Professional Documents
Culture Documents
diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetis namun belum
memiliki akar dan daun sejati. Bryophyta merupakan tumbuhan pelopor yang
tumbuh disuatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Sebagian besar
Bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak tanpa bantuan
lensa, sedangkan yang terbesar memiliki tinggi atau panjang tidak lebih dari 50
ñ
Bryophyta telah digunakan sebagai tanaman obat di Amerika Utara,
China, dan Eropa. Beberapa jenis Bryophyta seperti ññ ñ ñ
digunakan dalam bentuk dekokta, tetapi ada juga yang digunakan dengan cara
dihasilkan ini digunakan untuk mengobati luka bakar, luka karena sayatan atau
Bryophyta atau yang kita kenal sebagai lumut terbagi tiga kelas, yaitu
Musci (Mosses, 14000 spesies). Delapan persen diantaranya telah diteliti dan
c
dilaporkan kandungan kimianya. Beberapa diantaranya dilaporkan mempunyai
1995).
pada bulan Mei 2009 ditemukan jenis lumut yang menempel di bagian bawah
pohon-pohon besar dan pada bagian pohon yang sudah mati. Lumut ini
Hepaticeae.
barbaten (i) dan bazzanen (ii). Akan tetapi P. ñ , P. ññ dan P.
(Asakawa, 1995).
1988).
Ô
Dari penelusuran literatur diketahui bahwa genus Pññ
ñ di Indonesia
penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa kimia utama dari lumut Pññ ñ
sp (ex Gunung Talang) yang boleh jadi merupakan senyawa baru atau senyawa
Metoda yang digunakan dalam isolasi ini adalah penyarian sampel secara
(RMI).
ë
ÊÊ [Ê [
[
batasannya antara akar, batang, dan daun, namun belum memiliki akar dan daun
sejati. Bryophyta atau lumut merupakan tumbuhan pelopor yang tumbuh disuatu
tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh, ini terjadi karena tumbuhan lumut
berukuran kecil, tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area luas.
Sebagian besar Bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak nampak
dengan bantuan lensa, sedangkan yang terbesar tinggi atau panjangnya tidak
Tjitrosoepomo, 1989).
terminal.
ÿ
ü. Reproduksi terjadi pada meiospora.
tanah.
gada.
seksual dengan generasi sporofit yang berkembang biak dengan spora (Ikhwana,
2003).
x
Skema kerja pergiliran keturunan Bryophyta (Tjitrosoepomo, 1989).
Spora
Tumbuhan Lumut
Anteridium Arkegonium
Zigot
Sporongium
Kotak spora
Spora
Gambar 1. Skema pergiliran keturunan Bryophyta
Spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang
pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi
besar, ada pula yang menjadi kecil. Pada protonema ini terdapat kuncup-kuncup
yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya. Setelah sel telur
dibuahi oleh spermatozoid yang bentuknya seperti spiral, maka zigot tidak
memerlukan waktu istirahat dulu, tetapi terus berkembang menjadi embrio yang
è
diploid. Bagian bawah embrio masuk kedalam jaringan lumut yang lebih dalam
dan berfungsi sebagai alat penghisap. Embrio lalu tumbuh menjadi suatu badan
yang bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan disebut
membentuk sel induk spora yang tumbuh kembali menjadi spora (Tjitrosoepomo,
1989).
basah. Dalam tubuhnya terdapat alat penyimpanan air, dengan kata lain lumut hati
dapat menjadi kering tanpa menyebabkan kematiannya. Yang bersifat epifit ada
yang dapat hidup pada daun pohon-pohon dalam rimba daerah tropika
(Tjitrosoepomo, 1989).
Hepaticeae mengandung sejenis minyak dalam tubuhnya atau dikenal sebagai ³
´ dan kandungan minyak ini tidak ditemukan pada kelas tumbuhan lumut
lainnya. ³ ´ dari lumut hati mengandung senyawa metabolit sekunder
terutamanya adalah golongan terpenoid dan aromatik. Beberapa dari senyawa ini
ü
tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus yang paling terkenal
atau danau dan seringkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab
(Julita, 2009).
dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid.
Susunan tubuh talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas
dengan satu pironaid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
silinder dengan panjang antara 5-6 cm. Pangkal sporofit dibungkus dengan
anteridium dan arkegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas
talus. Arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot
mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pisah melintang. Sel
yang diatas terus membelah yang merupakan sporogonium, diikuti juga oleh sel
sporogonium kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogonium masak
akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan terdiri dari beberapa
deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela ini diselubungi oleh
G
jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora, yang disebut arkespora, secara
semu yang tegak dengan lembaran daun yang tersusun spiral. Lumut ini memiliki
kutikula dari stomata sehingga mencegah hilangnya air dalam selnya. Memiliki
bagian yang menyerupai batang dan daun, tubuhnya umunya tegak, berdaun
Lumut daun dapat tumbuh diatas tanah-tanah yang gundul yang periodik
ini dapat hidup, dapat pula kita temukan diantara rumput-rumput, diatas cadas,
pada batang-batang dan cabang-cabang, bahkan ada yang pada daun-daun, pohon-
yang basah, tetapi ada pula yang tumbuh ditempat-tempat yang kering
(Tjitrosoepomo, 1989).
0
[ P
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Hepaticeae
Ordo : Jungermaniales
Family : Lepidoziaceae
Genus : Pññ ñ
Spesies : Pññ ñ sp
Sekarang ini lebih dari seratus genus Pññ ñ telah ditemukan dan
Zealand, Jepang, Chili, Peru, Cina, Australia dan Amerika. (Asakawa, 1995) .
ditempat yang lembab atau basah, dapat menempel di batang-batang pohon besar
(ii). Telah dilaporkan kandungan kimia dan kegunaan dari genus Pññ ñ, antara
lain albicanol asetat (iii) dari P. ñ ñ mempunyai aktivitas ñ ñ
c
kafeat (v) dari P. ñ
ñ mempunyai aktivitas ñ
.
Dari P. ññ
diisolasi enam seskuiterpenoid yang mempunyai aktivitas
¦ ¦
ô
¦ ¦
¦
¦ Ô
¦
¦
ô ô
ô
¦ ¦
cc
faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi, antara lain : tipe persiapan sampel,
Teknik yang umum untuk ekstraksi senyawa kimia adalah cara maserasi,
sederhana yaitu dengan merendam sampel dalam pelarut yang sesuai selama 3-5
hari sambil sesekali dikocok. Pelarut dengan mudah akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam sel yang mengandung metabolit. Senyawa metabolit akan
larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan senyawa metabolit
di dalam sel dengan yang di luar sel maka larutan yang konsentrasinya lebih tinggi
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan dari metode ini
waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari
yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan sampel ditempatkan secara
cÔ
cara serbuk simplisia ditempatkan dalam slonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
dalam slonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila
cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika ditotolkan pada plat KLT,
atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
melarutkannya
cë
3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di
dalam wadah.
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi,
kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke
cara ini sampel direndam dengan pelarut kemudian dipanaskan sampai mendidih.
Metoda perebusan merupakan metoda yang paling kuno dan sekarang hanya
cÿ
digunakan pada proses tertentu saja. Proses penyarian sering kurang sempurna dan
yang saling tidak bercampur dengan kepolaran yang berbeda. Fraksinasi dimulai
jumlah besar dapat digunakan kromatografi kolom (Gritter, Bobbit, & Schwarting,
komponen pada fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam (adsorben) dapat berupa zat
padat yang disusun secara merata didalam suatu kolom (kromatografi kolom) dan
fasa gerak berupa eluen yang akan lewat didalamnya akibat pengaruh gaya
gravitasi. Atau berupa plat tipis (kromatografi lapis tipis) dimana eluen dibiarkan
non polar dan yang polar akan terpisah. Pada kromatografi kolom fasa diam yang
akan digunakan dapat berupa silika gel. Sedangkan fasa geraknya dapat dimulai
cx
dari pelarut non polar kemudian kepolaran ditingkatkan secara bertahap, baik
dengan pelarut tunggal atau kombinasi dua pelarut yang berbeda kepolarannya
Kromatografi lapis tipis dapat dipakai untuk memilih sistem pelarut yang akan
fraksi. Bercak pada plat KLT dideteksi dengan penampak bercak lampu ultraviolet
Senyawa hasil isolasi diharapkan berupa senyawa murni. Salah satu cara
dilakukan dengan cara sebagai berikut: melarutkan hasil isolasi dalam pelarut
yang sesuai dekat titik didihnya, penyaringan larutan panas dari partikel yang
tidak larut, pemisahan kristal dari larutan induk. Proses ini diulangi beberapa kali
sampai senyawa yang murni dengan suhu lebur yang konstan. Bila senyawa sukar
larut dalam pelarut tunggal dapat digunakan pelarut campur. Senyawa tersebut
pelarut lain yang bisa bercampur dalam keadaan panas sampai timbul kekeruhaan.
kekeruhan, biarkan pada suhu kamar atau dinginkan sampai timbul kristal. Contoh
kloroform. Jika pada proses rekristalisasi tidak dapat terjadi pembentukkan kristal
cè
dalam larutan yang telah dingin, maka dapat dilakukan pemancingan
terbentuk pusat pembentukkan kristal atau dapat pula dilakukan dengan cara
Suatu molekul yang menyerap sejumlah energi yang diberikan oleh suatu
radiasi elektromagnetik dapat mengalami berbagai jenis eksitasi. Eksitasi ini dapat
berupa elektronik rotasi, perubahan orientasi spin inti, deformasi ikatan dan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena setiap jenis ikatan eksitasi memerlukan
sejumlah energi yang tertentu maka absorpsi yang bersangkutan timbul didalam
cü
Spektrum Inframerah dapat memberikan informasi jenis gugus fungsi
seperti hidroksi (-OH), amida (CONH), karbonil (keton, karboksilat, ester, amida),
Darmawan., 2006).
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
mempromosikan electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul atau ion anorganik atau
kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan
hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini.
cG
Ê Ê
Inti dari atom-atom tertentu akan mempunyai spin, dimana dari spin ini
akan menghasilkan momen magnetik. Jika inti yang berputar diletakkan di dalam
magnetiknya akan searah (paralel dan mempunyai energi yang lebih rendah) atau
berlawanan arah (anti paralel dan mempunyai energi yang lebih tinggi) dari arah
Jika suatu energi yang diberikan pada inti berada dalam medan magnet,
maka inti yang berada dalam keadaan paralel akan berubah arahnya menjadi
antara proton dengan 13C RMI dalam bentuk gambaran 2 dimensi seperti:
c0
~ TOCSY (Total Correlation Spectroscopy)
(Jenie, ñ ., 2006).
! "[
! [
carbon, hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatik.
dua atau lebih unit atom C5 yang disebut unit isopren (2-metil-1,3-butadiena).
Unit-unit isopren tersebut saling berikatan secara teratur dalam molekul, dimana
³kepala´ dari unit yang satu berikatan dengan ³ekor´ dari unit yang lain.
£
£
£
Ô
diterpenoid, triterpenoid, tetraterpenoid dan politerpenoid (Harbone, 198ü ; Mann,
M
GMb 5. C
w d
Mku g M. T d Mu k w Mb kud g
Ôc
metil-1,3-butadiena) yang menyebabkan terbentuknya keanekaragaman struktur
dibangun dari sejumlah unit isopren dan beberapa tahun kemudian Ruzicka (1953)
perubahan gugus fungsi dan penataan ulang (Brunetton, 1999 ; Mann, 1994)
dengan kaidah ini. Penyimpangan kaidah ini dapat terjadi, tetapi unit-unit isopren
masih dapat dikenali. Penyimpangan ini terjadi akibat hilangnya satu atau lebih
ikatan kepala ke ekor, suatu bagian dari kerangka karbon tidak mempunyai sifat
isoprenik dan hilang atau bertambahnya atom karbon. Penyimpangan dari aturan
pembentukan dapat terjadi terutama pada triterpen dan steroida, yaitu melalui
reaksi tambahan seperti pemendekkan rantai dan reaksi penata ulang, contohnya :
Terpenoid umumnya dapat larut dalam lipid dan mempunyai sifat yang
ÔÔ
antara 140-180 oC, sedangkan golongan seskuiterpenoid juga berwujud cair
dengan titik didih yang lebih besar yaitu 200oC. Golongan diterpenoid
Golongan triterpenoid berbentuk padat berupa kristal dengan titik leleh tinggi dan
larut didalam lipid dan lebih banyak terhidroliksilasi, membentuk ikatan rangkap
dengan gugus alkena, asetilena atau diperpanjang oleh satuan isopren tumbuhan
£ £ £ £
£ £ £ £
£ £
£
£
£
£ £
£
terjad reaksi kondensasi ester Claisen antara 2 molekul Asetil SCoA . Pada tahap
Ôë
kedua dengan katalis enzim Hidroksimetilglutaril-SCoA (HMG-SCoA) sintase
+ OPP Monoterpenoid
OPP
OPP
DMAPP IPP GPP
+ OPP
H
IPP
OPP Seskuiterpenoid
FPP
+
OPP 2 x FPP
GGPP
2x OPP Triterpenoid
Tetraterpenoid H
Diterpenoid
Gambar 6. Biosintesis terpenoid
IPP sebagai unit isopren aktif bergabung menurut kaidah isopren yaitu
serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom C pada DMAPP yang
(Mann, 1994).
Ôÿ
Penggabungan selanjutnya IPP dengan GPP dengan cara yang sama
Seskuiterpenoid adalah kelas terpen yang terdiri dari tiga unit isoprene dan
asiklik atau siklik, termasuk kombinasi yang menarik. Modifikasi biokimia seperti
elemane, guaiane, humulane, vitrane dan lain-lain. Suatu sifat endogen yang
1995).
!
"
Ôx
ñ
yang mempunyai aktivitas antifungi, albicanol asetat dari Pññ
ñ
ñ
ñ
mempunyai aktivitas ñ
ñ
.
Ôè
ÊÊÊ
Ê[Ê
#
a. Alat
kolom kromatografi, gelas ukur, plat tetes, pipet tetes, tabung reaksi, botol
infus 100 mL, vial, kapas, timbangan, hot plate, labu rotary, mesin
$%&
# (Perkin Elmer®), spektometer 13
C RMI, spektrometer
1
H RMI dan '
(ññ
b. Bahan
asam klorida pekat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat, besi (III)
Ôü
asetat, metanol, kloroform ammoniak, plat KLT (Kieselgel 60 F254,
Gunung Talang, Kabupaten Solok, pada bulan Mei 2009. Lumut Pññ ñ
Barat dan dengan bantuan Prof. Dr. Yoshinori Asakawa dari Tokushima
Bunry University-Jepang.
P
0,5 N gerus lagi, saring campuran dengan kapas dan pindahkan pada
selama 1 menit dan biarkan sampai terjadi pemisahan. Ambil lapisan asam
ÔG
tambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer. Reaksi positif ditandai dengan
ditambahkan kloroform dan air sama banyak, lalu dikocok dan dibiarkan
sampai membentuk dua lapisan. Lapisan air digunakan untuk uji fenolik
tetes FeCl3 pada larutan air, reaksi positif untuk fenolik bila terbentuk
kemudian dikocok kuat di dalam tabumg reaksi lain, terbentuk busa yang
terpenoid, sedangkan warna biru atau hijau berarti positif steroid (Simes,
1959).
tetes lalu tambahkan beberapa tetes HCl pekat dan sebuk Mg,
Ô0
terbentuknya warna kuning sampai merah menunjukkan adanya flavonoid
(Harborne, 198ü).
dimaserasi dengan -heksan tiga kali 900 mL selama tiga hari sambil
ampas dimaserasi kembali dengan pelarut yang sama hingga tiga kali.
etil asetat tiga kali 900 mL selama tiga hari. Setelah tiga hari perendaman,
maserat disaring dan ampas dimaserasi kembali dengan pelarut yang sama
ñ
sehingga didapat ekstrak kental etil asetat.
kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa gerak pelarut
gel, padatkan dengan ketukan perlahan pada dinding sehingga tidak ada
silika gel 1 : 1) dan dimasukkan ke dalam kolom yang telah disiapkan lalu
ë
-heksan 100% 300 mL
plat KLT dan dielusi dengan eluen yang sesuai, noda diamati dengan
ëc
!Ê
"
kromatografi vakum cair (KVC) dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa
ëÔ
metanol 100% 300 mL
Eluat yang keluar ditampung dalam botol infus 100 mL dan diberi
pada plat KLT dan dielusi dengan eluen yang sesuai, noda diamati dengan
" Ê
'
(ññ
ëë
3. Pemeriksaan Fisika.
'
(ññ
Beberapa butir
jarak leleh yang tajam dengan selisih 1°C sampai dengan 2°C.
ëÿ
5. Penentuan Fisikokimia
alat %
ñ
#
,
#
.
500 MHz.
ëx
6. Spektrum Massa
ëè
Ê Ê
menggunakan silika gel 60 dan dielusi dengan pelarut -heksan; etil asetat;
memberikan Rf 0,4.
yang jelas pada bilangan gelombang 3456 cm-1 yang diduga berasal dari
regang O-H, serapan 2944 cm-1 dan 28ü2 cm-1 diduga berasal dari regang C-
H, serapan pada bilangan gelombang 1ü40 cm-1 diduga berasal dari regang
C=O karbonil, serapan pada bilangan gelombang 13ü0 cm-1 diduga berasal
dari regang C-C, serapan pada bilangan gelombang 1246 cm-1 diduga
ëü
138,4; 125,ü; ü2,1; 69,4; 61,0; 5ü,6; 3ü,9; 3ü,0; 36,4; 30,0; 23,0; 21,6; 19,6;
sinyal yaitu 5,üü(dd, 1H, J1-2=4 Hz, J1-3=12 Hz, H6); 5,51(s, 2H, H4, H5 );
2,ü3(dd, 1H, J1-2=4 Hz, J1-3=10,ü5 Hz, Hü ); 2,39(ddd, 1H, J1-2=4 Hz, J1-3=12
Hz, H11a); 2,0ü(dd, 1H, J1-2=8 Hz, J1-3=8 Hz, H9a); 2,01(s, 3H, H14); 2,00(s,
3H, H15); 1,90(s, 3H, H1ü); 1,ü0(m, 1H, H16a); 1,65(m, 1H, H11b); 1,4ü(s, 3H,
H18); 1,39(m, 1H, H8a); 1,29(m, 1H, H16b); 1,18(dd, 1H, J1-2=6,5 Hz, J1-3= 6,
5 Hz, H8b); 0,98(s, 3H, H12); 0,90(s, 3H, H13); 0,ü8(dd, 1H, J1-2=10, 5 Hz, J1-
m/z = 338.
pengotor lalu dihaluskan dengan mesin penghalus (Master®) dan didapat seberat
sampel, sehingga luas permukaan kontak antara pelarut dengan sampel menjadi
Agar isolasi lebih terarah, perlu diketahui kandungan kimia apa saja yang
Mg/HCl (Sianidin
Test), asam asetat anhidrat/asam sulfat pekat (Lieberman
ëG
Burchard), dan Mayer. Dari hasil pemeriksaan tersebut, diketahui bahwa Pññ
ñ
sp positif terhadap senyawa terpenoid/steroid dan flavonoid. Hal ini sesuai dengan
dilakukan dengan cara merendam sampel dalam pelarut organik selama tiga kali 3
hari, dimana tiap hari selama perendaman sampel sesekali dikocok sehingga
membantu percepatan difusi zat dari sampel kedalam pelarut. Senyawa metabolit
akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan senyawa
metabolit di dalam sel dengan yang diluar sel maka larutan yang konsentrasinya
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Proses
terjadinya degradasi atau rusaknya senyawa yang tidak stabil terhadap cahaya
(Harborne,198ü).
disebabkan karena sampel yang digunakan adalah sampel kering, sampel kering
akan membentuk lapisan lilin yang bersifat non polar. Selain itu juga disebabkan
akan lebih sempurna jika dimulai dengan -heksan dan dilanjutkan dengan etil
asetat. Pelarut -heksan akan menarik senyawa non polar karena sifatnya non
ë0
polar. pelarut etil asetat akan menarik senyawa semi polar karena sifatnya semi
polar. Maserasi hanya dilakukan dengan pelarut non polar dan semi polar karena
pada kedua fraksi tersebut. Maserat yang diperoleh diuapkan pelarutnya secara
4,5 gram (2 % b/b) dan ekstrak etil asetat seberat 4 gram (1,8 % b/b). Hasil
ekstraksi yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan literatur (4 % b/b), hal
kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa gerak pelarut -
ÿ
metanol 100 % 100 mL
Eluat yang keluar ditampung dalam botol vial 15 mL dan diberi nomor
urut. Masing-masing vial dimonitor dengan cara menotolkan eluat pada plat KLT
dan dielusi dengan eluen yang sesuai, noda diamati dengan lampu UV254 nm,
lampu UV365 nm dan penampak noda vanillin sulfat, kemudian noda dengan Rf
yang sama digabung. Hasil gabungan didapat 5 subfraksi yaitu A (vial 1-29, 0,8
gram), B (vial 30-54, 0,5 gram), C (vial 55-110, 0,3 gram), D (vial 111-150, 1
gram) dan E (vial 151-198, 0,8 gram). Subfraksi D merupakan kelompok yang
karbon aktif (norit) sebanyak 5 gram. Filtrat yang didapat selanjutnya dimurnikan
Kolom dibuat dengan memasukkan 5 gram Sephadex LH-20 yang telah dibuat
dan dielusi dengan metanol sebanyak 200 mL. Cara ini dilakukan karena masih
terdapat dua senyawa yang mempunyai Rf yang sama, hal ini berarti kedua
senyawa tersebut mempunyai kepolaran yang sama. Dengan cara ini diharapkan
ÿc
ditambahkan aquadest, tunggu beberapa waktu sampai aseton menguap dan
kromatografi vakum cair (KVC) dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa gerak
ñ).
ÿÔ
Eluat yang keluar ditampung dengan botol infus 100 mL dan diberi nomor
urut. Masing-masing botol dimonitor dengan cara menotolkan eluat pada plat
KLT dan dielusi dengan eluen yang sesuai, noda diamati dengan lampu
yang sama digabung. Hasil gabungan didapat 9 subfraksi yaitu A (botol 1-5, 0,46
gram), B (botol 6-ü, 0,1ü gram), C (botol 8-15, 0,ü3), D (botol 16-18, 0,09 gram),
E (botol 19-26, 0,45 gram), F (botol 2ü-31, 1 gram), G (botol 32-33, 0,1 gram), H
(botol 34-36, 0,4 gram), I (botol 3ü-39, 0,3 gram). Subfraksi F merupakan
subfraksi F.
kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel 60 µm dan fasa gerak pelarut -
ÿë
etil asetat : metanol 3 : 2 50 mL
masing-masing eluat dalam vial ditotolkan pada plat KLT dan dielusi dengan
eluen yang sesuai, amati dengan lampu UV365 nm/UV254 nm dan penampak noda
vanillin sulfat. Dari hasil KLT subfraksi F terlihat dua noda dengan Rf yang
sangat dekat. Proses pemurnian selanjutnya tidak dapat dilanjutkan karena jumlah
" Ê
isolasi tersebut. Dalam metoda ini harus dicari satu atau lebih pelarut yang dapat
melarutkan pengotor dan hasil isolasi dalam suasana panas tetapi tidak melarutkan
salah satunya dalam keadaan dingin. Contoh pelarut campur yang dapat
Hasil isolasi dari lumut Pññ ñ sp (ex Gunung Talang) ini diisolasi
senyawa terpenoid, yaitu BGT H1 dari fraksi heksan. Senyawa ini memberikan Rf
jarak leleh dengan menggunkan alat -' (ññ.
dengan cara melarutkan senyawa dalam berbagai pelarut. Senyawa BGT H1 larut
ÿÿ
Karakterisasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan spektrofotometer
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
203,6 nm (6,8).
serapan yang jelas pada bilangan gelombang 3456 cm-1 yang diduga berasal dari
regang O-H, serapan 2944 cm-1 dan 28ü2 cm-1 diduga berasal dari regang C-H,
serapan pada bilangan gelombang 1ü40 cm-1 diduga berasal dari regang C=O
karbonil, serapan pada bilangan gelombang 13ü0 cm-1 diduga berasal dari regang
C-C, serapan pada bilangan gelombang 1246 cm-1 diduga berasal dari regang C-
O (Silverstein, ñ ., 1981).
Dari spektrum 13C RMI dalam pelarut CD3 OD, 500 MHz memperlihatkan
19 sinyal dengan pergeseran kimia (ppm): 1ü0,9; 1ü0,4; 138,4; 125,ü; ü2,1; 69,4;
61,0; 5ü,6; 3ü,9; 3ü,0; 36,4; 30,0; 23,0; 21,6; 19,6; 19,5; 18,9; 16,8; 15,6. Dari
pergeseran kimia ini diperkirakan ada dua gugus karbonil dari ester yaitu pada
proton dari suatu senyawa organik. Data 1 H RMI senyawa BGT H1 dalam pelarut
CD3 OD memperlihatkan 1ü sinyal yaitu 5,üü(dd, 1H, J1-2=4 Hz, J1-3=12 Hz, H6);
5,51(s, 2H, H4, H5 ); 2,ü3(dd, 1H, J 1-2=4 Hz, J1-3=10,ü5 Hz, Hü); 2,39(ddd, 1H, J 1-
2=4 Hz, J1-3=12 Hz, H11a); 2,0ü(dd, 1H, J1-2=8 Hz, J1-3=8 Hz, H9a); 2,01(s, 3H,
ÿx
H14); 2,00(s, 3H, H15); 1,90(s, 3H, H1ü); 1,ü0(m, 1H, H16a); 1,65(m, 1H, H11b);
1,4ü(s, 3H, H18); 1,39(m, 1H, H8a); 1,29(m, 1H, H16b); 1,18(dd, 1H, J1-2=6,5 Hz,
J1-3= 6, 5 Hz, H8b); 0,98(s, 3H, H12); 0,90(s, 3H, H13); 0,ü8(dd, 1H, J 1-2=10, 5 Hz,
karbon hanya 15 karbon yang memiliki proton, sedangkan 4 karbon lain tidak
memiliki proton. 4 karbon yang tidak memiliki proton yaitu karbon dengan
1. 5,üü-2,39 (H6 -H11a); 5,üü-1,65 (H6 -H11b); 2,ü3-1,65 (Hü-H11b); 2,ü3-
1,65
ÿè
2. 2,0ü-0,ü8 (H9a-H9b); 2,0ü-1,ü0 (H9a-H16a); 1,ü0-1,29 (H16a-H16b); 1,ü0-
(H9b-H16b)
0,ü8 1,18
8 ! "
1,29
3ü,0
! 3ü,9
"
18,9
! "
2,0ü
1,39
1,ü0
Dari analisis HMBC diperoleh hubungan antara proton dan karbon dengan
pergeseran (ppm) :
138,3)
1,90
2,ü3 5,5ü
69,4
2,39 16,8
5ü,6
138,3 1ü0,4
30,0
125,6
5,51
1,65
23,0; ü2,1); 1,18-(36,4; 21,6; ü2,1); 0,98-(21,6; 36,4; ü2,1; 3ü,9); 0,90-
ÿü
£ £
ë
£ ë
£ £
£ £ ë £
ë ë
£
penelusuran literatur didapatkan dua fragmen dari senyawa hasil isolasi yaitu :
£
£
£ £
£ £
£
ë
£ £
ô
ô ô
c c
c
ô ô
£
c
ÿG
Ê
1. Dari 220 gram lumut Pññ ñ sp didapatkan ekstrak -heksan sebanyak 4,5
gram (2 % b/b) dan ekstrak etil asetat sebanyak 4 gram (1,8 % b/b).
2. Dari 4,5 gram ekstrak -heksan lumut Pññ ñ sp didapatkan senyawa BGT
H1 sebanyak 20 mg. Dari data KLT, jarak leleh, reaksi kimia dan spektroskopi
seskuiterpenoid.
3. Dari analisis semua data diketahui senyawa BGT H1 memiliki rumus empiris
C19H30O5, m/z = 338 dengan titik leleh 85-8ü °C. Mempunyai enam gugus
metil (23,0; 21,6; 19,6; 19,5; 16,8; 15,6) serta memiliki bagian/fragmen
ô ô
ô
ô
ô
ô
ô ô
ô ô
ô ô
ÿ0
Culvenor, C.C. J., & Fitzgerald J.S. (1963). A field Method for Alkaloid
Screening of Plants. '
ñ
#. 52(3), 303-304.
ñ
ñ
$ñ
(Vol. II), diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata.
Bandung: ITB.
Holum, J.R. (1969). %
ñ
ñ
P ñ .
New York : Wiley.
x
Huneck, S., Janicke, S., Schmidt, J., Meinunger, L., Snatzke, G., Connolly,
J.D., & Y. Asakawa, Y. (1984). Seasonal
Dependence
of
the
Essential
Oil
from
Pññ
ñ
ññ
The
Stereochemistry
and
Absolute
Configuration
of ( - )-5-
Hydroxycalamenene
'
ñ
P
4ñ. 5ü, 33ü.
Pñ
ñ
ñ5ññ
ñ
ññ
ñ
ñ
ñ.
(Skripsi). Padang : Universitas Andalas.
$
7. Jakarta:
PT. Gramedia.
Lu, R., Paul, C., Basar, S., Konig, W.A., Hashimoto, T., & Asakawa, Y.
(2003). Sesquiterpene Constituents from the Liverwort Pññ
ñ ñ
ñ.
, 63, 581-58ü.
ñ
(
6
4 .
(Tesis ). Padang : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Andalas.
Scher, J.M., Speakman, J.B., Zapp, J., & Becker, H. (2004). Bioactivity
Guided Isolation of Antifungal Compounds from the Liverworts Pññ
ñ
ññ (L.) S.F.Gray. , 65, 2583-2588.
Scher, J.M., Zapp, J., Schmidt, A., & Becker, H. (2003). Bazzanins L-R,
Chlorinated Macrocyclic Bisbibenzils from the Liverwort 4ñ
ññ.
, 64, ü91-ü96.
Silverstein, R.M., Bassler G.C., & Morrill T.C. (1981). #
%
ñ
ñ
(5th Ed). Singapore : John Wiley and Sons.
xc
Simes, J.J.H., Tracey, J.G., Webb L.J., & Dunstand, W.J. (1959). (
(ñ ñ
ñ
#
%%%3
#ñ
,ñ
(ñ ñ
5
Pññ
ñ
ññ
ñ . 2ü, 2155.
xÔ
P
[
tP
l
xë
1. Alkaloid Mayer
2. Flavonoid Mg/HCl
5. Fenolik FeCl3
6. Saponin Busa
xÿ
Ê "
P $ %
[
{
ÔÔ
ë0 ë
{
cÔ0 ëxÿ xxcc ccccx cxcc0G
c
cx èü Gcx c0Ôè Ôüëc ëÔëë ëÿëè ëüë0
cècG
c
Senyawa XY
Belum murni
xx
[
¦ ¦
B i
i
i
B
tl
ti
xè
! " #[ [
B
R
l
B
illil t
xü
!
"%[
2. Pemeriksaan fisika
~ Kelarutan Larut dalam metanol
xG
"%[
x0
'
Ê
"%[
36.0
34 2ü30
3ü81 465
2142
32
686
804
30
28 ü82
1699 541
26 652
1668 1122
1106
24 588
500
22 3456 1145 923 ü63
8ü5
20
1313 10ü6
611
18
T
28ü2
16 942
902
14 891
12
1464
10
6 2944 9ü0
1ü40 13ü0
4 1246
1025
2
0.0
4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0
cm-1
è
$
%& [
i
ë
tRM
B l
ltC ë
£
£ £ £ £
£ £
èc
'
( ) %& [
.---
£ !"
/ 0 12 1/33/0#/ 4 25 6 $7
Cë
£ G £ 0 £ c C
£x £ c0
£ cc C
£è C
£ÿ £ü
£Ô
,++
£c
£ë
-
),+ )++ ,+ +
%%& '()*
tëCRM
B l
ltCë
£
£ £ £ £
£ £
£ !
£
£
£ £ "$
£ £
£ "#
£ £
èÔ
ÿx
cè
è ü
cc 0 G G 0
ô
£ c
£0
£G
£ü
£è
£x
£ÿ
£ë
ô
ô
ô ô
ô
ô ô
ô ô
èë
+
%) %
)
[
ÿx
cè
è ü cc 0 G G 0
£ü
£ c0
£è
£x
£ÿ
£ë
£Ô
£c
¬¬
¬¬
tMBC
B
Ô
£ £
Ô Ô
Ô £
£ £
£
Ô £
£ £
£ £ £ £ Ô Ô
£
£
£
Ô
èÿ
(
),- )
[
ü cè
è
cc 0
G G 0
0 ?
G
=
G
0
=
cc
ü
=
>=
=
è
=
¬¬
= = >= = = =
<
¬¬
tC
B
Ô
Ô
Ô
£ £
ë ë
£
Ô £ £
£
ë
èx
% [
@
M
tM
B
èè