You are on page 1of 49

didukung

oleh

Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
 
 
 
 
Di-link Dari
Sini
 
 
 
Web
 
 
 

Desember 12, 2009


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI
POLIO DENGAN PERILAKU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN


PERILAKU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI
DI RB AN-NISSA SURAKARTA

ABSTRAK

Latar Belakang; Pada Tahun 2004 di temukan 1.266 kasus polio di seluruh dunia,sekitar 25%
berada di Indonesia dan menempati peringkat tiga dunia dan Pada tahun 2005 di temukan wabah
polio di Sukabumi,Jawa Barat , berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RB An-Nissa
dari 20 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan didapatkan 3 orang (15%) berpengetahuan
tinggi, 6 orang (30%) berpengetahuan sedang, 11 orang (55%) berpengetahuan rendah,dan dari
20 ibu tersebut didapatkan juga 11 orang (55%) memberikan ASI langsung setelah Anak
diimunisasi polio, dan 9 orang (45%) tidak memberikan ASI setelah anak diimunisasi
polio.Faktor pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi terhadap peleksanaan imunisasi,
selain itu perilaku pasca pemberian imunisasi pun mempengaruhi keberhasilan imunisasi,
dimana pemberian ASI setelah imunisasi polio dikhawatirkan akan melemahkan vaksin polio
yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Tujuan; Untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca pemberian imunisasi polio.
Metode; Penelitian non eksperimental dengan pendekatan waktu cross sectional.Penelitian ini
dilaksanakan pada 20 mei sampai 3 juni 2008 di RB An-Nissa Surakarta. Populasinya adalah
ibu-ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang mengimunisasikan anaknya di Rb An-Nissa
Surakarta yaitu sejumlah 600 orang pertahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10%
dari jumlah populasi pertahun yaitu sebanyak 60 orang dengan syarat sesuai dengan kriteria yang
sudah ditentukan. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi polio
dengan perilaku pasca pemberian imunisasi polio digunakan rumus chi square. Hasil; Dari hasil
penelitian didapatkan ibu yang berpengetahuan tinggi atau baik sebanyak 17 orang (28,3%),
sedang atau cukup sebanyak 20 orang (33,3%), dan rendah atau kurang sebanyak 23 orang
(38,3%), sedangkan ibu yang langsung memberikan ASI setelah anak diimunisasi polio sebanyak
25 orang (41,7) dan yang tidak memberikan ASI langsung setelah bayi diimunisasi polio
sebanyak 35 orang (58,3%). Analisa data menggunakan chi s-quare dengan p value=0,0001,
diperoleh hasil Xhitung lebih besar dari Xtabel sehingga Ho ditolak. Simpulan; Ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca
pemberian imunisasi polio. Jika tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio baik atau tinggi,
maka perilaku pasca pemberian imunisasi polio akan baik pula. Begitu juga sebaliknya jika
tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio rendah atau kurang, maka perilaku pasca
pemberian imunisasi polio akan kurang.

Kata Kunci : Pengetahuan, Imunisasi Polio, Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fakta dunia saat ini khususnya di negara sedang berkembang setiap 14,5 juta anak balita
meninggal karena berbagai penyakit yang dapat dicegah, kurang gizi, dehidrasi karena muntaber
dan setiap tahunnya 3,5 juta anak balita meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (Markum, 2002: 159).
Dalam 20 tahun lalu, polio telah melumpuhkan sekitar seribu anak setiap harinya dihampir tiap
negara di dunia, namun pada tahun 1988 gerakan anti polio dunia dicanangkan. Wabah besar
Pertama di Amerika serikat terjadi pada tahun 1916, ketika lebih dari 27.000 orang terkena
penyakit ini dan sekitar 6000 orang meninggal dan sebagian besar adalah anak (Cave, 2003).
Hingga memasuki tahun 2004, hanya ditemukan 1.266 kasus polio di seluruh dunia, sebagian
besar ditemukan di negara endemik polio, yakni Yaman, Nigeria, India, Pakistan, Mesir,
Afghanistan, yang ada di dunia, sekitar 25% berada di Indonesia dan menempati peringkat tiga
dunia (Achmadi, 2006: 86).
Penyakit polio masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, mengingat masih adanya kasus
dan wabah polio di beberapa daerah di Indonesia Ini diperkuat dengan ditemukannya wabah
polio impor yang bermula ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Maret 2005,
ditemukan 15 kasus yang terkait polio (Achmadi, 2006: 130).
Polio merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular dan tidak bisa disembuhkan. Virusnya
menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang
sifatnya permanen serta kelumpuhan pada salah satu tungkai (Erinakia, 2006: 29).
Menurut Nelson (cit. Mila, 2006) Penting bagi orang tua untuk mengetahui mengapa, kapan,
dimana, dan berapa kali anak harus diimunisasi. Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi
bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran dan tidak adanya
kebutuhan masyarakat pada imunisasi. Jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak akurat,
melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber yang akurat untuk kesehatan
masyarakat dan program pencegahan. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya
memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih
luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan dan
sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi
anak Indonesia.
Menurut Ranuh (cit. Mila, 2006) Pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi terhadap
pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau
sekedar ikut-ikutan tentunya pemberian imunisasi pada anaknya tidak sesuai dengan jadwal baik
waktu maupun jaraknya, apabila pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi baik diharapkan
pemberian imunisasi biasanya sesuai jadwal, sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas
dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber
daya masyarakat di masa depan.
Selain itu, perilaku pasca pemberian imunisasi pun mempengaruhi keberhasilan imunisasi, di
mana pemberian ASI setelah imunisasi polio dikhawatirkan akan melemahkan vaksin polio yang
dimasukkan kedalam tubuh bayi, sehingga imunisasi polio tidak efektif. (Tanaya Vidia
Maharani, 2007, Imunisasi polio).
Hasil dari pemeriksaan ASI menunjukkan bahwa pada masa laktasi minggu 1 (colostrums) maka
semua ibu mempunyai zat antipoliomyelitis dalam ASI-nya terhadap polio. Hasil dari
pemeriksaan serum bayi yang mendapat vaksinasi 2 kali, menunjukkan bahwa pada kelompok
bayi yang tidak diberi vaksinasi ASI 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah vaksinasi maka zero
conversion rate-nya terhadap masing-masing tipe virus polio adalah tipe 1: 95%,tipe 2: 91%, dan
tipe 3: 91,6% (Gendro Wahyuhono, 2002, Pengaruh Aktivitas Antipoliomyelitic dalam ASI
terhadap Vaksinasi polio).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RB Fin yang dilakukan pada tanggal 16 -23
Maret 2008 diperoleh data yaitu dari 20 jumlah ibu yang mengimunisasikan polio anaknya,di
dapat 3 orang (15%) berpengetahuan tinggi, 6 orang (30%) berpengetahuan sedang, 11 orang
(55%) berpengetahuan rendah dan dari perilaku ibu tersebut di dapat 55 % yang berperilaku
memberikan ASI langsung pasca pemberian imunisasi polio,sedangkan 45% tidak segera diberi
ASI.
Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat permasalahan ini didalam
penelitian. Penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi apakah ada hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pemberian imunisasi polio pada bayi.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah ada
hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca pemberian
imunisasi polio pada bayi di RB An-Nissa Surakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku
pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di RB An-Nissa Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prosentase tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio RB-An-Nissa
Surakarta.
b. Untuk mengetahui prosentase perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di RB An-
Nissa, Surakarta.
c. Untuk Menganalisa hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca
pemberian imunisasi polio pada bayi di RB An-Nissa, Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku pendidikan pada kenyataan
yang sesungguhnya.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan
perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi
3. Bagi Institusi
Untuk menambah kepustakaan dan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang imunisasi
polio.
4. Bagi Responden
Meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio.
E. Keaslian Penelitian
1. Ivan Kurnia Widhi (2007) tentang Hubungan antara Pengetahuan Imunisasi Ibu dengan Status
Kelengkapan Imunisasi polio di Puskesmas I Polokarto, Sukoharjo. Desain penelitian observasi
analitik, dengan pendekatan waktu cross sectionl, pengambilan sampel dengan menggunakan
tehnik random sampling dan analisa data menggunakan soft ware statifical program. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
status kelengkapan imunisasi polio.Penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai
perbedaan antara lain judul, desain penelitian non eksperimental korelasi, yaitu penelitian yang
observasinya dilakukan secara langsung dengan mengambil sampel dari suatu populasi dengan
rancangan cross sectional analisa data dengan menggunakan alat Bantu komputer program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 10. Tempat RB AN-Nissa Surakarta.
Persamaannya: meneliti tentang masalah imunisasi polio.
2. Enny Yuliaswati, S.SiT dan Kamidah, S.Si.T (2006) tentang Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan Imunisasi dengan Perilaku Ibu terhadap Imunisasi Bayi. Desain penelitian non
eksperimen dengan pendekatan waktu cross sectional. Pengambilan sampel dengan
menggunakan accidental sampling, dan analisa data menggunakan Kendall Tau. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu dengan perilaku
terhadap imunisasi bayi.Penelitian yang dilakukan penulis mempunyai perbedaan antara lain
judul, tempat penelitian. Persamaannya antara lain: meneliti tentang masalah imunisasi, desain
penelitian non eksperimental,dengan pendekatan cross sectional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan
(knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (Notoatmodjo, 2003:
121)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior) karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003: 128)
Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003:
122) yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
B. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada
bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes, 2000). Pentingnya imunisasi
didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, 2004: 173).
2. Tujuan Imunisasi
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
3. Manfaat
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan
keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman (Anonim, 2006, ¶ 1, http://www.kumpulan-bocah-Indonesia.com, diperoleh tanggal 2
April 2008)
4. Kekebalan
Menurut Supartini (2004: 175) ada dua jenis klasifikasi imunitas yaitu :
a. Imunisasi aktif
Adalah pemberian antigen (kuman), atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri.
Kekebalan aktif dibagi menjadi 2:
1) Kekebalan aktif alamiah
Tubuh membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit. Contoh:
anak yang terkena difteri atau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi
silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.
2) Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat setelah mendapat vaksin (imunisasi), contoh: berupa pemberian vaksin
semisal cacar dan polio yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan.
b. Imunisasi pasif
Adalah penyuntikkan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
Imunisasi pasif dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Kekebalan pasif alamiah
Kekebalan yang terdapat pada neonatus sampai usia enam bulan, yang didapat dari ibu berupa
antibodi melalui vaskularisasi pada plasenta. Contoh: difteri, tetanus, campak.
2) Kekebalan pasif buatan
Kekebalan yang diperoleh setelah meendapat suntikan zat penolak. Contoh: pemberian ATS
(Anti Tetanus Serum).
5. Jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan
Kendati imunisasi sangat penting, namun pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi pada anak
usia di bawah satu tahun yang harus dilakukan:
a. BCG yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC
b. Hepatitis B yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B.
c. DPT yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus.
d. Polio yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio.
e. Campak yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak.
f. Polio
Polio adalah suatu infeksi virus yang sangat menular dan tidak bisa disembuhkan. virusnya
menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang
sifatnya permanen serta kelumpuhan pada salah satu tungkai (Erinakia, 2006: 29).
Gejala awal penyakit polio tidak khas, yakni hanya menderita demam, lemah, muntah, sakit
tenggorokan, konstipasi atau mengalami kesulitan buang air besar, sakit perut, mual, dan pusing.
Namun kalau ada anak mengalami semua gejala yang telah disebutkan belum tentu menderita
penyakit polio pada awalnya mirip gejala awal penyakit influenza, (Umar Fahmi Achmadi) yang
umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota
geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Vaksin polio mengandung virus polio yang sudah tidak
aktif (Erinakia, 2006: 29).
Pemberian imunisasi polio pertama kali diberikan secara oral pada usia 0 bulan (lahir).
Berikutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Lepas usia bayi vaksinasi polio diberikan pada usia 18 bulan
dan 5 tahun. Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak
dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur
dengan gula manis (Anonim, 2007, ¶ 1, http://www.pusat-informasi-penyakit-infeksi.com,
diperoleh tanggal 2 April 2008).
Hanya sebagian kecil penerima vaksin polio akan mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan,
dan sakit otot. Namun pada umumnya, efek samping pasca imunisasi polio memang jarang sekali
ditemukan. Sedangkan kontra indikasi imunisasi polio hanya berlaku terhadap anak yang punya
penyakit akut atau demam (suhu lebih 38,5 0C), muntah, atau diare, penyakit kanker atau
keganasan (Erinakia, 2006: 31).
Hasil dari pemeriksaan asi menunjukkan bahwa pada masa laktasi minggu 1 (colostrums) maka
semua ibu mempunyai zat antipoliomyelitis dalam asinya terhadap polio. Hasil dari pemeriksaan
serum bayi yang mendapat vaksinasi 2 kali, menunjukkan bahwa pada kelompok bayi yang tidak
diberi vaksinasi asi 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah vaksinasi maka zero conversion ratenya
terhadap masing-masing tipe virus polio adalah tipe 1: 95%,tipe 2: 91% dan tipe 3: 91,6%
(Gendro Wahyuhono, 2002, Pengaruh Aktivitas Antipoliomyelitic dalam ASI terhadap Vaksinasi
Polio).
Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan mengeluarkan rekomendasi
pemberian imunisasi polio termasuk imunisasi yang diwajibkan atau masuk Pengembangan
Program Imunisasi (PPI). Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi
WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian
diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah (Erinakia,
2005).
C. Perilaku
1. Pengertian
Menurut Skiner dalam Notoatmojo (2003) seorang ahli perilaku, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Sedangkan
menurut Chaplin (2002) perilaku dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dialami seseorang
sedangkan dalam arti sempit adalah reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif.
Perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang dapat bersifat sederhana atau kompleks, yaitu
bahwa stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon atau sebaliknya.
Definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah reaksi yang dapat diamati secara umum
atau obyektif, merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yang bersifat
sederhana atau kompleks.
2. Bentuk Perilaku
Menurut Irwanto dalam Notoatmodjo (2003) bentuk perilaku dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
a. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain
(perilaku tidak kasat mata), misalnya berfikir, tanggapan, motivasi dan lain-lain.
b. Bentuk aktif (perilaku kasat mata), adalah jika perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara
langsung .misal makan, menangis, mempraktekkan dan lain-lain.
3. Strategi Perubahan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat beberapa bagian untuk memperoleh perubahan perilaku
oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Menggunakan kekuatan, kekuasaan, atau dorongan
Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia melakukan sesuai harapan, dapat
ditempuh dengan peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
Hasil cepat tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan tidak disadari oleh kesadara
sendiri.
b. Pemberian informasi
Pemberian informasi akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sesuatu sehingga akan
menimbulkan kesadaran mereka dan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Perubahan ini memakan waktu yang diperoleh bersifat langsung karena
disadari oleh kesadaran mereka sendiri.
c. Diskusi dan partisipasi
Cara ini sebagai peningkatan cara kedua, dimana dalam memberikan informasi tidak bersifat
searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh mendalam dan mantap. Ini membutuhkan waktu yang lebih lama
dari cara yang kedua, dan hasil yang jauh lebih baik dari cara yang pertama.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari pengetahuan. Penelitian Rogers dalam
Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut mengalami proses yang berurutan, yakni:
1. Awarness (kesadaran), yakni: orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).
4. Trial, orang yang mulai mencoba berperilaku baru.
5. Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap
stimulusnya.
Pengetahuan ibu akan mempengaruhi perilaku ibu dalam imunisasi terhadap bayinya. Selain
pengetahuan imunisasi ibu, perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, sosial ekonomi, fasilitas
(sarana dan jarak pelayanan), budaya, paritas (jumlah anak) dan sebagainya. Tetapi diantara
factor-faktor tersebut untuk terbentuknya perilaku yang langgeng adalah perilaku yang disadari
oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003: 128).
Hubungan yang dipengaruhi pengetahuan terhadap perilaku menurut Green dalam Notoatmodjo
(2003) perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
1. Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya
fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan
terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo,
2003: 164).
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Perilaku Pasca
Pemberian Imunisasi Polio pada Bayi
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior) karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003: 128)
Pengetahuan ibu tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi.
Imunisasi tanpa didukung dengan kesadaran masyarakat tidaklah akan berarti, tentunya akan
banyak kendala untuk mencapai target 100% (Ary Chandra herawati, 2007).
Menurut Sunaryo (2004) sikap individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun
perbuatan individu yang bersangkutan sehingga jika ibu mengerti perilaku pasca pemberian
imunisasi polio maka setelah diberi imunisasi polio bayi tidak akan langsung diberi ASI.
Segala tingkah laku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai
perpaduan yang timbul dari dalam diri dan lingkungannya (Sunaryo, 2004: 103).
Menurut Rahayu (cit. Wahyuni, 2006) umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan
kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan,mulai umur 21
tahun secara hukum dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga puluh tahunan telah
mampu menyelesaikan masalah dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang secara emosional. Jadi
ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik daripada yang lebih tua tentang perilaku pasca
pemberian imunisasi polio.
Menurut Kasnodihardjo (cit. Wahyuni, 2006) pendidikan seseorang berbeda-beda akan
mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi
lebih muda menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga
informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh
seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan.
E. Landasan Teori
Pengetahuan ibu akan mempengaruhi perilaku ibu dalam imunisasi terhadap bayinya. Selain
pengetahuan imunisasi ibu, perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, sosial ekonomi, fasilitas
(sarana dan jarak pelayanan), budaya, paritas (jumlah anak) dan sebagainya. Tetapi diantara
faktor-faktor tersebut untuk terbentuknya perilaku yang langgeng adalah perilaku yang disadari
oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003: 128).
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku itu sendiri
dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: 1) faktor-faktor dasar (predisposising factors) yang mencakup
dalam pengetahuan, sikap, kebiaasan, kepercayaan, norma-norma sosial dan unsur-unsur lain
yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat; 2) faktor-faktor pendorong (reinforcing
factors) meliputi sikap dan perilaku dari orang lain misalnya tenaga kesehatan atau petugas lain
dari masyarakat; 30 faktor-faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

F. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka teori menurut Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003: 165)

G. Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Ket :
: yang diteliti

H. Hipotesis
Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca
pemberian imunisasi polio pada bayi.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah non eksperimental, yaitu penelitian yang observasinya
dilakukan secara langsung dengan mengambil sampel dari suatu populasi (Sugiyono, 2002: 25).
Menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data penelitian karena untuk diketahui hubungan
antar variabel-variabel yang diteliti.
Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan
perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi, dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2002: 128).
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002: 55). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu yang mengimunisasikan polio bayinya umur 0-6 bulan selama bulan Januari-
Desember 2007 di RB An-Nissa yaitu sejumlah 600 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2002: 56).
Besarnya sampel menurut Arikunto (2002: 112) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua. Dan apabila subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih, tergantung dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit dan luasnya wilayah pengamatan dari setiap objek, karena hal ini menyangkut banyak
sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebesar 600 orang maka sampel yang diambil sebesar 60
responden.
3. Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Notoatmodjo, 2002: 84). Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik quota sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara
menetapkan sejumlah anggota sampel secara quontum atau jatah (Notoatmodjo, 2002: 89)
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005: 70).
Pada penelitian ini variabel yang diteliti yaitu:
1. Variabel Bebas : Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio.
2. Variabel Terikat : Perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi.

D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala Nilai
Bebas: Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio yaitu
informasi yang berhubungan dengan pengertian, indikasi, kontra indikasi, cara pemberian, efek
samping Ordinal Tinggi (baik): Bila jawaban benar 76-100%
Sedang (cukup): Bila jawaban benar 56-75%
Rendah (kurang): Bila jawaban benar <56%
Terikat: Perilaku pasca pemberian imunisasi polio Perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio
yaitu tindakan nyata ibusetelah bayi mendapatkan imunisasi polio dengan menggunakan item
pertanyaan Nominal 1 = ya
0 = tidak

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang
diteliti yaitu menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, yaitu daftar
pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dan matang, Di mana responden (dalam hal angket)
dan interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan
tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2002: 116).
Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup (closed ended) yang
mempunyai keuntungan mudah mengarahkan jawaban responden dan juga mudah diolah
(ditabulasi).
Adapun kisi-kisi kuesionarnya adalah :
No Variabel Indikator No Item Σ Item
1. Tingkat Pengetahuan Pengertian
Tujuan dan jenis
Penularan
Gejala
Kontraindikasi
Cara Pemberian
Manfaat
Efek Samping
Jadwal dan umur Pemberian 1,2
3,6
16
17
8
12, 13, 14
4, 7, 9
5, 11, 15, 18,20
10, 19 2
2
1
1
1
3
3
5
2
2. Perilaku pasca pemberian imunisasi polio Perilaku pasca pemberian imunisasi polio 1 1
Total 21 21

Dari kuesioner tersebut diperoleh pertanyaan yang tidak valid adalah no 16 dan no 21,
pertanyaan yang tidak valid tersebut oleh penulis dihilangkan karena komponen tersebut tidak
penting.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Data Primer
Data primer bila pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran.
Selanjutnya data tersebut diolah, dianalisis, disajikan, dan dilaporkan oleh peneliti.
2. Data Sekunder
Disebut sebagai data sekunder apabila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari orang
lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang digunakan adalah data
dari RB An-Nissa.
G. Teknik Analisa Data
1. Cara Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan
data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.
b. Coding
Coding adalah pemberian/pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam
kategori yang sama.
c. Tabulasi
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan
analisis yang dibutuhkan. (Hasan, 2006: 24).
2. Analisa Data
Adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS (Software statistical
Program Social Science versi 15 Windows XP), dengan langkah-langkah analisis data yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden.Variabel frekuensi adalah perilaku pasca pemberian imunisasi polio
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik nonparameter teknik analisis bivariat
dengan uji Chi Square (X2) dengan rumus :
dimana: f yang diobservasi
f yang diharapkan
Dengan ketentuan bahwa jika harga chi square rhitung lebih kecil dari rtabel (xhitung < xtabel)
dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05., maka tidak ada hubungan, yang berarti bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak. Sedangkan apabila rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel (xhitung
≥ xtabel), maka hubungannya signifikan, yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
H. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument
(Arikunto, 2002: 145). Penghitungan validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan alat bantu komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi
15 Windows XP. Adapun untuk pengujian tes digunakan teknik korelasi point biserial
dikarenakan datanya dikotomi.

dengan:
= koefisien korelasi point biserial.
Mi = mean skor x dari seluruh subyek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi i.
Mx = mean skor dari seluruh obyek
Sx = deviasi standar skor x
= proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi
= skor pada variabel dikotomi
(Saifuddin Azwar, 1997: 19).
Tingkat hubungan dinyatakan sebagai koefisien-koefisien yang dihitung berdasarkan dua
kelompok nilai. Jika dua variabel sangat erat hubungannya, maka koefisien korelasi mendekati
+1,00 atau -1,00 hasil selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel validitas untuk mengetahui
apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Item dinyatakan valid jika pada taraf signifikansi 5%.
Untuk menarik kesimpulan mengenai validitas suatu item, statistik (rhitung) diperbandingkan
dengan nilai rtabel untuk N = 30 dan signifikansi 5% yaitu sebesar 0,361. Kriteria pengambilan
keputusan yang dipergunakan adalah:
Pertanyaan no. 16 dan 21 tidak valid karena ≥ maka pertanyaan tersebut dihilangkan karena tidak
termasuk dalam komponen penting pertanyaan penelitian. Instrumen diujicobakan pada 30
responden, karena dengan jumlah minimal 30 responden maka distribusi skor (nilai) akan lebih
mendekati kurva normal. Jika koefisien korelasi yang diperoleh ≥ daripada di tabel nilai-nilai
kritis r yaitu pada taraf signifikansi 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), instrumen tes yang diujicobakan
tersebut dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat kehandalan instrument. Reliabilitas ada dua macam
yaitu: reliabilitas eksternal, dan reliabilitas internal. Reliabilitas eksternal menunjukkan cara
pengukurannya berdasarkan kriteria diluar instrument, baik dengan teknik pararel maupun teknik
ulang. Teknik pararel digunakan dengan cara mengujicobakan dua instrument pada sekelompok
responden. Kemudian hasilnya dikorelasikan sedangkan teknik ulang dilakukan dengan satu kali
instrument tetapi dua kali pengetesan.
Reliabilitas internal menunjukkan keadaan instrument yang diperoleh berdasarkan uji coba data
dan instrument tersebut. Dalam penelitian terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi
polio hanya dilakukan uji coba reliabilitas internal dalam satu kali pengetesan terhadap
responden. Teknik penghitungannya dengan rumus KR (Kuder Richardson) (Arikunto, 2002:
163).
r¬11 =
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
p=
q=
vt = Varians total
Kemudian angka reliabilitas instrumen yang didapatkan dibandingkan dengan tabel r. Jika
didapatkan r11 lebih dari satu sama dengan r-tabel, maka instrumen tersebut handal,dan apabila
r11 kurang dan r-tabel maka instrumen tersebut dikatakan tidak handal.
I. Etika Penelitian
Sebelumnya peneliti membuat inform consent atau persetujuan kepada responden dengan
menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian, serta permohonan kesediaan responden
untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin
dari STIKES ‘Aisyiyah Surakarta, Kesbang Linmas Surakarta dan RB An-Nissa Surakarta.
Etika mempunyai pengertian sebagai ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni
tindakan yang tepat yang harus dilakukan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya
(Sofyan, 2001: 97). Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat
penelitian dan peneliti itu sendiri.
J. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih terdapat keterbatasan yaitu
keterbatasan waktu dalam proses pengerjaan sehingga hasilnya mungkin kurang maksimal,
penelitian ini merupakan penelitian pertama bagi peneliti sehingga masih dalam tahap belajar.

K. Jalannya Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Dimulai dari pengurusan ijin penelitian yang ditujukan pada RB An-Nissa dan Kesbang Linmas
Surakarta, kemudian menyiapkan bahan penelitian berupa kuesioner.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data awal sebagai bahan untuk menyusun latar
belakang permasalahan. Selanjutnya melaksanakan penelitian dengan tahapan sebagai berikut:
a. Permintaan Surat Ijin Pengambilan Penelitian dari STIKES AISYIYAH Surakarta.
b. Mengajukan Surat Penelitian ke RB AN-Nissa,dilanjutkan pengambilan data sekunder.
c. Melakukan Study pendahuluan di RB Fin
d. Menghitung jumlah populasi yaitu sebesar 600 orang dan besarnya sampel 60 responden
e. Responden yang telah terpilih sebagai sampel selanjutnya diberikan lembaran kuesioner untuk
dijawab.
f. Setelah responden selesai menjawab kuesioner, kemudian kuesioner diperiksa mengenai
kelengkapan serta kebenaran jawabannya. Selanjutnya kuesioner dikumpulkan untuk dilakukan
pengolahan dan analisa data.

L. Jadwal Penelitian
1. Lokasi : RB An-Nissa Surakarta
2. Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan 20 Mei-03 Juni 2008.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan tanggal 20 Mei sampai 03 Juni 2008 ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca
pemberian imunisasi polio. Responden pada penelitian ini adalah semua ibu yang
mengimunisasikan polio anaknya ke RB An-Nissa Surakarta dan telah memenuhi kriteria inklusi
yang disebutkan pada BAB III sebelumnya.
Dari sumber-sumber yang didapatkan, baik dari data primer maupun data sekunder setelah
dilakukan analisis data didapatkan gambaran umum pengetahuan ibu tentang imunisasi polio
maupun perilaku pasca pemberian imunisasi polio. Berikut ini adalah hasil penelitian secara
rinci:
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Gambar 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RB An-Nissa
Surakarta Bulan Mei-Juni 2008

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa umur responden terbanyak adalah 25-30
tahun yaitu 30 responden atau 50%, sedangkan paling rendah umur 43-47 tahun yaitu 2
responden atau 3,33%.
b. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh
responden, yaitu SD, SMP, SMA, Akademi, dan lulus sarjana.
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di RB An-Nissa Surakarta Bulan Mei-Juni 2008

Mengenai tingkat pendidikan memperlihatkan responden yang terbanyak adalah SMA, yaitu 27
responden atau 45%, sedangkan paling rendah pendidikan lulus akademi, yaitu 3 responden atau
5%.
c. Pekerjaan
Pekerjaan dalam penelitian ini meliputi wiraswasta, ibu rumah tangga, swasta, PNS, pedagang,
buruh.

Gambar 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
di RB An-Nissa Surakarta Bulan Mei-Juni 2008

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan responden terbanyak yaitu ibu rumah tangga
yaitu 32 responden atau 53,3%, sedangkan paling rendah pekerjaan buruh dan dagang yaitu
1,66%.
d. Paritas
Penelitian ini meliputi ibu yang mempunyai anak 1, 2, 3, 4, dan 5.
Gambar 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas di RB An-Nissa Surakarta Bulan Mei-Juni 2008

Paritas dari keseluruhan responden terbanyak yaitu yang mempunyai anak 1 orang yaitu 26
responden atau 43,33%, sedangkan paling rendah adalah yang mempunyai anak 4 dan 5 yaitu 3
orang atau 5%.
e. Tingkat Pengetahuan
Gambar 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
di RB An-Nissa Surakarta Bulan Mei-Juni 2008

Dapat dilihat jumlah responden mayoritas yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah
sebanyak 23 responden (38 %), responden yang sedikit mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
17 responden (28 %), dan responden dengan pengetahuan sedang 20 responden (34 %).

f. Perilaku
Gambar 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Setelah Diimunisasi
Polio di RB An-Nissa Surakarta
Bulan Mei-Juni 2008

Berdasarkan Gambar 4.6 di atas dari 60 responden, didapatkan 35 responden (58,33%) tidak
memberikan ASI setelah bayi diimunisasi polio, sedangkan 25 responden (41,67 %) memberikan
ASI setelah bayi diimunisasi polio.

2. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Perilaku
Pemberian ASI Setelah Anak Diimuniasasi Polio di RB An-Nissa Surakarta Bulan Mei-Juni
2008
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
karena dari pengalaman dan penelitian ternyata yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (notoatmodja, 2003: 128).
Hal ini dapat dilihat dari tabel cross tabulation di bawah ini:
Tabel 4.1 Cross Tabulation antara Perilaku dan Tingkat Pengetahuan

Pemberian ASI setelah Anak Diimunisasi Polio Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Total
p value X2
Tinggi Sedang rendah
Ya 16 (26.7%) 0 (0%) 9 (15%) 25 (41.7%) 0,0001 33.589
Tidak 1 (1.7%) 20 (33.33%) 14 (23.3%) 35 (58.3%)
Total 17 (28.3%) 20 (33.3%) 23 (38.3%) 60 (100%)
Sumber: Data primer diolah, 2008
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah ibu yang tingkat
pengetahuan imunisasi polio sedang dengan perilaku tidak memberikan ASI setelah bayi
diimunisasi polio yaitu 20 responden atau 33,3%, sedangkan yang paling rendah adalah ibu yang
tingkat pengetahuan imunisasi polio sedang dengan perilaku memberikan ASI setelah bayi
diimunisasi polio yaitu 0 %.
Setelah diketahui hasil dari tabel cross tabulations antara pengetahuan ibu tentang imunisasi
polio dengan perilaku pasca pemberian ASI setelah diimunisasi polio kemudian data dianalisa
untuk mencari hubungan kedua variabel dengan rumus chi square. Uji chi square dilakukan
dengan program SPSS 15.00 for windows XP dengan p value 0,0001 maka disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan
perilaku pasca pemberian imunisasi polio.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan narasi pada
bagian sebelumnya, selanjutnya peneliti membahas mengenai variabel-variabel yang diteliti.
Dari 60 responden yang diteliti telah dikelompokkan menurut tingkat pengetahuan dan perilaku
ibu yang sebelumnnya dipaparkan menurut umur ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah
anak.
Berdasarkan karakteristik responden di RB An-Nissa, Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata
responden berumur antara 25-30 tahun yaitu 30 responden atau 50%, Umur merupakan ciri dari
kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan penganbilan
keputusan, mulai umur 21 tahun secara hukum dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga
puluh tahunan telah mampu menyelesaikan masalah dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang
secara emosional. Jadi ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik daripada yang lebih tua
tentang perilaku pasca pemberian imunisasi polio.
Gambar 4.2 menunjukkan tingkat pendidikan ibu di RB An-Nissa, rata-rata responden
berpendidikan SMA yaitu 27 responden atau 45%. Menurut Kasnodiharjo (cit. Mila 2006)
Pendidikan seseorang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan
keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru
dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dan
dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi
pengetahuannya tentang kesehatan.
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa dari tingkat pekerjaan ternyata sebagian besar responden
adalah ibu rumah tangga yaitu 32 responden atau 53,33% dan yang terkecil adalah buruh dan
dagang yaitu 1 responden atau 1,67%. Gambaran sampel penelitian sebagian besar memiliki
aktivitas di dalam rumah. Pemberian imunisasi pada anak sangat berhubungan dengan ibu yang
tidak bekerja karena beliau lebih banyak mempunyai waktu di rumah sehingga pemberian
imunisasi dapat tepat waktu (cit. Mila, 2006: 44).
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan paritas sebagian besar responden mempunyai anak
1 yaitu 26 responden atau 43,33% dan yang terkecil adalah ibu yang mempunyai anak 4 dan 5
yaitu 5,00%. Paritas dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan setiap individu karena ibu dengan
satu anak mempunyai pengalaman sedikit tentang imunisasi.
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio yang tertinggi
adalah tingkat pengetahuan rendah yaitu 23 responden atau 38,3%, sedangkan yang terendah
adalah tingkat pengetahuan tinggi yaitu 17 responden atau 28,3%. Pengetahuan ibu tentang
imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Imunisasi tanpa didukung
dengan kesadaran masyarakat tidaklah akan berarti, tentunya akan banyak kendala untuk
mencapai target 100% (cit. Ary Chandra Herawati, 2007).
Gambar 4.6 menunjukkan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio yang terbanyak adalah
tidak memberikan ASI setelah anak diimunisasi polio yaitu 35 responden (58, 33%), Sedangkan
yang terendah adalah memberikan ASI setelah anak diimunisasi polio yaitu 25 responden
(41,67%). Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainnya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di
samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknnya perilaku (Notoatmodjo, 2003: 164).
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang dominan adalah ibu yang tingkat pengetahuan
tentang imunisasi polio sedang dengan perilaku tidak memberikan ASI setelah anak diimunisasi
polio yaitu sebesar 20 responden atau 33,3% hal ini disebabkan karena pengalaman ibu terhadap
imunisasi bayi pada anak sebelumnya. Menurut Saparinah sadli (cit. Mila, 2006) Hubungan
individu dengan lingkungan sosial saling mempengaruhi dalam interaksi perilaku kesehatan.
Salah satu penyebab dari interaksi tersebut adalah kebiaasan tiap-tiap keluarga terhadap masalah
kesehatan. Jika anak sebelumnya ketika bayi mendapat imunisasi dan ibu merasakan manfaatnya
sangat besar terhadap kesehatan anak, maka anak selanjutnya akan diimunisasi pula. Keadaan ini
yang biasa disebut dengan kebiasaan keluarga terhadap masalah kesehatan.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa apabila tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio baik atau tinggi, maka perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi akan
baik pula. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio kurang
atau rendah, maka perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi akan kurang pula. Uji chi
square menggunakan alat bantu komputer program SPSS 15.00 for windows XP dengan p value
0,0001 maka disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio dengan perilaku pasca pemberian imunisasi polio.
Hasil Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mila Sulistyaningrum (2006)
yang berjudul “Hubungan Tingkat pengetahuan tentang imunisasi campak dengan perilaku
pemberian imunisasi campak di desa Lipursari Leksono Wonosobo”. Hasil penelitian Mila
tersebut menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi campak dengan perilaku pemberian imunisasi campak, ini berarti semakin baik tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi, maka akan semakin baik pula perilaku ibu dalam pemberian
imunisasi campak.
Penelitian yang penulis teliti ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ivan kurnia
Widhi (2007) yang berjudul “Hubungan antara pengetahuan imunisasi ibu dengan status
kelengkapan imunisasi polio di Puskesmas I Polokarto Sukoharjo”. Hasil Penelitian Ivan yaitu
tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status kelengkapan imunisasi
polio, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa pengetahuan baik tentang imunisasi tidak
menghasilkan sikap yang baik pula, ini dipengaruhi oleh faktor peran aktif petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan dan dorongan kepada masyarakat agar mereka mengimunisasikan
bayinya.
Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengetahuan sangat berperan terhadap
perilaku seseorang. Becker (cit. Mila, 2006) mengatakan bahwa pengetahuan individu tentang
penyakit dan pencegahannya akan mempengaruhi motivasi individu untuk berperilaku sehat
mempengaruhi persepsinya tentang kegawatan penyakit dan keuntungan dari perilaku tersebut.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari 60 responden didapatkan yaitu 23 responden (38 %) berpengetahuan rendah, dan 17
responden atau 28% berpengetahuan tinggi tentang imunisasi polio.
2. Perilaku pemberian imunisasi polio terbanyak adalah 35 responden (58, 33%) tidak
memberikan ASI setelah bayi diimunisasi polio, dan 25 responden (41,67 %) memberikan ASI
setelah bayi diimunisasi polio.
3. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada bayi dibuktikan
dengan p value 0,0001.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Tenaga kesehatan (bidan) di RB An-Nissa
Diharapkan dapat lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang pasca
pemberian imunisasi polio pada bayi, agar ketidaktahuan masyarakat terhadap suatu hal tentang
imunisasi pada bayi dapat terjawab, sehingga perilaku pasca pemberian imunisasi polio pada
bayi akan semakin baik.
2. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan hendaknya lebih banyak menyediakan buku-buku tentang imunisasi untuk
memperluas pengetahuan mahasiswa dalam penelitian.
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan agar lebih mengembangkan penelitian yang lebih lanjut tentang perilaku ibu pasca
pemberian imunisasi polio.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, http://www.kumpulan-bocah-Indonesia.com, diperoleh tanggal 2 April 2008


Anonim. 2007. http://www.pusat-informasi-penyakit-infeksi.com, diperoleh tanggal 2 April 2008
Achmadi, U. F. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. PT Kompas Media Nusantara: Jakarta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke II. Edisi Revisi IV.
PT. Rineka Cipta: Jakarta
Ary Chandra Herawati. 2007. Hubungan pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada
anak usia diatas 9 bulan sampai 2 tahun di Desa Negla Wilayah Kerja Puskesmas Bojongan
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Cirebon: S-1 Keperawatan STIKES Cirebon
Azwar, S.1997. Reliabilitas dan Validitas Edisi III. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Cave, S, 2003. Orang Tua Harus Tahu tentang Vaksinasi Anak. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
Depkes RI. 2002. Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun. Depkes
RI: Jakarta
Erinakia, J. 2006. Majalah Panduan Imunisasi. PT. Sarana Kinasih Satya Sejati: Jakarta
Enny yuliaswati, S.SiT dan Kamidah, S.SiT. 2006. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Imunisasi dengan Perilaku Ibu terhadap Imunisasi Bayi. Surakarta: STIKES Aisyiyah
Gendra. 2002. Pengaruh aktivitas antipoliomyelitic dalam ASI (Air Susu Ibu) terhadap Vaksinasi
Polio (OPV). Email:Gendra@litbang.depkes.go.id
Hidayat, A, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika: Jakarta
Hadi, S, 2004. Statistik. Jilid 2. Andi. Yogyakarta
Hasan. 2006. Analisa Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara: Jakarta
Ivan Kurnia Widhi. 2007. Hubungan antara Pengetahuan Imunisasi Ibu dengan Status
Kelengkapan Imunisasi Polio di puskesmas I Polokarto, Sukoharjo: D3 Kebidanan STIKES
Aisyiyah
Machfoeds, I. 2005. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan Masyarakat. Edisi
ke-2. Fitramaya: Yogyakarta
Maharani, T . 2007. ASI kurangi khasiat obat bayi?. www/http.infopenyakit.com
Markum, A. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan Ulang. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta
Mila Sulistyaningrum. 2006. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi campak
dengan perilaku pemberian imunisasi campak pada bayi di Desa Lipursari Leksono Wonosobo.
Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah
Muhammad, Ali. 2003. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja
tentang imunisasi tahun 2002. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Nursalam dan Siti Pariani. 2001, Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. CV.
Sagung Seto: Jakarta
Shelov, S. 2004. Perawatan untuk Bayi dan Balita. Arcan: Jakarta
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Keempat. Alfabeta: Bandung
Supartini, Y. 2002. Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC: Jakarta
Wahyuni. (2006). Hubungan Karakteristik Ibu dan anak Dukungan suami terhadap Praktek
pemberian ASI di Kecamatan Bendosari kabupaten Sukoharjo. Penelitian S-2. Surakarta:
‘Aisyiyah.

KUESIONER.
KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO

No Pertanyaan Benar Salah


1 Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan pada anak.
2 Imunisasi adalah sejenis vitamin yang dimasukkan kedalam tubuh bayi
3 Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah dan menghilangkan semua jenis penyakit
4 Kekebalan fisik buatan diperoleh setelah anak mendapat imunisasi
5 Setelah diimunisasi anak akan menjadi sakit
6 Imunisasi terdiri dari DPT,POLIO, HEPATITIS,BCG, CAMPAK
7 Imunisasi polio adalah imunisasi untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polio.
8 Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada anak yang sedang diare
9 Imunisasi polio diberikan pada anak untuk melindungi anak dari penyakit polio/lumpuh
10 Imunisasi polio hanya diberikan 2x pada umur 0-6 bulan
11 Efek samping imunisasi polio adalah anak menjadi panas
12 Cara pemberian imunisasi polio adalah lewat mulut
13 Imunisasi polio diberikan 2 tetes
14 Imunisasi polio diberikan sebanyak 4x.
15 Setelah diberi imunisasi polio, anak akan menjadi lumpuh.
16 Penyakit polio dapat menular melalui tinja penderita polio.
17 Gejala polio adalah kaki mendadak lumpuh
18 Setelah mendapat imunisasi polio anak tidak mungkin terserang polio
19 Pemberian imunisasi polio bisa diberikan pada anak yang baru lahir.
20 Dampak pemberian imunisasi anak dapat terserang penyakit

KUESIONER PERILAKU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI POLIO


Pertanyaan Ya Tidak
Apakh ibu langsung memberikan ASI setelah anak diimunisasi polio.
Diposkan oleh Renata Ega Septalia di 1:07:00 AM 0 komentar Link ke posting ini
Label: Imunisasi Polio, Pengetahuan, Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio

IBU HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL TRIMESTER III PADA Ny. S DENGAN
NYERI PUNGGUNG
DI RB PINTAN SARI SUKOHARJO

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu
mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut
adalah beban perut yang meningkat dan bertambah besar, hal ini membuat ibu sulit bergerak dan
mencari posisi tubuh yang nyaman (Kasdu, 2005; 73). Ibu hamil mencondongkan perut sehingga
menambah lengkungan pada bagian bawah punggung yang menimbulkan rasa nyeri. Gejala nyeri
punggung ini disebabkan oleh hormon estrogen dan progesteron yang mengendurkan sendi,
ikatan tulang dan otot di pinggul (Tiran, 2007; 108).
Dari hasil penelitian oleh Meyer dan rekan (1994) ditemukan (45%) wanita hamil mengalami
nyeri punggung dan meningkat sampai (69%) pada minggu ke-28 (Mander, 2003; 113).
Nyeri punggung ini biasanya akan meningkat intensitasnya seiring bertambahnya usia kehamilan
karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita dan postur tubuhnya.
Perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar, membungkuk yang berlebihan,
berjalan tanpa istirahat, dan angkat beban (Varney, 2006; 542).
Data yang diperoleh oleh penulis dari register ANC di RB Pintan Sari Sukoharjo ditemukan data
kunjungan ANC (Antenatal Care) Trimester III selama bulan April 2007-Maret 2008 sebanyak
211 orang terdapat 72 (34,12%) ibu hamil dengan nyeri punggung.
Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan normal diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III /2007 tentang
Standar Profesi Bidan dalam kompetensi ke- 3: Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu
tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Maka penulis tertarik untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Normal Trimester III Pada Ny. S
dengan Nyeri Punggung di RB Pintan Sari Sukoharjo”.

B. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Masalah
Masalah dalam kasus ini hanya dibatasi pada aspek asuhan kebidanan ibu hamil normal trimester
III dengan nyeri punggung khususnya pada Ny. S di RB Pintan Sari Sukoharjo.
2. Lingkup Materi
Materi yang penulis gunakan adalah ilmu kebidanan yang diaplikasikan dalam penanganan ibu
hamil normal trimester III dengan nyeri punggung melalui manajemen kebidanan yang terdiri
dari 7 langkah Varney.
3. Lingkup Lokasi
Lokasi pengambilan kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan di RB Pintan Sari
Sukoharjo.
4. Lingkup Waktu
Pelaksanaan pengambilan kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan pada
tanggal 9 April 2008 dan kunjungan ulang 16 April 2008.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan penulis dalam melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan normal
secara komprehensif kepada ibu hamil khususnya trimester III dengan nyeri punggung.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S dengan nyeri punggung dan
penanganannya untuk mengurangi nyeri punggung.
b. Mendeteksi secara dini adanya komplikasi-komplikasi yang timbul pada masa kehamilan.
c. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek.

D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Mampu meningkatkan pola pikir ilmiah penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil normal trimester III dengan nyeri punggung.
2. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya pada ibu hamil trimester III dengan keluhan nyeri punggung.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat sebagai bahan referensi untuk menambah sumber kepustakaan.

E. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Metode Penulisan
Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode penulisan yang hasilnya berupa penggambaran keadaan
obyek yang diamati tanpa harus memberikan kesimpulan yang berlaku umum (Taufiqurohman,
2004; 8).
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara
dengan responden (Budiarto, 2002; 13).
b. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Nursalam, 2001; 30).

c. Pemeriksaan
Cara pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik (Budiarto, 2002; 15).
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah studi yang berkaitan dengan perkembangan yang berupa catatan-
catatan kesehatan pasien (Effendy, 1998; 47).

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat,
metode penulisan, tehnik pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini menyajikan teori medis dan teori manajemen kebidanan. Teori medis menjelaskan
mengenai kehamilan normal, proses kehamilan, perubahan anatomis dan fisiologis pada
kehamilan, hormon yang berpengaruh pada kehamilan, perubahan fisiologis trimester III,
perubahan psikologis selama kehamilan trimester III, kebutuhan selama kehamilan,
penatalaksanaan ibu hamil, ketidaknyamanan yang umum terjadi pada kehamilan trimester III
terutama nyeri punggung, pengertian nyeri punggung, faktor-faktor penyebab nyeri punggung,
dasar anatomis dan fisiologis nyeri punggung dan cara mengatasi nyeri punggung. Teori
manajemen yang digunakan adalah teori manajemen kebidanan Varney yang terdiri dari tujuh
langkah yaitu: pengkajian, interpertasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan,
implementasi dan evaluasi.
BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan kasus mulai dari pengkajian data sampai evaluasi serta pembahasannya
dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney. Sedangkan pada pembahasannya
dijelaskan mengenai keterkaitan antara kasus dengan teori.
BAB IV PENUTUP
Bab ini terdiri dari simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari tujuan dan merupakan
inti dari pembahasan kasus. Sedangkan saran adalah tanggapan dari simpulan dan merupakan
pemecahan masalah yang realistis dan operasional artinya saran yang dikemukakan dapat
diterima secara wajar dan dapat dilaksanakan oleh yang diberi saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS
1. Kehamilan Normal
a. Pengertian
Kehamilan normal adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) atau (9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Saifuddin, 2002; 89).
Lama kehamilan yaitu sekitar 280 hari atau 40 minggu (Mochtar, 1998; 43). Dengan perhitungan
sebagai berikut:
1) Kehamilan dibawah 28 minggu dengan berat janin dibawah 1000 gram, bila berakhir disebut
keguguran.
2) Kehamilan 28-36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas.
3) Kehamilan 37-40 minggu disebut aterm.
4) Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau serotinus.
(Mochtar, 1998; 91).
b. Proses Kehamilan
1) Konsepsi (pembuahan)
Adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di tuba falopii. Hanya ada satu
sperma yang telah mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke
vitelus ovum. Kemudian, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh
sperma lain. Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama 3 hari
sampai stadium morula. Hasil konsepsi tiba dalam cavum uteri pada tingkat blastula (Mochtar,
1998; 18-19).
2) Nidasi (implantasi)
Adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium (Mochtar, 1998; 19).
3) Plasentasi dan Mukosa Rahim
Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terdiri atas:
a) Desidua basalis: terletak antara hasil konsepsi dan dinding rahim, disinilah plasenta terbentuk.
b) Desidua kapsularis: yang meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim.
c) Desidua vera (parietalis): yang meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya (Mochtar, 1998;
21).
c. Perubahan Anatomis dan Fisiologis pada Wanita Hamil
1) Perubahan Fisiologis selama kehamilan
a) Perubahan pada sistem reproduksi
(1) Uterus
(a) Uterus membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik (menyerap cairan). Ukuran pada kehamilan cukup bulan : 30 x
25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc.
(b) Berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
(c) Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4
bulan berbentuk bulat dan akhir kehamilan seperti bujur telur.
(Mochtar, 1998; 35-36).
(2) Indung telur (ovarium)
Ovulasi berhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron (Mochtar, 1998; 36).
(3) Vagina dan vulva
Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan (Mochtar, 1998;
36).
(4) Dinding perut (Abdominal Wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik
dibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra (Mochtar, 1998; 36).

b) Perubahan pada organ dan sistem lainnya


(1) Sistem sirkulasi darah
(a) Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester pertama.
Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32
minggu diikuti curah jantung yang 30%.meningkat sebanyak
(b) Jumlah protein darah, albumin dan gamaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan
meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan.
(c) Hematokrit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma darah. Jumlah
eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport O2 yang sangat diperlukan
selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar
dibandingkan Hb pada organ yang tidak hamil. Leukosit meningkat 10.000 /cc begitu pula
dengan produksi trombosit.
(d) Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua kemudian akan
naik lagi seperti pada pra-hamil. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 permenit.

Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan dan menurun lagi pada
minggu-minggu terakhir kehamilan.
(Mochtar, 1998; 37-38).
(2) Sistem pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan oleh usus
yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru meningkat
sedikit selama hamil. Wanita hamil selalu bernafas lebih dalam, yang lebih menonjol adalah
pernapasan dada (Mochtar, 1998; 38).
(3) Saluran pencernaan
Salivasi meningkat, pada trimester pertama mengeluh mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran
pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran
makanan. Reabsorbsi makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi. Gejala muntah sering
terjadi, biasanya pada pagi hari (Mochtar, 1998; 38).
(4) Tulang dan gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen-ligamen melunak. Bila konsumsi
kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium (Mochtar, 1998; 38).
(5) Kulit
Pada daerah kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi yaitu pada muka disebut chloasma gravidarum,
puting susu dan aerola mammae, perut liena nigra dan pada vulva (Mochtar, 1998; 38).
(6) Kelenjar
Kelenjar tiroid dapat membesar sedikit, kelenjar hipofise membesar pada lobus anterior dan
kelenjar adrenal tidak begitu terpengaruh (Mochtar, 1998; 39).
(7) Payudara
Payudara bertambah besar, tegang dan berat. Hiperpigmentasi pada puting susu dan aerola
payudara. Apabila diperah keluar, air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning (Mochtar, 1998;
40).
c) Perubahan metabolisme
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena wanita hamil perlu mendapat
makanan yang bergizi dalam kondisi sehat.
(1) Tingkat metabolik basah meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.
(2) Keseimbangan asam-alkali sedikit mengalami perubahan pada konsentrasi alkali.
(3) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan
badan ibu, serta untuk persiapan laktasi.
(4) Hidrat arang seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering kencing.
(5) Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 cc.
(6) Metabolisme mineral, kebutuhan kalsium rata-rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk
pembentukan tulang-tulang terutama pada trimester terakhir dibutuhkan 30-40 gram. Fosfor
dibutuhkan rata-rata 2 gram perhari, dibutuhkan tambahan zat besi 800 mg atau 30-50 mg sehari.
Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
(7) Berat badan naik sekitar 6,5 – 16,5 kg
(8) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi
(9) Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein.
(Mochtar, 1998; 39-40).
2) Hormon yang berpengaruh pada kehamilan
a) Progesteron, diproduksi oleh indung telur selama minggu-minggu pertama setelah pembuahan,
lalu diambil alih oleh plasenta. Progesteron mempunyai fungsi mengendurkan serabut-serabut
otot uterus dan menstimulasi pertumbuhan uterus.
b) Estrogen, fungsi hormon estrogen adalah menstimulasi perubahan uterus dan menstimulasi
perubahan payudara serta membantu pertumbuhan fetus dan plasenta.
c) Human Placental Lactugan, diproduksi oleh plasenta dan juga digunakan untuk memeriksa
fungsi plasenta.
d) Prolaktin, dikeluarkan oleh kelenjar pituary dan mungkin juga oleh fetus dan plasenta.
Kadarnya meningkat pada kehamilan awal dan tinggi saat persalinan. Kemudian menurun
perlahan, tapi meningkat kembali setiap saat ketika menyusui bayi.
e) Oksitosin, diproduksi oleh pituary. Fungsinya merangsang kontraksi dan memulai keluarnya
ASI.
(Rose, 1999; 72).
3) Perubahan Fisiologis Trimester III
a) Minggu ke-28 / bulan ke-7
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Haemorroids mungkin terjadi.
Pernapasan dada menggantikan pernapasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi.
Kemungkinan lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut
mungkin mulai terasa.

b) Minggu ke-32 / bulan ke-8


Fundus mencapai prosesus xiphoid, payudara penuh dan sering kencing mungkin kembali
terjadi. Kaki bengkak dan sulit tidur mungkin terjadi. Mungkin juga mengalami dyspnea.
c) Minggu ke-38 / bulan ke-9
Penurunan bayi ke dalam pelvik atau panggul ibu (lightening). Plasenta setebal hampir 4 kali
waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi,
mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencing meningkat,
Braxton Hick meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan
(Hyre, 2003; 13-14).
4) Perubahan Psikologis selama Kehamilan Trimester III
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu pada bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu sering sekali merasa khawatir
atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan
bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan
bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bagi yang akan dilahirkan sudah dipilih.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Keluarga
mulai menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya (apakah laki-laki atau perempuan) dan akan
mirip siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya (Hyre,
2003; 28).
d. Kebutuhan selama Kehamilan
1) Makanan dalam kehamilan
Ibu hamil memerlukan tambahan beberapa zat-zat untuk pertumbuhan janin agar sehat dan ini
hanya bisa diperoleh dari makanan. Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin,
plasenta, uterus, buah dada dan kenaikan metabolisme. Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu
hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badan.
Kenaikan berat badan rata-rata antara 6,5 sampai 16 kg.
Tabel 2.1
Kebutuhan Makanan Sehari-hari Ibu Hamil
Kalori dan Zat Makanan Tidak Hamil Hamil
Kalori 2000 2300
Protein 55 gram 65 gram
Kalsium (Ca) 0,5 gram 1 gram
Zat Besi (Fe) 12 gram 17 gram
Vitamin A 5000 IU 6000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg
Niasin 13 mg 15 mg
Vi 60 mg 90 mg
Sumber : Mochtar, 1998; 60
Semua zat tersebut diatas, diperoleh dari makanan yang dimakan sehari-hari. Menu disusun
menurut petunjuk baku “4 sehat 5 sempurna” dan dapat diketahui bahwa makanan yang mahal
harganya belum tentu tinggi nilai gizinya, sebaiknya banyak bahan yang murah harganya, namun
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hendaknya makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang
berwarna, karena nilai gizinya tinggi untuk kesehatan (Mochtar, 1998; 59).
2) Pakaian
Pakaian harus longgar, bersih, tidak ada ikatan pada daerah perut, kutang harus menyokong
payudara, tumit sepatu tidak boleh terlalu tinggi serta pakaian dalam harus selalu bersih
(Mochtar, 1998; 61).
3) Merokok
Wanita hamil dilarang merokok karena bisa berakibat berat badan bayi lebih kecil (Mochtar,
1998; 60).
4) Obat-obatan
Perlu dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap janin,
oleh karena itu harus dipertimbangkan pemakaian obat-obatan tersebut (Mochtar, 1998; 60).
5) Gerak badan
Gerak badan yang melelahkan dilarang, dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara
yang masih segar. Gerak badan di tempat :
a) Berdiri-jongkok
b) Terlentang-kaki diangkat
c) Terlentang-perut diangkat
d) Melatih pernapasan
(Mochtar, 1998; 61).

6) Kerja
Boleh kerja seperti biasa, cukup istirahat dan makan teratur, pemeriksaan hamil yang teratur
(Mochtar, 1998; 61).
7) Bepergian
Boleh dilakukan asal tidak terlalu lama dan melelahkan, duduk lama statis vena menyebebkan
tromboflebitis dan kaki bengkak, boleh bepergian menggunakan pesawat udara (Mochtar, 1998;
61).
8) Istirahat dan rekreasi
Wanita pekerja harus sering istirahat, tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan.
Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak, dan panas lebih baik dihindari karena dapat
menyebabkan jatuh pingsan (Mochtar, 1998; 61).
9) Mandi
Mandi diperlukan untuk kebersihan/higiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekresi dan
keringat bertambah. Mandi berendam tidak dianjurkan (Mochtar, 1998; 61).
10) Koitus
Koitus tidak dihalangi kecuali bila ada sejarah.
a) Sering abortus atau prematur
b) Perdarahan pervaginam
c) Koitus harus hati-hati pada minggu terakhir
d) Dilarang koitus bila ketuban sudah pecah
e) Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus mengakibatkan partus
prematurus
(Mochtar, 1998; 62).
11) Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu dianjurkan latihan kejiwaan
untuk menghadapi persalinan. Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama pasien
penolong dan diberikan penerangan selagi hamil dengan tujuan:
a) Latihan-latihan fisik dan kejiwaan
b) Mendidik cara-cara perawatan bayi
c) Berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologis
(Mochtar, 1998; 62).
12) Perawatan buah dada
Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena
itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran
buah dada, yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah, bukan menekan dari depan.
Dua bulan terakhir dilakukan message, colostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan.
Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar (Mochtar,
1998; 62).
13) Persiapan persalinan
a) Membuat rencana persalinan
b) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat
pengambilan keputusan utama tidak ada
c) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan
d) Membuat rencana (pola menabung)
e) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan
(Hyre, 2003; 97-98).
14) Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan yaitu:
a) Perdarahan vagina
b) Sakit kepala yang hebat menetap yang tidak hilang
c) Nyeri abdomen yang hebat
d) Bengkak pada muka dan tangan
e) Bayi kurang bergerak seperti biasa
(Hyre, 2003; 90).
15) Pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur
b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robeken-robekan kecil pada
serviks
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada
(Mochtar, 1998; 93).
e. Penatalaksanaan Ibu Hamil Normal Trimester III
Penatalaksanaan ibu hamil normal dilaksanakan melalui pengawasan antenatal yang memberikan
manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.
1) Tujuan khusus pengawasan antenatal
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,
persalinan, dan nifas.
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita sedini mungkin.
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.
(Mochtar, 1998; 47-48).
2) Jadwal pemeriksaan kehamilan
a) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan.
b) Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan.
c) Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
d) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
e) Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan
(Mochtar,1998; 48).
3) Jadwal dilakukannya ANC trimester III :
a) Setiap seminggu atau 2 minggu sekali sampai ada tanda kelahiran tiba.
b) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
c) Diet 4 sehat 5 sempurna.
d) Pemeriksaan ultrasonografi.
e) Imunisasi Tetanus II.
f) Observasi penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester III, berbagai
kelainan kehamilan trimester III.
g) Rencana pengobatan
h) Nasehat dan petunjuk tentang tanda inpartu dan kemana harus datang untuk melahirkan.
(Manuaba, 2001; 184).
2. Kehamilan dengan Nyeri Punggung
a. Pengertian Nyeri Punggung
Nyeri punggung merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri
punggung biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena
nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuhnya (Varney, 2006; 542).

b. Faktor-faktor Penyebab Nyeri Punggung


Penyebab awal sakit punggung adalah semakin besarnya beban yang dibawa oleh perut ibu
hamil. Selain itu, titik poros gaya berat ibu berubah dengan mengikuti perut yang semakin
membesar ke depan. Postur tubuh ibu hamil yang cenderung melengkung ke belakang membuat
sambungan-sambungan tulang belakang tertarik. Padahal, selama hamil plasenta di rahim ibu
memproduksi hormon progesteron yang melunakkan jaringan ikat penyangga tulang belakang.
Pelunakan ini menyebabkan jaringan melonggar. Akibatnya, sambungan-sambungan tulang
belakang yang tertarik menjadi lebih sering bergeser, sementara bagian lainnya lebih sering
meregang. Inilah yang menimbulkan rasa sakit selama kehamilan (http://www.fajar.co.id,
diperoleh tanggal 22 Mei 2008).
c. Dasar Anatomis dan Fisiologis Nyeri Punggung pada Trimester II dan III
1) Kurvaktur dari vertebra lumbosakral yang meningkat saat uterus terus membesar.
2) Spasme otot karena tekanan terhadap akar syaraf.
3) Penambahan ukuran payudara.
4) Kadar hormon yang meningkat menyebabkan cartilage di dalam sendi-sendi besar menjadi
lembek.
5) Keletihan.
6) Mekanisme tubuh yang kurang baik, yakni menempatkan beban tegangan pada punggung
bukan pada paha, pada waktu mengangkat barang dengan membungkuk bukan dengan
berjongkok
(Hyre, 2003; 86-87).
d. Cara Mengatasi Nyeri Punggung
1) Postur tubuh yang baik.
2) Mekanik tubuh yang tepat mengangkat beban.
3) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan tanpa istirahat.
4) Ayunkan panggul atau miringkan panggul.
5) Gunakan sepatu tumit rendah.
6) Jika masalah bertambah parah, penggunaan penyokong abdomen eksternal dianjurkan.
7) Kompres hangat pada punggung.
8) Kompres es pada punggung.
9) Pijatan atau usapan pada punggung.
(Varney, 2006; 542).
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL TRIMESTER III DENGAN
NYERI PUNGGUNG
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa
data, diagnosa kebidanan, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi (KepMenKes, 2007; 5).
Penulis menerapkan manajemen kebidanan menurut Hellen Varney, yang terdiri dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Pengkajian
a. Data subyektif merupakan pernyataan yang disampaikan oleh pasien dan dicatat sebagai
kutipan langsung dan hanya mencatat tanda-tanda dan perilaku klien tanpa membuat tafsiran atau
kesimpulan, adapun data subyektif terdiri dari :
1) Identitas
Nama ditanyakan untuk mengenal pasien. Umur untuk mengetahui faktor resiko dilihat dari
umur pasien. Umur 35 tahun atau lebih mempunyai komplikasi yang lebih besar. Agama berguna
dalam memberikan motivasi sesuai dengan kepercayaan pasien. Suku/bangsa untuk mengetahui
faktor bawaan/ras. Menurut Saifuddin (2002) pendidikan ditanyakan untuk mengetahui tingkat
pendidikan yang penting dalam memberikan pendidikan kesehatan. Pekerjaan untuk mengetahui
pengaruh pekerjaan terhadap kesehatan pasien. Penghasilan untuk mengetahui status ekonomi
pasien. Alamat untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal pasien (Varney, 2007; 31).
2) Keluhan
Apa yang dirasakan pasien dalam kaitannya dengan terjadinya nyeri punggung yaitu rasa nyeri
pada bagian atas punggung (Rose, 1999; 88).
a) Data Kebidanan
(1) Riwayat haid
Menarche untuk mengetahui kematangan fungsi alat reproduksi pada umur berapa. Siklus haid,
untuk mengetahui siklus pendek, panjang, teratur atau tidak. Lamanya berapa hari. Keluhan
selama haid, untuk mengetahui haid terakhir ibu mengalami dismenorea atau tidak. HPHT, untuk
mengetahui haid terakhir ibu yang berguna untuk menentukan perkiraan bayi lahir (Varney,
2007; 33).
(2) Riwayat perkawinan
Menanyakan kawin pertama kali umur berapa, sudah berapa kali ibu kawin, dan sudah berapa
lama ibu kawin, untuk mengetahui ibu termasuk infertile atau tidak (Pusdiknakes, 2003; 39).

(3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Mengetahui riwayat kehamilan yang lalu sudah berapa kali ibu hamil dan apakah pernah
mengalami keguguran. Menanyakan berapa jumlah anak yang hidup, lahir secara prematur serta
menanyakan apakah ibu pernah mengalami penyulit atau komplikasi saat kehamilan, persalinan
maupun nifas (Pusdiknakes, 2003; 49).
(4) Riwayat kehamilan sekarang
Mengetahui ibu hamil yang keberapa, pernah aborsi, pernah bersalin atau belum serta umur
kehamilan sudah berapa minggu, gerakan janin mulai dirasakan kapan dan berapa kali gerakan
janin dirasakan dalam sehari, keluhan yang berhubungan dengan kehamilannya sehingga ibu
memeriksakan kehamilannya untuk mengetahui status kehamilan ibu, serta imunisasi dan terapi
yang telah ibu dapatkan. Keluhan ibu digunakan sebagai dasar dalam memberikan pengobatan,
karena ibu hamil dengan nyeri punggung membutuhkan KIE dalam perawatan antenatal
(Pusdiknakes, 2003; 38).
b) Data Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Menayakan pada ibu apakah ibu pernah di rawat di rumah sakit atau penah menderita suatu
penyakit yang berbahaya seperti hipertensi; dalam kehamilan dapat disertai dengan proteinuria
dan oedem sehingga dalam proses persalinan dapat menyebabkan kejang pada ibu yang dapat
membahayakan ibu dan bayinya. Diabetes melitus; perlu ditanyakan karena dalam kehamilan
penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, hidramnion, pre-
eklamsi, kesalahan letak janin dan insufiensi plasenta. Malaria; dalam kehamilan dapat
menyebabakan abortus, partus prematurus, kematian janin dalam rahim, dismaturitas dan
anemia. Riwayat kesehatan yang lalu dapat membantu dalam mengidentifikasi kondisi kesehatan
yang dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir (Pusdiknakes, 2003; 39; Mochtar,
1998; 186).
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui status kesehatan ibu saat ini, apakah
ibu sedang menderita suatu penyakit berbahaya seperti penyakit jantung; dalam kehamilan perlu
ditanyakan karena penyakit jantung dapat mengakibatkan abortus, prematuritas, dismaturitas,
dan kematian janin dalam rahim. PMS; dalam kehamilan dapat menyebabkan infeksi pada janin,
partus prematurus dan dapat terjadi kelainan kongenital pada janin. Penyakit lain yang perlu
ditanyakan antara lain hipertensi, diabetes melitus, malaria, dan sebagainya yang dapat
membahayakan ibu dan janinnya (Pusdiknakes, 2003; 50; Mochtar, 1998;182).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan apakah dalam keluarga mempunyai penyakit menular dan menurun seperti penyakit
jantung, hipertensi, tuberkulosis; dalam kehamilan perlu ditanyakan karena penyakit tuberkulosis
dapat memperparah kondisi ibu sehingga membahayakan ibu maupun janinnya. Epilepsi; dalam
kehamilan juga perlu ditanyakan karena dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, kelainan
kongenital dan sebagainya serta menanyakan pada ibu apakah dalam keluarga memilki
keturunan kembar atau tidak (Bates, 1998; 6; Mochtar, 1998; 176).
c) Data Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Pemenuhan nutrisi perlu ditanyakan untuk mengetahui asupan gizi ibu, antara lain; bagaimana
frekuensi, porsi, kualitas makan sebagai gambaran keadaan ibu sebelum dan sesudah hamil. Jenis
dan jumlah ibu minum serta ada keluhan atau tidak dalam makan sehari-hari. Ibu mempunyai
kebiasaan pantang makan atau tidak. Wanita hamil sebaiknya mengkonsumsi makanan yang
gizinya seimbang, termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran (Mochtar, 1998; 59-60).
(2) Eliminasi
Pola eliminasi ketika hamil penting diketahui, apakah ada gangguan pola eliminasi.
Menggambarkan berapa kali sehari ibu hamil BAK, BAB serta konsistensi fesesnya karena pada
saat hamil ibu mengalami perubahan pada sistem traktus urinarius dan traktus digestivus
(Mochtar, 1998; 44).
(3) Pola seksual
Berapa kali seminggu selama hamil dan sebelum hamil serta ditanyakan apakah ada keluhan
(Varney, 2007; 33).
(4) Personal Hygiene
Personal hygiene perlu ditanyakan untuk mengetahui kebersihan atau hygiene ibu terutama
perawatan kulit karena kulit befungsi untuk ekskresi. Kesehatan ibu hamil terjaga atau tidak
dapat dikaji personal hygiennya, berapa kali ibu mandi dalam sehari, keramas dalam seminggu,
ganti baju, sikat gigi berapa kali dalam sehari (Mochtar, 1998; 61-62).
(5) Istirahat
Istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan
janin. Bagaimana pola tidur dalam sehari dan apakah ada keluhan (Mochtar, 1998; 61).
(6) Pola aktifitas
Pola aktifitas perlu ditanyakan untuk mengetahui aktifitas rutin ibu setiap hari yang dapat
mempengaruhi kehamilan. Selama kehamilan ibu boleh melakukan pekerjaan seperti biasa
asalkan tidak terlalu melelahkan (Mochtar, 1998; 61-62).
d) Riwayat kontrasepsi
Perlu ditanyakan untuk mengetahui kontrasepsi yang digunakan saat ini, pengetahuan tentang
penggunaan kontrasepsi, efek samping penggunaan kontrasepsi, konsistensi penggunaan dan
lamanya penggunaan kontrasepsi serta perlu ditanyakan juga penggunaan alat kontrasepsi
sebelumnya dan alasan penghentian kontrasepsi tersebut (Varney, 2007; 33).
e) Riwayat psikososial
Riwayat psikososial ditanyakan untuk nengetahui status perkawinan, respon orang tua dan
keluarga terhadap kehamilannya, dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga,
kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum obat atau alkohol, beban kerja dan
kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan (Pusdiknakes, 2003; 39).
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Dikaji untuk mengetahui kedaaan umum dan kesadaran. Pengukuran Vital Sign sangat
diperlukan untuk memantau perkembangan kesehatan ibu hamil. Pemeriksaan Vital Sign
meliputi suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan. Pengukuran berat badan, tinggi badan dan
LILA juga perlu dilakukan (Pusdiknakes, 2003; 44).
2) Pemeriksaan fisik
(a) Kepala : warna rambut, ada lesi atau tidak dan tekstur rambut apakah distribusi penuh di atas
kulit kepala atau tidak. Hal ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemenuhan gizi (Morton,
2003; 452).
(b) Muka : wajah ada cloasma, oedem, pucat atau tidak.
(c) Mata : keadaan konjungtiva dan skleranya ada kelainan atau tidak, untuk mengetahui
konjungtivitis dan perubahan sklera yang dapat terjadi karena adanya gangguan sistemik
(Morton, 2003; 465).
(d) Hidung : apakah sering flu, hidung tersumbat, ada perdarahan hidung, ada gatal atau tidak
(Bates, 1998; 7).
(e) Mulut : pemeriksaan pada mulut dilakukan pada bibir apakah sianosis atau tidak, apakah ada
lesi atau stomatitis, warna gusi, lidah dan pada gigi apakah terdapat caries (Morton, 2003; 458).
Kondisi gigi, ada perdarahan pada gusi atau tidak dan lain-lain (Bates, 1998; 7).
(f) Telinga : simetris atau tidak, ada nyeri tekan atau pembengkakan nodul, lesi dan serumen atau
tidak (Morton, 2003; 466).
(g) Leher : ada benjolan pada leher, pembengkakan kelenjar tiroid, nyeri atau kaku pada leher
atau tidak (Bates, 1998; 7).
(h) Dada : perhatikan bentuk payudara, ukuran dan kesimetrisannya. Apakah puting payudara
menonjol atau masuk kedalam, apakah ada kolostrum atau cairan yang keluar. Lakukan
pemeriksaan palpasi untuk mengetahui apakah ada masa dan pembesaran kelenjar limfe
(Pusdiknakes, 2003; 51).
(i) Abdomen : dikaji untuk mengetahui apakah abdomen sesuai dengan umur kehamilan, apakah
ada bekas operasi, linea nigra dan striae gravidarum. Pada palpasi diketahui presentasi, letak,
posisi, taksiran berat janin dan penurunan kepala janin pada umur kehamilan lebih dari 36
minggu. Auskultasi dapat diketahui keadaan janin melalui DJJ (Pusdiknakes, 2003; 51).
(j) Panggul : Menilai keadaan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang
menimbulkan penyulit dalam persalinan (Pusdiknakes, 2003; 51-52).
(k) Genetalia : bagaimana keadaan genetalia, vulva, labia mayora, minora, ada pengeluaran
pervaginam atau tidak, misalnya darah atau cairan. Ada pembesaran kelenjar bartholini atau
tidak, adanya oedem, varises dan kebersihannya (Pusdiknakes, 2003; 45).
(l) Ekstrimitas : pemeriksaan ekstremitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada oedem pada
jari tangan, kuku jari pucat atau tidak, memeriksa apakah ada varises, dan memeriksa reflek
patella untuk mengetahui apakah terjadi gerakan hypo atau hyper pada kaki (Pusdiknakes, 2003;
44).
3) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk mengetahui protein urin, hemoglobin, glukosa urin (Hyre, 2003; 53).
2. Interprestasi Data
Interprestasi data dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpertasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpertasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik, rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan akan tetapi tetap membutuhkan penangananan untuk
mengembangkan teori asuhan yang menyeluruh. Berdasarkan tanda dan gejala serta perubahan
yang terjadi setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaaan maka dapat ditentukan diagnosa
kebidanannya yaitu ibu hamil normal trimester III dengan keluhan nyeri punggung (Hyre, 2003;
74-86).
3. Diagnosa Potensial
Dari buku yang dibaca oleh penulis, bahwa teori mengenai ibu hamil normal trimester III dengan
nyeri punggung, tidak ada diagnosa potensialnya.
4. Antisipasi
Diagnosa potensial pada kasus ibu hamil normal trimester III dengan nyeri punggung ini tidak
ada, sehingga antisipasi tidak dilakukan.
5. Rencana Tindakan
Meliputi strategi desain atau penanganan untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi dalam diagnosa kebidanan. Rencana tindakan pada ibu
hamil normal dengan nyeri punggung adalah :
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan dirinya
b. Beritahu ibu tentang penyebab nyeri punggung dan cara mengatasinya (Hyre, 2003; 86-87)
c. Beri ibu tablet tambah darah (Saifudin, 2002; N-4) dan vitamin.
d. Jelaskan pada ibu tentang gizi nutrisi ibu hamil dan sarankan tetap mengkonsumsi makanan
bergizi (Mochtar, 1998; 59).
e. Beritahu ibu untuk tidak takut melakukan hubungan seksual dan posisi ibu hamil untuk
melakukan hubungan seksual (Curtis, 2001; 169).
f. Jelaskan cara merawat payudara (Saifuddin, 2002; N-4).
g. Beritahu ibu tentang kunjungan ulang untuk memeriksakan kehamilannya kembali (Saifuddin,
2002; N-4).
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan
di sini merupakan pelaksanaan oleh penulis bersama pasien dan keluarga, jadi dalam proses
manajemen kebidanan dilakukan oleh bidan dengan rencana yang telah ditetapkan.. Walaupun
bidan tidak melakukan sendiri tetapi ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Pada pelaksanaan yang memerlukan tindakan di luar kewenangan maka perlu
kolaborasi atau dirujuk. Pada langkah ini diharapkan bidan dapat mengamati dan mengawasi
kemajuan pasien. Pelaksanaan tindakan selalu dilaksanakan dalam waktu yang singkat, efektif,
hemat dan berkualitas.

7. Evaluasi
Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Pusdiknakes, 2003;
35).
Hasil yang diharapkan pada asuhan kebidanan ini adalah nyeri punggung ibu hamil trimester III
dapat teratasi.

BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. LAPORAN KASUS
Tanggal pengkajian : 9 April 2008
Pukul : 16.30 WIB
1. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1) Identitas
Istri Suami
a) Nama : Ny. S Tn. S
b) Umur : 25 tahun 29 tahun
c) Agama : Islam Islam
d) Pendidikan : SMP SMA
e) Pekerjaan : tidak bekerja Pamong desa
f) Penghasilan : tidak ada + Rp 800.000/bln
g) Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
h) Alamat : Tundungan RT 2/RW 4, Cabeyan, Bendosari, Sukoharjo
2) Keluhan Utama
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya karena rasa nyeri di punggung sejak 5 hari yang lalu.

3) Data Kebidanan
a) Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali haid pada umur 13 tahun. Lama haid 6-7 hari, dalam sehari 1-2x
ganti tella, keluhan tidak ada, hari pertama haid terakhir 18 Agustus 2007, hari perkiraan lahir 25
Mei 2008.
b) Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan menikah yang pertama kali dan merupakan istri pertama, menikah pada umur 19
tahun, lamanya 6 tahun.
c) Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan bahwa setelah melahirkan anak yang pertama ibu menggunakan kontrasepsi
jenis pil selama 3,5 tahun, kemudian dihentikan karena ingin memiliki anak.
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan pada kehamilan pertama dengan umur kehamilan 40 minggu lahir secara normal
jenis kelamin laki-laki, BB: 3200 gram, PB: 50 cm ditolong oleh bidan di RB, dan nifas ibu
normal. Pada kehamilan kedua ini umur kehamilan 8 bulan.
e) Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang kedua. ANC 8x di bidan, TM I: 3x, TM II: 3x, TM
III: 2x.
Dari hasil ANC didapatkan hal-hal, sebagai berikut:
(1) Keluhan pada trimester I: mual muntah
Terapi yang diberikan: B6, Fe, Kalk
(2) Keluhan pada trimester II: tidak ada
Terapi yang diberikan: B12, Fe, Kalk
(3) Keluhan pada trimester III: sering kencing, nyeri punggung
Terapi yang diberikan: B1,B12, Fe
(4) Imunisasi TT yang didapat pada waktu hamil 2x, TT1 pada usia 5 bulan, TT2 pada usia 6
bulan.
(5) Pemeriksaan laboratorium pada umur kehamilan 2 bulan Hb: 11,2 gr%
(6) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 5 bulan sering
dan teratur.
4) Data Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit, seperti DM, hipertensi, jantung,
TBC, ginjal. Sekarang ibu mengeluh nyeri punggung sejak 5 hari yang lalu.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu belum pernah menderita penyakit, seperti DM, hipertensi, TBC, jantung, ginjal, serta ibu
belum pernah dirawat di RS.

c) Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis, menular, maupun
menurun serta tidak ada riwayat keturunan kembar.
5) Data Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
Ibu mengatakan sebelum hamil pola makan ibu teratur, ibu makan 3 kali sehari porsi 1 piring
sedang komposisi nasi, sayur (bayam, kangkung), lauk (telur, tempe, tahu), kadang buah
(pepaya, jeruk), sedangkan minum 6-7 gelas/hari, jenis air putih, air teh, dan susu. Selama hamil
ibu makan 3-5x sehari dengan komposisi nasi 1 piring sedang, sayur (kangkung, bayam), lauk
(telur, tempe, tahu), buah (pisang, jeruk), dan kadang makan roti biscuit dan minum 6-8 gelas
dalam sehari dengan komposisi air putih, air teh. Ibu mengatakan tidak memiliki makanan
pantangan.
b) Pola eliminasi
Ibu mengatakan sebelum hamil BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning tengguli, bau
khas feses, konstipasi tidak ada, selama hamil BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kuning tengguli, bau khas feses, tidak ada keluhan. Sebelum hamil BAK 3-4 kali sehari, warna
kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan, selama hamil BAK ±10 kali sehari, warna kuning
jernih, bau khas, tidak ada keluhan.
c) Personal hygiene
Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil mandi 2 kali sehari dengan air sumur
menggunakan sabun mandi, gosok gigi 2 kali dengan pasta gigi, keramas 3 kali dalam seminggu
dengan shampoo, ganti baju dan pakaian dalam 2 kali sehari dan setelah BAB/BAK selalu cebok
sampai bersih.
d) Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil ibu mengatakan tidur malam 7-8 jam sehari,ibu tidak pernah tidur siang karena
sebelum hamil ibu bekerja.Selama hamil ibu tidur malam 7 jam sehari, tidur siang + 1 jam.
Namun selama 5 hari ini, tidur ibu kurang nyenyak karena nyeri di punggung.
e) Pola aktifitas
Sebelum hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, mengepel.
Selama hamil ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti sebelum hamil.
f) Pola hubungan seksual
Sebelum hamil ibu melakukan hubungan seksual 3x seminggu Selama hamil ibu jarang
melakukan hubungan seksual. Frekuensi hubungan + 1-2x seminggu.
Keluhan: Ibu takut membahayakan janin dalam kandungannya.

g) Kebiasaan buruk
Ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok, minum-minuman beralkohol maupun
obat-obatan tanpa resep dokter atau tenaga kesehatan dan tidak mengkonsumsi jamu tradisional.
6) Data Psikososial dan Spiritual
a) Tanggapan dan harapan ibu
Ibu merasa senang dengan kehamilannya, karena ini merupakan kehamilan yang kedua. Ibu
berharap nyeri punggungnya berkurang sehingga tidak mengganggu kehamilannya.
b) Suami dan keluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarga cemas sehubungan dengan nyeri punggung yang
dirasakannya dan menyuruh ibu untuk periksa ke bidan.
c) Pengambil keputusan
Ibu mengatakan dalam keluarganya pengambil keputusan pertama dalam keluarganya adalah
suami.
d) Lingkungan yang berpengaruh
Ibu tinggal bersama suami dan anaknya.
e) Aktifitas sosial
Ibu aktif mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya seperti arisan dan pengajian.

f) Rencana persalinan
Ibu berencana melahirkan di RB Pintan Sari, karena dekat dengan rumahnya.
7) Data pengetahuan tentang kesehatan
a) Ibu belum mengetahui tentang penyebab nyeri punggung.
b) Ibu belum mengetahui tentang perawatan payudara.
c) Ibu takut untuk melakukan hubungan seksual.
d) Ibu belum mengetahui tentang nutrisi ibu hamil yang benar.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran : Compos mentis
b) Keadaan umum : Baik
c) Vital Sign : TD : 120/80 mmHg R : 20x /menit
S : 36,6 0C N : 80x /menit
d) TB : 159 cm
e) BB sebelum hamil : 52 kg
f) BB setelah hamil : 60 kg
g) LILA : 25 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, tidak ada ketombe dan tidak ada bekas luka.
b) Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c) Muka : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
d) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip tidak ada nyeri tekan.
e) Mulut : Bibir tidak ada stomatitis, gigi tidak caries, lidah bersih.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun tyroid.
g) Dada : Payudara simetris, membesar, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, agak, areola
menghitam, puting susu menonjol, agak kotor, kolostrum belum keluar.
h) Abdomen : Tidak ada bekas operasi, membesar sesuai umur kehamilan, tidak ada striae
gravidarum, dan terdapat linea nigra, waktu di palpasi uterus berkontraksi.
Leopold I: TFU 30 cm, teraba bagian bulat lunak tidak melenting.
Leopold II: Bagian kanan perut ibu teraba tahanan yang memanjang seperti papan dan sebelah
kiri teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III: Pada bagian segmen bawah rahim (SBR) teraba bagian keras, bulat dan masih
melenting.
Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
DJJ positif, punctum maksimum berada di bagian kanan bawah perut ibu.
Frekuensi: (12-11-11) x 4: 136x /menit, teratur, kuat.
i) Punggung : Test CVAT negatif.
j) Ekstremitas : Atas dan bawah tidak terdapat oedema maupun varises, reflek patella kanan dan
kiri positif.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan.
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal 9 April 2008 Jam 16.45 WIB
Diagnosa kebidanan
Ibu G2P1A0 umur 25 tahun, hamil 33 minggu 4 hari dengan nyeri punggung.
Dasar :
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan mengalami nyeri punggung sejak 5 hari yang lalu.
b. HPMT:18 Agustus 2007, HPL: 25 Mei 2008.
c. Ibu belum tahu cara perawatan payudara.
d. Ibu takut untuk melakukan hubungan seksual.
e. Ibu belum tahu tentang nutrisi ibu hamil secara benar.
Data Objektif :
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Tensi : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6 0C
Respirasi : 20x /menit
Nadi : 80x /menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
2) Muka : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun tyroid.
4) Dada : Payudara simetris, membesar, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, agak, areola
menghitam, puting susu menonjol, agak kotor, kolostrum belum keluar.
5) Abdomen : Tidak ada bekas operasi, membesar sesuai umur kehamilan, tidak ada striae
gravidarum, dan terdapat linea nigra, waktu di palpasi uterus berkontraksi.
Leopold I: TFU 30 cm, teraba bagian bulat lunak tidak melenting (bokong).
Leopold II: Bagian kanan perut ibu teraba tahanan yang memanjang seperti papan (punggung)
dan sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janis (ekstremitas).
Leopold III: Pada bagian segmen bawah rahim (SBR) teraba bagian keras, bulat dan melenting.
Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
DJJ positif, punctum maksimum berada di bagian kanan bawah perut ibu. Frekuensi 136x/ menit,
teratur, kuat.
6) Punggung : Test CVAT negatif.
7) Ekstremitas : Atas dan bawah tidak terdapat oedema maupun varises, reflek patella kanan dan
kiri positif.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada.
4. ANTISIPASI
Tidak dilakukan.
5. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 9 April 2008 Jam 16.50 WIB
a. Beritahu ibu tentang penyebab nyeri punggung dan cara mengatasinya.
b. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan dirinya.
c. Beri B1, B12, Fe untuk menunjang kesehatan ibu dan cara minumnya.
d. Jelaskan pada ibu tentang gizi nutrisi ibu hamil dan sarankan tetap mengkonsumsi makanan
bergizi.
e. Beritahu ibu untuk tidak takut melakukan hubungan seksual dan posisi ibu hamil untuk
melakukan hubungan seksual.
f. Jelaskan dan ajarkan pada ibu cara perawatan payudara
g. Lakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.

6. PELAKSANAAN
Tanggal 9April 2008 Jam 16.55 WIB
a. Memberitahu ibu tentang penyebab nyeri punggung seperti keletihan, menempatkan beban
tegangan pada punggung dan bukan pada paha, pada waktu mengangkat barang dengan
membungkuk, memakai sepatu hak tinggi, mengangkat beban berat, kebiasaan mencondongkan
bahu ke belakang menonjolkan perut. Cara mengatasinya menggunakan bodi mekanik yang
benar yaitu berjongkok dan bukan membungkuk untuk mengangkat setiap benda agar kaki/paha
menahan beban tegangan bukan punggung, tidak memakai hak tinggi, kompres hangat atau
dingin pada punggung, pijatan atau usapan pada punggung.
b. Memberitahu ibu bahwa kehamilannya normal dan janinnya dalam keadaan sehat dan tidak
ada kelainan (normal).
c. Memberikan B1, B12, Fe dan cara minumnya B1 dosis 10 mg diminum 2x sehari, B12 dosis
10 mg diminum 2x sehari, Fe dosis 200 mg diminum 1x sehari dengan air putih atau air jeruk,
tidak boleh diminum dengan air teh karena mengurangi penyerapan zat besi.
d. Menjelaskan pada ibu tentang nutrisi ibu hamil dan menyarankan ibu tetap mengkonsumsi
makanan bergizi dan berserat tinggi (Lampiran 2).
e. Memberitahu ibu untuk tidak takut melakukan hubungan seksual kecuali bila sering abortus
atau prematur, perdarahan pervaginam, dilarang koitus bila ketuban sudah pecah, orgasme pada
hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus mengakibatkan partus prematurus. Menyarankan
pada ibu dan pasangan untuk memilih posisi yang nyaman saat berhubungan badan sehubungan
dengan pembesaran perut ibu, usahakan ibu yang berada dibawah dengan posisi siku lutut,
berbaring miring atau suami yang dari belakang harus hati-hati karena sperma mengandung
hormon prostaglandin, yaitu suatu zat yang dapat menyebabkan kontraksi uterus dan bisa
menyebabkan partus prematurus (persalinan belum waktunya).
f. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu cara perawatan payudara (Lampiran 3).
g. Menganjurkan ibu untuk periksa ulang 1 minggu lagi.
7. EVALUASI
Tanggal 9 April 2008 Jam 17.40 WIB
a. Ibu sudah tahu penyebab nyeri punggung dan cara mengatasinya.
b. Ibu mengatakan bersedia mengkonsumsi B1, B12, Fe sesuai petunjuk bidan demi
kesehatannya dan janinnya.
c. Ibu mengatakan akan melaksanakan semua yang disarankan oleh bidan seperti mengkonsumsi
makanan bergizi, memilih posisi yang nyaman dan berhati-hati saat berhubungan badan.
d. Ibu mengatakan bersedia untuk melaksanakan perawatan payudara di rumah demi
kesehatannya dan bayinya nanti.
e. Ibu bersedia memeriksakan kehamilannya 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.

KUNJUNGAN ULANG

1. PENGKAJIAN
Tanggal 16 April 2008 Jam 06.30 WIB
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan nyeri punggungnya sudah sangat berkurang.
b. Ibu mengatakan telah menuruti semua nasehat bidan dan mengkonsumsi makanan bergizi.
c. Ibu mengatakan telah mengkonsumsi zat besi dan vitamin yang diberikan setiap hari.
d. Ibu tidak takut lagi melakukan hubungan seksual
e. Ibu telah mengatakan telah melaksanakan perawatan payudara setiap hari sesuai dengan
petunjuk bidan.
f. Ibu mengatakan belum tahu tanda-tanda bahaya kehamilan.
g. Ibu mengatakan belum tahu secara benar untuk mempersiapkan kelahiran.
Data Objektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80x /menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 20x /menit
Palpasi abdomen:
Waktu di palpasi uterus berkontraksi.
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bagian bulat lunak tidak melenting.
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba tahanan yang memanjang seperti papan dan sebelah
kiri teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : Pada bagian segmen bawah rahim (SBR) teraba bagian keras, bulat dan dapat
digerakkan.
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
DJJ positif, punctum maksimum berada di bagian kanan bawah perut ibu. Frekuensi 136x /menit,
teratur, kuat.
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal 16 April 2008 Jam 06.50 WIB
Ibu G2P1A0 umur 25 tahun, hamil 34 minggu 4 hari dengan nyeri punggung.
Dasar :
Subjektif :
a. Ibu mengatakan nyeri punggungnya sudah sangat berkurang.
b. Ibu mengatakan belum tahu tanda-tanda bahaya kehamilan.
c. Ibu belum tahu secara benar untuk mempersiapkan kelahiran.
Objektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80x /menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 20x /menit
Palpasi abdomen:
Waktu di palpasi uterus berkontraksi.
Leopold I : TFU 30 cm, teraba bagian bulat lunak tidak melenting (bokong).
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba tahanan yang memanjang seperti papan (punggung)
dan sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian segmen bawah rahim (SBR) teraba bagian keras, bulat dan dapat
digerakkan (preskep).
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
DJJ positif, punctum maksimum berada di bagian kanan bawah perut ibu. Frekuensi 136x /menit,
teratur, kuat.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada.
4. ANTISIPASI
Tidak dilakukan.
5. RENCANA TINDAKAN
Tanggal16 April 2008 Jam 06.55 WIB
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
b. Beritahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan.
c. Berikan konseling kepada ibu cara yang benar untuk mempersiapkan kelahiran.
6. PELAKSANAAN
Tanggal 16 April 2008 Jam 07.00 WIB
a. Memberitahu ibu bahwa kehamilannya normal dan janinnya dalam keadaan sehat dan tidak
ada kelainan (normal).
b. Memberitahu dan menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan seperti gerakan janin
yang berkurang, perut sakit, perdarahan, mata berkunang-kunang, pusing yang sangat dan
bengkak pada wajah dan tangan.
c. Memberitahu dan menjelaskan pada ibu dan keluarga cara mempersiapkan kelahiran yaitu
membuat rencana kelahiran, termasuk menentukan penolong dan tempat persalinan (tenaga
kesehatan), menyiapkan transportasi, siapa yang akan menemani ibu saat bersalin, menyiapkan
biaya untuk menyiapkan persalinan., menentukan seorang pembuat keputusan kedua bila
pembuat keputusan pertama (suami) tidak ada di tempat.
7. EVALUASI
Tanggal 16 April 2008 Jam 07.20 WIB
a. Ibu dapat menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan.
b. Ibu mengatakan senang mendapat penjelasan sehingga ibu bisa menyiapkan kebutuhan untuk
persalinannya dari sekarang.
c. Ibu berencana melahirkan di RB Pintan Sari Sukoharjo .
d. Ibu berencana memeriksakan kandungannya 2 minggu lagi.

B. PEMBAHASAN
Pada sub bab ini dibahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan ibu hamil trimester III
pada Ny. S dengan nyeri punggung secara terperinci mulai dari langkah pertama yaitu
pengkajian data sampai dengan evaluasi sebagai langkah terakhir. Dalam pembahasan ini akan
dijelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta kesenjangan antara
teori dan praktek langsung di lapangan juga alternatif dari permasalahan yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian data merupakan tahap awal untuk menentukan langkah berikutnya, dari penilaian
keadaan umum ibu secara menyeluruh baik yang bersifat subjektif yang berasal dari keterangan
pasien dan keluarga, serta yang bersifat objektif yang dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan
kebidanan dan pemeriksaan penunjang lainnya, sehingga dapat menentukan diagnosa pada
langkah selanjutnya. Selama melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan karena
adanya kerja sama dan komunikasi yang baik antara penulis dan pasien.
Pada langkah ini yang perlu dibahas yaitu pada pemeriksaan punggung CVAT dilakukan perkusi
ginjal pada setiap sudut kostovertebral (Morton, 2003; 280), pemeriksaan CVAT hasilnya
negatif, dengan demikian nyeri punggung yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh penyakit
ginjal. Pada peneriksaan laboratorium khususnya cek Hb penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek, cek Hb pada wanita hamil dilakukan 2x yaitu sekali pada permulaan dan
sekali lagi pada akhir kehamilan (Hyre, 2003; 53), tetapi pemeriksaan Hb baru dilakukan 1x pada
umur kehamilan 2 bulan. Hal ini dikarenakan umur kehamilan ibu baru 34 minggu 4 hari. Di RB
tersebut biasanya melakukan pemeriksaan HB kedua pada umur kehamilan diatas 36 minggu.
2. Interpretasi Data
Pada langkah data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa kebidanan. Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam kasus ini adalah Ny. S G2P1A0
umur 25 tahun hamil 34 minggu 4 hari dengan nyeri punggung. Tidak ada masalah yang muncul
dari nyeri punggung karena nyeri punggung adalah hal yang fisiologis, penyebab awal nyeri
punggung adalah semakin besarnya beban yang dibawa oleh perut ibu hamil. Selain itu, titik
poros gaya berat ibu berubah dengan mengikuti perut yang semakin membesar ke depan. Postur
tubuh ibu hamil yang cenderung melengkung ke belakang membuat sambungan-sambungan
tulang belakang tertarik. Inilah yang menimbulkan rasa sakit selama kehamilan
(http://www.fajar.co.id, diperoleh tanggal 22 Mei 2008).
Dasar ini bersesuaian dengan gejala yang dialami Ny.S sehingga penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus. Faktor penghambat pada langkah ini tidak ada dan faktor
pendukung dalam interpretasi data ini adalah data yang diberikan pada pasien, sehingga
memudahkan penulis untuk mengelompokkan data dan menegakkan diagnosa kebidanan.
3. Diagnosa Potensial
Kasus pada Ny. S dengan nyeri punggung adalah hal yang fisiologis, maka tidak dibutuhkan
penanganan segera. Selain itu tidak terdapat kelainan yang membutuhkan tindakan
kegawatdaruratan dan kolaborasi atau rujukan serta penanganan secara team, sehingga diagnosa
potensial tidak ditegakkan.
4. Antisipasi
Tidak ditegakkannya diagnosa potensial, maka tidak dilakukan tindakan antisipasi dalam
langkah keempat ini.
5. Rencana Tindakan
Langkah ini adalah merencanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal trimester III dengan nyeri
punggung secara menyeluruh dengan didukung berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.
Rencana tindakan tersebut adalah :
a. Beritahu ibu tentang penyebab nyeri punggung dan cara mengatasinya. Sesuai dengan teori
penyebab nyeri punggung antara lain seperti keletihan, menempatkan beban tegangan pada
punggung dan bukan pada paha, pada waktu mengangkat barang dengan membungkuk, memakai
sepatu hak tinggi, mengangkat beban berat, kebiasaan mencondongkan bahu kebelakang serta
menonjolkan perut (Hyre, 2003; 86-87).
b. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan.
c. Berikan B1, B12, Fe yang menunjang kesehatan ibu dan cara minumnya. Sesuai dengan teori
ibu hamil harus diberikan tablet tambah darah (Saifuddin, 2002; N-4) dan vitamin B1 dan B12.
d. Jelaskan pada ibu tentang gizi nutrisi ibu hamil dan sarankan tetap mengkonsumsi makanan
bergizi. Sesuai dengan teori bahwa ibu hamil memerlukan tambahan beberapa zat untuk
pertumbuhan janin agar sehat dan ini hanya bisa diperoleh dari makanan (Mochtar, 1998; 60).
e. Beritahu ibu untuk tidak takut melakukan hubungan seksual dan posisi ibu hamil untuk
melakukan hubungan seksual (Curtis, 2001; 169). Sesuai dengan teori hubungan seksual boleh
dilakukan pada masa kehamilan kecuali bila ada kontra indikasi.
f. Jelaskan dan ajarkan pada ibu cara perawatan payudara sesuai dengan teori bahwa payudara
merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bayi, karena itu jauh
sebelumnya harus dirawat (Mochtar, 1998; 48).
g. Beritahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan. Sesuai dengan teori tentang tanda bahaya
kehamilan seperti gerakan janin yang berkurang, perut sakit, perdarahan, mata berkunang-
kunang, pusing yang sangat dan bengkak pada wajah dan tangan (Hyre, 2003; 90).
h. Beritahu ibu cara yang benar untuk mempersiapkan kelahiran. Membuat rencana persalinan,
termasuk menentukan penolong dan tempat persalinan (tenaga kesehatan), menyiapkan
transportasi, siapa yang akan menemani ibu saat bersalin, menyiapkan biaya untuk menyiapkan
persalinan, menentukan seorang pembuat keputusan kedua bila pembuat keputusan pertama
(suami) tidak ada di tempat, mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan,
membuat rencana atau pola menabung. Sesuai dengan teori pada kehamilan trimester III ibu dan
keluarga harus merencanakan persiapan persalinan dan kemungkinan terjadi keadaan darurat
(Hyre, 2003; 97-98).
i. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang berikutnya untuk memeriksakan
kehamilannya, sehingga bila sewaktu-waktu ada kelainan dapat segera dideteksi.
Pada langkah ini penulis tidak mengalami hambatan, penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
6. Implementasi
Dari semua rencana tindakan sebagian besar dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik,
karena adanya kerjasama yang baik antara ibu dan penulis.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan manajemen asuhan kebidanan, dan
bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang diberikan.
Evaluasi pada Ny. S dengan keluhan nyeri punggung dapat teratasi. Hal ini terlihat dari nyeri
punggung yang dirasakan ibu sudah sangat berkurang, keadaan ibu dan janin baik.
Hasil akhir yang diharapkan akan bisa terwujud, kehamilan berjalan normal dan tidak terjadi
komplikasi.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Akhir dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Normal
Trimester III pada Ny. S dengan Nyeri Punggung di RB Pintan Sari Sukoharjo”, maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
1. Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S dengan nyeri punggung
dan keluhan yang dialami ibu telah teratasi.
2. Penulis tidak menemukan komplikasi pada Ny. S selama kehamilannya sehingga kehamilan
bisa berjalan normal.
3. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal trimester III sesuai dengan
tujuh langkah Varney sehingga pengetahuan penulis dapat meningkat.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan yang
lebih baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Bidan
Mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif khususnya pada ibu hamil normal trimester III sesuai dengan tujuh langkah
Varney kepada ibu hamil agar setiap kehamilan dapat berjalan normal.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Bagi RB Pintan Sari Sukoharjo untuk mempertahankan mutu pelayanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan nyeri punggung secara komprehensif dan intensif pada
ibu sehingga kehamilan dapat berjalan dengan sehat dan aman.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan mutu pendidikan dan pengetahuan agar lebih berkualitas sehingga tercipta bidan-
bidan yang profesional, terampil dan handal yang mampu memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). http://www.balita.anda.indoglobal.com, diperoleh tanggal 3 Maret 2007


Budiarto, Eko. (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Curtis, Glade B. (2001). Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta: ARCAN
Depkes, RI. (1997). Konsep Manajemen dan Penerapan Manajemen Kebidanan. Jakarta: Depkes
RI
Hidayat, Aziz Alimul. (2001). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Hyre, Anne. (2003). Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusdiknakes
Kushartanti, BM Wara. (2004). Senam Hamil Menyamakan Kehamilan Mempermudah
Persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka
Lestariningsih, Sri. (2006). http://www.ayahbunda-online.com, diperoleh tanggal 14 Januari
2007
Manuaba, Ida Bagus. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutisi Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta: EGC
Mohtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Morton, Patricia G. (2003). Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi SOAPIE.
Jakarta: EGC
Nursalam. (2001). Proses Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika
Rose-Neil, Wendy. (1999). Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat
Saifuddin, Abdul Bari. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saifuddin, Abdul Bari. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternatal dan
Neonatal. Jakarta: YBPS
Taufiqurahman, Mochammad Arief. (2004). Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta: CSGF
Varney, Hellen. (1997). Varney’s Midwifery Third Edition. London, Melbourne, Blackweel
Scientific Publication Boston

Lampiran 2
PENDIDIKAN KESEHATAN
NUTRISI IBU HAMIL

1. Tujuan
a. TIU
Ibu hamil mengetahui, memahami, menyadari pentingnya nutrisi bagi ibu hamil serta
menerapkannya sesuai dengan kemampuan keluarga.
b. TIK
1) Ibu mengetahui perlunya zat-zat gizi saat kehamilan.
2) Ibu mengetahui kebutuhan zat gizi yang harus dipenuhi pada masa kehamilan.
3) Ibu memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam makanan ibu hamil.
2. Pelaksana dan Sasaran
Pelaksana : Tari Wulandari
Sasaran : Ny. S
3. Waktu
Hari : Rabu
Tanggal : 9 April 2008 Jam 17.05 WIB
4. Tempat
RB Pintan Sari Sukoharjo
5. Metode dan Materi
Metode : Ceramah dan praktek
Materi : Terlampir

PENDIDIKAN KESEHATAN
NUTRISI PADA KEHAMILAN

Masa kehamilan adalah “masa pertumbuhan”, karena itu makanan ibu hamil memerlukan
tambahan zat-zat gizi. Penambahan zat-zat gizi tersebut diperlukan untuk kesehatan ibu,
pertumbuhan janin, pembentukan ASI. Saat persalinan serta kesehatan bayi baru lahir.
Gizi yang adekuat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu serta janin.
Selain itu juga, sangat mempengaruhi berat badan bayi lahir.
Beberapa kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Kalori
Di Indonesia, kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000 Kkal, sedangkan untuk ibu
hamil dan menyusui sebesar 2300 dan 2800 Kkal. Pada awal kehamilan kebutuhan energi sangat
sedikit, tapi pada trimester II kehamilan, kalori dibutuhkan untuk penambahan darah,
pertumbuhan uterus, pertumbuhan jaringan mammae dan penimbunan lemak. Sedangkan pada
trimester akhir, kalori digunakan khususnya untuk pertumbuhan janin dan plasenta.
Beberapa sumber kalori adalah hidrat arang, protein dan lemak. Makanan yang mengandung
hidrat arang, antara lain :
a. Golongan padi-padian, misalnya beras, jagung, gadung.
b. Golongan umbi-umbian, misalnya kentang, ubi jalar, dan ubi kayu.
c. Lain-lain, misalnya sagu.
2. Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta, payudara, dan kenaikan sirkulasi
ibu (protein plasma, hemoglobin, dan lain-lain). Selama hamil dibutuhkan tambahan protein
sebanyak 30 gr per hari. Sumber protein hewani yang terbaik adalah susu, daging, ikan, dan
telur. Sedangkan tumbuh-tumbuhan yang mengandung banyak protein adalah berbagai jenis
kacang, tempe, tahu, dan sebagainya.
3. Mineral
Pada prinsipnya semua mineral, kecuali besi dapat terpenuhi dengan makanan sehari-hari yang
adekuat, yakni dari buah-buahan, sayur-sayuran dan susu.
Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 17 mg per hari. Zat besi ini merupakan mineral yang
terpenting saat kehamilan, karena berfungsi untuk pembentukan sel-sel darah merah. Oleh
karena itu, anemia dapat terjadi bila kekurangan zat besi dalam diit.
Kebutuhan mineral kalsium umumnya dapat terpenuhi dengan minum susu. Bila ibu hamil tidak
dapat minum susu, suplemen kalsium dapat diberikan dengan dosis 1 gr per hari.
4. Vitamin
Vitamin telah dapat terpenuhi dengan makan sayur dari buah-buahan, tetapi bila perlu dapat
diberikan ekstra vitamin. Vitamin diperlukan untuk membantu metabolisme karbohidrat dan
protein.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada makanan ibu hamil, antara lain :
a. Ibu hamil tidak boleh makan berlebihan, tapi juga tidak boleh kekurangan. Makanan yang
berlebihan tidak menyehatkan. Kelebihan berat badan dapat menimbulkan keracunan kehamilan
atau ukuran bayi besar, sehingga akan mempersulit persalinan. Kekurangan makanan juga tidak
menyehatkan. Tubuh ibu menjadi tidak cukup kuat untuk memelihara kehamilan dan menempuh
persalinannya. Selain itu, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah. Bayi demikian
tergolong lemah, mudah sakit dan terancam kematian. Berat badan ibu hamil yang sehat akan
bertambah antara 10-12 kg sejak sebelum hamil.
b. Nasehat makanan bagi ibu hamil
1) Bila BB meningkat lebih dari 16 kg
a) Kurangi makanan yang banyak mengandung zat pati. Makanan yang berasal dari tepung,
seperti beras, jagung, ketela, dan kue.
b) Kurangi makanan berlemak tinggi.
c) Konsumsi sayur dan buah-buahan harus cukup.
2) Bila BB tetap atau kurang
a) Perbanyak makanan berprotein tinggi, seperti telur, tahu, tempe, susu, daging, dan lain-lain.
b) Perbanyak pula jenis makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam, katuk,
kangkung, dan sayuran hijau lainnya untuk penambah darah.
3) Bila BB normal, namun kaki bengkak
Kurangi makanan yang mengandung garam.
Kebutuhan gizi ibu hamil pada kehamilan 5 bulan ke atas :
Bahan Makanan Jumlah Sehari
Nasi :
- Pilihan beras tumbuk ½ giling.
- Dapat diganti dengan singkong, ubi jalar, jagung, kentang atau sagu.
350 gr beras = 5 cangkir nasi atau 800 gr singkong, 350 gr jagung.
Lauk :
- Daging, ikan, telur, ikan asin.
- Tempe, tahu, dan oncom.
- Kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo.
100 gr daging = 2 potong + 100 gr tempe = 4 potong atau 100 gr tempe + 75 gr kacang hijau.
Sayuran :
- Pilihlah sayuran yang hijau atau berwarna lainnya (segar), misal wortel, tomat, dan lain-lain.
- Macam-macam daun-daunan.
- Sayur kacang-kacangan.
250 gr sayur = 2,5 cangkir.
Buah :
- Pilihlah buah menurut musim dan kesenangan.
- Batasi buah yang mengandung banyak lemak, misalnya durian, alpukat, dan lain-lain.
- Buah-buahan segar dan berair.
150 gr = 2 buah atau 30 gr pepaya = 3 potong.
Susu :
Minumlah susu atau dapat diganti dengan sari kedelai.
200 cc susu = 1 gelas susu + 25 gr gula.
EVALUASI

Pertanyaan :
1. Mengapa pada saat hamil harus makan makanan yang bergizi?
Jawab : Karena makanan bergizi berguna bagi kesehatan ibu, pertumbuhan janin, pembentukan
ASI.

2. Sebutkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan saat kehamilan!


Jawab : Kalori, protein, vitamin, dan mineral.

3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam makanan ibu hamil!


Jawab :
- Ibu tidak boleh makan berlebihan ataupun kekurangan.
- Bila berat badan meningkat lebih dari 16 kg, mengurangi makanan yang banyak mengandung
zat pati (seperti beras, jagung, kue) dan makanan yang berlemak tinggi.
- Bila berat badan kurang atau tidak bertambah, makan makanan berprotein tinggi (misalnya
telur, tahu-tempe, daging) dan makanan yang banyak mengandung serat.

Sumber:
Kasdu, Dini (2004). Gizi Ibu Hamil Agar Anak Sehat. Jakarta: 3G Publisher
Renata Ega

You might also like