Professional Documents
Culture Documents
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadia plasenta previa
adalah 0.4-0.6 % dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan
yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Gejala perdarahan
awal plasenta previa berupa perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti
secara spontan. Tidak jarang perdarahan pervaginam baru terjadi saat in partu. Tidak
dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam perdarahan antepartum. Pemeriksaan
inspekulo dapat menentukan sumber perdarahan dari kanalis servisis atau sumber lain.
Pemeriksaan USG dapat menentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Diagnosis plasenta previa secara definitive dilakukan dengan
PDMO, yaitu melakukan perabaan plasenta secara langsung melalui pembukaan
serviks. Terapi yang digunakan antara lain terapi ekspektatif (agar janin tidak terlahir
prematur), terapi aktif (tindakan segera), seksio sesarea, melahirkan pervaginam.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi Abdomen
• Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
• Bagian terbawah janin belum turun (belum masuk pintu atas panggul)
• Bila cukup ahli, dapat merasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim,
terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam adalah cara pemeriksaan yang paling ampuh di bidang obstetric
untuk mendiagnosis plasenta previa. Walaupun ampuh namun harus berhati-hati,
karena bahayanya juga sangat besar. Pemeriksaan ini dengan cara meraba plasenta
melalui kanalis servikalis. Kegunaan pemeriksaan ini adalalah menegakkan diagnosis
plasenta previa atau oleh sebab-sebab lain dan menentukan jenis klasifikasi plasenta
previa, agar dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan di meja operasi, karena dapat terjadi perdarahan sehingga perlu keadaan
siap operasi.
Indikasi :
- His telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar rahim.
Komplikasi :
- Infeksi
Teknik :
Perabaan forniks (fornises test). Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam
presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas panggul,
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan hitung trombosit, APTT, PT, TT. Pemeriksaan ini dapat memberikan
manfaat pada saat transfusi, sehingga dapat ditambahkan jika ibu mengurangi salah
satu defisiensi factor pembekuan dengan tepat.
Ultrasonografi
Radiografi dan radioisotop mulai ditinggalkan karena bahaya radiasi. Lebih baik
menggunakan MRI karena tidak menggunakan radiasi.
Diagnosis kerja
Pada ibu dengan kehamilan lebih dari 22 minggu dengan perdarahan tanpa sebab dan
tanpa nyeri maka diagnosisnya adalah plasenta previa
Epidemiologi
Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 di antara 200 persalinan. Di RSCM, antara
tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa di antara 4781 persalinan yang
terdaftar, atau kira-kira 1 di antara 125 persalinan terdaftar. Literature negara barat
melaporkan frekuensi plasenta previa sekitar 0.3-.06%. Insiden ini akan meningkat
1.5-5 x jika pada kelahiran sebelumnya dengan seksio sesaria. Eastman melaporkan
plasenta previa sentralis 20%, lateralis 30%, dan letak rendah 50%.
Klasifikasi
Plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu.
Etiologi dari plasenta previa belum diketahui secara pasti. Bermacam-macam teori
dan factor dikemukakan sebagai etiologinya.
Strassmann menyatakan bahwa factor terpeting adalah vaskularisasi yang kurang pada
Factor etiologi :
• Hipoplasia endometrium
• Malnutrisi
Manifestasi klinik
Perdarahan tanpa sebab dan tanpa nyeri merupakan gejalan utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi ketika bekerja biasa atau tidur. Peradarahan
pertama biasanya tidak banyak , sehingga tidak berakibat fatal. Pada perdarahan
berikutnya biasanya perdarahan akan lebih banyak dari sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.
Walaupun sering dikatakan perdarah terjadi pada trisemester ketiga, akan tetapi tidak
jarang perdaraharan terjadi pada kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah
uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah usia
kehamilan, segmen bawah uterus akan bertambah lebar lagi, dan serviks mulai
membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itulah mulai terjadi
perdarahan.
Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan solutio
Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang oleh
plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya
akan didapatkan belum masuk ke dalam pintu atas panggul yang mungkin karena
plasent previa sentralis, mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis,
menonjol di atas simfisis karena plasenta previa posterior atau bagian terbawah sukar
ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak.
Nasib janin tergantung dari banyaknya perdarahan dan tuanya kehamilan pada waktu
persalinan. Perdarahan mungkin dapat diatasi dengan transfusi darah, namun
persalinan yang terpaksa diselesaikan dengan janin yang masih premature tidak selalu
dapat dihindarkan.
Plasenta tidak selalu mudah dilepaskan karena sering mengadakan perlekatan yang
erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir, perdarahan post partum
sering terjadi karena serabut otot dari segmen bawah uterus kurang mampu
berkontraksi untuk menghentikan perdarahan dari bekas insertio plasenta; atau karena
perlukaan serviks dari segmen bawah uterus yang rapuh dan mengandung banyak
pembuluh darah besar, yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung pervaginam.
Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian bawah bayi tidak terfiksir ke dalam pintu
atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin (letak kepala
mengapung, letak sungsang, letak lintang)
Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada
serviks. Selain itu jika banyak plasenta yang lepas, kadar progesterone menurun dan
dapat terjadi his dan lepasnya plasenta dapat merangsang his.
• Perdarahan
Penatalaksanaan
Terapi ekspektatif
Tujuan terapi adalah supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasive. Pemantauan klinis secara ketat dan baik.
Indikasi :
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (bubble test) dari hasil amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
Bila perdarahan berhenti dan waktu mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan dengan pesan untuk seger kembali ke RS jika terjadi
perdarahan ulang.
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (contoh : anensefali)
Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5
atau 3/5 pada palpasi luar)
Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup, tindakan ini tetap
dilaksanakan
Tujuan :
Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.
Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif.
Komplikasi
• Prolaps plasenta
• Perdarahan post-partum
• Infeksi
Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali.
Sejak diperkenalkannya penanganan pasif, kematian perinatal menurun. Walaupun
demikian kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegan peranan
utama. Kematian maternal sekitar 0.1-5% terutama disebabkan perdarah, infeksi,
emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal mencapai 7-25%,
karena prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan (tindakan). Pada
daerah yang tidak memiliki fasilitas seksio sesarea, terpaksa digunakan tindakan
seperti pemasangan cunam Willet, dan versi Braxton-Hicks. Tindakan ini untuk
menghentikan perdarahan.
Pencegahan
Daftar Pustaka
4. Stead LG, Stead SM, Kaufman MS, Suarez L. Third semester bleeding. In :
First Aid for the Obstetrics & Gynecology Clerkship 2nd edition. United
States : McGraw-Hill. 2007.