Professional Documents
Culture Documents
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-
efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru
yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara satu obat
dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infus.
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
innteraksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada
juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum
penisilin dibuat dalam jumlah besar. Contoh interaksi obat yang kini digunakan untuk
memberikan manfaat adalah pemberian bersamaan karbidopa dan levodopa (tersedia
sebagai karbidopa/levodopa). Levodopa adalah obat antiParkinson dan untuk
menimbulkan efek harus mencapai otak dalam keadaan tidak termetabolisme. Bila
diberikan sendiri, levodopa dimetabolisme di jaringan tepi di luar otak, sehingga
mengurangi efektivitas obat dan malah meningkatkan risiko efek samping. Namun,
karena karbidopa menghambat metabolisme levodopa di perifer, lebih banyak levodopa
mencapai otak dalam bentuk tidak termetabolisme sehingga risiko efek samping lebih
kecil.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi
(ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat
farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor
dan agonis untuk reseptor yang sama.
Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam metabolisme obat. Satu
sistem yang terkenal dalam interaksi metabolisme adalah sistem enzim yang
mengandung cytochrome P450 oxidase. Sebagai contoh, ada interaksi obat bermakna
antara sipfofloksasin dan metadon. Siprofloksasin dapat menghambat cytochrome P450
3A4 sampai sebesar 65%. Karena ini merupakan enzim primer yang berperan untuk
memetabolisme metadon, sipro bisa meninggikan kadar metadon secara bermakna.
Sistem ini dapat dipengaruhi oleh induksi maupun inhibisi enzim, sebagaimana dibahas
dalam contoh berikut.
Induksi enzim - obat A menginduksi tubuh untuk menghasilkan lebih banyak obat yang
memetabolisme obat B. Hasilnya adalah kadar efektif dari obat B akan berkurang,
sementara efektivitas obat A tidak berubah.
Inhibisi enzim - obat A menghambat produksi enzim yang memetabolisme obat B,
sehingga peninggian obat B terjadi dan mungkin menimbulkan overdosis.
Ketersediaan hayati – obat A mempengaruhi penyerapan obat B.
Sayangnya, karena jumlah obat yang beredar di pasar sangat banyak, tidak mungkin
bagi perusahaan obat manapun memeriksa profil kompatibilitas obatnya dengan obat
lain secara lengkap. Oleh karena itu, klinisi sebaiknya memeriksa dengan seksama
informasi peresepan sebelum memberikan obat, khususnya obat yang baru dikenal.
Lebih lanjut, link berikut dapat membantu jika seseorang ingin mengetahui interaksi
suatu obat dengan obat lain.
Inkompatibilitas obat IV
Ada obat injeksi yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. Contoh khas
adalah natrium bikarbonat dengan Ringer laktat atau Ringer asetat.Untuk mencegah
inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa berinteraksi di dalam atau di
luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat, selalu ikuti petunjuk pabrik seperti
volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian
"piggy back"; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu
produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di
dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus
jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan normal
saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium
klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin
mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel
di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker.
Umumnya apoteker memiliki akses untuk informasi kompatibilitas ini. Waspada dengan
obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan obat lain.
Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin, midazolam (Versed),
dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.
Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau “hilang”nya
obat dari kantong PVC:
Reaksi Maillard
5. Inkompatibilitas Obat
Adakalanya pejabat di pabrik farmasi dikejutkan oleh datangnya suatu klaim
dari seorang dokter. Dalam klaim disebutkan bahwa obat dari pabrik tersebut
terdapat kelainan. Jenis kelainan produk yang dikeluhkan biasanya macam-macam,
ada yang mengatakan produk berubah warna atau larutan obat suntik yang asalnya
jernih menjadi keruh atau timbul endapan. Penyampaian klaim pada umumnya
disertai dengan contoh obatnya. Dari pengalaman kasus-kasus tersebut dapat
dikatakan bahwa banyak kelainan obat terjadi karena masalah inkompatibilitas obat
(tidak tercampurkannya suatu obat) yaitu pengaruh-pengaruh yang terjadi jika obat
yang satu dicampurkan dengan yang lainnya (Wangsaputra, 1981).
Inkompatibilitas obat dapat dibagi atas 2 golongan yaitu:
a. Inkompatibilitas Fisika
Yang dimaksudkan dengan inkompatibilitas fisika atau tak tercampurkannya
obat secara fisika ialah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada
waktu mencampur bahan obat-obatan tanpa ada perubahan susunan kimianya. Selain
itu bahan obat yang jika dicampurkan tidak memberikan suatu campuran yang sama
dapat disebut pula tak tercampurkan secara fisika. Contoh inkompatibilitas fisika
yaitu:
10
1). Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk
Terjadi karena titik lebur campuran lebih rendah dari temperatur kamar. Jika
dua macam serbuk yang kering dicampurkan dan terjadi lelehan atau campuran
menjadi lembab. Hal ini dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Penurunan titik cair
b) Penurunan tekanan uap relatif
Dalam beberapa hal, melelehnya suatu campuran serbuk disebabkan karena
campurannya lebih higroskopis daripada masing-masing zatnya. Higroskopisnya
suatu zat tergantung dari tekanan uap dari larutan jenuh zat tersebut. Jika tekanan uap
ini lebih kecil daripada derajat kelembaban rata-rata dari udara maka zat tersebut
akan menarik air dari udara dan meleleh.
c) Bebasnya air hablur, disebabkan oleh terbentuk suatu garam rangkap dengan air
hablur yang lebih sedikit daripada garam-garam penyusunnya atau bebasnya air
disebabkan oleh terjadinya suatu rekasi kimia.
2) Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat bercampur
secara homogen. Pada pencampuran bahan obat-obatan kemungkinan campuran yang
terbentuk tidak serba sama hal ini disebabkan oleh pencampuran zat-zat padat dan
zat-zat cair. Zat-zat padat tersebut tidak dapat larut dalam zat cair atau jika kita
mencampurkan zat-zat cair yang tidak bercampur.
3) Penggaraman (salting out)
Yang diartikan dengan penggaraman ialah pengurangan kelarutan dari zat-zat
dengan jalan menambahkan garam-garam atau zat-zat yang dapat larut kedalam
larutannya sehingga zat tersebut tidak lagi dalam keadaan terlarut. Peristiwa ini
11
tergantung dari konsentrasi. Hal ini juga sangat penting untuk garam-garam alkaloida
dan bahan-bahan yang berkhasiat keras lainnya, karena jika bahan-bahan tersebut
tidak dapat larut akan mengendap pada dasar botol dan dengan jalan penggojokan
sukar membagikannya sama rata. Sehingga ada kemungkinan bahwa penderita akan
meminum obatnya dengan takaran yang terlampau besar pada sendok yang terakhir.
4) Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.
Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisika yang harus diperhatikan. Macam bahan
yang dapat mengadsorpsi misalnya: Carboadsorben, carbo ligni, bolus alba, kaolin,
dan MgO. Carbo dapat mengadsorpsi zat-zat elektronegatif maupun elektropositif
oleh sebab itu carbo dapat dikatakan sebagai pengabsorpsi umum. Bolus alba dan
kaolin mengadsorpsi alkaloida-alkaloida dan zat-zat warna yang basa. Zat-zat yang
telah diikat dengan jalan adsorpsi pada umumnya sukar dilepaskan oleh zat
pengadsorpsi. Kombinasi dari bahan-bahan pengadsorpsi yang kuat dengan garam
alkaloida harus dihindarkan karena sesudah diadsorpsi alkaloida sangat sukar
terlepas dari zat pengadsorpsi sehingga tidak berkhasiat atau khasiatnya berkurang
(Arkel, 1963).