimnya resiko lecet atau trauma pada gland penis, namun kerugiannya adalah prosesnya
memakan waktu relatif lama.

Yang harus diperhatikan dari beberapa tehnik diatas adalah perlengketan sekeliling perbatasan
mukosa dan gland penis harus benar-benar bebas / lepas seluruhnya. Ciri perlengketan sudah
lepas adalah sudah terlihat batas mukosa-batang penis dan sulkus korona glandis secara utuh,
terlihat sebagai sudut tumpul yang melingkar sepanjang lingkaran penis.

8. Membersihkan Smegma

Smegma yaitu sekret dari kelenjar yang dapat mengeras, berupa


butiran-butiran putih seperti kapur yang berkumpul antara
mukosa dan gland penis, utamanya didaerah korona glandis.
Membersihkannya dengan didorong kasa steril sedikit demi
sedikit. Namun jika smegma sulit dilepaskan basahilah kasa
dengan iodin povidon kemudian lakukan cara yang sama dengan
diatas. Jika dengan cara ini smegma masih sulit terlepas, dapat diatasi dengan klem mosquito
dengan cara menjepit gumpalan smegma satu persatu, kemudian bersihkan dengan kasa yang
telah dicelup iodin povidon 10%.

9
9. Lakukan Dorsumsisi

Tandai batas insisi dengan menjepit kulit prepusium dengan klem/pinset. Prepusium dijepit
klem pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal. Preputium dijepit dengan klem bengkok dan
frenulum dijepit dengan kocher. Preputium diinsisi pada jam 12 diantara jepitan klem dengan
menggunakan gunting kearah sulcus coronarius, sisakan mukosa kulit secukupnya dari bagian

distal sulcus pasang tali kendali

Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di distal penis (pada
frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat tali kendali ). Gunting dan rapikan
kelebihan mukosa

10
Rawat perdarahan yang terjadi Perawatan perdarahan di lakukan dengan mencari sumber
perdarahan dengan menghapus daerah luka dengan menggunakan kasa, bila di dapatkan sumber
perdarahan segera di jepit dengan klem/pean arteri kecil. Tarik klem, ligasi dengan mengikat
jaringan sumber perdarahan dengan catgut. Potong ikatan sependek mungkin. Cari seluruh
sumber perdarahan lain dan lakukan hal yang serupa

10.Jahitan Frenulum

Khusus untuk penjahitan di daerah frenulum (jam 6) ada beberapa teknik yang berkaitan dengan
adanya arteri sehingga pada saat hekting dapat sekaligus meligasi arteri tersebut bila sebelumnya
belum diligasi.

Teknik yang digunakan adalah :

a. Teknik Dua Lingkaran

Keuntungan teknik ini adalah ligasi-


hekting arteri dilakukan lebih dahulu (tidak bersamaan dengan hekting kulit) sehingga setelah
perdarahan diyakini teratasi benang yang digunakan dapat langsung menjahit mukosa dan kulit
tanpa dipotong. Ligasi-hekting di frenulum ini sebaiknya dilakukan terakhir kali setelah semua
perdarahan di daerah lain diligasi (tetapi pengkleman tetap paling awal).

Tekniknya adalah :
1) Klem arteri frenulum. Dengan klem mosquito, yakinkan bahwa arteri benar-benar
terjepit.

11
2) Lakukan ligasi-hekting di bagian bawah tengah klem.
3) Simpulkan dengan erat ke bagian depan (distal) minimal 2 kali.
4) lingkarkan benang tadi kea rah belakang (proksimal) dan simpulkan dengan erat sambil
klem dibuka perlahan-lahan supaya ikatan tak menjadi longgar.
5) Cek kembali apakah perdarahan teratasi atau tidak (benang tadi jangan dulu digunting)
6) Jahitkan benang tersebut ke kulit di jam 6 seperti jahitan interrupted biasa, kemudian
benang digunting.

b. Jahitan Matras

Ligasi-hekting arteri dilakukan sekaligus dengan kulit. Kelemahannya adalah jika perdarahan
arteri masih ada terpaksa jahitan dengan kulit harus dibuka dan dicari lagi sumber
perdarahannya.

Tekniknya adalah :

1) Tusukkan jarum dari bagian kulit sedikit sebelah kanan rafe penis, terus ke dalam dan
keluar di sisa mukosa yang sejajar.
2) Tusukkan kembali jarum ke mukosa di sisi yang bersebrangan terhadap frenulum sampai
keluar kembali kulit di sisi yang sejajar dengan tusukan kedua.
3) Simpulkan dengan erat minimal tiga kali.

c. teknik ligasi-hekting angka 8


Ada dua variasi dari teknik ini, perbedaannya adalah pada tusukan jarum pertama dan arah
simpul. Namun pada prinsip dan manfaatnya tidak ada perbedaan.

Tekniknya adalah :
1) Tusukkan jarum pada sisa mukosa sedikit sebelah kiri frenulum, lalu masuk menyilang
dan keluar dari kulit di sisi yang bersebrangan (sebelah kanan rafe penis).

12
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kanan terus masuk dan menyilang
sampai keluar di kulit sisi bersebrangan (sebelah kiri).
3) Simpulkan dengan erat minimal 3kali.
Variasi lain :
1) Tusukkan jarum pada kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu masuk menyilang dan
keluar di sisa mukosa disisi yang bersebrangan (sebelah kanan frenulum)
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kiri terus masku menyilang keluar di
kulit sisi bersebrangan (sebelah kanan rafe penis)
3) Simpulkan dengan erat minimal 3 kali.
.· 
11. Hecting Mukosa dan Kulit

Tujuan penjahitan adalah untuk mendekatkan daerah luka (aproksimasi) agar penyembuhan lebih
cepat. Penjahitan dilakukan antara bagian ujung sisa mukosa dan tepi kulit, setelah benar-benar
yakin tidak ada lagi pendarahan aktif.

Penjahitan ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa mengarah ke pangkal penis untuk menembus
tepi kulit dari dalam. Perlu diingat bahwa arah penjahitan selalu menjauhi glans penis untuk
menghindari trauma pada glans.

Sebelum dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada


lagi perdarahan aktif. Lakukan pengecekan dengan
balut tekan yang dilingkarkan, kemudian buka dan
perhatikan apakah masih ada perdarahan.

Sebelum dilakukan penjahitan ada yang


memakai/melakukan tali kendali di jam 3, 9, dan jam
12 dengan maksud supaya jahitan lebih rapih dan
simetris. Tali kendali dibuat dengan menyatukan
mukosa dan kulit oleh benang sepanjang sekitar 6cm
tanpa disimpulkan. Ujung benang tadi diklem agar terfiksasi. Sesudah hekting selesai, tali
kendali ini dapat digunting atau diikat sebagai bagian dari hekting.Jahitan simpul bisa dilakukan
pada jam 3 dan 9 atau jam 2,4, 8 dan 10. Tidak diianjurkan Mengikatnya terlalu erat.

Tidak dianjurkan menggunakan jahitan jelujur (Continuous Suture). Cara ini lebih sulit terutama
pada anak yang tidak kooperatif. Kerugiannya adalah jika terdapat penyulit perdarahan di daerah
tertentu bila jahitan dibuka, jahitan lainnya akan longgar dan lepas. Kerugian lain adalah dapat
menimbulkan penekanan terhadap daerah di bawah jahitan bila terjadi edema sehingga penis
seakan-akan tercekik. Keuntungan penjahitan ini seluruh lingkaran insisi terjahit sehingga lebih
rapih

Bila telah dijahit semua maka lihat apakah ada bagian yang renggang yang memerlukan jahitan.

12. Perawatan Luka

13
Setelah selesai di jahit olesi tepi luka dengan betadine, bila perlu beri dan olesi dengan salep
antibiotik. Perawatan luka bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.

a. Metode terbuka (Open Care)

Bagi sebagian pengkhitan ada yang tidak membalut luka pascakhitan dengan maksud supaya
luka cepat kering karena dengan terbukanya luka operasi maka evaporasi berlangsung lebih baik.
Perawatan ini bisa dilakukan bila ada jaminan penderita mampu menjaga kebersihan luka.
Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan secara terbuka (dianjurkan urologi).

Keuntungan ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan resiko infeksi yang mungkin terjadi.
Luka pascakhitan adalah salah satu luka yang rawan infeksi, sebab umumnya yang dikhitan
adalah anak-anak yang biasanya belum mampu menjaga kebersihan dengan baik. Juga luka
khitan ini sering terkena siraman air setelah buang air kecil yang menyebabkan terbawanya
kuman oleh air dan sukar keringnya luka

Oleh karena itu, jika menurut perkiraan kita, anak atau orang yang dikhitan tersebut sulit
memelihara kebersihan, lebih baik jika dibalut. Secara ringkas keuntungan dan kerugian antara
dibalut dan tidak, dapat dilihat pada table berikut.

Keuntungan Kerugian
Dibalut -         Terlindungi dari kotoran. -   Bila balutan basah, agak lama kering
-         Luka tidak tergesek celana -   Komplikasi tidak segera terlihat

-         Baik untuk anak kecil dan aktif bermain -   Kesulitan dalam melepas karena kering

Tidak -         Luka lebih cepat kering -         Perlindungan terhadap infeksi
kurang
Dibalut -         Komplikasi segera terlihat
-         Rasa nyeri akibat tergores celana.

b. Metode tertutup (Close Care)

Setelah diberi betadine dan salep antibiotika, bila perlu berikan sufratule secara melingkar. Tutup
denga kasa steril, ujung kain kasa dipilin sebagai tempat fiksasi supra pubic dengan
menggunakan plester (Balutan Suspensorium) atau biarkan berbentuk cincin (Balutan
Ring).Pembalutan luka pascaoperasi bertujuan untuk melindungi daerah operasi dari kotoran.

Balutan yang dapat dilakukan ada beberapa macam pilihan, tergantung kepada umur pasien dan
besarnya badan anak. Pada anak yang gemuk, biasanya penis “tertanam” kedalam sehingga
hanya sebagian kecil saja yang muncul bahkan mungkin hanya glans penisnya saja yang terlihat.

14
Keadaan ini memerlukan teknik khusus dalam membalutnya.     Secara umum, balutan yang
digunakan terdiri dari beberapa lapisan tergantung pada kebutuhan.

1). lapisan antibiotic atau antiseptic


Lapisan ini bisa menggunakan tulle (sofra tulle ® , darian tulle®) dipotong sesuai luka insisi, kira-
kira 1×5 cm, dibalutkan melingkari luka insisi. Lapisan ini bisa juga diganti dengan mengolesi
luka insisi dengan salep betadin, salep tetrasiklin, salep gentamisin 0,1% atau salep
kloramfenikol.

2). Lapisan kasa steril.


Berupa lipatan tipis kasa steril dengan ukuran sekitar 1,5×8 cm atau 2×5 cm untuk tipe balutan
cincin.

3). Plester
Gunanya untuk memfiksasi balutan yang telah dipasang. Ada juga balutan yang sudah
mengandung beberapa lapisan sekaligus sehingga kita hanya tinggal mengolesi dengan salep
antibiotic/antiseptic saja. Balutan ini diberi nama Hypafix Dressing Strip ® . Penggunaanya sangat
praktis tinggal menggunting disesuaikan dengan ukuran penis.

Bentuk balutan :

1). Balutan Gama

Disebut balutan gama karena balutannya menyerupai symbol gama dengan membentuk lubang di
bagian bawah di mana luka insisi penis diselimuti dan bagian atas berupa “kumis” untuk
memfiksasi ke dinding perut.

Caranya, sekitar luka dibalut secara melingkar dengan kasa steril dan di dalamnya bisa memakai
sofratule atau olesan salep antibiotic. Kasa dengan panjang posisi simetris diletakkan di bagian
ventral penis dan dilingkarkan ke atas, lalu kedua ujungnya di silangkan dan di tempelkan ke
pangkal penis menempel pada kulit abdomen sehingga terlihat seperti gambar gamma. Setelah
itu, mulai dari bagian bawah dipasang plester melingkar mengikuti kasa tetapi setelah sampai di
dinding abdomen, ujun-ujung plester direkatkan pada kulit abdomen. Balutan ini sangat baik
untuk anak kecil yang penisnya jarang atau tidak terlalu panjang jika ereksi. Ujung kasa dapat
juga dipilin lalu ujungnya diplester.

2). Balutan cincin

Balutan ini hanya dilekatkan pada daerah sayatan saja tanpa dilekatkan ke pangkal penis atau
kulit perut sehingga menyerupai bentuk cincin. Balutan ini baik untuk dewasa karena tak ada
tahanan penis ke kulit perut jika ereksi seperti pada jenis balutan pertama, regangan akibat ereksi
dapat dikurangi. Sebaiknya digunakan salep antibiotic untuk memelihara kelenturan kulit
sehingga tidak mudah berdarah jika ereksi.

15
13. Post Operation Care

a. Medikamentosa yang diberikan dapat berupa


Analgetika : Antalgin 500mg PO 3dd1 atau Asam Mefenamat 500mg PO 3dd1
Antibiotika : Amoksisilin 500mg PO 3dd1 atau Eritromisin 500mg 3dd1
Roboransia : Vitamin B Complex dan Vitamin C
NB : jika anak berbadan kecil bias disesuaikan per kg BB

b. Edukasi.

 Luka dalam 3 hari jangan kena air


 Hati hati dengan perdarahan post circumsisi, bila ada segera kontrol
 Perbanyak istirahat
 Bila selesai kencing hapus sisa air kencing dengan tisue atau kasa
 Perbanyak dengan makan dan minum yang bergizi terutama yang banyak mengandung
protein, tidak ada larangan makan.
 Setelah 3-5 hari post circumsisi buka perban di rumah segera kontrol.

E. METODE AMPUTASI

Khitan metode ini merupakan khitan standar yang paling kuno namun masih banyak dipakai
sampai saat ini, baik oleh tenaga medis maupun non medis
 
Keuntungan.
-    Peralatan lebih murah dan sederhana, sudah banyak dikenal masyarakat.
-    Biaya relative lebih murah.
Kerugian atau resiko :
-    Resiko glan terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan dibawah koher.
-    Proses memakan waktu cukup lama, kurang cocok untuk acara khitan masal yang lagi
marak terahir ini.
-    Mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang.
-    Bisa terjadi trauma jaringan dan nekrosis jika jepitan koher terlalu lama .
-    Resiko pendarahan operasi relative sangat tinggi,demikian halnya paska operasi.
 
Teknik khitan standar ( konvensional )
1. Tandai batas insisi
2. Pasang klem pada jam 12 dan 6 ditarik ke distal sampai teregang.
3. Pastikan perlekatan preputium telah dilepas dengan baik .
4. Urutlah glans  seproksimal mungkin dan fiksasi glans dengan tangan kiri.
5. Jepit koher pada batas yang telah kita tandai dengan arah melintang miring (sekitar 40
derajat) antara jam 12 dan 6 ( jam 6 lebih distal)
6. Yakinkan bahwa glans tidak terjepit.
16
7. Gunting / sayat dengan bisturi dibagian atas atau bawah koher/klem.
8. Lepaskan koher/klem dan munculkan kembali glans.
9. Rapikan sayatan terutama jika mukosa masih panjang.

Catatan :
Jika insisi dibawah koher, arah sisi tajam bisturi selalu menjauh dari glans penis. Perbedaan
teknik amputasi dengan dorsumsisi adalah pada pemotongan preputiumnya, tahap persiapan,
penjahitan dan post operatif care relatif sama.

Pemotongan preputium selain menggunakan bisturi dan gunting, bias juga laser CO2, ataupun
electric cauter yang menimbulkan perdarahan minimal.

F.KHITAN PADA FIMOSIS, PARAFIMOSIS DAN ANAK KEGEMUKAN

1. Fimosis, parafimosis
Yang menjadi penyulit pada kasus ini adalah tahap pembebasan perlengketan dan pembersihan
smegma, mengingat lubang prepusium sangat kecil.

Cara mengatasinya ada dua macam, yaitu:

a. Dilatasi
Dilatasi lubang prepusium (setelah dianastesi) dengan menggunakan klem mosquito secara
berulang-ulang sampai lubang membesar. Sambil dilatasi, prepusium terus ditarik ke proksimal
sampai muncul glans penis. Dengan cara ini bersamaan dengan mendilatasi juga dilakukan
pembebasan glans dari perlengketan dengan mukosa prepusium.

b. Insisi dorsal
Setelah dilakukan anestesi buatlah sayatan sedikit memanjang di jam 12 (seperti sayatan pertama
pada dorsumsisi). Langkah selanjutnya adalah membebaskan perlengketan dan membersihkan
smegma.

17
Ingat, jangan langsung menggunakan teknik klasik (Gullotine) sebelum dilakukan pembebasan
perlengketan dan pembersihan smegma. Walaupun kelihatannya mudah tetapi sesudah kulit
dipotong akan lebih sulit memotong mukosa yang menempel erat pada glans (pada kasus
fimosis/parafimosis, mukosa selalu rapat dengan glans).

2. Anak gemuk
Batang penis biasanya “tertanam” sehingga hanya sebagian kecil saja yang muncul bahkan ada
yang hanya glansnya saja yang muncul. Untuk menambah panjang batang penis yang muncul,
ganjallah pantat anak dengan bantal.

G.MACAM-MACAM PENYULIT SIRKUMSISI DAN PENANGANANNYA.

Penyulit Dini : 
Adalah penyulit yang terjadi saat operasi khitan atau sirkumsisi berlangsung, atau beberapa saat
setelahnya. Dibawah ini adalah beberapa penyulit dini sirkumsisi yang dapat  terjadi
-          Hematom
-          Odem
-          Gland Penis Tertusuk atau Tersayat
-          Gland Penis Terbakar Elektrocauter.
-          Syock anafilaktik dan syok neurogenik.
-          Pendarahan Paska Khitan.
 
Penyulit Lanjut :
-          Infeksi
-          Prepusium Tumbuh Lagi
-          Sukar Kencing
-          Femosis dan Parafimosis Paska Khitan (Sirkumsisi )
 
1. Hematom pada khitan.
Pecahnya pembuluh darah akibat penusukan jarum suntik saat anestesi dapat menimbulkan
hematom dimana bocoran darah tersebut mengumpul dan membentuk benjolan yang besarnya
bergantung dari banyaknya darah yang keluar dari pembuluh darah. Pada pembuluh darah kecil
biasanya hematom tidak membesar karena platelat plug sudah cukup untuk menghentikannya.
Maka hendaknya kita evaluasi hamatum untuk beberapa saat, apakah terus membesar atau tidak.
Jika terus membesar kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah untuk segera
menanganinya dengan benang ( diikat)  atau metode flashcutter dan yang lainnya. Sedangkan
bekuan darah yang terkumpul tadi segera kita bersihkan atau kita buang. Namun tindakan diatas
dapat diabaikan jika hematum tidak membesar.

18
2. Odem 
Biasanya odem saat khitan diakibatkan cairan anestesi yang tidak terserap, cairan ini terkumpul
didalam jaringan ikat mukosa dan sub mukosa. Ini dapat mempersulit saat penjahitan luka. Jika
odem dirasa sangat mengganggu sabaiknya dibuang atau dikurangi. Meskipun jika kita abaikan
pada ahirnya cairan tersebut secara fisiologis akan terserap (di-absorbsi) dengan sendirinya,
namun membutuhkan waktu absorbsi yang berfariasi sampai mencapai 24 jam.
3. Gland Penis Tersayat , Tertusuk atau Terpotong.
 Penyulit yang satu ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ketelitian, kecerobohan atau
profesionalisme pelakunya. Kejadian ini umumnya terjadi pada metode khitan konfensional, Jika
ini terjadi pendarahan pada gland penis umumnya sangat deras terutama saat ereksi.
Tindakan pertolongan pertama adalah menekan pendarahan dengan kasa berulang-ulang. Dalam
kondisi tertentu dapat diberikan adrenalin pada kasa tersebut (dikompres), namun harus
diperhatikan denyut nadi penderita, jika terjadi takhikardi segera hentikan kompres. Dapat pula
diberikan injeksi transtamin atau karbazokhrom semisal Adona. Jika luka sangat parah dan anda
ragu untuk dapat menanganinya dengan baik, segera dilarikan ke rumah sakit atu dokter ahli
bedah.
4. Syok anafilaktik, syok neurogenik.
Syok neurobenik, disebabkan kegagalan resistensi arteri sehingga darah tertimbun pada
pembuluh darah yang berdilatasiakibat perangsangan saraf atau psikis, bias berupa nyeri hebat,
reaksi ketakutan yang amat sangat maupun trauma spinal.
Syok neurogenik dapat dikenali tanda-tandanya atau gejalanya diantaranya: pucat, keringat
dingin, lemas, badan terasa melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut penderita dapat pingsan
diikuti hipotensi dan bradikardi. Selain yang diakibatkan anastesi spinal atau trauma spinal, syok
neurogenik dapat sembuh spontan, hal yang perlu dilakukanadalah dengan meletakkan kepala
penderita lebih rendah dari kaki. Jika penderita masih pingsan perlu dicari penyebab yang lain. 
Syok anafilaktik, diakibatkan reaksi alergi tipe cepat (tipe1), terjadinya segera atau beberapa saat
setelah masuknya allergen, misalnya obat atu pasien menunjukkan tanda-tanda syok. Reaksi ini
sifatnya individual dan agak sulit diduga. Kebanyakan terjadi akibat pemberian antibiotic dan
serum seperti ATS.
Jika pasien mengalami hal ini penatalaksanaan perawatannya sebagai berikut :
-    Letakkan pasien dalam posisi terlentang.
-    Suntikkan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4ml (im), sebaiknya otot deltoid atau
subcutan (sc) dan segera di massage, ulangi pemberian 0,3-0,4ml adrenalin tiap 5-
20menit sampai tekanan sistolik mencapai 90-100 mmHg dan denyut jantung/nadi tidak
melebihi 120x/menit.
-     Suntikan antihistamin difenhidramin 10-20mg.][Kortiko steroid-hidrokortison 100-
250mg (iv) perlahan lahan atau deksamethason 8-20mg(iv) >> 1ml mengandung 5mg
deksamethason)] [ Aminophilin 200-500mg (iv) perlahan-lahan bila ada spasme
bronchial. >>1ml mengandung 24mg aminophilin ]
-    Bila nafas berhenti segera beri nafas buatan, bila disertai berhenti detak jantung segera
berikan tindakan pijatan jantung ( penekanan pertengahan sternum).

19
-    Bersama dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatandan kompresi jantung,
pemasangan infuse dengan cairan apa saja,kalau ada dapat dengan kristoloid (NaCl dan
Ringer Laktat) dengan tetesan secepat mungkin (guyur).
-    Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.
 
5. Pendarahan Paska Khitan.
 Pendarahan ini dapat terjadi beberapa saat setelah operasi selesai atau anak sudah berada
dirumah atau beberapa jam kemudian. Hal ini diakibatkan oleh ikatan/ ligasi yang lepas, akibat
kurang sempurnanya ikatan atau anak hiperaktiv. Dapat pula diakibatkan ketidaktelitian operator
dalam mencari dan menghentikan pendarahan.
 Pendarahan banyak terjadi pada anastesi local yang mengandung adrenalin pada khitan metode
konfensional, karena pada saat efek vasokonstriktor bekerja pembuluh darah kecil berkontraksi
sehingga tidak tampak adanya pendarahan, namun setelah efeknya habis akan muncul
pendarahan. Faktor anemi dan gizi buruk juga ikut andil dalam kasus ini. Hal ini dapat
diminimalisir jika dilakukan dengan metode Flashcutter yang bekerja 2 fungsi dalam sekali
tindakan, artinya Flashcutter atau laser atau sejenisnya disamping melakukan pemotongan juga
memberi efek pembuntuan pembuluh darah terpotong sehingga sudah pasti resiko pendarahan
lebih kecil.
Jika terjadi pendarahan cukup besar, tindakan yang paling aman adalah jahitan dibuka kembali
dan dicari sumber pendarahannya, kemudian diligasi setelah dianastesi ulang terlebih dahulu.
Namun jika pendarahan hanya merembes artinya tidak deras, dapat dikompres dengan kasa yang
telah dibasahi adrenalin. Dapat dipertimbangkan juga pemberian karbozokrom salisilat (adona,
adrome)

20

You might also like