Professional Documents
Culture Documents
D
I
B
U
A
T
Oleh :
DUWI SUSANTI
Nim : F 54209050
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2011
TUGAS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP AUD
- Keadilan sosial (social equity), prinsip adil dan merasa merupakan isu yang
penting, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang mau hidup dengan
kesenjangan yang terlalu rendah dari orang lain.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari materi bahasa khususnya bercerita, seorang guru dan
siswa diharapkan saling menyenangi materi itu. Karena menyenangi pelajaran
merupakan dasar yang paling utama. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran yang
baik hendaknya terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa.
Namun dalam kenyataannya di saat kegiatan pembelajaran bercerita suasana
kelas menjadi sangat tidak aktif, dimana siswa asyik bercerita dengan temannya dan
tidak fokus mendengarkan guru dalam bercerita, sehingga sebagian anak tidak bisa
menceritakan kembali isi cerita tersebut.
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam
bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan
rasa menyenangkan. Oleh karena itu, orang yang menyajikan cerita tersebut
menyampaikan dengan menarik.
Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak ia
mengerti akan peristiwa yang terjadi disekitarnya dan setelah memorinya mampu
merekam beberapa kabar berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun, yang
ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2005 : 5)
1. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi .
2. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata
Tanya dan kata sambung.
3. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan tindakan dengan menggunakan
kalimat sederhana.
5. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.
Menurut Dr. Abdul Aziz dan Abdul Majid (2002 : 16), dalam bukunya
“Mengajarkan Anak Lewat Cerita” mengatakan sebagian dari cerita-cerita yang ada,
meliputi beberapa unsur yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut
tidak mengindahkan nilai estetika dan norma.
Tentu hal itu tidak boleh terjadi pada pembelajaran pengembangan bahasa di
Taman Kanak-kanak karena akan berdampak buruk pada anak didik Taman Kanak-
kanak. Mungkin dengan cerita tersebut si anak akan melakukan hal-hal buruk karena
semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak
sekali dalam pembentukan akal, dan moral seorang anak, baik dari segi budaya,
imajinasi maupun bahasa kesehariannya.
Taman Kanak-kanak adalah lembaga penelitian pertama yang dimasuki oleh
seorang anak. Karena seorang anak mempunyai potensi untuk menyerap segala hal
lebih cepat sehingga lebih mudah membentuk dan mengarahkan dirinya. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan program kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak (Depdiknas,
PKB TK GBPKB TK, 1996:1) yaitu untuk meletakkan dasar kearah perkembangan
sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.
Menurut Plaget (Tampubolon, 1991) sejak lahir sehingga dewasa pikiran
anak berkembang melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai dengan tingkatan
kematangan anak itu secara keseluruhan dengan interaksi-interaksinya dengan
lingkungannya.
Cerita merupakan media yang sangat baik dan efisien dalam proses kegiatan
belajar mengjar di TK. Cerita yang di kersahkan dengan baik dapat menginspirasikan
suatu tindakan, membantu perkembangan apresiasi budaya, memperluas pengetahuan
anak-anak. Selain itu cerita menimbulkan kesenangan mendengarkan cerita,
membentu anak-anak memahami dunia mereka dan bagaimana mereka berhubungan
dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah :
1. Apakah bercerita dengan alat peraga buku bergambar dapat meningkatkan
minat anak dalam bercerita
2. Bagaimana proses pembelajaran bercerita dengan alat peraga buku bergambar
3. Bagaimana respon anak terhadap pembelajaran bercerita dengan alat peraga
buku bergambar
C. Tujuan Penelitian
- untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bercerita dengan alat peraga buku
bergambar
- untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian nya adalah :
1. Bagi guru
• menjadi bahan masukan dan pemikiran guru dalam bercerita
• membuat guru supaya lebih kreatif dalam bercerita
2. Bagi siswa
• memudahkan anak dalam memahami isi dari cerita tersebut
• meningkatkan partisipasi anak dalam kegiatan bercerita
• meningkatkan kerjasama anak
• meningkatkan hasil belajar
E. Ruang Lingkup
1. Penggunaan alat peraga dalam bercerita aspek-aspeknya.
a. alat peraga sesuai dengan tema / tujuan
b. alat peraga menarik bagi anak
c. alat peraga gambar dan berwarna
2. Kemampuan berbicara anak dengan aspek-aspeknya
a. lafal kalimat yang jelas
b. struktur kalimat yang benar
c. kosa kata tepat
d. bercicara dengan lancer
3. Keaktifan dan aspek-aspeknya
a. perhatian anak focus
b. aktif bertanya
c. aktif menjawab pertanyaan guru
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah : Apabila bercerita dengan menggunakan alat peraga buku
bergambar maka keaktifan dan kemampuan berbicara anak akan meningkat.
H. Rencana Penelitian
1. Penataan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada :
Sekolah : TK Bina Sari Pontianak Kota
Kelas : Kelompok B.1
Tema : Tanaman
Kegiatan : Bercerita dengan buku bergambar
Waktu : Rabu, 2 Februari 2011
Subjek penelitian :
Sub. Penelitian : Siswa kelompok B.1 pelajaran 2010-2011
Jumlah Siswa : 23 anak
Laki-laki : 14 anak
Perempuan : 9 anak
3. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus.
Siklus pertama :
1. Perencanaan
a. Membuat scenario pembelajaran yaitu mempersiapkan pembelajaran
dengan rencana pengajaran
b. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa
kelompok B.1 saat proses belajar mengajar berlangsung.
c. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan.
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini guru minta melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
skenario dan rencana pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya.
3. Observasi
Pada tahap ini guru minta melaksanakan proses observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan pada tahap perencanaan.
4. Analisis
Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tindakan kelas, perlu
diterapkan indicator sebagai berikut :
1. Adanya kesesuaian antara langkah-langkah dalam bercerita
menggunakan buku bergambar
2. Keberhasilan dilihat dari kemampuan anak menceritakan kembali isi
cerita dengan urut dan benar.
5. Refleksi
Pada tahap ini guru mengkaji hasil penelitian di setiap akhir
pembelajaran untuk kemudian dianalisis sehingga dapat diperoleh suatu
kesimpulan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam bercerita menggunakan buku bergambar. Dari
hasil analisis tersebut pada siklus pertama ini hasil belajar belum
mencapai siklus pertama ini akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
Siklus kedua :
1. Perencanaan
a. membuat skenario pembelajaran yaitu mempersiapkan pembelajaran
dengan rencana pengajaran
b. Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam tahap
observasi
c. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan
d. Mempersiapkan lembar hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan tiindakan
Kegiatan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario tindakan
dalam kegiatan pembelajaran. Dimana guru melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Guru membuka proses pembelajaran pada siswa di kelompok B.1
dengan mengucapkan salam dan bertanya kepada anak siapa yang
belum hadir.
b. Guru menyusun tempat duduk agar semua anak dapat melihat dan
mendengar dengan jelas.
c. Guru membaca dengan suara yang jelas.
d. Guru harus memperhatikan semua anak dan berusaha untuk menjalin
kontak mata dengan anak-anak.
e. Guru harus menunjukkan gambar yang ada di buku pada anak dan
pastikan semua anak dapat melihatnya.
f. Bercerita dengan buku bergambar jangan lebih dari 10 menit
(diadaptasikan dari Eright, 1998 : 21-22).
g. Pegang buku di samping kiri bahu, bersikap tegak lurus kedepan.
h. Saat tangan kanan menunjuk gambar, arah perhatian disesuaikan
dengan urutan cerita.
i. Libatkan anak dalam cerita supaya kombinasi multiarah.
j. Tetaplah bercerita pada saat tangan membuka halaman buku
k. Guru menyebutkan identitas buku, seprti judul, dan pengarang supaya
anak-anak belajar menghargai karya orang lain.
l. Guru membarikan pertanyaan sesuai dengan cerita diatas, sebagai
parameter keberhasilan anak dalam memahami isi cerita tersebut.
3. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan
pada tahap perencanaan.
4. Analisis.
Pada tahap ini memuat indikator keberhasilan dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Apakah terjadi atas perubahan dalam proses
pembelajaran pada siswa yaitu : siswa memperoleh hasil belajar yang
lebih baik dan sebagai parameternya dapat dilihat dari kemampuan siswa
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat secara lisan minimal
70% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran, maka dapat
dikatakan proses pembelajaran tersebut telah berhasil.
5. Refleksi
Pada tahap ini guru mengkaji hasil dalam tahap observasi dan hasil
penelitian pada setiap akhir pembelajaran. Untuk kemudian dianalisis
sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan apakah tindakan yang telah
dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar anak pada pembelajaran
bercerita.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
I. Tujuan Pembelajaran
Anak dapat memahami isi cerita dalam buku bergambar
Lembar Pengamatan
A. Media Gambar
Pengertian media pengajaran menurut Heinich, Molenda dan Russell (1993)
media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara,
yaitu perantara sumber pesan ( asource) dan penerima pesan (a receiver).
Pengertian media menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran (Schramm, 1977).
2. Sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti buku, film,
video, slide (Briggs, 1977).
3. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk
teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan.
Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara Briggs
(1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar contohnya : buku, film, kaset film,
bingkai.
Menurut National Education Association / NEA, media adalah bentuk-
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya. Media
hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dibaca.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Jenis Media Pembelajaran antara lain :
a. Media Visual
Melalui penglihatan pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat.
Media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas :
1. Gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar yang disajikan secara
potografik misalnya : gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek
lainnya yang ada kaitannya dengan bahan / isi tema yang diajarkan.
2. Dapat menarik perhatian murah dan mudah disimpan dan dibawa. Jenis-jenis
media grafis diantaranya adalah grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan
komik.
3. Media model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam
pembelajaran di TK, media ini meripakan tiruan dari beberapa objek nyata
seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu
kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan atau objek yang
terlalu rumit untuk dibawa kedalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya.
Jenis-jenis media model penampang (cutaway model) model susun (build-up
model) model kerja (working model) mock-up dan diorama.
4. Media realita merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi
memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada anak. Realita
ini merupakan benda yang sesungguhnya seperti mata, uang, tumbuhan,
binatang yang tidak berbahaya.
b. Media Audio
Media Audio ialah media yang mengandung pesan dalam pesan dalam
bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio
adalah program kaset suara dan program radio.
Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran TK pada umumnya
untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan
mendengar saja.
c. Media Audiovisual
Media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau
biasa disebut media. Dengan menggunakan audiovisual ini maka penyajiannya isi
tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Dalam menggunakan
media audiovisual peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu
membarikan kemudahan bagi anak untuk belajar.
2. Tujuan Bercerita
Melalui bercerita anak akan dapat mengembangkan :
a. kemampuan dan keterampilan mendengarkan
b. kemampuan dan keterampilan berbicara
c. kemampuan dan keterampilan berasosiasi
d. kemampuan dan keterampilan berekspresi
e. kemampuan dan keterampilan berimajinasi
f. kemampuan dan keterampilan berfikir / logika
Adapun tujuan pembelajaran dengan bercerita dalam program kegiatan di
Taman Kanak-kanak adalah (Hidayat, 2003:45) :
a. Mengembangkan kemampuan dasat untuk pengembangan daya cipta, dalam
pengertian membuat anak kreatif yaitu lancar, fleksibel dan orisinal dalam
bertutur kata, berfikir, serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan
motorik halus maupun kasar.
b. Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak
didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan.
1. Mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya kemampuan
menyimak (listening), juga kemampuan dalam berbicara (speaking) serta
menumbah kosa kata yang dimilikinya.
2. Mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita anak
diajak untuk memfokuskan perhatian kemampuan berpikir secara
simbolik.
3. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan
mengembangkan kemampuan moral dan agama, misalnya konsep benar-
salah atau konsep ketuhanan.
4. Mengembangkan kepekaan sosial-emosi anak hal-hal yang terjadi di
sekitarnya melalui tutur kata cerita yang disampaikan.
5. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan
informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan.
6. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang
dituturkan. (Winda Gunarti, 2008).
Tujuan bercerita untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai
sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. (Moeslichatoen, 2004).
3. Manfaat Bercerita
Kegiatan bercerita juga dapat mewariskan nilai-nilai budaya dan
kemanusiaan pada anak. Moeslichatoen (1999:26) menjelaskan : Bercerita
mempunyai makna penting bagi perkembangan anak Taman Kanak-kanak,
melalui kegiatan bercerita guru dapat melakukan hal untuk :
a. mengkomunikasikan nilai-nilai budaya
b. mengkomunikasikan nilai-nilai sosial
c. mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan
d. menanamkan etos kerja, etos waktu dan etos alam
e. membantu mengembangkan fantasi anak
f. membantu mengembangkan dimensi kognitif anak
g. membantu mengembangkan dimensi bahasa anak
Dalam kegiatan bercerita anak juga akan terangsang kemampuan berpikir
kognitif menemukan rasional-rasional atas cerita yang di dengarkan, kemudian
berdasarkan cerita yang didengarnya ia mampu membuat imajinasi yang bersifat
fantasi sebagai akibat dari pengaruh mental dari penceritaan. Peningkatan
keterampilan komunikasi lisan melalui berbahasa akan dapat ditingkatkan
dengan terlatihnya anak melalui kegiatan mendengarkan, memberikan respon,
memberi jawaban dan lain-lain sebagai aktivitas dalam bercerita.
Manfaat bercerita antara adalah untuk menanamkan kejujuran, keberanian,
kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam
kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Bercerita juga
memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai agama dan keagamaan.
(Moeslichatoen, 2004).
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya, sehingga tugas penulisan proposal Penelitian tindakan Kelas berjudul : Upaya
Meningkatkan Minat Bercerita pada Anak Kelompok B.1 di TK Bina Sri
Melalui Alat Peraga Buku Bergambar dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen mata kuliah Penelitian tindakan Kelas
2. Kepala TK Bina Sari
3. Teman-teman guru
4. Kedua orangtuaku, dan saudara-saudaraku yang sudah membantu penulis
mengerjakan tugas Penelitian Tindakan Kelas ini sampai selesai.
Penulis menyadari, bahwa tugas penyusunan proposal Penelitian Tindakan Kelas
ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan, oleh karena itu
dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir kata semoga karya penulis yang kecil ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca terutama bagi penulis sendiri.
Penulis
Duwi Susanti
Nim: F54209050
DAFTAR ISI
- Badru Zaman, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar di TK; Universitas
Terbuka
- Cucu Eliyawati, dkk. Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini : Departemen
Pendidikan Nasional
Di Susun Oleh :
DUWI SUSANTI
F 54209050
Tahap-tahap Pembelajaran
- Tahap Kognitif : * Guru mempersiapkan bahan ajar yang akan
digunakan membuat mozaik seperti : pola,
kepingan/guntingan bentuk geometric, lem dan
serbet.
* Kemudian guru menjelaskan kepada anak tentang
bahan-bahan membuatt mozaik dengan benar dan
rapi.
Prinsip-prinsip Perkembangan
- Kematangan Syaraf
Berfungsi untuk mengontrol gerakan motorik halus anak. Jadi semakin
matangnya syaraf anak semakin baik dalam mengontrol gerakan motorik
halusnya.
* Motivasi
a. Kematangan motorik halus yang dicapai anak mengandung arti bahwa
anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan aktivitas
motorik halus. Kematangan motorik halus ini memotivasi anak untuk
melakukan aktivitas motorik halus dalam lingkup yang luas. Hal ini dapat
dilihat dari :
- Aktivitas biologis meningkat dengan tajam
- Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik
yang melibatkan motorik halus maupun motorik kasar.
b. Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan
motivasi yang datang dari luar.
Contoh : dari orang tua, saudara dan guru.
Tugas Mandiri
Metode Pengembangan Motorik Halus Pra Sekolah
Dosen : Isti Dwi Puspita Wati, S.or, M.pH
Dibuat Oleh :
Dwi Susanti
F 54209050