You are on page 1of 17

c c 


   c 















   














   
c  c c   
   

c   

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ³Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT)´ ini dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini tidak lain bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar saya: Bapak Tro Joko Sri Haryono, Drs., M.Si.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga , serta infomasi dari
media massa yang berhubungan, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pengajar mata
kuliah Ilmu sosial dan budaya dasar atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Saya berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua . Juga dapat menambah wawasan kita mengenai solusi kekerasan dalam rumah tangga.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran
dari kalian demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Surabaya, 23 desember 2010

Erlita Nulul Azmi

2
p   

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Y Latar belakang...........................................................................................4


1.2Y Rumusan masalah......................................................................................5
1.3Y Tujuan........................................................................................................5
1.4Y Manfaat Penulisan................................. .....................................................5

BAB 2 Pembahasan

2.1 Definisi kekerasan dalam rumah tangga...................................................6

2.2 Gejala ± gejala kekerasan dalam rumah tangga........................................6

2.3 Bentuk ± bentuk kekerasan dalam rumah tangga......................................6

2.4 Faktor ± faktor kekerasan dalam rumah tangga.......................................7

2.5 Dampak kekerasan dalam rumah tangga...................................................9

BAB 3 Kasus........................................................................................................10

BAB 4 Solusi....................................................... .................................................14

BAB 5 Kesimpulan...............................................................................................16

Daftar pustaka........................................................................ .........................................17

3


 p  

      
Kekerasan Dalam Rumah Tangga memiliki tren yang terus meningkat dari tahun ke
tahun. Data yang diperoleh dari Junal perempuan edisi ke 45, menunjukkan bahwa dari tahun
2001 terjadi 258 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tahun 2002 terjadi sebanyak 226
kasus, pada 2003 sebanyak 272 kasus, tahun 2004 terjadi 328 kasus dan pada tahun 2005
terjadi 455 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jurnal Perempuan edisi 45). Kekerasan
Dalam Rumah Tangga menjadi kasus yang tak pernah habis dibahas karena meskipun
berbagai instrumen hukum, mulai dari internasional sampai pada tingkat nasional belum
mampu menekan angka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi. Kasus
Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang paling aktual adalah kekerasan yang terjadi di
Pasuruan pada pertengahan tahun 2006 dialami oleh Siti Nur Jazilah yang disiram air keras
oleh suaminya dan mengakibatkan wajahnya melepuh. Hal ini dipicu sikap suaminya yang
tidak ingin Siti beraktifitas lagi di luar rumah karena takut Siti kembali menjadi PSK (Pekerja
Seks Komersial) yang merupakan pekerjaan Siti sebelum ia menikah. (Lisa face off, 2005)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Mitra Perempuan didapati bahwa perkembangan
kekerasan perempuan meningkat dari tahun ke tahun, hal ini tampak pada tabelberikut:
Tabel 1.1 Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga dari tahun 2001 ± 2005
Tahun Kasus
2005 455
2004 328
2003 272
2002 226
2001 258
Sumber: Jurnal perempuan no. 45
Dari data di atas dapat diketahui bahwadaritahun ke tahun Kekerasan Dalam Rumah
Tangga cenderung meningkat karena kekerasan yang dihadapi perempuan juga meningkat.
Sedangkan dari sumber yang sama disapati bahwa jenis kekerasan yang paling sering
dihadapi adalah kekerasan secara psikis (45,83%).

4
Dari semua data yang ada dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu kekerasan yang
dihadapi perempuan dari tahun ke tahun meningkat dan jenis kekerasan psikis adalah yang
paling banyak di derita.

  

  
 1. Apa itu kekerasan dalam rumah tangga?
2. Apa saja faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga?
3. Apa saja dampak kekerasan dalam rumah tangga?
4. Apa saja solusi kekerasan dalam rumah tangga?




1. Mengetahui faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga;
2. Mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

  
1. Mahasiswa dapat lebih mengenal permasalahan sosial;
2. Menambah pengetahuan tentang kekerasan dalam rumah tangga;
3. Membuat masyarakat Indonesia lebih bijak dalam menyikapi permasalahan rumah
tangga.









5
 
   

p c c   p     

KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh
suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi,
termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga.
Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak
adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk
mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa kekerasan
pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga penyiksaan verbal yang
sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang.

  !   !  c c     p  

Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas,
penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala,
mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri
perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejalagejala di
atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak
kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan.

  c  cc c  p     





     

     
c  
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-
lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan
kematian.
c   
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina, berkata
kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa

6
takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila
sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun
suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu
dendam dihati istri.
c 

Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk
melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi
kebutuhan seksual istri.
c    
Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau
di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja
untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan,
suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang
mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh
penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya.

 c    ! p c c   p   
 

          
   

    
1.Y Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak
laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.
2.Y Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
3.Y Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena
merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
4.Y Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri,
kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa
laki-laki boleh menguasai perempuan.
5.Y Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
6.Y Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
7.Y Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
8.Y Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
7
9.Y Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering
melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.
10.Y Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri
yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari
pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah
tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun, banyak dikesampingkan ataupun
dianggap masalah yang sepele. Masyarakat ataupun pihak yang tekait dengan KDRT,
baru benar- benar bertindak jika kasus KDRT sampai menyebabkan korban baik fisik
yang parah dan maupun kematian, itupun jika diliput oleh media massa. Banyak sekali
kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT) yang tidak tertangani secara langsung dari
pihak yang berwajib, bahkan kasus kasus KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang
sebelah mata daripada kasus ± kasus lainnya.
11.Y Masalah budaya, Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan yang
sangat jelas antara laki ±laki dan perempuan dimana laki ±laki mendominasi perempuan.
Dominasi laki ± laki berhubungan dengan evaluasi positif terhadap asertivitas dan
agtresivitas laki ± laki, yang menyulitkan untuk mendorong dijatuhkannya tindakan
hukum terhadap pelakunnya. Selain itu juga pandangan bahwa cara yang digunakan
orang tua untuk memperlakukan anak ± anaknya , atau cara suami memperlakukan
istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri dapat mempengaruhi dampak timbulnya
kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT).
12.Y Faktor Domestik Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui oleh
orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan malu karena akan dianggap oleh
lingkungan tidak mampu mengurus rumah tangga. Jadi rasa malu mengalahkan rasa sakit
hati, masalah Domestik dalam keluarga bukan untuk diketahui oleh orang lain sehingga
hal ini dapat berdampak semakin menguatkan dalam kasus KDRT.
13.Y Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa
yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja
korban beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak
direspon lingkungan, hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk
keluar dari masalahnya.
14.Y Selain itu, faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan
kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suami
memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain,
suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara
8
suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan
diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai
orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami
terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini
mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga
menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena
keterlibatan istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi
sosial budaya, sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai
kegiatan sampingan.

p  cc c   p     

Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan.


Diantaranya
adalah :
Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami sakit fisik,
tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya,
mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca
trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih banyak
waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut
kehilangan pekerjaan.
Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan
kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak
dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya
apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain
sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya. 







9

c 

       



! 

Mukanya sedikit berubah ketika dr Sjaifuddin


menunjukkan wajah di monitor. Dia langsung
menghela napas panjang, sambil sesekali
menghapus airmata. Siti Nur Jazilah menangis.

Tiga tahun lamanya ia tak lagi bercermin sejak


peristiwa mengerikan itu terjadi. Wajahnya tak menyisakan kecantikan yang pernah
dimilikinya. Ia menyadari itu sehingga cermin menjadi benda paling menakutkan dalam
hidupnya kemudian. Siti Nur Jazilah, 22, menjadi contoh bagi siapa saja betapa banyak
perempuan yang masih mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, mempublikasikan kisah perempuan
malang itu setiap hari. Harian Indo Pos yang paling intensif memberitakan, bahkan
menelusuri asal-usul, hingga menemukan kakek-neneknya dan ayahnya yang sudah lama
terpisah darinya. Bahkan, berkat penelusuran harian ini, polisi berhasil mengembangkan
kasus penganiayaan terhadap perempuan yang awalnya disamarkan namanya menjadi Lisa.
Adalah Mulyono Eko, suami Lisa, yang menyiram air keras ke wajahnya sehingga menjadi
seperti itu. Saat ini, lelaki itu telah menjadi tersangka dan mendekam di sel tahanan.

Hari-hari menjelang operasi Lisa adalah hari yang paling ditunggu. Berbagai media mengulas
persiapan yang dilakukan Rumah Sakit Umum Dr. Sutomo, Surabaya.

Media Indonesia, 29 Maret 2006 mengetengahkan judul ³Saya Ingin Menjadi Manusia Baru´.
Menurut harian ini, sejarah kembali tercatat di Indonesia. Rumah Sakit Umum Dr Soetomo
Surabaya melakukan gawe besar dengan menggelar operasi mengganti wajah (face off)
pertama di Indonesia. Hingga operasi yang disebut operasi face off itu dilakukan, tidak ada
informasi siapa pelaku itu dan mengapa tega menyiram wajah Lisa dengan air keras. Tak

10
sepatah kata pun keluar dari mulut Lisa. Bahkan Dr Nalini, psikiater yang selalu
mendampinginya, tidak berhasil mengoreknya.

Aksi tutup mulut Lisa tentu memancing rasa penasaran. Begitu pula halnya dengan petugas
polisi, karena jika penyiraman air keras itu dilakukan dengan sengaja, maka itu adalah suatu
tindak pidana yang tidak bisa dibiarkan. Dimulailah pelacakan keluarga Lisa oleh berbagai
media.

Lagi-lagi Indo Pos berhasil melaporkan lebih intensif. Dalam terbitannya 30 Maret 2006,
mereka berhasil melacak keluarga Lisa. Alamat di Malang diburu. Di salah satu desa sekitar
40 kilometer dari kota Malang, Lisa dirawat sejak kecil. Di sana sebuah rumah sangat
sederhana berukuran sekitar 5m x 8m, tinggal pasangan suami istri yang sudah renta, Samsuri
Kusnoto, 65, dan Wakinah, 60. Mereka itu kakek nenek Lisa.

Ketika didatangi wartawan harian ini dan diberitahu bahwa foto


yang dimuat di koran itu Lisa (wartawan koran ini menunjukkan
foto Lisa di koran kepada Samsuri dan Wakinah), Wakinah langsung
menangis. ³Jilah (nama kecil Lisa-Red) sejak tiga setengah tahun
lalu meninggalkan rumah ini,´ kata nenek 60 tahun itu dengan
bahasa Jawa kromo inggil. Sejak itulah, Wakinah tak pernah
bertemu dengan cucu kesayangannya itu.

Dari cerita Wakinah dan Samsuri, kedua orangtua Lisa bercerai


sejak 10 tahun lalu. ´Lisa itu sekolahnya tidak sampai lulus madrasah tsanawiyah (setingkat
SMP),´ kata Samsuri dikutip Indo Pos.

Lisa alias Jilah adalah anak kedua dari pasangan Siti Zulaikah-Saring. Sejak kecil, Lisa
tinggal bersama orangtua ibunya. Rupanya, nasib Lisa tidak semujur teman-teman sebayanya.
Karena kendala ekonomi, Siti Zulaikah terpaksa pergi meninggalkan Lisa ketika Lisa
berumur tiga tahun. Siti merantau ke Arab Saudi, menjadi TKW.

Sementara itu, ayah Jilah, Saring, baru mengetahui perihal anaknya setelah membaca
berbagai koran yang ditunjukkan tetangga dan kerabatnya. Semula dia tidak percaya karena
wajah anaknya sulit dikenali lagi. Dia baru percaya setelah melihat foto anaknya sebelum
kecelakaan ditampilkan di koran.

11
Seperti diberitakan Kompas, 1 April 2006, ia mengaku sudah lama kehilangan kontak dengan
anaknya yang terakhir diketahuinya pergi ke Kalimantan.

 
 
 

Lisa datang ke Rumah Sakit Dr Sutomo karena ia kesulitan bernapas. Salah satu lubang
hidupnya tertutup kulit yang meleleh akibat air keras itu. Dokter menawarinya operasi wajah
dan ia setuju. Sejak itu, orang mulai penasaran dengan jati dirinya. Masa lalu Lisa yang
akhirnya terungkap ternyata sungguh gelap. Ia adalah korban calo jual beli perempuan untuk
dijadikan pekerja seks komersial (PSK). Lisa yang saat itu berumur 15 tahun dijanjikan
bekerja di restoran, namun ternyata dijual kepada germo di lokalisasi Bangun Rejo seharga
satu juta rupiah. Harga yang cukup mahal karena Lisa masih perawan.

Di sanalah ia bertemu Mulyono sebagai salah satu langganannya. Mereka jatuh cinta dan
Mulyono menikahinya dengan janji akan mengentaskan Lisa dari lembah hitam itu. Namun
alangkah kecewanya Lisa, karena setelah menikah Mulyono malah membuka rumah bordil
dan mempekerjakan dirinya sebagai PSK seperti semula.

Dari berbagai keterangan yang dikumpulkan media, perangai Mulyono sangat buruk.
Mulyono yang sebenarnya sudah punya isteri sebelum menikahi Lisa, dikenal doyan gonta-
ganti perempuan dan pergi ke lokalisasi. Ia juga kerap kasar dan memukuli isterinya. Lisa tak
tahan lagi dan memutuskan lari ke Kalimantan. Itulah awal tragedi yang menimpa Lisa.

Ketika Lisa sedang berjuang melewati masa-masa sulitnya pascaoperasi wajah total (face
off), polisi mencari orang yang tega membuat sengsara perempuan itu.

³Kami sedang mencari pelaku yang menjual Lisa sebagai


pelacur. Juga yang menyiram wajahnya dengan air keras hingga
rusak seperti itu,´ kata Kasat Reskrim Polwiltabes Surabaya
AKBP Mujiyono, dikutip Indo Pos.

Mulyono yang selama ini mengaku tidak tahu siapa pelaku


pengrusakan wajah isterinya mulai dibidik.

Akhirnya, ia mengaku sebagai pelaku penyiraman air keras ke


wajah istrinya. Penyiraman air keras itu dilakukan di rumahnya

12
di Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Selain itu, ia juga mengaku telah memalsukan
surat nikahnya dengan korban.

Atas perbuatannya itu pelaku dikenai Pasal 354 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) tentang Penganiayaan dengan ancaman hukuman penjara 10 tahun dan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
dengan ancaman hukuman paling sedikit lima tahun penjara dan paling banyak 20 tahun
penjara serta denda 500 juta. Adapun untuk kasus pemalsuan buku nikah, tersangka dikenai
Pasal 263 KUHP.

Kasus penyiraman air keras itu terungkap setelah polisi mendapatkan keterangan dari teman
korban saat bekerja di Pontianak. Lisa sempat menelepon saksi dan mengaku suaminya tega
menyiram air keras ke wajahnya.

Kata Mulyono, peristiwa itu terjadi September 2004. Tindakan keji itu dilakukan sekitar
pukul delapan pagi. Malamnya, mereka baru pulang dari Pontianak. Setelah dua tahun
mencari, Mulyono akhirnya berhasil menemukan Lisa yang meninggalkannya.

Setelah berhasil menjemput Lisa dari Pontianak, Mulyono membawanya ke Pasuruan.


Namun, wanita 22 tahun itu terus memberontak. Berkali-kali dia mengancam akan
meninggalkan Mulyono. ³Pagi itu karena jengkel, saya siram wajahnya dengan air keras,´
aku Mulyono. Ia berharap setelah disiram dengan air keras, isterinya tidak akan pergi
meninggalkannya.

Sehari setelah tragedi penyiraman air keras itu, wajah Lisa langsung melepuh. ³Baru dua hari
setelahnya, kulitnya menjadi tidak karu-karuan. Semakin lama semakin nglembreh«,´ tutur
pria belakangan mengaku menyesali perbuatannya itu.

Apa saja aktivitas Lisa setelah tragedi penyiraman air keras itu? Menurut Mulyono, Lisa lebih
banyak mengurung diri di kamar. ³Kalau keluar, dia memakai cadar. Sehari-hari dia bermain-
main dengan kucing-kucingnya,´ jelasnya. Lisa punya 12 ekor kucing. Semuanya dirawatnya
dengan baik.RH,DA (Berita Indonesia 12)



13



Untuk menurunkan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga maka masyarakat
perlu digalakkan pendidikan mengenai HAM dan pemberdayaan perempuan; menyebarkan
informasi dan mempromosikan prinsip hidup sehat, anti kekerasan terhadap perempuan dan
anak serta menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah; mengadakan
penyuluhan untuk mencegah kekerasan; mempromosikan kesetaraan jender; mempromosikan
sikap tidak menyalahkan korban melalui media.
Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan
pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Bagi suami sebagai pelaku, bantuan
oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan yang menyebabkannya melakukan
kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati dengan menjalani terapi kognitif.
Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami dalam menerima dirinya sendiri dan
istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.
Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan
belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada LSM yang
menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat perlidungan. Suami dan
istri juga perlu untuk terlibat dalam terapi kelompok dimana masingmasing dapat melakukan
sharing sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa hubungan perkawinan yang sehat bukan
dilandasi oleh kekerasan namun dilandasi oleh rasa saling empati. Selain itu, suami dan istri
perlu belajar bagaimana bersikap asertif dan memanage emosi sehingga jika ada perbedaan
pendapat tidak perlu menggunakan kekerasan karena berpotensi anak akan mengimitasi
perilaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu, anak perlu diajarkan bagaimana bersikap empati
dan memanage emosi sedini mungkin namun semua itu harus diawali dari orangtua.
Mengalami KDRT membawa akibat ± akibat negatif yang berkemungkinan mempengaruhi
perkembangan korban di masa mendatang dengan banyak cara. Dengan demikian, perhatian
utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai strategi untuk mencegah terjadi
penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang merugikan ada beberapa 



  cp      
1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan individual
dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.

14
2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan
dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi KDRT di tingkat
masyarakat pertama ± tama dan terutama membutuhkan.
3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.
4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang
mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima
penghargaan.
5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah
macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi kekerasan
dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh besar dalam
mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu berita yang bisa merubah
suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat melanggar hukum dan dapat
dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.
6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan
menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih
terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara
psikis.















15

c   
c 
 
Banyak sekali kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dan dari tahun ke tahun
terjadi peningkatan jumlah kasus kekerasan di Indonesia. Ini dapat terjadi karena beberapa
faktor yaitu:
1.Y Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
2.Y Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
3.Y Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
4.Y Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang
sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.
5.Y kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat.

 Y  
Untuk mencegah terjardinya kekerasan dalam rumah tangga perlu modul
konseling dan terapi perilaku yang bertujuan :
1.Y Memahami tentang KDRT serta dampaknya dan konsekuensi hukum
2.Y Memahami tentang HAM dan Kesetaraan gender
3.Y Menyadari KDRT adalah perilaku salah à klien menyadari memiliki kekuatan
untuk berubah
4.Y Mampu mengolah konflik dengan cara tanpa kekerasan
5.Y Mampu mengenali emosi/pikiran negatifnya yang relevan dengan KDRT










16
p   c 

1.Y Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2001. Rencana Strategis Nasional


³Making Pregnancy Safer" di Indonesia 2001-2010. Jakarta: Depkes RI.
2.Y ____. 2008. Peningkatan Pelayanan Obstetri Ginekologi dalam Upaya Mningkatkan
Kualitas Hidup Perempuan dan Keluarga. Jakarta: Depkes RI.
3.Y Program Pembangunan Nasional 2000-2004. Jakarta.
4.Y World Health Organization. 2002. The Millennium Development Goals for Health: A
Review of The Indicators. Jakarta: Depkes RI.
5.Y Ferry Efendi, Makhfudli, Ferry Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas: Teori dan Praktik =   Keperawatan. Salemba Medika.
6.Y http://psikologi.or.id
7.Y http://www.anneahira.com/kdrt.htm
8.Y http://www.beritaindonesia.co.id/humaniora/wajah-baru-untuk-jilah

17

You might also like